SKRIP KARYA SENI GALAXY 7

dokumen-dokumen yang mirip
Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

SKRIP KARYA SENI RETRO OLEH : I GEDE YUDI KRISNAJAYA NIM :

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu.

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

Kenalkan Anak dengan Science Fiction Redaksi Sebagai satu-satunya astronot terpilih dari Indonesia, kehidupan Dr Pratiwi Puji Lestari Sudarmono Phd

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

SKRIP KARYA SENI KREASIKU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

SKRIP KARYA SENI BUPARGA

TUGAS AKHIR MINAT KOMPOSISI APOLOGIZE FOR ORCHESTRA

SKRIP KARYA SENI ELING OLEH : KADEK INDRA KESUMAJAYA NIM :

LAPORAN AKHIR HIBAH BERSAING TEMA PERANCANGAN GAMELAN KERAMIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KASONGAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

KEMUNAFIKAN SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA. Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

SKRIP KARYA SENI CANDA KANDA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: ENERJIK. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

PEMBELAJARAN TROMBONE KELAS X DI SMKN II KASIHAN BANTUL (SMM) YOGYAKARTA TAHUN AJARAN (2014/2015)

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

LAPORAN TUGAS AKHIR PERAN ASISTEN PRODUKSI DALAM PROGRAM BINTANG CILIK. DI PT. ARAH DUNIA TELEVISI (ADiTV)

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

G L O S A R I 121 GLOSARI

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

PROFESIONALISME, KOMITMEN ORGANISASI, DAN INTENSITAS MORAL SEBAGAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN AKUNTAN UNTUK MELAKUKAN WHISTLEBLOWING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

ARTIKEL SKRIPSI KARYA SENI HARMONI TIRTA EMPUL PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semua aktifitas manusia hampir semuanya didukung dengan. musik. Musik adalah bahasa yang universal. Manusia mengungkapkan

ARTIKEL KARYA SENI KLAPA WREKSA OLEH: I WAYAN PRADNYA PITALA NIM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I KADEK AGASTIA MAHA PUTRA NIM:

PENGARUH IKLIM ORGANISASI, KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, DAN SELF EFFICACY

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU KARYA SENI KARAWITAN

ABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

ARTIKEL KARYA SENI FANTASI X

GITA GESING ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : I MADE EVA YADNYA NIM :

BAB III METODE PENCIPTAAN

Artikel Karya Seni Tri Kona

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

26 DESEMBER 2004 SEBUAH KOMPOSISI FANTASIA UNTUK SOLO PIANO

BAB I PENDAHULUAN. khas musik yang dingin, gelap, melankolis, tragis, dan beratmosfir suram. Black

BAB III METODE PENELITIAN

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN

BEBERAPA FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN REMAJA DALAM KEPUTUSAN MEMBELI TELEPON GENGGAM MEREK NOKIA DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

LAPORAN KARYA SEN1 PENCIPTAAN LAGU HYMNE. ALUMNI UNlVERSlTAS BUNG HATTA PADANG. Oleh: Erfan Lubis,SPd. Nip UNlVERSlTAS BUNG HATTA

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. untuk diikuti. Pendidikan musik kini menjadi sesuatu yang penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

SILABUS KOMPOSISI 2 SM 408

Transkripsi:

SKRIP KARYA SENI GALAXY 7 OLEH: ANAK AGUNG BAGUS GEDE KRISHNA PUTRA SUTEDJA NIM: 201002040 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2014

SKRIP KARYA SENI GALAXY 7 OLEH: ANAK AGUNG BAGUS GEDE KRISHNA PUTRA SUTEDJA NIM: 201002040 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2014

GALAXY 7 SKRIP KARYA SENI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1) MENYETUJUI : PEMBIMBING I, PEMBIMBING II, I Nyoman Windha, SSKar.,MA I Nyoman Pasek, SSKar.,M.Si NIP. 19560704 198103 1 002 NIP. 19631231 199303 1 017 ii

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir Sarjana (S1) Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Pada: Hari, tanggal : Selasa, 13 Mei 2014 Ketua : I Wayan Suharta, SSKar., M.Si (. ) NIP. 19630730 199002 1 001 Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum (. ) NIP. 19641231 199002 1 040 Dosen Penguji : 1. I Wayan Suharta, SSKar., M.Si (. ) NIP. 19630730 199002 1 001 2. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn (. ) NIP. 19681231 199603 1 007 3. Kadek Suartaya, SSKar., M.Si (. ) NIP. 19601231 199103 1 104 4. I Nyoman Windha, SSKar.,MA (. ) NIP. 19560704 198103 1 002 5. I Nyoman Pasek, SSKar. M.Si (. ) NIP. 19631231 199303 1 017 Disahkan pada tanggal:. Mengesahkan: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Dekan, Mengetahui: Jurusan Seni Karawitan Ketua, I Wayan Suharta, SSKar., M.Si Wardizal, SSen., M.Si NIP. 19630730 199002 1 001 NIP. 19660624 199303 1 002 iii

MOTTO Always be yourself and never be anyone else even if they look better than you iv

KATA PENGANTAR Om Swastyastu Puja dan puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat-nya karya seni dan skrip karya (performance script) yang berjudul Galaxy 7 dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Skrip karya seni ini merupakan pertanggungjawaban atas karya seni musik yang diajukan sebagai syarat memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Di dalam skrip ini diuraikan mengenai latar belakang pembentukan karya, proses pembuatan atau kreativitas, hingga tercipta bentuk atau hasil dari penggarapan karya seni secara utuh. Karya Galaxy 7 ini merupakan sebuah karya musik perpaduan antara Gamelan Salukat dengan Instrumen Barat, yang dikomposisikan berdasarkan sebuah mekanisme secara sistematis dan matematis, sesuai dengan sumber ide, penata terinspirasi oleh sistem pembentukan sebuah galaksi sampai pada akhirnya sistem galaksi tersebut hancur. Penata menyadari bahwa segala hambatan dalam setiap proses pembuatan karya seni serta skrip karya ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penggarap ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. I Gede Arya Sugiartha,SSKar., M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar beserta jajarannya. 2. I Wayan Suharta, SSKar., M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. v

