LAPORAN PENELITIAN (Working Paper)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Perusahaan go public di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Informasi merupakan unsur yang penting bagi investor dan pihak-pihak yang

Abstrak. Kata kunci: audit report lag, audit tenure ukuran kantor akuntan publik, dan spesialisasi auditor.

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN TENURE AUDIT TERHADAP AUDIT REPOT LAG (ARL) DENGAN SPESIALISASI AUDITOR INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan

BAB 1 PENDAHULUAN. para pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan menurut Jensen and Meckling (1976) adalah teori yang

BAB I PENDAHULUAN. kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip-prinsip yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan aktivitas di Bursa Efek Indonesia kini berkembang pesat.

keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan go public. Peningkatan jumlah perusahaan go public diikuti dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (manajemen) dengan principal (pemegang saham). Principal merupakan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan serta kinerja perusahaan. Informasi ini digunakan untuk keperluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Sinyal (Signal theory) menekankan kepada pentingnya informasi

Sandiba Giwang Permata Dewi, Etna Nur Afri Yuyetta 1

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan berkembangnya perusahaan go public di Indonesia. Perusahaan go

PENDAHULUAN. akuntansi yang dirancang untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan perusahaan go public. Pasar yang efisien dan efektif

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi menghasilkan laporan kegiatan ekonomi dari suatu entitas yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP- 36/PM/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan, khususnya oleh beberapa pihak seperti kreditor, investor,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia keuangan di Indonesia kini berkembang pesat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTU PENYELESAIAN AUDIT (AUDIT DELAY)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan ( annual report) kepada

BAB I PENDAHULUAN. secara ekonomis serta pengelolaan sumberdaya secara kualitatif melalui kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi di Indonesia saat ini, banyak perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 PENGARUH TENUR AUDIT, ROTASI AUDIT DAN REPUTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan dan penyampaian informasi keuangan dari suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Solvabilitas terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan berupa informasi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah perusahaan go public pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan pada suatu perusahaan publik dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. switching dalam memprediksi audit delay. Teknik analisis data yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan (Yendrawati dan Rokhman 2008, dalam Dewi, 2013). laporan dalam membuat keputusan-keputusan pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu mempublikasikan laporan keuangan tergantung dari lamanya

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media informasi dan tanggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

eksternal karena laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ada kemungkinan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan. perusahaan (Widosari dan Rahardja, 2012).

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN (Working Paper) PENGARUH KUALITAS AUDIT, TENUR AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG DENGAN SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI R. Wedi Rusmawan Kusumah*, Daniel T.H. Manurung*, *Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, Bandung Dipresentasikan pada kegiatan: 3 rd International Conference for Business Economics and Social Sciences (ICBESS 2016), Bali, 10-11 Agustus 2016 DISUSUN OLEH: Ketua Tim Peneliti : Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah.,SE.,M.Si.,Ak.,CA NIP/NIDN : 111.0297.038/0403046703 Anggota Tim : Daniel T. H. Manurung.,SE.,MSA.,Ak.,CA.,CSRS NIP/NIDN : 111.0612.263/0415018603 FAKULTAS EKONOMI Universitas Widyatama Agustus 2016 1

Pengaruh Kualitas Audit, Tenur Audit Terhadap Audit report lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Variabel Moderasi R. Wedi Rusmawan Kusumah*, Daniel Manurung* *Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, Bandung Abstrak This research aimed to analyze the effect of audit quality and audit tenure on audit report lag with auditor industry specialization as a moderating variable empirical study on the enterprise - manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2013-2014.Hasil from this study showed that audit tenure has influence on audit report lag. Audit quality has a significant influence on audit report lag. auditor industry specialization significant effect on relations audit tenure and audit report lag with the direction of the positive coefficient. auditor industry specialization does not significantly influence relationship quality audit and audit report lag negative direction. Keyword: Audit report lag, tenure audit, quality audit, specialization auditor, profitability, size 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan bentuk penyampaian hasil kinerja keuangan dari sebuah perusahaan selama periode tertentu kepada pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut, baik pihak internal maupun pihak eksternal. Menurut Maith (2013) laporan keuangan merupakan instrumen yang penting untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan, prestasi, dan rencana perusahaan. Laporan keuangan perusahaan tercermin sejarah proses perusahaan dalam mencapai tujuan baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang serta dapat dipergunakan untuk membantu langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pihak yang menggunakan laporan keuangan di masa depan. Perkembangan perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang meningkat. Karena laporan keuangan perusahaan merupakan hal utama dalam memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Namun, didalam laporan keuangan terdapat asymetri informasi keuangan perusahaan dan potensi konflik kepentingan antara manajemen perusahaan dan pengguna informasi keuangan dari pihak luar, maka dari itu laporan keuangan perusahaan perlu diaudit oleh pihak ketiga untuk menilai tingkat kewajaran laporan keuangan yang dilaporkan oleh manajemen. Perkembangan jumlah perusahaan yang melakukan go public mengalami fluktuasi dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2012. Adanya penurunan jumlah perusahaan go public ditahun 1999 dan 2005 disebabkan oleh krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada waktu itu sehingga perusahaan tidak ingin mengambil resiko go public saat krisis. Akan tetapi setelah krisis moneter pertama ditahun 1999 dan krisis moneter kedua ditahun 2005, secara garis besar perusahaan yang melakukan go public menunjukkan tren positif atau menaik. Hal ini dapat dilihat ditahun 1997 terdapat 282 perusahaan go publik hingga ditahun 2012 mencapai peningkatan drastis dengan 459 perusahaan melakukan go public sedangkan di tahun 2016 total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mencapai 525 perusahaan emiten. Perusahaan go public di Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Ketua Bapepam dan LK peraturan Nomor X.K.6, bagi perusahaan yang go public, 3

