GUBERNUR ACEH Sambutan Pada Upacara Memperingati Hari Pendidikan Aceh Ke-56 Rabu, 2 September 2015 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil alamin Wassalatu Wassalamu ala asyrafil anbiyaa i wal mursalin wa ala alihi wasahbihi ajma in. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten/Kota; Ketua PGRI Kabupaten/Kota; Para Guru, Dosen, akademisi, insan pendidikan, mahasiswa, dan pelajar yang saya cintai; Para Wartawan Media Cetak dan Elektronik; Para undangan serta hadirin hadirat yang berbahagia. Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia- Nya, pada hari ini kita dapat menghadiri upacara Hari Pendidikan Aceh Ke-56 yang bertepatan dengan tanggal 2 September 2015. Yang kami hormati (Disesuaikan); Sdr. Bupati dan Walikota; Shalawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau sekalian. Sdr. Wakil Bupati dan Wakil Walikota; Sdr. Pimpinan dan Anggota DPRK; Para Unsur Forkopimda Kabupaten/Kota; Ketua MPD, Ketua MPU dan Ketua MAA Kabupaten/Kota; Para Rektor PTN dan PTS; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; Seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Pendidikan Aceh selalu kita manfaatkan sebagai momentum penting, guna memperbaharui tekad dan semangat untuk terus bekerja keras memajukan pendidikan Aceh, sebagaimana diharapkan oleh seluruh rakyat Aceh, sekaligus perwujudan dari keistimewaan Aceh di bidang pendidikan. 1
Tonggak sejarah Hari Pendidikan Aceh ditandai dengan peresmian Kopelma Darussalam oleh Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1959, tepat 56 tahun yang lampau. Berdirinya Kopelma Darussalam ini, merupakan upaya dari para cendikiawan, ulama, pemimpin serta seluruh masyarakat Aceh, dalam meletakkan dasar bagi pembangunan Aceh. Peresmian Kopelma Darussalam tersebut diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan pembukaan Fakultas Ekonomi sebagai fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Tanggal 2 September ini selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Aceh, yang kita peringati setiap tahun sebagai hari yang mengandung makna kebangkitan menuju kejayaan pendidikan di daerah ini. Upaya membangun pendidikan Aceh sebagaimana yang menjadi cita-cita luhur para pendahulu kita, tentu bukanlah pekerjaan yang sederhana. Membangun pendidikan pada hakekatnya adalah membangun pilar sebuah peradaban. Diperlukan waktu yang panjang dan sumber daya yang besar untuk membangun pendidikan yang bermutu dan berdaya saing, di samping kerja keras, ketekunan, dan keikhlasan para aktornya. Pada hari ini, dengan dukungan 3.991 Sekolah Dasar/ Madrasah, 1.434 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 911 Sekolah Menengah Tingkat Atas, 107 Perguruan Tinggi, serta 941 Dayah yang kita miliki, kita telah mampu menampung tidak kurang dari 1.292.709 siswa, mahasiswa dan santri. Dalam hal ini, mungkin kita boleh merasa sedikit lega karena pada aspek aksesibilitas, tingkat capaian kita sudah melampaui sejumlah wilayah lain di Indonesia. Data yang diterbitkan oleh situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa berdasarkan indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), posisi capaian partisipasi anak usia sekolah di Aceh pada jenjang pendidikan yang sesuai sudah cukup menggembirakan. Jika indikator APK dijadikan dasar, maka data BPS Tahun 2013 menunjukkan capaian APK siswa SD/MI berada di ranking 5, SMP/MTs di ranking 1, dan SMA/MA/SMK di ranking 10 secara nasional. Jika indikator APM yang dijadikan dasar, maka capaian APM siswa SD/MI berada di ranking 7, untuk SMP/MTs di ranking 2, dan SMA/MA/SMK di ranking 4 secara nasional. Selanjutnya, jika indikator APS yang dijadikan ukuran, maka capaian APS siswa SD/ MI berada di ranking 2, untuk SMP/MTs di ranking 6, dan SMA/MA/SMK di ranking 2 secara nasional. Sebagaimana sering saya kemukakan dalam berbagai kesempatan, tantangan berat yang kita hadapi adalah 2 3
