Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

dokumen-dokumen yang mirip
Sintesa: Kelembagaan Industri Rokok yang Semakin Fleksibel dan Informal

Pendahuluan. Bab 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dari produsen ataupun pengusaha dalam merebut pasar. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. produk yang nantinya akan digemari oleh calon pelanggan. Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik industri rokok merupakan consumer goods dan invisible (taste),

BAB I PENDAHULUAN. eceran terus berkembang seiring dengan keinginan dan selera pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

Upaya Peningkatan Modal Sosial

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mobil tidak lebih efisien dibandingkan dengan sepeda motor. Hal

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB Ι PENDAHULUAN. Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive dengan

Perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi yang. mengagumkan selama dekade yang lalu. Deregulasi yang dilakukan sejak

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk itu untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Produsen

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan usaha, kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Organisasi bisnis jasa yang mempunyai perhatian

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

LINGKUNGAN PEMASARAN PERTEMUAN IV MANAJEMEN PEMASARAN MUHAMMAD WADUD

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan itu disebabkan karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks,

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dasar prinsip bagi hasil jual beli sapi yang siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelaku bisnis harus berfikir keras untuk mengikuti zaman. Tidak hanya pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. tentang pemasaran yang berorientasi pasar serta inovasi produk akan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara (ASEAN) Oleh : Dr. Muhammad Habibi Siregar, MA Kecenderungan masyarakat global melakukan

PERUSAHAAN & LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN menjadi Rp 335 triliun di tahun Perkembangan lain yang menarik dari

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali usaha di bidang tekstil. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi. Kedua kekuatan ini

BAB VI PENUTUP. manusia. Pada sisi lainnya, tembakau memberikan dampak besar baik bagi

MODEL KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM RANGKA MENDUKUNG OPTIMASI PRODUKSI PADI

AUDIT ORGANISASI PEMASARAN

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP KARTU SELULER SIMPATI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin ketat. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat lepas dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

BAB I PENDAHULUAN. memberatkan bagi perusahaan yang akan menjual produknya di negaranya. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran sasaran. hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. multi level marketing. Saat ini terdapat lebih dari seratus perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang diinginkan, setiap perusahaan dituntut untuk lebih

School of Communication &

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

Bab I. Pendahuluan. persaingan yang semakin ketat di dalam dunia kerja. mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan untuk

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat. Perkebunan kelapa sawit merupakan alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat suatu perusahaan dituntut untuk terus tumbuh dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar domestik (nasional) maupun dipasar internasional atau global.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba cepat saat ini globalisasi ekonomi telah menciptakan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. unggul dalam daya saing maupun unggul dalam kualitas.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini menuntut adanya efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

Bab 9 Kesimpulan Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi dengan batas administrasi kewilayahan. Usaha/industri dengan mudah dapat dikenal di seluruh dunia dengan media yang tersedia. Kinerja industri semakin efisien karena bukan lagi sebagai usaha yang kaku dan formal tetapi menjadi perusahaan yang fleksibel dan informal. Pelaku usaha memiliki banyak kesempatan untuk membagi aktivitas dengan perusahaan lain, memenuhi ketersediaan bahan baku, mendesain pasar dan mendekati konsumen.perusahaan dan industri melakukan desentralisasi sedemikian rupa agar dapat menghadapi persaingan dengan kinerja yang efisien. Salah satu industri yang mengglobal adalah industri rokok. Persaingan yang sedemikian ketat menuntut adanya perubahan yang sangat signifikan, bukan hanya cara produksi dan pemasaran menjadi suatu sistem yang fleksibel, tetapi kelembagaannya berubah dari yang formal dan kaku menjadi industri berbasis jaringan yang fleksibel dan informal. Oleh karena itu sekalipun industri menghadapi tekanan dalam persaingan sedemikian kuat tetapi industri rokok Indonesia masih dapat bertahan. Walaupun secara individu pabrik, rokok merupakan produk yang mengalami pasang surut. Pasang surut yang terjadi pada industri dan pabrik rokok di Indonesia, bukan hanya karena persaingan tetapi intervensi pemerintah karena rokok sebagai barang kena cukai, dan kepentingan 223