perusahaan wajib mempublikasi laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. Regulasi tersebut menyatakan : Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir. Berdasarkan regulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kewajiban perusahaan go public adalah menyampaikan laporan keuangan auditan. Hal ini mengakibatkan perkembangan peningkatan perusahaan go public juga diikuti perkembangan peningkatan permintaan audit atas laporan keuangan. Perkembangan permintaan audit menunjukan tanggung awab akuntan publik dalam memberikan jasa audit juga mendukung tanggungjawab manajemen. Tanggung jawab manajemen adalah menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam memberikan informasi kepada pemegang saham maupun pihak pihak lain pengguna laporan keuangan. Tanggung jawab auditor membuat opini audit mengenai wajar atau tidaknya laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Laporan keuangan menjelaskan informasi kegiatan operasional dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK Nomor 1 tahun 2016, laporan keuangan terdiri atas 1) Laporan Posisi Keuangan 2) Laporan Laba Komprehensif 3) Laporan Perubahan Ekuitas 4) Laporan Arus Kas 5) Catatan atas Laporan Keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia-IAI, 2012). Dalam pencapaian tujuan laporan keuangan tersebut diperlukan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingkan serta sesuai dengan PABU (Prinsip Akuntasnsi Berterima Umum) pada penyusunan dan penyajiannya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dasar untuk menyusun perencanaan kegiatan perusahan, mengendalikan perusahaan, dasar pembuatan keputusan, bahan pertimbangan dan pertanggung jawaban terhadap pihak eksternal. Dibuat dengan tujuan memberikan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan, dan perubahan posisi keuangan perusahaan. Berdasarkan tujuan tersebut, diharapkan para pengguna laporan keuangan dapat menilai informasi yang disajikan sebagai dasar membuat keputusan ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan tersebut (Ghozali & Chairiri, 2007) dalam (Andika Kumara, 2014). Menurut Menurut Kieso et.al (2011) Karakteristik kualitatif laporan keuangan terdiri dari : 4

a. Laporan keuangan harus relevan, artinya laporan keuangan harus menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan penggunanya. b. Laporan keuangan harus dapat dimengerti oleh para pemakainya. Oleh karena itu laporan keuangan harus dinyatakan dalam bentuk istilah-istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian pemakainya c. Laporan keuangan harus dapat diuji kebenaranya oleh penguji yang independen dan objektif dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. d. Laporan keuangan harus netral, dalam arti tidak disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak tertentu, melainkan harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum pemakai informasi. e. Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu, sehingga pengambilan keputusan dapat ditetapkan sedini mungkin. f. Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan tesebut pada periode sebelumnya. g. Laporan keuangan harus lengkap, dalam arti menyajikan informasi keuangan yang memadai sesuai dengan yang diperlukan oleh pemakainya. Laporan Keuangan berisi informasi yang bermanfaat bagi para penggunanya. Seperti yang dijelaskan oleh PSAK No. 1 Tahun 2015 pengertian laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas, sedangkan tujuan pembuatan laporan keuangan yaitu, memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Maka dari itu laporan keuangan yang baik harus memenuhi syarat-syarat antara lain relevan, jelas, dan dapat dimengerti, dapat diuji kebenarannya, netral, tepat waktu, dan dapat diperbandingkan. Kualitas audit umumnya didefinisikan sebagai kemungkinan auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji material yang terjadi dalam laporan keuangan perusahaan klien (DeAngelo, 1981). Kemungkinan seorang auditor untuk melaporkan salah saji material yang terjadi dalam laporan keuangan perusahaan klien ini tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi. Hal ini dikarena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. (Al-Thuneibat, Issa, & Baker, 2011) berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya akan berdampak pada timbulnya kedekatan antara mereka dimana hal 5

tersebut dapat mempengaruhi independensi auditor dalam mendeteksi dan melaporkan salah saji material yang ada dalam laporan keuangan perusahaan klien sehingga akan mengurangi kualitas audit. Dengan menggunakan pendekatan diskresioner akrual mereka menyimpulkan bahwa hubungan auditor-klien memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Berbeda dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh (Al-Thuneibat et al., 2011; Jackson & Roebuck, 2008) menemukan bahwa rotasi Kantor Akuntan Publik tidak akan meningkatkan kualitas audit. Mengingat adanya biaya yang digunakan dari awal masa perikatan antara auditor dan klien, maka dalam hal ini untuk melakukan rotasi pada auditor-auditornya, perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya yang tidak penting untuk kantor akuntan maupun untuk perusahaan dan menghasilkan manfaat yang minimal. Dalam penelitian (Jackson & Roebuck, 2008), menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat apabila dikaitkan dengan lamanya hubungan auditor-klien ketika diproksikan dengan opini going concern dan tidak berpengaruh apabila diproksikan dengan diskresioner akrual. Oleh karena itu, (Jackson & Roebuck, 2008) mendukung teori bahwa semakin lama hubungan auditor dan klien maka kualitas pelaporan audit akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kompetensi auditor atas kinerja klien. Auditor beserta Kantor Akuntan Publik yang menaunginya bertanggungjawab penuh atas opini laporan keuangan. Oleh karena itu, dibutuhkan independensi dan profesionalisme dalam memberikan opini audit. Hal ini didukung oleh adanya sejumlah sanksi yang diterapkan bagi setipa pelanggaran independensi dalam audit laporan keuangan. Sedangkan untuk menjamin profesionalisme dalam melaksanakan tugas audit serta terpenuhinya dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan, auditor berkewajiban memenuhi standar profesi auditor yang terangkum dalam standar professional akuntan publik (SPAP). Kewajiban memenuhi standar profesi dan tanggung jawab atas opini audit menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan auditor dalam memenuhi standar profesi yang berlaku. Kondisi ini kemudian akan mengakibatkan penundaan pengumuman laporan keuangan publik, dimana penundaaan pengumuman laporan keuangan tersebut bertentangan dengan kriteria profesionalisme auditor yang juga dapat dilihat dari ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan auditan (Subekti & Wulandari Widyanti, 2004) dalam (Rahayu Wiguna, 2012). 6

