GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 1 ISSN (E) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan ABSTRAK

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

SNI Standar Nasional Indonesia SNI

ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN, PROVINSI JAWA BARAT. Eka Kadarsetia

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

ZONASI DAERAH BAHAYA LONGSOR DI KAWASAN GUNUNG TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

PENYUSUNAN PETA MIKROZONASI KERENTANAN GERAKAN TANAH BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH KUNINGAN, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: Cecep Sulaeman, Yunara Witarsa, Rahayu Robiana, dan Sumaryono

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENYELIDIKAN STABILITAS LERENG PADA JALUR JALAN KRUI-LIWA, KABUPATEN LIWA, PROVINSI LAMPUNG. Rachman SOBARNA

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

STUDI LONGSORAN YANG TERDAPAT DI JALAN TOL SEMARANG SOLO SEGMEN SUSUKAN-PENGGARON

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

penghidupan masyarakat (Risdianto, dkk., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SIDANG TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALIVIA DESI ANITA KUSUMA NINGTYAS NRP

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA ALAM GERAKAN TANAH BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR PENGONTROL DI WILAYAH KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH

Bencana Benc Longsor AY 11

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

Transkripsi:

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman Sari Jalur Cadas Pangeran merupakan daerah rawan dan berisiko terhadap gerakan tanah. Dalam kurun waktu 8 tahun sudah terjadi lima kali gerakan tanah. Kondisi gerakan tanah lama dan kondisi tiang penyangga jalur Cadas Pangeran sudah mengalami retak-retak dan berlubang sehingga berisiko tinggi terjadi bencana gerakan tanah dan runtuhnya tiang penyangga. Berdasarkan hasil pemantauan dan penyelidikan, diketahui bahwa pada Tiang penyangga dan lereng di jalur jalan ini mengalami deformasi horizontal sebesar.3 1.2 cm. Sedangkan pergeseran vertikal sampai 18.6 cm dalam kurun waktu dua bulan. Mengingat padatnya lalu lintas dan beban kendaraan yang melebihi tonase desain tiang penyangga, maka pembatasan tonase kendaraan yang melewati jalur ini sangatlah penting. Kejadian gerakan tanah dan retaknya tiang penyangga di Cadas Pangeran tidak hanya dipicu oleh curah hujan dan meningkatnya tekanan air pori, tetapi juga dipicu oleh beban kendaraan yang melebihi tonase desain awal tiang penyangga. Kata kunci : gerakan tanah, deformasi, curah hujan, beban kendaraan Pendahuluan Ruas Cadas Pangeran berada pada jalur Bandung Cirebon yang merupakan jalur utama dan strategis bagi perekonomian nasional dan regional terlihat dari volume lalulintas ratarata diatas 18.5 kendaraan/ hari. Jalur Bandung Sumedang yang melewati Cadas Pangeran juga merupakan satu-satunya alternatif jalur transportasi yang tersedia saat ini untuk pergerakan antara dua wilayah pengembangan, yaitu wilayah Bandung, Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan. Kondisi tiang penyangga mengalami retak dan bencana alam gerakan tanah sering terjadi di jalur jalan Cadas Pangeran menyebabkan daerah ini sangat berisiko terhadap keruntuhan konstrusi dan gerakan tanah. Berdasarkan basis data gerakan tanah terjadi di tahun 22, 26 dan 3 April 29, Mei dan November 21. Pemantauan tiang penyangga dan pergerakan lereng yang intensif sangat penting dilakukan di jalur Cadas Pangeran ini. Metodologi Penyelidikan Metoda penyelidikan yang dilakukan adalah metode langsung, meliputi: pengamatan kondisi Hal :23 geologi setempat, jenis gerakan tanah, dimensi gerakan tanah, faktor penyebab gerakan tanah, tata guna lahan, kondisi keairan, pengamatan jenis, sifat fisik tanah serta pemantauan deformasi dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS) pada jalur jalan dan tiang penyangga di Cadas Pangeran, Sumedang. Landasan Teori Cruden (1991) mendefinisikan longsoran (landslide) sebagai pergerakan suatu massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun lereng (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng. Namun sebelumnya, Varnes (1978) mengusulkan terminologi gerakan lereng (slope movement) yang dianggap lebih tepat untuk mendefinisikan longsoran, yaitu sebagai gerakan material penyusun lereng ke arah bawah atau keluar lereng dibawah pengaruh gravitasi bumi. Metoda pemantauan GPS adalah metoda penentuan posisi dari beberapa titik secara teliti (orde ketelitian mm-cm) terhadap satu atau beberapa titik kontrol (pantau) yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan data pengamatan fase dari beberapa satelit GPS yang diamati selang waktu tertentu. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,Desember 21 : 23-31