3. Wardizal, S.Sen., M.Si selaku Ketua Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar dan juga selaku Pembimbing Akademik. 4. Bapak I Nyoman Windha, SSKar., MA dan Bapak I Nyoman Pasek, SSKar., M.Si selaku pembimbing karya dan skrip karya yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan sehingga penata dapat menuangkan ide dalam setiap penggarapan karya maupun penulisan skrip karya ini. 5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Seni Pertunjukan yang telah mendidik, mengarahkan, serta memberikan motivasi selama penata menempuh pendidikan di Fakultas Seni Pertunjukan. 6. Gamelan Salukat selaku pendukung dalam garapan ini yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga dapat terwujud pementasan karya Galaxy 7 ini secara utuh. 7. Keluarga Dewa Ketut Alit, S.Sn yang sudah memberikan secara tulus iklhas mengenai segala kebutuhan dalam proses pembentukan karya Galaxy 7, baik itu tempat latihan maupun segala kebutuhan lainnya. 8. Dewa Ketut Alit, S.Sn, Dr. I Wayan Sudirana MA, I Wayan Gede Yudana, Tri Haryanto, SKar., M.Si dan Saptono, S.Sen., M.Si yang telah memberikan pencerahan terhadap pola pikir penata mengenai bagaiamana tata cara berkomposisi dan mempertanggung jawabkan lewat tulisan dan berkat bimbingan beliau-lah materi karya dan penulisan skrip ini bisa terselesaikan tapat pada waktunya. vi

9. Papah, ibu, adik, keluarga, dan semua sahabat yang telah memberikan dukungan secara moril maupun materiil, kasih sayang, dan kesabaran, sehingga karya seni dan karya tulis ini dapat diselesaikan. 10. Teman-Teman seperjuangan angkatan 2010 Karawitan in Action yang selama empat tahun telah berjuang, saling bahu-membahu satu sama lainnya. Harapan penata agar jalinan persaudaraan ini akan tetap abadi selamanya. Sukes selalu untuk angkatan 2010 Karawitan in Action. Penata menyadari bahwa karya ini masih belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, penata menerima berbagai saran maupun kritikan yang membangun demi kesempurnaan karya ini. Penata memohon maaf atas kesalahankesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja serta mengucapkan terima kasih atas perhatian seluruh pihak. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om Denpasar, Mei 2013 Penata vii

DAFTAR ISI Isi Halaman JUDUL... PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGUJI... MOTTO.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v viii x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Ide Garapan... 8 1.3 Tujuan Garapan... 13 1.4 Manfaat Garapan... 14 1.5 Ruang Lingkup... 14 BAB II KAJIAN SUMBER... 19 2.1 Sumber Pustaka... 19 2.2 Sumber Discografi... 21 2.3 Sumber Wawancara... 22 BAB III PROSES KREATIVITAS... 24 3.1 Penjajagan (Eksplorasi)... 24 viii

3.2 Percobaan (Improvisasi)... 28 3.3 Pembentukan (Forming)... 36 BAB IV WUJUD GARAPAN... 43 4.1 Analisa Karya... 43 4.2 Instrumentasi... 45 4.3 Analisa Simbol... 55 4.4 Analisa Materi... 62 4.5 Analisa Estetis... 69 4.6 Analisa Pola Struktur... 73 4.7 Analisa Penyajian... 121 BAB V PENUTUP... 128 5.1 Kesimpulan... 128 5.2 Saran-saran... 129 DAFTAR REFERENSI... 130 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 135 ix

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)... 26 Tabel 3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)... 34 Tabel 3.3 Tahap Pembentukan (Forming)... 38 Tabel 3.4 Proses Kreativitas... 41 Tabel 4.1 Simbol dan Instrumen yang dimainkan... 56 Tabel 4.2 Penganggening Akasara Bali Dibaca dalam Laras Pelog Tujuh Nada 57 Tabel 4.3 Peniruan Bunyi Instrumen Beserta Simbolnya. 59 x

DAFTAR GAMBAR Foto. 4.1 Gamelan Salukat (Foto: Bagus Krishna)... 46 Foto. 4.2 Gangsa (Foto: Bagus Krishna)... 47 Foto. 4.3 Kantilan (Foto: Bagus Krishna)... 47 Foto. 4.4 Calung (Foto: Bagus Krishna)... 48 Foto. 4.5 Jegogan (Foto: Bagus Krishna)... 48 Foto. 4.6 Riyong (Foto: Bagus Krishna)... 49 Foto. 4.7 Gong (Foto: Bagus Krishna)... 49 Foto. 4.8 Kajar 1 (Foto: Arik Wirawan)... 50 Foto. 4.9 Kajar 2 (Foto: Bagus Krishna)... 50 Foto. 4.10 Ceng-ceng Ricik (Foto: Bagus Krishna)... 50 Foto. 4.11 Kendang Gupekan, Palegongan, dan Bebarongan (Foto: Bagus Krishna)... 51 Foto. 4.12 Violyn (Foto: Bagus Krishna)... 51 Foto. 4.13 Cello (Foto: Bagus Krishna)... 52 xi

Foto. 4.14 Alto Saxophone (Foto: Bagus Krishna) 52 Foto. 4.15 Hapi (Foto: Bagus Krishna)..... 53 Foto. 4.16 Panggul Salukat (Foto: Bagus Krishna)... 53 Foto. 4.17 Penggesek (Pengarad) Rebab (Foto: Bagus Krishna)... 54 Foto. 4.18 Stick Drum (Foto: Bagus Krishna) 54 Gambar. 4.19 Denah Stage. 126 Gambar. 4.20 Setting Instrumen Galaxy 7 (Gambar: Bagus Krishna).. 124 Foto. 4.21 Kostum Penata (Foto: Dedi Pratama).. 127 xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika memandangi langit, apa sesungguhnya yang terpikirkan oleh setiap manusia? Pastinya setiap manusia memiliki persepsi tersendiri tentang objek yang sedang diamati. Setelah timbulnya berbagai persepsi tersebut maka akan timbul pula berbagai pertanyaan dalam pikiran setiap manusia, adapun pertanyaannya seperti kenapa kita para manusia beserta makhluk hidup lainnya bisa tinggal bersama di Planet Bumi ini? Siapa sesungguhnya yang menempatkan kita di sini? Kenapa ada Gerhana Matahari dan Bulan? Kenapa Planet Bumi menjadi anggota dari Galaksi Bima Sakti? Kenapa Bumi dikatakan berbentuk bulat? Kenapa ketika malam hari, langit-langit tampak begitu indah dengan hiasan gemerlap cahaya Bulan dan Bintang? itu semua merupakan sedikit pertanyaan dari berbagai persepsi manusia mengenai Alam Semesta ini. Dalam hal ini, saya sendiri-pun memiliki persepsi mengenai semesta ini, berawal dari kegemaran saya memandangi langit ketika malam hari, pikiran saya sering bertanya-tanya tentang adakah kehidupan lain selain di bumi ini? Apakah kita para manusia dan makhluk hidup seisi Planet Bumi ini akan tetap abadi menempati alam ini? Ketika nanti planet ini hancur, apakah ada planet lain yang bisa menyediakan segala kebutuhan dari makhluk hidup setelah kehancuran Bumi? Kemudian pertanyaan yang selalu saya pikirkan adalah mengenai keberadaan makhluk hidup setelah bumi ini hancur, apakah masih ada yang 1