Menurut (Putri Wardhani & Raharja, 2013) laporan keuangan apabila disajikan tepat waktu maka mencerminkan kualitas yang baik dari pelaporan keuangan dan perusahaan. Hal ini senada dengan (Dyer Iv & Mchugh, 1975) yang menyatakan bahwa dalam catatan laporan keuangan memiliki elemen pokok yaitu ketepatan waktu. Harahap (2007) menyatakan bahwa tepat waktu merupakan salah satu karakteristik dari laporan keuangan. Ketepatan waktu laporan keuangan juga telah diatur oleh BAPEPAM dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Hambatan dalam mencapai ketepatan waktu laporan keuangan menurut (Rachmawati, 2008) adalah adanya peningkatan jumlah perusahaan publik di Indonesia dan standar umum ketiga pelaksanaan audit yang mengharuskan auditing dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan mengumpukan bukti-bukti yang cukup memadai. Pham (2014) menyatakan bahwa jika penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang tidak pasti. Apabila laporan keuangan mengganggu dalam pembuatan keputusan, maka laporan keuangan tersebut telah kehilangan kualitas dan dianggap telah hilang kerelevanannya (Putri Wardhani & Raharja, 2013). Menurut (Chambers & Penman, 1984) ketika investor tidak menerima laporan keuangan tepat waktu akan menjadikan berita buruk bahwa perusahaan memiliki kinerja yang tidak baik dan tanda akan mendapat return yang abnormal negatif atas hasil investasi. Perolehan kecermatan, ketepatan dan keahlian audit akan semakin diperoleh dengan lamanya masa perikatan audit dengan kliennya. Lamanya masa perikatan kerja auditor dengan kliennya dalam pemeriksaan laporan keuangan disebut dengan Tenure audit. Dalam penelitian ini penentuan Tenure audit adalah sebagai suatu KAP sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Habib & Bhuiyan, 2011) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014). Menurut (Lee, Mande, & Son, 2009) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014) menyatakan bahwa semakin meningkat Tenure audit maka pemahaman auditor atas operasi, risiko bisnis, serta sistem akuntansi perusahaan akan turut meningkat sehingga menghasilkan proses audit yang lebih efisien. Sebaliknya jika auditor melakukan perikatan audit pada klien baru maka jangka waktu penyelesaian audit akan lebih panjang. Hal ini disebabkan auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan pencatatan, kegiatan operasional, kendali internal, serta kertas kerja (working paper) periode lalu perusahaan pada awal perikatan, (Ashton, Willingham, Elliott, & Elliotttt, 1987; Giwang Permata Dewi, 2014; Lee et al., 2009). 7

Keberagamana hasil penelitian mengenai pengaruh tenure KAP dan kualitas audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit yang saling bertentangan, menimbulkan keinginan peneliti untuk mengetahui apakah adanya peran variabel yang memoderasi hubungan Tenure audit dan kualitas audit terhadap Audit report lag. Menurut (Giri, 2010) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014) tenure yang panjang dari suatu KAP akan menambah pengetahuan KAP dan atau auditor mengenai bisnis perusahaan sehingga dapat merancang program audit yang lebih baik. Hal ini akan semakin didorong oleh KAP yang berspesialis industri. Selain itu auditor yang memiliki banyak pengalaman melakukan audit dan terkonsentrasi disuatu industri tertentu juga dapat disebut sebagai auditor spesialis. Dalam penelitian (Habib & Bhuiyan, 2011) membuktikan bahwa Tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit yang berpengaruh secara negatif dapat diperkuat apabila audit atas laporan keuangan dilakukan oleh auditor spesialis industri. Hal ini dikarenakan bahwa auditor yang memiliki predikat spesialis industri memiliki pemahaman audit yang lebih mendalam dan memiliki keahlian pada bidang industri tertentu yang dapat dilihat dari pangsa pasar auditor KAP. Hal ini akan memberikan pengaruh Audit report lag yang semakin pendek. Auditor disebut sebagai spesialisasi di suatu industry apabila auditor tersebut telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berfokus pada suatu industry tertentu. Selain itu, auditor yang memiliki banyak pengalaman melakukan audit dan terkonsentrasi di suatu industry tertentu juga dapat disebut sebagai auditor spesialis (Solomon, Shields, & Whittington, 1999) dalam (Rahayu Wiguna, 2012). (Habib & Bhuiyan, 2011; Rahayu Wiguna, 2012) membuktikan bahwa auditor yang berpredikat spesialis industri dapat menyelesaikan audit lebih cepat dibandingkan dengan auditor yang bukan spesilis industry oleh adanya pengetahuan spesifik atas suatu industry yang berperan secara signifikan dalam penyelesaian proses audit. Hasil penelitian (Habib & Bhuiyan, 2011) kemudian mendasari pertimbangan pengaruh negative Tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit dapat diperkuat apabila audit atas laporan keuangan dilakukan oleh auditor spesilis industri. Beberapa penelitian tentang Audit report lag yang telah banyak ditemukan di Indonesia termasuk faktor-faktor yang telah mempengaruhi Audit report lag. Penelitian Audit report lag yang telah dilakukan oleh para peneliti merupakan (Ashton et al., 1987);(Habib & Bhuiyan, 2011); (Naimi Mohamad-Nor, Shafie, & Wan-Hussin, 2010); (Jaggi & Tsui, 1999); (Rahayu Wiguna, 2012); (Giwang Permata Dewi, 2014); (Subekti & Wulandari Widyanti, 2004); (Rachmawati, 2008). 8