Prinsip studi gerakan tanah dengan metoda ini adalah dengan membandingkan koordinat dari beberapa titik pantau pada daerah rawan bencana gerakan tanah yang diperoleh dari beberapa pemantauan GPS yang dilakukan dengan selang waktu tertentu. Untuk mendapatkan nilai perbedaan koordinat yang baik dengan tingkat ketelitian dalam orde beberapa mm. Lama pengamatan di setiap titik disesuaikan dengan jarak antar titik pantau. Perhitungan pergeseran horisontal maupun vertikal dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. b) Pergeseran vertikal Gambar 1. Penghitungan pemantauan gerakan tanah (Abidin H. Z, 2 ) a) pergeseran horizontal; b) pergeseran vertikal; c) panjang pergeseran HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Secara umum kondisi morfologi lokasi tiang penyangga dan jalur Cadas Pangeran di wilayah Sumedang Selatan merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng terjal (> 25 ). Lokasi tersebut berada pada kaki bukit dengan kemiringan lereng antara 25-4 dan ketinggian antara 5 8 meter di atas permukaan laut. Pada bagian bawah lembah mengalir Sungai Ciledug dan Sungai Cipeles di bagian atasnya berupa hutan, ladang dan sawah serta terdapat kolam ikan. Geologi Desa Ciherang dan sekitarnya tersusun oleh produk gunung api muda tak teruraikan (Qyu) yang terdiri dari pasir tufaan, lapili, breksi, lava, aglomerat sebagian berasal dari Gunung Tangkubanparahu dan sebagian dari Gunung Tampomas. Membentuk dataran kecil atau bagian-bagian rata dan bukit-bukit rendah Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 21 : 24-31 Hal :24

antara Sumedang - Bandung. Hasil gunungapi tua (Qvb) terdiri dari breksi gunung api aliran lahar dengan susunan komponennya antara andesit basal. Hasil gunung api tua lava (Qvl) yang terdiri lava menunjukkan kekar lempeng dan kekar tiang, terdiri dari batupasir tufa, konglomerat, batulempung dan kadang-kadang dan batupasir gampingan dan batugamping Formasi Kaliwungu (Pk). Pada umumnya daerah yang mengalami gerakan tanah disusun oleh breksi andesit dan pasir tufaan. Gambar 2. Kondisi Geologi Daerah Cadas Pangeran (Silitonga, 1973) Keairan Akuifer tertekan dan keluarnya air melalui rekahan batuan (fractured aquifer) merupakan kondisi hidrologi pengontrol gerakan tanah/ longsor di daerah ini, kedalaman muka air tanah 3 8 m. Namun demikian, penyelidikan yang lebih rinci tentang stratigrafi, kemiringan dan diskontinuitas batuan sangat diperlukan untuk menganalisis mekanisme saturasi lereng. Memahami mekanisme tersebut akan mendukung prediksi karakteristik curah hujan pemicu gerakan tanah dan perlindungan/ perkuatan lereng disekitar Cadas Pangeran. Hal :25 Kerentanan Gerakan Tanah Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Bagian Barat (Djadja, 29), Lokasi bencana termasuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Tinggi artinya pada zona ini sering atau dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan (Gambar 3). Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,Desember 21 : 25-31