hidup? Atau semua akan hancur bersamaan dengan bumi itu sendiri? Sesunggunya manusia sudah memikirkan hal ini jauh-jauh hari, sampai ada yang mengira-mengira bahwa bumi akan hancur (kiamat) pada Tanggal 21 Desember 2012 (Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/suku_maya). Itu semua adalah sebuah ramalan dari Suku Maya yang berasal dari Mexico, yang mengatakan bahwa pada tanggal tersebut sirkulasi kalendar masehi sudah habis, maka dari itu kemungkinan besar bumi akan kiamat. Dari peramalan tersebut sesunggguhnya para manusia sudah mengalami fase kecemasan yang teramat besar, akan tetapi itu semua adalah sebuah ramalan, artinya semua yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, nantinya akan di musnahkan pula oleh beliau Yang Kuasa. Pada dasarnya setiap sesuatu yang terlahir - nantinya pasti akan binasa. Kita para manusia hanya bisa menjaga seisi alam ini agar bisa membentuk suatu keharmonisan satu sama lainnya. Dari rentetan pertanyaan di atas tentunya tidak mudah dijawab begitu saja, bahkan tidak ada kepastian mutlak untuk menjawab itu semua. Dengan melakukan berbagai macam penelitian, riset-riset, dan kunjungan ke luar angkasa oleh para ilmuwan, pertanyaan tersebut akhirnya bisa terjawab walaupun hasilhasil penelitian tersebut selalu berubah dari waktu ke waktu. Adapun ilmu yang membahas secara khusus mengenai alam semesta adalah Ilmu Astronomi, orang yang melakukan penelitian tersebut dikenal dengan sebutan Astronom, sedangkan orang yang langsung dikirim ke luar angkasa untuk menyelesaikan misi penelitian disebut Astronot. Sampai saat ini, sudah banyak penemuan-penemuan tentang dunia luar angkasa, salah satunya adalah dengan ditemukannya berbagai macam 2

planet, komet-komet, gugusan bintang, bahkan sebuah galaksi baru. Planet Bumi? apakah planet ini baru? Tentu saja tidak. Kita para manusia beserta maklhuk hidup lainnya sudah menempati ruang dan waktu di Planet Bumi hingga kini. Bumi merupakan salah satu planet yang termasuk dalam anggota Galaksi Bima Sakti (Milky Way), galaksi ini hanya berukuran kecil dari isi keseluruhan Alam Semesta, karena masih terdapat jutaan galaksi lainnya dengan ukuran yang lebih besar ataupun lebih kecil yang tersebar di seluruh Alam Semesta ini. Jika membahas mengenai bagaimana awal terbentuknya sebuah galaksi sampai pada akhirnya memiliki sebuah sistem, tentu pembahasannya akan sangat rumit dan penjabarannnya sangat luas, jadi dalam latar belakang ini saya akan mencoba membahas mengenai proses tersebut secara ringkas. Sependapat dengan Teori Big Bang yang menyatakan bahwa: Alam Semesta terbentuk dari sebuah dentuman dahsyat (Big Bang). Big Bang merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut, Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan (Jonathan Keohane,1997) (Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/ledakan_dahsyat) Pemaparan di atas merupakan salah satu teori mengenai proses pembentukan sebuah galaksi yang memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan bukti-bukti ilmiahnya, akan 3

tetapi sesungguhnya banyak yang salah mengartikan dentuman besar tersebut sebagai suatu ledakan yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Karena pada dasarnya dentuman besar bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan materi sebuah galaksi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan dari galaksi itu sendiri. Dentuman besar adalah proses pengembangan ruang-waktu. Jadi, dalam kesempatan ini saya sebagai penata atau sebagai seorang komponis akademis ingin berfantasi dengan mewujudkan sebuah karya musik dengan media ungkap Gamelan Salukat dan Instrumen Barat yang sifatnya sama seperti proses dari sebuah dentuman besar yang tidak menghamburkan atau melebur materi-materi ke sebuah ruang kosong, melainkan ledakan tersebut merupakan sebuah pengembangan dari dirinya sendiri. Karya musik yang penata garap adalah sebuah karya yang sama sekali tidak ingin melebur unusr-unsur atau materi tradisi dari Gamelan Bali, melainkan karya ini bisa hadir akibat dari pengembangan ruang dan waktu dari sebuah tradisi yang sudah penata lalui selama ini. Penata berimajinasi dengan merangkai sebuah komposisi secara sistematis yang sumber inspirasinya didapat dari sebuah sistem galaksi. Ketertarikan penata terhadap Ilmu Astronomi sudah tertanam semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sesungguhnya cita-cita penata selain menjadi seorang musisi adalah menjadi seorang astronot, sungguhpun cita-cita sebagai astronot kandas. Namun demikian, sebagai seorang musisi, penata masih menyimpan sebuah khayalan menjadi seorang astronot. Kemudian akan timbul dua pertanyaan yang sangat mendasar dalam pembahasan ini. Pertama, apa hubungan Ilmu Astronomi yang membahas tentang galaksi dan astronot dengan musik? Di 4

balik pertanyaan tersebut, penata ingin menjawabnya dengan mentransformasi sebuah sistem galaksi ke dalam bahasa musikal dan sekaligus untuk memadukan kedua cita-cita penata menjadi satu lewat karya yang ingin diwujudkan dalam Tugas Akhir ini. Kedua, kenapa memilih galaksi sebagai latar belakang penggarapan karya musik ini? Tentunya setiap galaksi memiliki sebuah sistem, berawal dari tahap pembentukan sistem, sampai pada kehancuran sebuah galaksi, kemudian dari sistematika tersebut penata ingin merangkai elemen-elemen musikal seperti nada, ritme, tempo, dinamika, dan harmoni layaknya sistem yang dimiliki oleh sebuah galaksi. Pemilihan materi galaksi sebagai latar belakang karya yang ingin penata garap ini berawal ketika penata menulis sebuah tulisan yang di ajukan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa di bidang Karsa Cipta (PKM-KC) pada tahun 2011 dengan judul Galaxy 7, karya tulis ini berhasil lolos tingkat Nasional dan didanai oleh Direktoral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Jadi semenjak itu-lah penata ingin memfokuskan diri mencari beragam literatur yang berkaitan tentang galaksi dan musik guna menambah wawasan mengenai kedua materi tersebut, serta membulatkan tekad untuk menjadikan konsep ini sebagai tema yang akan di ajukan dalam Tugas Akhir. Teori-teori dasar mengenai galaksi sesungguhnya sudah didapat ketika penata duduk di bangku Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Adapun Ilmu Astronomi yang penata dapat selama ini tidak mengkhusus, karena hanya dibahas ketika ada hubungannya dengan Ilmu Geografi, Matematika, dan Fisika. Intinya ketika 12 tahun jenjang studi yang sudah penata lalui, Ilmu Astronomi yang di dapat hanya sebatas penjelasan umum 5