Stigma Illegal Rokok, dan Kompleksitas Relasi Di Dalamnya pemerintah sebagai sumber pendapatan menambah tekanan yang dihadapi industri rokok. Rokok, oleh sebagian masyarakat dianggap merugikan kesehatan dan sebagian lain mendukung karena manfaat secara ekonomi, sosial dan budaya yang dirasakan sejak lama. Rokok, adalah bagian hidup dan kehidupan masyarakat. Industri menghadapi tekanan masyarakat yang kontroversial karena perspektif yang berbeda. Sebagai produk global, rokok menghadapi tekanan industri sejenis dan industri pengganti dalam skala global. Rokok, masih sangat potensial mendatangkan keuntungan sebagai komoditas dan kontroversinya mendorong munculnya inovasi produk yang menghasilkan semakin banyak varian rokok dan semakin banyak produk pengganti rokok oleh industri pendukung maupun terkait. Besarnya tekanan mendorong sebagian pabrik untuk melakukan berbagai kreativitas dan rekayasa sebagai bagian dari inovasi. Berbagai kepentingan yang diperhadapkan pada pabrik dan industri bagi sebagian sangat menyulitkan dan sebagian sangat menantang. Industri rokok tidak dapat memuaskan kepentingan semua pihak. Kapasitas yang terbatas bagi sebagian pabrik menyebabkan inovasi yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah. Kondisi ini menyebabkan pemerintah berhadapan dengan industri, dan mendorong munculnya stigma illegal. Sekalipun demikian pada saat yang bersamaan industri masih mendapatkan dukungan dari masyarakat yang tidak mempersoalkan apakah rokok illegal atau legal. Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan Belajar bagaimana industri rokok melakukan coping, menghadapi berbagai tekanan untuk mempertahankan eksistensinya tidak dapat hanya dikaji dari satu sisi saja. Rokok harus dipahami sebagai produk yang memiliki kompleksitas. Rokok bukan hanya 224

Kesimpulan barang ekonomi, tetapi sekaligus sebagai barang image yang memiliki makna sebagai symbol bagi para penyukanya. Bahkan rokok merupakan komoditas politik tingkat tinggi yang melibatkan negara adikuasa dalam bisnis. Pertentangan oleh para pihak menjadi suatu ancaman sekaligus sebagai tantangan. Seluruh karakter manusia ada dalam diri para pelaku dan stake holder yang mempertemukannya dalam kontroversi yang berkepanjangan. Kontroversi rokok baru akan berhenti ketika manusia lenyap dari muka bumi, dan berarti budaya manusia sudah tidak ada lagi. Rokok adalah bagian hidup dan kehidupan manusia, sekalipun negara melarangnya tetapi negara yang sama juga mengakui manfaat yang telah diberikan. Rokok bukan masalah aturan tetapi masalah rasa dan bagian kehidupan. Ketika aturan dibuat tidak menggunakan rasa maka hanya akan menjadi suatu keniscayaan. Kehidupan yang memberi hidup harus dipertahankan agar hidup terus berlangsung. Walaupun dengan cara yang berbeda, rokok adalah produk yang dibenci dan sekaligus dirindukan. Kontroversi dan Inovasi Dengan berbagai kontroversi yang dihadapi, rokok semakin berkembang. Bukan hanya karena pelaku usahanya yang memiliki ketangguhan sedemikian rupa untuk melakukan negosiasi yang memuaskan semua pihak tetapi rokok adalah produk yang mendatangkan kesenangan ketika dikonsumsi. Sehingga ketika produk lain dibenci dan hancur, tetapi rokok yang dibenci pada saat yang sama menimbulkan kesenangan. Kesenangan akan mendorong kebencian menjadi suatu rasa sayang yang lebih besar. Karakteristik rokok sebagai produk yang memiliki kompleksitas, yang menyebabkan rokok terus berinovasi sekalipun dalam kontroversi. Inovasi adalah kunci untuk membentuk dan menciptakan konsumen. Konsumen dibentuk sedemikian rupa dengan 225