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh (O. Enofe, O. Ediae, & C. Okunega, 2013) menyebutkan bahwa kualitas audit berhubungan secara positif terhadap audit reporting lag. Hal ini menambah indikasi penelitian ini bahwa kualitas audit dengan proxy earning surprise benchmark akan mempengaruhi jangka waktu penyelesaian audit (ARL). Argumen penelitian ini menggunakan proxy earning surprise benchmark adalah data mengenai manajemen laba mudah didapatkan di Indonesia selain itu earning surprise benchmark merupakan pengukuran yang masih jarang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Dao & Pham, 2014) mengenai pengaruh audit tenure terhadap Audit report lag dengan variabel moderasi auditor spesialis industri. Adanya variabel moderasi auditor spesialis industri ini menurut (Dao & Pham, 2014) karena penelitian-penelitian mengenai Audit report lag terdahulu hanya meneliti faktor faktor yang mempengaruhi Audit report lag dan diharapkan penggunaan auditor spesialis industri dapat mengurangi Audit report lag. (Rahayu Wiguna, 2012) membuktikan adanya hubungan Tenure audit dengan Audit report lag (ARL) yang tidak signifikan secara negatif. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan (Lee et al., 2009), serta mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Wiguna (2012). Penelitian ini juga memberikan variabel moderasi spesialis industri atas hubungan Tenure audit dan kualitas audit terhadap Audit report lag (ARL). Berdasarkan uraian dan beberapa penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualitas Audit, Tenur Audit Terhadap Audit report lag Dengan Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Variabel Moderasi dengan menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur pada tahun 2014-2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: a. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap Audit report lag b. Apakah Tenure audit berpengaruh terhadap Audit report lag c. Apakah Spesilisasi Industri Auditor memoderasi hubungan antara Tenure audit dan Audit report lag d. Apakah Spesialisasi Industri Auditor memoderasi hubungan antara Kualtias Audit dan Audit report lag 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, Tenure audit terhadap Audit report lag dengan spesialisasi Industri auditor sebagai variabel moderasi. Pada perusahaan manufaktur 2014-2015. Sehingga dapat lebih memhami permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam penyampaian laporan keuangan (Audit report lag) dan dapat memberikan kepercayaan terhadap investor. a. Memberikan bukti secara empiris pengaruh kualitas audit terhadap Audit report lag b. Memberikan bukti secara empiris Tenure audit terhadap Audit report lag c. Memberikan bukti empiris antara spesialisasi auditor dengan memoderasi antara Tenure audit dan Audit report lag d. Memberikan bukti empiris antara spesialisasi auditor dengan memoderasi antara kualtias audit dan Audit report lag 1.3.2. Manfaat Penelitian a. Bagi kalangan praktisi, dapat memberikan pemahaman sebagai referensi akan pentingnya penyampaian laporan audit tepat waktu (Audit report lag), kualitas audit serta spesialisasi auditor industry b. Bagi perusahaan, dapat memberikan masukan sehingga mampu melakukan penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang berkualitas dan tepat waktu sehingga dapat mengurangi adanya Audit report lag c. Bagi akademisi, dapat memberikan referensi pengetahuan terhadap pentingnya pemahaman akan kualitas audit, Tenure audit dan Audit report lag 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk memahami corporate governance. (Jensen & Meckling, 1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agent (manajemen) dengan pemilik (principal). Dalam hal ini hubungan ke agenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih yang memperkerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Faishal & Hadiprajitno, 2015). Agent memiliki lebih banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan principal. Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asimetri informasi (Jensen & Meckling, 1976). Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi) ini, dapat menimbulkan 2 permasalahan yang disebabkan karena adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. (Jensen & Meckling, 1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah: 1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja. 2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusanyang diambil oleh agen didasarkan pada informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai kelalaian dalam tugas. Sedangkan, menurut (Eisenhardt, 1989) dalam (Faishal & Hadiprajitno, 2015) teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1. Manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest) 11

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) 3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Sehingga akan menimbulkan adanya konflik keagenan yang dapat menyesatkan stakeholder tentang nilai pasar dan kondisi keuangan perusahaan, hal ini dapat menyebabkan stakeholder melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun demikian berbagai konflik tetap ada dalam perusahaan. Konflik tersebut berupa konflik kepentingan, di antaranya ialah konflik antara manajer dengan pemegang saham. (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Andika Kumara, 2014) menyatakan bahwa jika kedua pihak yaitu principal dan agent berusaha untuk memaksimumkan utilitas masing-masing, maka ada alasan kuat untuk percaya bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan principal. Principal dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan insentif yang sesuai untuk agen. Selain itu Prinsipal bersedia untuk mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring expenditure) guna membatasi penyimpangan yang dilakukan oleh agen. Semua itu disebut dengan biaya keagenan (agency costs). Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada dapat dijelaskan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent (Eisenhardt, 1989). Pihak pemilik (principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi konflik dan agency cost. Adanya masalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari: (Jensen & Meckling, 1976) dalam (Andika Kumara, 2014) a. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengaawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan. b. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang merugikan prinsipal. 12

c. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karena adanya hubungan agensi. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori agensi, dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada peraturan dan ketentuan yang berlaku (Prinsip-Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan BAPEPAM mengenai (Corporate Governance, 2006) Jadi, teori agensi ini yang mendasari terjadinya praktek corporate governance. Dengan adanya praktek corporate governance ini diharapakan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen yang dapat mengakibatkan audit report lag. 2.1.2. Audit dan Standar Auditing Terdapat banyak definisi mengenai auditing diantaranya menurut Arens et al. (2009). Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi antara informasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan auditing terdapat 3 kriteria fundamental yang harus dipenuhi oleh seorang auditor yaitu, (1) auditor harus memiliki independensi yang tinggi, (2) pendapat yang diungkapkan oleh auditor harus berdasarkan bukti bukti pendukung, dan (3) hasil pekerjaan auditor harus dipertanggung jawabkan dalam laporan keuangan auditan. Menurut (Rahayu Wiguna, 2012) kewajiban memenuhi standar profesi dan tanggung jawab atas opini audit menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan. Hal ini memberikan dampak terhadap lamanya penyelesaian audit jika auditor tidak memiliki kemampuan dan kecermatan. Hal ini juga menimbulkan konsekuensi bagi auditor untuk dapat memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam melaporkan laporan keuangan secara tepat waktu. Apabila auditor dapat memenuhi tanggung jawabnya maka publikasi laporan keuangan kepada masyarakat umum akan dapat terlaksana secara tepat waktu. Oleh karena itu apabila penyelesaian audit dapat cepat dilakukan maka informasi yang akan diberikan bagi stakeholder akan lebih cepat penyampaiannya. Menurut (Dyer Iv & Mchugh, 1975) menyebutkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Ketepatan waktu diimplikasikan jangka waktu dalam menyajikan laporan keuangan untuk memberikan informasi perubahan perubahan yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap informasi 13

yang digunakan stakeholder dalam pengambilan keputusannya. Hal ini disimpulkan bahwa stakeholder tidak hanya membutuhkan informasi laporan keuangan yang relevan dan andal. 2.2. Audit report lag Menurut (Rahayu Wiguna, 2012) definisi audit report lag adalah periode waktu antara tanggal akhir tahun fiskal perusahaan dengan tanggal yang tercantum dalam laporan keuangan. Audit report lag juga dapat diartikan lamanya jangka waktu penyelesaian audit hingga laporan keuangan siap untuk dipublikasikan. Jangka waktu penyelesaian audit akan mempengaruhi respon pasar saham. Jangka waktu penyelesaian audit juga akan mempengaruhi ketepatan penyampaian publikasi laporan keuangan. Proses untuk menyediakan informasi akuntansi ke publik memberikan nilai informasi dari laporan keuangan auditan yang akan ditentukan oleh audit report lag. Menurut (Andika Kumara, 2014; Knechel & Payne, 2001) audit report lag adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Dalam meningkatkan pengurangan reporting lag harus memperhatikan isi informasi dan relevansi informasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi timing of earnings announcement berkaitan dengan audit delay (Givoly & Palmon, 1982). Menurut (Dyer Iv & Mchugh, 1975) dalam (Andika Kumara, 2014) membagi keterlambatan atau lag menjadi tiga, yaitu: a. Preliminary lag, adalah interval antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh pasar modal. b. Auditor s signature lag, adalah interval antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal tercantum dalam laporan auditor. c. Total lag, adalah interval antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal. Penelitian lain menurut Cullinan (2003) menyatakan bahwa durasi waktu antara tanggal akhir tahun fiskal dan tanggal pada laporan audit tersebut dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah waktu yang diperlukan oleh klien untuk menutup buku dan mempersiapkan laporan keuangan, yang disebut dengan client preparation time. Bagian kedua merupakan durasi waktu antara tanggal selesainya laporan keuangan dengan tanggal dimulainya audit atas laporan keuangan, yang disebut pause portion of audit delay. Menurut (Bamber, Bamber, & Schoderbek, 1993) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012) pada bagian tersebut menyebutnya dengan istilah incentive for timely 14

reporting, sedangkan pada penelitian Henderson dan Kaplan (2000) menyebutnya dengan istilah incentives for timeliness. Pada bagian terakhir Cullinan (2003) menyatakan, durasi waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan proses audit disebut dengan audit completion time. Pada bagian akhir ini menurut penelitian (Bamber et al., 1993) dan Henderson dan Kaplan (2000) disebut dengan istilah extent of audit work required. Berbagai penelitian menyatakan definisi mengenai audit report lag yang berbeda beda, maka disimpulkan bahwa audit report lag adalah jangka waktu penyelesaian audit. Hal ini akan mempengaruhi ketepatan penyampaian publikasi laporan keuangan tahunan secara tepat waktu. Apabila terjadi keterlambatan publikasi laporan keuangan memberikan dampak terhadap harga saham yang tidak pasti dan investor menjadi lebih sulit dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian salah satu faktor untuk menghindari adanya lamanya audit report lag, adalah menyediakan informasi yang handal dan relevan bagi stakeholder. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2016) menyatakan bahwa informasi mungkin relevan tetapi jika tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Hal ini semakin didukung oleh penelitian (Bamber et al., 1993) bahwa semakin panjang dalam publikasi laporan keuangan maka akan mengurangi relevansi dan keandalan dari informasi yang ada pada laporan keuangan. Oleh karena itu secara langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan investor yang semakin lebih sulit. Hal ini dapat disimpulkan informasi andal dan relavan saling berkesinambungan, sehingga dalam mencapai informasi yang relevan dan andal maka pentingnya fokus pada penyampaian publikasi laporan keuangan secara tepat waktu Ketentuan di Indonesia yang mengatur waktu penyampaian laporan keuangan tahunan berdasarkan Menurut Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik yaitu peraturan nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan Bapepam mewajibkan setiap perusahaan go public yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Bapepam selambatlambatnya akhir bulan ke 6 (180 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.. Penjelasan selanjutnya penelitian ini akan berfokus pada penelitian (Dyer Iv & Mchugh, 1975) mengacu pada istilah auditor s signature lag yaitu, interval waktu antara tanggal akhir tahun fiskal perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera`pada laporan auditor independen. Hal ini 15