mengenai Sistem Tata Surya, Atom-atom, beserta unsur-unsur lainnya yang menjadi pembahasan dalam kelas Ilmu Pengetahuan Alam, selebihnya materimateri mengenai Ilmu Astronomi didapat dari buku-buku, video, majalah, dan internet. Cita-cita penata untuk menjadi seorang astronot sesungguhnya berawal dari kegemeran penata yang kerap memandangi langit-langit ketika malam hari dan mempelajari Ilmu-ilmu Alam, salah satunya Ilmu Astronomi. Ketika penata masuk Sekolah Menengah Atas, ada satu tantangan berat guna mengasah kemampuan diri penata terhadap Ilmu-ilmu Alam, tantangannya adalah dengan mendapatkan kelas IPA, karena untuk mendapatkan kelas unggulan tersebut memang sangat susah, selain kita harus bisa menguasai semua dalil-dalil Ilmu Alam, kita juga harus bisa menerapkan ilmu tersebut dalam sebuah eksperimen di Laboratorium Sekolah. Dengan semangat dan kerja keras, akhirnya harapan tersebut dapat di raih, dan pada akhirnya penata berhasil masuk di kelas IPA 1. Walaupun dalam kenyataanya, cita-cita penata untuk menjadi seorang astronot telah kandas, dalam penggarapan karya ini penata bisa sekaligus menjadi komponis musik dan juga menjadi seorang astronot. Maka dari itu, penata berkomitmen untuk menjadikan Ilmu Astronomi sebagai latar belakang karya ini. Perjalanan penata sebagai pemeran astronot sesungguhnya sudah dimulai ketika menciptakan sebuah karya musik kontemporer yang berjudul Astronot Kesasar. Karya ini juga diajukan pada PKM-KC di tahun 2013, kemudian penata menerapkan konsep ini pada saat Ujian Komposisi IV yang mengkhususkan untuk membuat sebuah komposisi kontemporer. Dengan sangat 6

bangga dan haru, karya tulis ini juga berhasil lolos tingkat Nasional dan di danai oleh DIKTI. Jadi, karya yang ingin penata garap dalam Tugas Akhir ini merupakan kelanjutan dari karya musik Astronot Kesasar. Adapun Hubungan dari kedua karya ini adalah seorang astronot yang sebelumnya kesasar pada sebuah planet, pada akhirnya bisa menemukan sebuah Galaksi baru yang diberi nama Galaxy 7, maka dari itu Galaxy 7 dijadikan judul karya musik ini. Tentunya setiap anggota dari setiap galaksi memiliki karakter, warna, bentuk, ukuran, inti dan sistem putarannya tersendiri. Sama halnya dengan musik yang ingin penata garap di sini, yaitu dengan memiliki sebuah sistem yang terkadang terpusat, kadang terpencar, kadang menyatu, kadang-kadang membaur, menyudut, melingkar, sesuai dengan sistem yang dimiliki oleh sebuah galaksi. Musik ini merupakan cerminan karakter dari penata. Karya musik ini tidak memberikan makna penggolongan Musik Tradisi, Inovatif ataupun Kontemporer, akan tetapi audienlah yang akan memberikan makna musik ini sesuai dengan daya tafsir yang dimilikinya. Karena menurut penata yang mendukung pernyataan Suka Hardjana (2003:281) menyatakan bahwa: penggolongan Musik Tradisi Inovatif - Kontemporer sesungguhnya berjalan berdampingan, tradisi hadir akibat kontemporer begitu juga sebaliknya, sedangkan inovasi hadir ketika adanya sebuah proses peralihan antara frase tradisi ke frase kontemporer. Jadi, karya musik ini diharapakan mampu memberikan pembelajaran dan ruang terhadap penonton untuk bisa berapresiasi terhadap musik-musik baru yang dilatar belakangi oleh sebuah cabang Ilmu khususnya Ilmu Astronomi, sebuah cita-cita, dan dari pengalaman pribadi. 7

1.2 Ide Garapan Secara prinsip ide dari garapan ini adalah sebuah karya musik dengan tiga teknik pokok penggarapan: 1) mengeksplorasi sistem bunyi dengan memanfaatkan frekwensi getaran yang dihasilkan; 2) pengolahan nada-nada disonan secara vertikal maupun horizontal; 3) ritme, tempo, dan dinamika dirancang secara minimalis. Untuk mengolah ketiga teknik penggarapan tersebut, maka penata akan berupaya memanfaatkan secara maksimal semua potensi diri yang dimiliki, baik itu berupa knowledge, daya imajinasi, fantasi, pengalaman, maupun skill dalam hal praktek yang sudah penata lalui selama ini. Dari judul yang telah penata ajukan adalah Galaxy 7, berangkat dari judul tersebut penata menemukan beberapa ide dasar yang bersumber dari kegemaran penata terhadap Ilmu Astronomi, sebuah cita-cita, dan pengalaman empiris berkesenimanan penata, kemudian muncul tantangan dalam diri untuk merangkai semua ide tersebut ke dalam sebuah komposisi musik dengan mengkomposisikan elemen-elemen musik dengan teknik penggarapan di atas agar sesuai dengan ide yang diajukan oleh penata, itulah tantangan terberat penata dalam pembentukan karya ini. Tantangan itu penata manfaatkan untuk memacu dan merangsang otak untuk bekerja dan mengalahkan tantangan tersebut dengan rangkaian komposisi yang setidaknya bisa menggambarkan ide dasar yang ditawarkan ke dalam sebuah komposisi musik. Dalam hal ini penata mendapat ide dari pengetahuan tentang Ilmu Astronomi, teori-teori berkomposisi yang penata dapatkan selama ini, dan juga bersumber dari hasil imajinasi yang timbul ketika membayangkan suasana luar 8

angkasa. Berbagai suara dan ritme datang silih berganti saling bersahutan yang dikeluarkan dari hasil fantasi ketika memandangi langit pada malam hari, penata membayangkan tentang bagaimana pergerakan, pergesekan, dan benturan antar planet, bintang berserta benda luar angkasa lainnya yang sangat merangsang daya imajinasi penata untuk menerjemahkan bunyi-bunyi yang dikeluarkan ketika berfantasi tersebut ke dalam sebuah komposisi musik. Untuk mendukung hasil imajinasi tersebut, tentunya media ungkap memiliki peranan yang sangat signifikan. Maka dari itu penata sangat teliti untuk memilih media ungkap yang akan digunakan. Mengenai media ungkap yang digunakan dalam karya Galaxy 7 ini, penata memadukan Ensambel Gamelan Salukat dengan Musik Barat. Perpaduan tersebut dipilih atas dasar pengalaman penata sendiri yang sudah mengenal Musik Barat sejak kecil, salah satunya dengan tergabung dalam Grup Marching Band dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Maka dari itu dalam penggarapan karya ini, penata ingin memadukan Gamelan dengan Musik Barat, akan tetapi penggarapannya tidak seperti perpaduan biasanya yang menyamakan sistem pelarasan antara Gamelan dengan Musik Barat, melainkan penata dengan sengaja menggarap sistem interval nada secara disonan, yaitu dengan tidak menggarap sistem pelarasan (tunning system) antara ensambel Gamelan Salukat dan Instumen Barat dengan tingkatan yang sama, melainkan penata menkomposisikan perbedaan yang dihasilkan dari dua sistem pelarasan berbeda menjadi urutan nada yang kedengarannya aneh, dan tentunya tidak biasa. Adapun Instrumen Barat yang digunakan adalah biola, cello, dan Saxophone. 9