Stigma Illegal Rokok, dan Kompleksitas Relasi Di Dalamnya image dan symbol yang melekat pada produk dan sekaligus mengalami proses transformasi nilai kepada para penyukannya. Kontroversi, sekaligus ajang untuk melakukan inovasi. Ketika kontroversi berakhir, maka inovasi tidak diperlukan lagi, karena seluruh penyukanya telah berada pada loyalitas yang tidak tergoyahkan atau rokok tidak lagi memiliki daya tarik. Upaya untuk menghentikan semua bentuk inovasi produk dan pasar untuk menciptakan pasar baru, bukan dilakukan dengan intervensi kebijakan. Kebijakan yang mengakomodasi salah satu pihak dalam kontroversi yang terjadi tidak akan efektif dan justru akan menimbulkan dampak yang tidak diperhitungkan. Kontroversi yang semakin menekan industri rokok akan mendorong inovasi bahan baku, produk dan pasar semakin besar. Kebijakan harus visioner, dengan mengutamakan kepentingan nasional dan masyarakat, bukan sebaliknya mengutamakan kepentingan asing dan mengorbankan kepentingan masyarakat secara nasional. Kebijakan IHT rokok adalah kebijakan yang harus mengakomodasi kompleksitas dan kontroversi yang terjadi. Industri dan pabrik rokok melibatkan masyarakat banyak, sekalipun tidak terlibat dalam industri secara langsung (tenaga kerja). Tetapi industri rokok berbasis jaringan yang melibatkan rantai, sejak bahan baku sampai pemasaran. Sejak hulu sampai hilir, sehingga kebijakan ditetapkan harus by design bukan hanya by accident. Secara ontologis, temuan ini menjadi bagian dari kontribusi terhadap pihak-pihak dalam industri dan pabrik serta rantainya yang ditekan dan disudutkan karena stigma rokok illegal dan proses illegalisasinya. Rokok adalah produk berbasis masyarakat. Eksistensi masyarakat baik sosial, budaya dan spiritual embedded pada para aktor dalam rantai produksi dan pemasaran. Rokok adalah produk bersama, sehingga cukai tidak hanya ditanggung terlebih dahulu oleh produsen tetapi juga oleh jaringannya. Dalam kondisi persaingan dan berbagai tekanan masyarakat dan 226

Kesimpulan kebijakan industri rokok tidak hanya berubah menjadi network enterprise tetapi juga terjadi moving industry dalam realitasnya. Edukasi masyarakat lebih penting. Memperhatikan hak asasi masyarakat yang saling bertentangan secara proporsional dan konsekuen akan mengurangi konflik horizontal dan konflik vertikal dalam masyarakat. Apapun yang terjadi, ada atau tidak adanya tekanan yang dihadapi pelaku usaha (pabrik dan industri) jika pengusaha berhasil menciptakan pasar bagi produknya maka pengusaha akan lebih fokus melakukan inovasi produk dan pasar secara terintegrasi. Nilai-nilai lokal dapat terus dikembangkan untuk mengadapi nilai global yang kapitalistik tetapi tidak berakar pada masyarakat. Kepentingan nasional menjadi tujuan utama agar kapitalis global tidak menguasai investasi nasional seperti yang telah terjadi saat ini pada hampir semua produk industri Indonesia, dan menghilangkan nilainilai kearifan lokal yang tidak dipahami dan bertentangan dengan nilai global. Kebijakan yang menekan sisi penawaran tidak akan pernah menyelesaikan masalah, bahkan justru menimbulkan masalah baru.mengembangkan daya saingnya justru lebih bijaksana dengan menggunakan pajak sebagai insentif. Desain kelembagaan industri rokok sudah pro pasar tetapi belum pro kebijakan. Karena kebijakan disusun dengan menggunakan paradigma industri lama yang masih konvensional. Padahal industri rokok telah menjadi industri modern, berbasis jaringan dan fleksibel. Sehingga perspektif pemerintah tidak sama dengan kondisi riil industri. Industri rokok terdiri dari pabrik berskala rumahan sampai pabrik dengan skala global. Permasalahan yang dihadapi pada skala pabrik secara individu berbeda dengan industri. Kecenderungan untuk menyederhanakan masalah hanya akan menambah permasalahan baru. Faktanya permasalahan yang dihadapi industri rokok sangat kompleks. Keselarasan dan keharmonisan kelembagaan negara (peraturan, kebijakan, dan regulasi) harus mengakomodasi, mendukung 227