dilakukan untuk melakukan penyesuaian dengan penelitian (Lee et al., 2009) yang merupakan penelitian acuan bagi penelitian ini. 2.3. Kualitas Audit Menurut (Jensen & Meckling, 1976) pengauditan merupakan suatu proses pengawasan dan peningkatan keselarasan informasi yang wujud antara manajemen dan pemegang saham. Pengauditan dilakukan dengan harapan dapat mengurangi kekeliruan terhadap sistem akuntansi. Oleh karena itu kualitas audit merupakan faktor utama yang mendapatkan perhatian khususnya dalam proses audit. Definisi kulitas audit menurut (DeAngelo, 1981) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014) lebih menekankan pada kebebasan auditor. Auditor ukuran besar lebih besar bertindak daripada ukuran kecil. Kualitas audit merupakan suatu kemungkinan auditor akan menemukan dan melaporkan kesalahan yang ditemukannnya, dan kebebasan dianggap dapat dikompromikan apabila auditor tidak melaporkan kesalahan tersebut. Kualitas audit menjelaskan bagaimana mendeteksi dalam menemukan kekeliruan yang bersifat material baik itu karena kecuarangan maupun ketidaktelitian dalam laporan keuangan. Kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang sedikit kekeliruan. Hal ini disebabkan auditor memiliki kemampuan dan ketelitian saat proses audit atas laporan keuangan. (Giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012) Menurut (Johnson, Khurana, & Reynolds, 2002) meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan-laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan. Sementara itu kegagalan untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit. 2.4. Tenure audit Audit tenure adalah Jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan keuangan. Definisi lain audit tenure menurut (Geiger & Raghunandan, 2002) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012) adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah 16

tahun. Regulasi yang mengatur audit tenure berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 menjelaskan bahwa masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut-turut. Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proxi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian (Geiger & Raghunandan, 2002) mengenai, hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun awal masa audit. Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh (Carcello & Nagy, 2004), yang menghasilkan temuan bahwa potensi penyimpangan pelaporan keuangan lebih besar terjadi pada tenure kantor akuntan publik (KAP) yang relative pendek, yaitu kurang dari 3 tahun. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh penelitian (Giri, 2010) mengenai pengaruh tenure KAP dan reputasi KAP terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan akrual lancar (current accrual). Penelitian khusus mengenai pengaruh tenure audit terhadap jangka waktu penyelesaian audit, atau audit report lag (ARL), sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun jumlahnya tidak banyak yang meneliti mengenai topik ini. Berdasarkan referensi yang peneliti peroleh penelitian (Ashton et al., 1987), merupakan peneliti perintis mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL). Dalam penelitian (Lee et al., 2009) kemudian menguji kembali penelitian (Ashton et al., 1987), mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan yang menajadi klien KAP di Amerika Serikat dengan menambahkan lingkup penelitian yang lebih luas, dari tahun 2000 hingga 2005. Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa tenure audit yang panjang terkait dengan efisiensi audit yang lebih tinggi yang berupa ARL yang lebih pendek. 2.5. Spesialisasi Industri Auditor Auditor dikatakan sebagai spesialis di suatu industri apabila telah mengikuti pelatihanpelatihan yang berfokus pada suatu industri tertentu (Solomon et al., 1999) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012). Selain itu, auditor yang memiliki kelebihan pada pengalamannya dalam mengaudit dan terkonsentrasi pada suatu industri tertentu juga dapat disebut sebagai auditor spesialiasasi. (Mayhew & Wilkins, 2003) dalam (Giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012) menyatakan auditor yang merupakan spesialis pada suatu industri memiliki kemampuan untuk menyebarkan biaya pelatihan yang berkaitan dengan industri secara spesifik kepada lebih banyak klien, yang kemudian menghasilkan 17