Dalam karya musik Galaxy 7, penata sepenuhnya bereksperimen tentang perpaduan Gamelan dengan Musik Barat untuk mencari kesan dan warna baru dalam penggarapannya. Untuk mencari warna baru tersebut penata mencari sumber mengenai musik-musik yang memadukan dua perpaduan yang dilatar belakangi oleh kebudayaan yang berbeda. Penata menggarap karya perpaduan ini dari sudut pandang penata sendiri, penata tidak terbelenggu oleh aturan-aturan konvensional yang dimiliki oleh masing-masing media ungkap yang digunakan. Inspirasi penata memang bersumber pada teori maupun pola-pola tradisi gamelan Bali dan teori Musik Barat yang telah ada, kemudian dikembangkan secara seimbang, dengan menciptakan beberapa teknik dan pola-pola baru. Pola garap merata dengan penambahan beberapa teknik baru tersebut akan memudahkan jalan penata dalam mengkomposisikan masing-masing frase menjadi bentuk yang proporsional. Proporsional di sini dimaksudkan dengan tidak adanya penonjolan berlebih dari masing-masing unsur musik yang berasal dari dua kebudayaan yang berbeda tersebut, agar kemudian bisa diolah sesuai dengan rancangan konsep karya musik Galaxy 7. Dari segi struktur karya musik Galaxy 7 tidak mengikuti struktur komposisi karawitan Bali pada umumnya yang menggunakan pakem Tri Angga yaitu, kawitan, pengawak dan pengecet tetapi menggunakan struktur bagian yang terdiri dari tiga bagian. Masing- masing bagian memiliki karakter tersendiri namun saling terkait antara bagian satu dengan yang lainnya sesuai dengan penggambaran yang ingin diciptakan pada masing-masing bagian dan merupakan penjabaran dari bagian sebelumnya. 10

Di sini penata menyusun komposisi yang sangat cepat dengan hentakan yang diformulasikan secara sistematis pada bagian awal, karena ingin menciptakan sebuah gambaran yang menceritakan tentang proses pembentukan sebuah galaksi yang diawali oleh sebuah dentuman yang sangat dahsyat. Kemudian pada bagian tengah suasananya lebih terlihat kondusif, karena ingin menjabarkan mengenai sistem galaksi yang sudah terbentuk dengan perputaran yang masih berjalan lancar. Pada bagian terakhir merupakan klimaks dari karya ini, yaitu penggambaran dari kehancuran sebuah galaksi yang diakibatkan oleh adanya ketidakteraturan dari masing-masing anggota galaksi tersebut yang menyebabkan adanya gesekan dan benturan yang menjadikan galaksi tersebut hancur. Karya musik Galaxy 7 merupakan hasil eksplorasi terhadap tujuh aspek pokok musikal, diantaranya pengolahan Arah Nada secara vertikal dan horizontal, Gelombang Bunyi, Getaran Frekuensi, Jalinan Melodi, Ritme, Tempo dan Harmoni. Pengolahan tersebut terinspirasi dari sifat-sifat yang dimiliki oleh sebuah sistem galaksi. Pada dasarnya karya musik Galaxy 7 merupakan karya kontemporer, jikalau ditinjau dari segi waktu (tempo), karya ini tentunya sudah kontemporer, karena baru digarap dan sebelumnya belum ada karya seperti ini. Kedua jika dirujuk isi karya ini, berawal dari ide, konsep, pola garap, teknik, dan media tambahan juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk karya musik yang kontemporer, namun dalam hal ini penata sengaja tidak ingin memberikan batasan mengenai penggolongan karya ini. Maksudnya karya musik ini bebas ditentukan jenis pengolongannya sesuai dengan daya tafsir estetis para penguji 11

beserta audien, karya musik ini boleh dikatakan inovasi, kontemporer, ataupun tradisi sekaligus, yang jelas karya musik ini adalah karya musik yang berupaya tidak memberikan penggolongan khusus, karena menurut penata suatu produk seni apabila kita berikan batasan, maka produk seni tersebut akan tidak memiliki makna yang jelas, karena apabila kita secara saklek memberikan penggolongan terhadap karya yang kita ciptakan, namun dalam kenyataannya penggolongan tersebut sama sekali tidak sesuai dari isi karya, penginisialan tersebut akan menjadi sangat rancu. Fenomena tersebut sudah sangat sering terjadi dalam dunia seni, khususnya seni musik. Jadi, Karya Musik ini bukanlah layaknya sebuah produk makanan cepat saji yang sudah diciptakan sesuai jenisnya dengan harapan meraup pelanggan tetap yang sudah mengkonsumsi jenis-jenis makanan yang menjadi favoritnya, maka dari itu penata tidak ingin sebuah karya seni dibatasi, karena setiap orang pasti memiliki daya tafsirnya tersendiri. Karya ini hadir diharapkan mampu dibicarakan secara akademis, bukannya memperdebatkan sebuah penggolongan musik yang justru mengakibatkan daya tafsir yang rancu. Maka dari itu, penata sengaja tidak memberikan inisial karya ini dengan memberikan ruang apresiasi secara universal. Perlu dijelaskan bahwa unsur dominan dari karya musik ini merupakan pengolahan perpaduan arah nada, ritme, timbre (warna suara), dan dinamika dari Gamelan Salukat dipadukan dengan Instrumen Barat, namun untuk menunjang kompleksitas karya musik ini, penata juga memanfaatkan sumber bunyi yang inkonvensional dalam memainkan Gamelan, yaitu dengan menciptakan sebuah getaran bunyi yang dihasilkan dengan menggesek bilah-bilah dari Gamelan 12

menggunakan penggesek rebab dan memukul riyong secara terbalik menggunakan stick drum. Semua unsur bunyi tersebut merupakan bunyi tambahan di samping bunyi utama yang dihasilkan secara konvensional. 1.3 Tujuan Garapan Pada dasarnya, setiap kegiatan berkomposisi yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Begitu pula halnya dengan penggarapan karya Galaxy 7 ini, penata memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Untuk dapat mewujudkan sebuah karya yang sesuai dengan konsep yang telah dirangkum menjadi sebuah karya musik yang sistematis. 2) Untuk mewujudkan sebuah karya yang layak untuk disajikan dalam ujian strata (S1). 3) Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah karya musik yang konsepnya sudah dipikirkan secara matang dan sistematis. 4) Untuk menggali potensi diri. Dalam hal ini penata berkeinginan untuk mengeksplorasi diri, sehingga dapat mengetahui sejauhmana kemampuan penata dalam berkesenian, khususnya dalam berkomposisi musik dan akan tetap berusaha untuk terus berkembang. 5) Sebagai salah satu tugas untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi seni. 13