Gambar 3. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jalur Cadas Pangeran (Djadja, 29) Jenis Gerakan Tanah Dan Kondisi Tiang penyangga Potensi gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran dan rayapan atau gerakan tanah tipe lambat (Gambar 4 dan 6). Bekas longsoran membentuk tapal kuda dengan lebar 1 meter, panjang material yang longsor 5 m, longsoran ini mengarah ke jalan raya Bandung - Sumedang. Sedangkan pada bagian atas lereng terdapat retakan dengan panjang 1 meter dan lebar.5-2 cm. Berdasarkan pengamatan lapangan kondisi tiang penyangga ada yang berongga dan sudah terdeformasi (Gambar 5), sehingga perlu antisipasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/ patahnya tiang penyangga. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 21 : 26-31 Hal :26

a. b. Gambar 4.a. Daerah rawan gerakan tanah baik berupa tanah longsor dan runtuhan batu di jalur Cadas Pangeran, b. Deformasi pada tebing disisi jalan Cadas Pangeran Km 36 sampai 37 Retakan pada tiang penyangga di Cadas Pangeran Retakan pada tiang penyangga di Cadas Pangeran Retakan pada tiang penyangga di Cadas Pangeran Bagian bawah tiang penyangga yang berongga dan aspal jalan sudah kelihatan Gambar 5. Kondisi tiang penyangga di Jalur Cadas Pangeran Hal :27 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,Desember 21 : 27-31

Gambar 6. Material longsoran dan retakan yang berada di bagian puncak bukit Penyebab dan Mekanisme Gerakan Tanah Penyebab gerakan tanah dan deformasi tiang penyangga di lokasi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Beban kendaraan yang melebihi tonase karena jalur tiang penyangga ini didesain untuk kendaraan dengan berat 8 ton, tetapi kenyataan dilapangan beban tonase jalan mencapai > dari 2 ton dan kondisi tiang penyangga yang sudah tidak menumpang pada batuan dasar. Topografi daerah bencana berupa perbukitan dengan kemiringan lereng terjal Kondisi geologi penyusun lereng berupa breksi, batupasir tufan, batunapal yang terkekarkan dan lapuk secara intensif. Adanya kontak antara tanah pelapukan dengan batuan dasar, batuan dasar ini berfungsi sebagai bidang gelincir. Perubahan tata guna lahan bagian atas lereng sebagai kolam dan lahan persawahan. Kondisi drainase lereng yang kurang baik sehingga turut memicu terjadinya gerakan tanah/deformasi. Kandungan air yang tinggi di daerah tersebut turut memicu terjadinya gerakan tanah dan deformasi pada tiang penyangga. Kandungan air dan tekanan air pori dalam tanah meningkat, bobot masa tanah menjadi bertambah, daya ikat antar butiran tanah (kohesi) dan kuat geser (friksi) berkurang, sehingga tanah penyusun lereng mengalami jenuh air. Interaksi dari faktor pengontrol dan pemicu longsoran tersebut menyebabkan struktur tiang penyangga dan batuan tersebut kehilangan kekuatannya, sehingga lereng menjadi tidak stabil dan terjadilah deformasi. Pemantauan Laju Gerakan Tanah Pengukuran Periode Juli Agustus 21 Pergeseran horisontal dan vertikal diperoleh dari selisih posisi hasil pengukuran ke 2 dengan ke 1. Nilai pergeseran diperlihatkan pada Tabel dan 1 Gambar 7. Secara horisontal nilai pergeseran rata-rata 1 cm. Sedangkan secara vertikal yang mengalami pergeseran terbesar yaitu PTK2 naik sebesar 18, 62 cm. Sedangkan PTK1 turun sebesar,21 cm, dan PTK3 naik sebesar,3 cm. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 21 : 28-31 Hal :28

Tabel 1. Pergeseran horisontal dan vertikal Agustus 21 Juli 21 Nama patok PAT PTK1 PTK2 PTK3 dx (cm) vertikal dz (Cm) dy (cm).81 1.1 -.36 -.22.1 1.4 -.21 18.62.3 panjang vektor horizontal arah ( ) (Cm).84 15.2 1.1 89.43 1.1 34.91 Gambar 7. Pergeseran horizontal Agustus 21 Juli 21 (Sumaryono, dkk) Secara horizontal menunjukkan patok ukur di Cadas Pangeran mengalami pergeseran horisontal relatif kecil dengan nilai rata-rata 1 cm. Sedangkan secara vertikal menunjukkan bahwa patok ukur PTK2 naik sebesar 18,6 cm. Periode Pengukuran Agustus Oktober 21 Nilai pergeseran pada bulan Agustus dibandingkan dengan Oktober, diperlihatkan pada Tabel 2 dan Gambar 8. Secara horisontal nilai pergeseran berkisar antara,37 cm hingga Hal :29 1,2 cm. Arah pergeseran horizontal patok ukur yang berada di pinggir jalan (PTK1, PTK2, dan PTK3) ke barat daya atau mengarah ke lembah. Sedangkan arah pergeseran patok ukur yang berada di kebun (PTK5, dan PTK6) ke timur laut (ke arah jalan raya yang berada di bawah patok ukur tersebut), kecuali patok PTK4 ke barat laut (Gambar 8). Secara vertikal umumnya patok ukur naik dengan nilai antara,17 cm hingga 1,82 cm, kecuali patok ukur PTK5 dan PTK6 turun masing-masing,78 cm dan,94 Cm. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,Desember 21 : 29-31