bagaimana menghasilkan layanan pendidikan yang bermutu, relevan dan berdaya saing. Kualitas dan relevansi layanan pendidikan yang kita berikan kepada peserta didik secara keseluruhan belum mampu bersaing dengan daerahdaerah lain di Indonesia. Memang kita akui ada pengecualian untuk sejumlah sekolah di beberapa Kabupaten/Kota di Aceh yang telah mampu melahirkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional, tetapi jumlahnya masih terlalu sedikit. Saya berharap, sekolah-sekolah kita yang berkualitas ini, hendaknya dapat dijadikan sebagai sekolah model untuk dicontoh oleh sekolah-sekolah lain di sekitarnya. Kita tidak perlu memikirkan model sekolah yang mulukmuluk. Dengan mereplikasikan model yang sudah ada sebagai good practices dan menyempurnakannya di sana-sini, mungkin kita bisa bergerak dan menuai hasil yang lebih cepat. Perlu kita ketahui terutama bagi para aktor pendidikan di Aceh, semakin lalai kita menghadirkan pendidikan yang bermutu, akan semakin jauh anak-anak Aceh tertinggal dalam kompetisi global. Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengingatkan seluruh jajaran pendidikan di Aceh, tentang hal-hal penting dan mendesak yang perlu kita beri perhatian penuh pada saat ini: 4 Pertama, Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, maka urusan pendidikan menengah dan pendidikan khusus akan dilimpahkan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Mengingat bahwa pengalihan kewenangan tersebut akan efektif mulai tahun anggaran 2017, maka proses pendataan untuk penyerahan personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen (P3D) di Kabupaten/Kota harus selesai paling lambat bulan Maret 2016, agar data P3D tersebut dapat dijadikan dasar untuk perencanaan anggaran pendidikan tahun 2017. Di sisi lain, jumlah satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan khusus yang tersebar di 23 Kabupaten/ Kota se-aceh cukup besar, sehingga proses inventarisasinya secara seksama akan memakan waktu yang panjang. Jika kita gagal menyelesaikannya tepat waktu, saya khawatir proses penganggaran program-program pendidikan untuk tahun anggaran 2017 akan terkendala. Kedua, Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Pemerintah diberi tugas meningkatkan kualifikasi guru yang belum meraih Sarjana (S1) atau Diploma IV (D/IV) selama sepuluh tahun. Dengan demikian, deadline Pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan guru jatuh pada akhir tahun 2015 ini. Terkait dengan hal tersebut, 5
saya minta jajaran Dinas Pendidikan dan instansi terkait di lingkungan Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota agar mengatur sebaik mungkin pemindahan guru yang belum meraih S1 atau D IV tersebut menjadi tenaga administrasi atau tenaga non-guru lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya berharap, momentum ini dapat dimanfaatkan sebagai langkah strategis untuk menata persebaran guru di setiap sekolah, sehingga keluhan masyarakat tentang kekurangan guru di daerah pedesaan dan kelebihan guru di perkotaan tak perlu terjadi lagi. Ketiga, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013 secara menyeluruh di semua sekolah. Meskipun pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberi keleluasaan kepada sekolah-sekolah yang belum siap menerapkan Kurikulum 2013 untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006, namun Aceh harus sudah mulai menerapkan Kurikulum 2013 secara menyeluruh untuk semua sekolah tanpa kecuali. Menurut hemat saya, penundaan implementasi Kurikulum 2013 akan membuat Aceh tertinggal dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Saya minta kepada seluruh instansi terkait di lingkungan Pemerintah Aceh dan 23 Kabupaten/Kota segera menuntaskan persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013 dan mencanangkan pelaksanaannya secara menyeluruh. Saya memahami betapa beratnya tugas membangun pendidikan Aceh yang berkualitas, relevan dan berdaya saing. Tantangan bagi dunia pendidikan tidak semakin ringan, seiring dengan dinamika perubahan global yang berlangsung cepat. Dalam kondisi yang demikian, kita harus memantapkan semangat dan komitmen kita untuk terus berjuang mengantarkan generasi baru kita ke depan pintu gerbang kejayaan Aceh. Oleh sebab itu, kepada seluruh insan pendidikan terutama para guru dan peserta didik, saya mengimbau, mari kita bersama-sama bergerak cepat meningkatkan kualitas pendidikan Aceh di semua lini. Saya percaya, dengan potensi yang ada disertai kerja keras semua lini, perubahan itu dapat kita capai. Bekerja keras dan berdo a kepada Allah SWT, inilah prinsip yang harus kita pegang bersama. Demikian sambutan saya dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Aceh tahun 2015 ini. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih atas dedikasi para guru, 6 7
insan pendidikan dan pelajar Aceh yang telah mengharumkan nama daerah kita di tingkat nasional dan internasional. Semoga prestasi yang diraih menjadi pendorong semangat kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah ini. Selamat Hari Pendidikan Aceh ke-56. Mari berbenah demi pendidikan Aceh nan Jaya! Amin. Amin ya Rabbal Alamin. Wabillahitaufiq walhidayah Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh G U B E R N U R A C E H dr. H. ZAINI ABDULLAH