skala ekonomi (economies of scale) yang tidak dapat dengan mudah dilakukan oleh aduitor yang bukan merupakan spesialis industri. Auditor dengan spesialisasi industri tertentu memiliki pengetahuan yang spesifik tentang industri tersebut sehingga dapat memahami karakteristik perusahaan dalam industri tersebut secara lebih komprehensif (Owusu-Ansah, 2000). Dan oleh karena itu, dapat meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi (Johnson et al., 2002). Referensi yang digunakan penelitian ini adalah (Habib & Bhuiyan, 2011), mengenai pengaruh spesialis industri auditor terhadap audit report lag (ARL). Penelitian tersebut menyatakan bahwa restrukturisasi yang dilakukan oleh KAP pada suatu industri tertentu bermaksud untuk dapat memberikan jasa audit kepada klien secara lebih baik. Hal ini disebabkan oleh spesialis disuatu industry mengurangi biaya produksi audit. Hal ini juga akan mengurangi biaya keagenan. Biaya keagenan dikeluarkan sebanding dengan kemampuan yang dimiliki auditor dalam pemahaman yang lebih luas pada bidangnya tersebut. Kemudian dijelaskan lebih lanjut, auditor spesialis industri memiliki kapabilitas untuk menyelesaikan proses audit lebih cepat apabila dibandingkan dengan auditor yang bukan merupakan spesialis industri. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan berbagai proksi untuk mengukur spesialisasi industry auditor pada tingkat KAP. Pengukuran tersebut sebagian besar dilihat dari pangsa pasar, berdasarkan asumsi bahwa keahlian industry dibangun oleh pengulangan dalam hal yang sama. Oleh karena itu, volume bisnis yang besar dalam suatu industry mengindikasikan keahlian pada industry tersebut. (Balsam, Krishnan, & Yang, 2003) 2.6 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai audit report lag diantaranya penelitian (Lee et al., 2009) yang melakukan pengujian terhadap pengaruh tenure audit dan audit report lag (ARL). Objek penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat tahun 2000 2005. Hasil penelitian ini menunjukan hubungan tenure audit yang semakin panjang berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian yang dilakukan oleh (Habib & Bhuiyan, 2011) mengenai dampak spesialis auditor industri terhadap audit report lag (ARL). Sampel penelitian ini menggunakan data pada perusahaan perusahaan yang terdaftar pada New Zealand Stock Exchange (ZX) dengan jangka waktu tahun 2004 sampai tahun 2005. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 39 % yang merupakan perusahaan yang telah diaudit oleh 18

auditor spesialis industri dengan audit report lag (ARL) rata rata adalah 61 hari. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa auditor spesialis mampu menghasilkan audit report lag yang lebih pendek daripada auditor non-spesialias. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel kontrol diantaranya financial year-end, tipe industri, ukuran perusahaan, rugi, kondisi finansial, subsidiaries, non-audit services fees, audit tenure, konsentrasi kepemilikan, dan penerapan IFRS. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh (O. Enofe et al., 2013) mengenai pengaruh audit delay terhadap kualitas audit menggunakan proksi reputasi KAP. Penelitian ini menggunakan 50 sampel perusahaaan yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange tahun 2011. Pemilihan sample penelitian ini menggunakan tehnik random sederhana. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa audit delay berpengaruh signifikan secara positif terhadap audit report lag (ARL). Penelitian (Giwang Permata Dewi & Nur Afri Yuyetta, 2014) mengenai pengaruh kualitas audit dan tenure audit terhadap audit report lag dengan spesialisasi auditor industry sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan 75 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Adapun hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa audit tenure yang dimoderasi oleh spesialisasi auditor industri memberikan audit report lag lebih pendek dibandingkan auditor non-spesialis, sedangkan kualitas audit yang diproksikan earning surprise benchmark tidak terbukti dimoderasi oleh spesialisasi auditor industri. Kualitas audit yang baik dimoderasi oleh spesialisasi auditor industry tidak memberikan kontribusi terhadap audit report lag. Sedangkan penelitian (Rahayu Wiguna, 2012) mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag dengan spesialisasi industry auditor sebagai variabel pemoderasi: Studi pada Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2010. BAB III 19

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, tenur audit terhadap audit report lag dengan spesialisasi Industri auditor sebagai variabel moderasi. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahu hubungan antara kualitas audit, tenure audit dengan audit report lag sebagai variabel penghubung spesialisasi industri auditor sehingga penyampaian laporan audit perusahaan dapat terlaksana dengan tepat waktu dan dilakukan oleh auditor-auditor yang memili kemampuan. Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Kualitas Audit Audit report lag Tenure audit Spesialisasi Auditor Industri Profitabilitas Ukuran Perusahaan Keterangan Gambar: a. Apakah Kualitas audit berpengaruh terhadap Audit report lag b. Tenure audit berpengaruh terhadap Audit report lag c. Spesilisasi Industri Auditor memoderasi hubungan antara Tenure audit dan Audit report lag d. Spesialisasi Industri Auditor memoderasi hubungan antara Kualtias Audit dan Audit report lag 3.2. Pengembangan Hipotesis 20

3.2.1. Hubungan antara kualitas audit terhadap Audit report lag Penelitian mengenai kualitas audit mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (O. Enofe et al., 2013). Menurut (O. Enofe et al., 2013) menyatakan bahwa total delay diukur menggunakan lamanya waktu tanggal akhir tahun fiskal perusahaan menunjukan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit secara positif. Hal ini mendasarkan penelitian ini untuk mengindikasikan jika audit delay semakin panjang atau penundaan publikasi laporan keuangan semakin lama maka dapat diartikan lamanya penyelesaian audit (ARL) semakin panjang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa hubungan jangka waktu penyelesaian audit yang panjang dapat mempengaruhi kualitas audit semakin baik. Jangka waktu penyelesaian audit berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan (audit delay atau timelness). Menurut Afolabi (2007) dalam penelitian (O. Enofe et al., 2013) menyatakan bahwa tiga kriteria utama yang digunakan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan yaitu timeliness, reliability dan comparability. H 1 : Kualitas Audit berpengaruh terhadap Audit report lag 3.2.2. Hubungan antara Tenur Audit terhadap Audit report lag Berdasarkan hasil penelitian (Lee et al., 2009), tenure audit KAP berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL). Penelitian menurut Lee et al. (2009) variabel tenure audit dibagi menjadi 2 kategori yaitu pertama, tenure pendek adalah apabila tenure auditor selama kurang dari atau sama dengan 9 tahun. Hasil statistik deskriptif bahwa rata rata audit report lag (ARL) adalah selama 59.36 hari sedangkan rata rata tenure auditor perusahaan selama 10 tahun. Hasil uji hipotesis menunjukan tenure audit dan pelayanan non audit memiliki hubungan negatif dengan audit report lag (ARL). Berdasarkan bukti empiris yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa koefisien tenure pendek bersifat signifikan dan secara statistik bersifat positif selama 4 tahun dalam kurun waktu 6 tahun penelitian. Penelitian lainnya yang telah dilakukan,(habib & Bhuiyan, 2011), menghasilkan bukti bahwa tenure audit yang lebih pendek menghasilkan audit report lag (ARL) yang lebih panjang, akan tetapi dalam penelitian ini tidak memfokuskan pada variabel tenure audit sebagai variabel utama dalam penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh tenure audit terhadap audit report lag (ARL) menghasilkan perbedaan hasil penelitian. Menurut (Lee et al., 2009)Lee et al. (2009) mengargumentasikan bahwa variabel tenure audit yang lebih panjang akan semakin meningkatkan efisiensi audit. Penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan tenure audit 21