1.4 Manfaat Garapan Selain memiliki tujuan, penata berharap dalam penggarapan karya seni ini hendaknya akan memberikan suatu manfaat. Adapun manfaat tersebut adalah: 1) Mendapatkan pengalaman baru sebagai jembatan untuk menciptakan sebuah karya baru yang bersumber dari daya imaji yang unik. 2) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggarapan musik yang menggunakan gamelan dan instrumen barat. 3) Menambah perbendaharaan bagi dunia seni pertunjukan di Bali pada umumnya dan khususnya di lingkungan kampus Institut Seni Indonesia Denpasar. 1.5 Ruang Lingkup Menghindari salah persepsi atau pengertian terhadap bentuk garapan ini, maka penggarap memberikan batasan pemahaman tentang ruang lingkup karya ini sebagai berikut: 1.5.1 Galaxy 7 merupakan sebuah komposisi musik yang terinspirasi dari sistem pembentukan, perjalanan, sampai pada kehancuran dari sebuah galaksi. Penata mengkomposisikan karya ini secara sistematis, agar sesuai dengan bagaimana sistem yang dimiliki oleh sebuah galaksi. Sistem yang penata rancang seperti membuat formulasi-formulasi yang berpatokan pada 14

sebuah perumusan sistem angka. Para musisi pendukung karya ini dituntut untuk bisa memainkan komposisi secara fokus dan teliti, karena komposisi ini memang dibutuhkan konsentrasi yang penuh, karena masing-masing pola dari setiap bagian memiliki porsi tersendiri. Misalkan, pola-pola ritme dari masing-masing instrumen akan dibuat beda, akan tetapi nantinya akan menjadi satu pada sebuah titik temu yang sistematis. 1.5.2 Penggarapan unsur musikal dalam komposisi musik ini akan difokuskan kepada penggarapan arah nada secara vertikal dan horizontal, ritme, tempo, dinamika, dan harmoni. Penggarapan tersebut akan penata susun secara sistematis, lewat pengembangan pola-pola yang akan menghasilkan rajutan ritme yang nantinya akan membentuk sebuah pola melodi. 1.5.3 Karya Galaxy 7 menggunakan media ungkap dari perpaduan antara Gamelan Salukat dan Instumen Barat. 1.5.4 Karya Galaxy 7 terbagi menjadi tiga bagian. Adapun rincian bagian dari karya ini adalah sebagai berikut: a. Penggambaran bagian I merupakan luapan imajinasi penata mengenai proses terbentuknya sebuah galaksi dari sebuah proses yang dikenal dengan sebutan Big Bang (benturan dahsyat). Jadi untuk merealisasikan imaji tersebut, pada bagian I komposisinya cenderung disusun menggunakan teknik Inversion dan teknik Repitisi dengan tempo yang cepat ditambah dengan adanya benturan-benturan dari 15

Sirkulasi Gong dan pengolahan arah nada secara vertikal-horizontal yang dihasilkan melalui pola ritme yang tersistem dari pembentuk angka 7. b. Bagian II merupakan penggambaran tentang sistem galaksi yang sudah memiliki anggota tetap yang mengitari sebuah inti secara teratur. Pada bagian ini penata banyak menghasilkan motif-motif dari teknik counterpoint (kontrapung), teknik Augmentation of Value (pembesaran nilai nada), dan teknik Diminuation of Value (pemerkecilan nilai nada). Eksplorasi bunyi dengan menggesek bilah dan mengolah resonator menggunakan kertas karton dari gamelan yang disajikan pada bagian ini, karena ingin menampilkan getaran frekwensi yang akan dipadukan dengan rajutan melodi menggunakan teknik counterpoint yang dihasilkan oleh Jegogan, Biola, Cello, Alto Saxophone, dan Hapi. c. Bagian III merupakan penggambaran sistem galaksi yang sudah tidak teratur. Dari ketidaktertauran sistem putaran pada masing-masing anggota galaksi tersebut, maka galaksi tersebut akan hancur, tentunya untuk menggambarkan suasana kehancuran, maka tempo dan dinamika yang harus diwujudkan setidaknya harus dengan intensitas yang cepat dan keras. Pada bagian III, teknik yang dominan digarap adalah dengan mengolah motif menggunakan teknik Retrograde teknik Sekuen. Penata berimajinasi tentang ketidakteraturan para anggota galaksi pada saat mengitari objek yang mengakibatkan 16

terjadinya benturan antar planet-planet yang diwakili oleh semua instrumen yang digunakan dalam karya ini. 1.5.5 Kostum atau tata busana dalam penyajian karya memegang peranan penting. Penguasaan teknik dan keterampilan tanpa disertai dengan penampilan yang serasi tidak dapat menghasilkan pertunjukan yang baik. Pemilihan kostum dalam karya ini diharapkan dapat mendukung karakter musik yang ditampilkan. Kostum yang penata gunakan adalah kostum yang mirip dengan kostum Astronot. Adapun kostum ini penata ciptakan sendiri dengan bantuan tiga orang teman. Kostum astronot ini terdiri dari Jas Hujan yang dilapisi dengan kertas aluminium foil dengan variasivariasi sesuai dengan ide penata sendiri. Mulai dari baju, celana, sepatu, sampai helm, penata melapisi semua itu dengan kertas aluminium foil. Penggarapan kostum ini sangat mengingatkan penata ketika belajar di Sekolah Menengah Pertama, yaitu pada kelas Kerajinan dan Ketrampilan tangan. Sedangkan, kostum yang digunakan para musisi pendukung dalam karya Galaxy 7 ini adalah kombinasi antara Cat Fosfor dengan Cat Glitter warna-warni. Penataan kostum seperti itu diharapkan mampu membawa imajinasi para penonton terhadap sosok makhluk luar angkasa, yang biasa disebut Alien. Kedua kostum di atas diciptakan atas dasar ide-ide yang timbul di pikiran penata untuk menggambarkan kehidupan di luar angkasa. Tentunya kostum tersebut diharapkan mampu memberikan kesan pertama terhadap penonton ketika mengapresiasi karya Galaxy 7 ini. 17