Stigma Illegal Rokok, dan Kompleksitas Relasi Di Dalamnya kelembagaan yang tumbuh di industri dan bahkan pada skala pabrik dan industri. Affirmatif action negara terhadap komunitas pabrik rokok perlu diberikan, agar pengusaha rokok berdaya saing. Karena membangun industri yang berdaya saing lebih bijaksana daripada hanya mengatur dengan kebijakan yang ambigu, mengintervensi untuk kepentingan yang bersifat dualisme dan pada akhirnya hanya melemahkan daya saing. Membiarkan industri menghadapi seleksi secara alamiah lebih bijaksana daripada membinasakan dengan tujuan yang tidak jelas, dan cenderung hanya menguntungkan pihak asing. Lahirnya berbagai kebijakan yang ambigu, tidak konsisten dan diskriminatif hanya akan mendorong munculnya perilaku opportunis. Perilaku opportunis akan menyebabkan munculnya biaya transaksi yang menyebabkan industri dalam kondisi tidak efisien, dan tidak memiliki daya saing. Pada level mikro, keberagaman industri rokok dengan skala yang berbeda tidak perlu didorong untuk menjadi besar semuanya, karena masing-masing memiliki pangsa pasarnya sendiri-sendiri. Sebaiknya didorong untuk mengembangkan modal sosial, budaya dan modal spiritual selain modal ekonomi agar dapat mengeliminir biaya transaksi yang muncul dalam hubungan yang saling menguntungkan (bounding). Pada level meso, pandangan negara dan kepentingan yang saling berbenturan membingungkan masyarakat industri. Dampaknya terjadi kontra produktif, pengendalian produksi, distribusi dan konsumsi rokok berhadapan dengan penyebaran pabrik rokok baru, di berbagai daerah sebagai bentuk coping industri terhadap kondisi persaingan, respon tekanan masyarakat dan implementasi kebijakan yang diskriminatif. Terjadi moving industry dalam industri rokok. Pada level makro, perlu mengembangkan local wisdom bukan hanya nilai-nilai global yang tidak berakar pada masyarakat. Memberikan kesempatan agar masyarakat dapat mengedukasi diri dan 228

Kesimpulan lingkungannya lebih menguntungkan. Masyarakat menjadi bijaksana dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi dirinya termasuk terhadap persepsi rokok yang merugikan kesehatan. Sehingga berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kesejahteraannya. Perlu komitmen bahwa konsep dan pendekatan NIE dapat digunakan untuk mempertimbangkan, mengakomodasi dan mengembangkan hubungan antara industri dan negara yang memiliki perspektif yang sama sehingga kepentingan nasional menjadi hal yang lebih utama. Penelitian Yang Akan Datang Keterbatasan penelitian saat ini sangat direkomendasikan untuk menjadi peluang penelitian yang akan datang, agar dalam mengkaji problematika industri rokok dan maraknya rokok illegal semakin sempurna. Penelitian yang mengkaji faktor masyarakat akan semakin melengkapi hasil penelitian ini dan akan dapat dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan di bidang rokok di masa yang akan datang. Terkait dengan persaingan, misalnya dampak persaingan global terhadap struktur industri rokok di Indonesia. Dari sisi kebijakan, dapat dilihat dampaknya terhadap ekonomi sebagai suatu sistem, dalam rantai produksi maupun pemasaran. Dari sisi kelembagaan, bagaimana dampak perubahan kelembagaan industri rokok terhadap pekerja. Berbagai penelitian yang mendukung fakta keberatan kelompok masyarakat dengan alasan yang berbeda. Rokok akan terus menjadi produk yang kontroversi, sehingga akan terus ada topik penelitian yang baru yang dibutuhkan untuk menjadi solusi bagi kelompok yang berbeda kepentingan. Rokok illegal, adalah dampak tetapi juga sebagai bentuk coping agar tetap dapat survive. Di sisi lain rokok illegal adalah bagian dari inovasi sebagai strategi untuk memenangkan persaingan. 229

Stigma Illegal Rokok, dan Kompleksitas Relasi Di Dalamnya Rokok illegal adalah stigma yang diberikan pemerintah karena kepentingannya. Di lapangan, masih banyak produk illegal lain yang beredar di pasaran yang lebih merugikan dibanding rokok, dan belum mendapat perhatian. Oleh karena itu hasil penelitian tentang rokok illegal ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan. Mengkaji kompleksitas industri rokok dari perspektif yang berbeda menggunakan pendekatan yang berbeda sangat diperlukan agar saling melengkapi, dan memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif pada pihak yang berkepentingan untuk menentukan kebijakan IHT rokok khususnya dan kebijakan yang terkait dengan industri rokok sebagai bagian dari sistem ekonomi. Dampak kebijakan tarif tunggal cukai yang segera akan diberlakukan akan berdampak terhadap jumlah dan struktur pabrik. Bagaimana perilaku opportunis dapat diungkap dengan segala keuntungan dan kerugian yang ditanggung industri dan negara. Sehingga affirmatif action negara terhadap komunitas pabrik rokok perlu diberikan, agar pengusaha rokok berdaya saing. 230