dan audit report lag memiliki hubungan secara negatif. Semakin panjang tenure audit mengakibatkan auditor akan semakin banyak memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai karakteristik klien serta operasional bisnis klienya. Hal ini akan menciptakan efisiensi yang semakin meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat diselesaikan dengan kata lain audit report lag (ARL) semakin pendek. H 2 : Tenure audit berpengaruh terhadap Audit report lag 3.2.3. Spesialisasi auditor industri berpengaruh terhadap hubungan tenure audit dan audit report lag Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu (Balsam et al., 2003; Krishnan, 2003) membuktikan bahwa investasi KAP spesialis industri dengan adanya peningkatan bidang teknologi, fasilitas fisik, serta sistem kendali organisasi dan personel, akan meningkatkan kualitas audit bagi perusahaan. Penyebab hal tersebut adalah auditor spesialis industri mengembangkan pengetahuan spesifik atas industri tertentu, yang kemudian menimbulkan ekspektasi bahwa auditor spesialis industri mampu menyelesaikan audit yang lebih cepat dari auditor yang bukan merupakan spesialis industri oleh peningkatan efisiensi audit(habib & Bhuiyan, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh (Habib & Bhuiyan, 2011) mengenai pengaruh spesialisasi auditor Penelitian yang dilakukan oleh Habib dan Bhuiyan mengenai pengaruh spesialis auditor industri terhadap audit report lag (ARL), pada perusahaan perusahaan yang listing di New Zealand Stock Exchange (ZX) dalam jangka waktu tahun 2004 sampai tahun 2005. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode penelitian Multivariate analysis. Hasilnya menunjukan bahwa perusahaan perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industry menghasilkan audit report lag (ARL) lima hari lebih cepat dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh audit yang bukan merupakan spesialis industri. Adanya penelitian yang dilakukan oleh (Habib & Bhuiyan, 2011) dengan demikian dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap hubungan tenure audit dan audit report lag. Pengaruh tenure audit terhadap audit report lag akan semakin diperkuat apabila audit atas laporan keuangan dilakukan oleh auditor spesialisasi industri. Semakin panjang tenure audit menjadikan auditor memiliki pemahaman mengenai karakteristik bisnis kliennya semakin lebih banyak sehingga menciptakan efisiensi 22

audit dan menjadikan audit report lag semakin pendek. Hal ini akan semakin mendukung apabila perusahaan tersebut menjadi klien dari auditor spesialis industri. Proses menyelesaikan audit atas laporan keuangan akan semakin lebih cepat atau dengan kata lain audit report lag semakin pendek karena auditor yang berpredikat spesialis memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih signifikan industri-spesifik. Auditor yang memiliki pemahaman mendalam mengenai suatu bidang yang spesifik akan menciptakan efisiensi audit sehingga auditor spesialisasi industri lebih cepat menyelesaikan audit dibandingkan auditor nonspesialis.(giwang Permata Dewi, 2014; Rahayu Wiguna, 2012). H 3 : Spesialisasi auditor industri berpengaruh terhadap hubungan tenure audit dan audit report lag (ARL) 3.2.4. Spesialisasi industri auditor berpengaruh terhadap hubungan kualitas audit dan audit report lag Penelitian terdahulu yang dilakukan mengenai pengaruh spesialis auditor industri terhadap peningkatan kualitas audit salah satunya adalah penelitian Balsam et al.(2003) mengenai auditor spesialis industri berpengaruh terhadap hubungan tenure KAP dengan kualitas laba yang diproksikan dengan akrual diskresioner dan koefisien laba (earning response coefficients). Penelitian tersebut menemukan bahwa klien kantor akuntan publik yang menggunakan auditor spesialis menunjukan akrual diskresioner yang lebih rendah dan koefisien respon laba (earning response coefficients) yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien auditor non-spesialis. Penelitian lainnya menurut (Gul, Fung, & Jaggi, 2009) juga menemukan efek dari moderasi auditor spesialis industri dan menjelaskan bahwa tenure KAP semakin pendek meningkatkan kualitas audit. Berdasarkan berbagai penelitian yang ada sebelumnya, dapat mengindikasikan bahwa auditor spesialis industri dapat memberikan kontribusi dalam mendukung kualitas audit yang semakin meningkat. Menurut (Habib & Bhuiyan, 2011) menyatakan bahwa pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki oleh auditor spesialis industri maka berdampak terhadap penambahan pemahaman auditor. Hal ini mengakibatkan audit report lag menjadi semakin pendek. Proses audit yang dilakukan oleh auditor spesialis industri semakin lebih cepat terselesaikan dibandingkan auditor yang bukan spesialis karena pemahaman yang dimiliki oleh auditor spesialis lebih mendalam sehingga mengurangi lamanya penyelesaian audit. 23