1.5.6 Adapun musisi pendukung Karya Galaxy 7 adalah dari Gamelan Salukat, Mahasiswa Jurusan Sendratasik, Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, dan siswa kelas tiga SMKN 3 Sukawati yang berjumlah 23 orang termasuk penata. Kemudian durasi karya ini kurang lebih selama 13 menit. 1.5.7 Penyajian garapan ini dari bagian I sampai II menggunakan Layar Berwarna Putih yang berisi sebuah animasi galaksi, dan pada bagian terakhir menggunakan layar berwarna hitam. Mengenai penataan Lighting, akan disesuaikan berdasarkan penggambaran dari setiap bagian agar bisa membantu menciptakan suasana dan terlihat lebih menarik secara visual. Pada bagian III penata juga menambah media tali yang digunakan untuk menarik penata ke atas ketika akhir dari karya ini. 18

BAB II KAJIAN SUMBER Terwujudnya sebuah karya seni musik Galaxy 7, tidak terlepas dari sumber-sumber tertulis, rekaman video baik berupa kaset CD maupun rekaman audio dan narasumber-narasumber beserta internet. dijadikan sebagai bahan acuan atau sebagai sumber inspirasi dalam garapan ini 2.1 Sumber Pustaka Big Bang Theory. Jonathan Keohane. 1997. NASA's Imagine the Universe: Ask an astrophysicist. Buku ini menguraikan tentang proses pembentukan sebuah galaksi yang dikenal dengan Teori Big Bang. Bintang & Planet. Carole Stott. Jakarta: Erlangga. 2007. Buku ini menyebutkan bahwa planet Pluto telah keluar dari orbit Galaksi Bima Sakti. Jendela Iptek - Ruang & Waktu. Mary dan John Gribbin. Jakarta : Balai Pustaka. 2000. Buku ini memapaparkan tentang teori pembentukan suatu galaksi. Musik Kontemporer dan Persoalan Interkultural. Dieter Mack. Bandung : Arti. 2004. Buku ini merupakan sebuah kumpulan esai yang secara kritis menyoroti masalah musik kontemporer dan persoalan interkultural di Indonesia. Buku ini banyak memberikan gambaran kepada penata mengenai bentuk-bentuk musik kontemporer. 19

Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Suka Hardjana. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 2003. Buku ini banyak memberikan masukan-masukan kepada penata tentang masalah-masalah musik kontemporer dari dulu hingga kini. Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realitas. Dieter Mack. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 2001. Buku ini banyak memberikan gambaran tentang perubahan perilaku manusia Indonesia pada era informasi ditinjau dari sudut budayanya. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Suka Hardjana. Jakarta : Buku Kompas. 2004. Buku ini banyak memberikan informasi khususnya tentang Musik Baru dan Hubungan antara Musik, Komponis, dan Pemainnya. Esai dan Kritik Musik. Suka Hardjana. Yogyakarta : Galang Press (Anggota IKAPI). 2004. Buku ini banyak memberikan masukan kepada penata tentang Fusion Music. Virus Setan Risalah Pemikiran Musik. Slamet Abdul Sjukur. Yogyakarta : Art Music Today. 2012. Buku ini banyak memberikan mengenai pengalaman Mas Slamet ketika berkarya yang kemudian memberikan sebuah rangsangan terhadap penata untuk terus berkarya. 20

2.2 Sumber Discografi Sumber audio maupun video sangat penting sebagai sarana memunculkan inspsirasi pada garapan. Demikian pula dalam garapan ini penata juga menggunakan beberapa rekaman berupa video untuk mendapatkan inspirasi yang dikembangkan. Adapun sumber discografi tersebut antara lain sebagai berikut: Rekaman Audio Karya Steve Reich yang berjudul Different Trains. Dari karya ini, penata mendapat masukan tentang pembentukan struktur musikal dari instrumen String Kwartet. Rekaman Audio karya Dewa Ketut Alit, dengan judul Genetik. Dari rekaman audio ini penata mendapat masukan mengenai cara cara berkomposisi, khususnya cara membuat arah nada, irama dan membuat tingkatan bunyi. Rekaman Video karya I Gede Yudana, dengan judul Water One. Dari rekaman video ini, penata mendapat masukan mengenai cara-cara membuat jalinan nada agar terdengar harmoni dan bagaimana cara menonjolkan karakteristik dari masing-masing instrumen dalam sebuah komposisi. Film Gravity yang penulis simak pada situs Youtube memberikan gambaran tentang perjalanan Tim NASA USA dalam misi lintas Galaksi. Film ini banyak memberikan inspirasi tentang pembentukan dan sistem-sistem yang dimiliki sebuah galaksi. 21

2.3 Sumber Wawancara Wawancara atau interview dilakukan pertama dengan Dewa Ketut Alit pada tanggal 16 April 2013 bertempat di Studio Gamelan Salukat di Pengosekan Ubud. Pada wawancara tersebut penata banyak mendapatkan teori-teori berkomposisi, khususnya komposisi musik yang sistematis. Selain tentang ilmu berkomposisi, beliau juga memberikan informasi-informasi mengenai perkembangan musik baru, baik di Barat maupun yang sedang berkembang di Indonesia. Penata merupakan salah satu anggota dari Gamelan Salukat milik Dewa Alit, jadi komunikasi antara penata dengan Dewa Alit sangat sering berlangsung. Beliau menjadi sumber acuan dalam proses pembentukan karya Galaxy 7 ini. Wawancara kedua dilakukan lewat situs jejaring sosial Facebook pada tanggal 13 Juni 2013 dengan I Wayan Gede Yudane. Adapun topik pembahasan ketika itu adalah mengenai apa saja yang harus diperhatikan ketika menggarap sebuah karya yang menggunakan Gamelan dan Instrumen Barat. Kemudian Yudane memberikan saran kepada penata, agar tindakan pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengeskplorasi tuning system, key signature atau nada dasar dari kedua media tersebut, setelah itu baru kita menemukan harmony. Hanya saja baru sebatas menemukan sebuah Alternatif Harmony, karena butuh waktu yang sangat lama untuk mempelajari Western Harmony. Beliau merupakan salah satu panutan penata dalam hal berkomposisi yang menggunakan perpaduan antara Gamlean dan Instrumen Barat. 22