Tabel 2. Pergeseran horisontal dan vertikal periode Agustus Oktober 21 Nama patok PAT PTK1 PTK2 PTK3 PTK4 PTK5 PTK6 delta X (cm). -.54 -.28 -.1-1.9.35.64 delta Y (cm). -.59 -.58 -.9.5.13.28 delta Z vertikal (Cm)..52 1.82.19.17 -.94 -.78 panjang vektor horizontal (Cm)..8.64.91 1.2.37.7 arah ( ) 227.53 244.23 263.66 294.64 2.38 23.63 Gambar 8. Pergeseran horizontal Agustus Oktober 21 (Sumaryono, dkk) Berdasarkan hasil pemantauan bahwa di daerah ini mengalami deformasi/pergerakan baik pada tiang penyangga maupun pada lereng. Patok ukur yang berlokasi di tiang penyangga Cadas Pangeran mengalami pergeseran horisontal ke arah lembah (barat daya) dengan nilai antara,64 cm -,91 cm. Patok ukur tersebut naik dengan nilai antara,19 cm - 1,82 cm. Patok ukur yang berlokasi di kebun (di atas jalan Cadas Pangeran) mengalami pergeseran horizontal ke arah jalan (timur laut) dengan nilai antara,37 cm -,7 cm. Patok ukur tersebut turun dengan nilai masing-masing cm,78 -,94 cm. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3, Desember 21 : 3-31 Hal :3

Daftar Pustaka Kesimpulan dan Saran Hasil pemantauan menunjukkan di daerah ini mengalami deformasi/pergerakan baik pada tiang penyangga maupun pada lereng. Patok ukur yang berlokasi di tiang penyangga Cadas Pangeran mengalami pergeseran horizontal ke arah lembah (barat daya) dengan nilai antara,64 cm -,91 cm. Patok ukur tersebut naik dengan nilai antara,19 cm - 1,82 cm. Patok ukur yang berlokasi di kebun (di atas jalan Cadas Pangeran) mengalami pergeseran horisontal ke arah jalan (timur laut) dengan nilai antara,37 cm -,7 cm. Patok ukur tersebut turun dengan nilai masing-masing,78 cm -,94 cm. Mengingat beban kendaraan yang melebihi tonase (sampai 2 ton) pada jalur tiang penyangga ini maka disarankan agar tonase kendaraan yang melewati jalur ini sesuai dengan desain tiang penyangga (maksimal 8 ton). Jenis gerakan tanah yang terjadi di jalur Cadas Pangeran, Sumedang berupa longsoran dan rayapan. Berdasarkan pengamatan lapangan kondisi tiang penyangga berongga dan sudah terdeformasi sehingga perlu antisipasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/patahnya tiang penyangga. Jalur Cadas Pangeran adalah daerah rawan gerakan tanah sehingga pengendara yang melewati jalur ini harus waspada terutama saat musim hujan. Hal :31 Abidin, Hasanuddin Z, 2, Penentuan posisi dengan GPS dan aplikasinya, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Cruden D.M., 1991. A simple definition of a landslide. IAEG Bull., 43, 27-29 Djadja, 29, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Lembar Jawa Bagian barat, Skala 1 : 25., Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Silitonga, P.H, Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa, Skala 1 : 1., Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, 1973. Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman, 21, Laporan peringatan dini gerakan tanah jalur Cadas Pangeran, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (tidak di terbitkan). Varnes, D.J. 1978. Slope Movement Types and Processes. Special Report 176; Landslides; Analysis and Control, Eds : R.L. Schuster dan R.J. Krizek, Transport Research Board, National Research Council, Washington, D.C. pp.11-33. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 3,Desember 21 : 31-31