Wawancara ketiga dilakukan pada tanggal 21 Februari 2014 di kediaman Dr. I Wayan Sudirana, S.Sn., MA di Kamol House, Lingkungan Taman Kaja Ubud. Pada saat itu yang penata tanyakan lebih cenderung mengenai penulisan Skrip Karya Seni. Tetapi banyak juga diselingi beragam pertanyaan mengenai tata cara berkomposisi. Pertanyaan pertama yang diajukan kepada Sudirana adalah bagaimana sesungguhnya cara mempertanggungjawabkan sebuah gagasan yang dibawa kedalam sebuah tulisan ilmiah? Jawaban pertama dari Sudirana adalah Matangkan konsep terlebih dahulu, setelah itu baru kita bisa memperluas materi dengan memperhitungkan bagaimana latar belakang penataan karya tersebut, dari mana ide di dapat, bagaimana proses kreativitasnya dan materi lainnya. Apabila kita belum mematangkan konsep dengan sungguh-sungguh, maka kita akan sangat sulit mengembangkan karya tulis kita agar bisa menjadi sebuah pertanggung jawaban. Ketika itu sekali lagi Sudirana meyakinkan penata, apakah anda akan serius menggunakan konsep ini? Lantas dengan percaya diri, penata menjawab dengan tegas, bahwa penata sangat serius menggunakan konsep ini yang nantinya akan diajukan pada Ujian Tugas Akhir. Sudirana juga banyak memberikan buku-buku maupun artikel yang sesuai dengan konsep yang penata ajukan. Mengenai ilmu komposisi, Sudi menyarankan agar penata meningkatkan daya apresiasinya terhadap karya-karya yang menggunakan perpaduan antara Gamelan dan Instrumen Barat, cara tersebut sekiranya dapat lebih membuka daya imajinasi kita untuk bisa menciptakan sebuah karya yang berbeda dari biasanya, walaupun kita nantinya akan mereduksi karya-karya yang sudah ada sebelumnya, dan itu adalah tindakan yang sah dalam berkomposisi. 23

BAB III PROSES KREATIVITAS Sebuah karya seni tidak langsung terlahir begitu saja tanpa adanya proses kreatif dari penata yang melibatkan seniman pendukungnya. Untuk menjalani proses ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan teliti agar karya ini dapat terwujud. Didalam proses kreativitas, seorang seniman memiliki kebebasan untuk menjalani proses dan menafsirkan hal-hal apa saja yang menjadi pengaruh dari dalam maupun luar dirinya, sehingga mampu menghadirkan sebuah ide. Kemudian mengumpulkan elemen-elemen yang dianggap bisa mendukung terwujudnya suatu karya seni, sesuai dengan ide dan terakhir mewujudkannya menjadi suatu karya seni yang utuh sesuai dengan ide tersebut. Untuk itu dipinjam konsep yang dipaparkan oleh Alma Hawkins dalam bukunya Creating Through Dance (1964), bahwa penataan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan yaitu, exploration, improvisasion dan forming. Ketiga tahap ini diterjemahkan oleh Soedarsono dalam bukunya Diktat Pengantar dan Pengetahuan Komposisi Tari (1990) menjadi tahap penjajagan, tahap percobaan dan tahap pembentukan. Ketiga tahapan tersebut penata aplikasikan dalam proses penggarapan karya musik Galaxy 7. 3.1 Penjajagan (Exploration) Tahap penjajakan merupakan proses awal dari penataan sebuah karya seni. Pada tahapan ini hal pertama yang dilakukan adalah mencari inspirasi, 24

berkontemplasi dan berpikir untuk menemukan sebuah ide dan selanjutnya menyusun konsep yang digunakan untuk membingkai dan memberikan identitas terhadap garapan. Pada proses perenungan pencarian ide dilakukan, hal pertama yang penata lakukan adalah mulai berpikir untuk menemukan sebuah ide. Dari pencarian tersebut akhirnya penata menemukan ide yang sangat menarik untuk diangkat dijadikan sebagai ide garapan yaitu mengenai ketertarikan penata terhadap Ilmu Astronomi dengan sering memandangi langit ketika malam hari. Dari hal tersebut penata langsung mengamati hal-hal apa saja yang terjadi dalam aktifitas tersebut. Sehingga memberikan sebuah inspirasi awal kepada penata yang kemudian dilanjutkan dengam melakukan penyesuaian terhadap alat yang dipergunakan sehingga dapat sesuai dengan keinginan penata dalam mewujudkan karya Galaxy 7. Dalam hal ini, penata sudah berhasil bereksplorasi mengenai teknik memainkan gamelan, yaitu dengan menggunakan dua panggul untuk memainkan Instrumen Jegogan, Calung, Gangsa, Kantilan, dan menggesek bilah-bilah gamelan untuk menghasilkan sebuah vibrasi (getaran) dari nada-nada yang telah diformulasikan, serta memukul Instrumen Riyong yang posisinya terbalik dengan menggunakan Stick Drum. Penemuan ide tersebut banyak tersinpirasi dari karyakarya yang penata gemari, di samping itu penata juga lebih intensif dalam mengamati dan mendengarkan musik perpaduan antara Gamelan Bali dengan Musik Barat, dan mencari literatur-literatur yang berkaitan dengan proses penggarapan musik perpaduan. Penata juga banyak meminta pendapat dari komponis yang sudah pernah menggarap musik perpaduan antara Gamelan Bali 25

dengan Musik Barat. Pengalaman dari beliau akan sangat membantu penata dalam pembentukan karya ini, karena pengalaman beliau setidaknya bisa menggambarkan apa saja yang harus diperhatikan ketika menggarap sebuah komposisi musik dari perpaduan Gamelan Bali dengan Musik Barat. Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan para pendukung untuk menentukan hari baik guna melakukan Upacara Nuasen yaitu dengan melakukan persembahyangan di Pura Gunung Sari, Peliatan dengan memohon kesalematan dan dalam proses penggarapan karya ini sampai pada hari pementasan diberikan kelancaran. Upacara Nuasen juga dilaksanakan untuk memohon restu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar semua frase dari penggarapan ini bisa terlewati dengan baik. Setelah Upacara Nuasen tersebut, kami akan melaksanakan latihan perdana. Tabel 3.1 Tahap Penjajagan (Eksplorasi) Per Bulan November 2013 sampai Bulan Januari 2014 Periode Waktu per minggu Minggu II November 2013 Kegiatan/Usaha Yang Dilakukan - Pencarian ide dengan mencari literatur tentang Galaksi dan Musik Perpaduan antara Gamelan Bali dengan Musik Barat. Hasil Yang didapat - Mendapatkan sedikit bayangan terhadap karya yang akan di ciptakan. 26

Minggu III November 2013 - Penentuan Media Ungkap dengan berkonsultasi dengan Komponis yang memiliki pengalaman dalam penggarapan karya musik dari perpaduan Gamelan Bali dengan Musik Barat. - Bertemu dengan musisi pendukung yang akan memainkan Instrumen Barat. - Memilih Biola, Cello, dan Alto Saxophone sebagai media ungkap yang akan dipadukan dengan Gamelan Salukat. Karena menurut penata dan dari hasil konsultasi, instrumen tersebut sekiranya cocok untuk dipadukan sesuai ide yang ingin penata realisasikan. - Mendapatkan kepastian dari musisi pendukung untuk membantu penggarapan karya ini. Minggu IV November 2013 Minggu I Desember 2013 Minggu II Desember 2013 Minggu III Desember 2013 - Mencari bunyi-bunyi yang bisa dihasilkan dari media ungkap yang digunakan. - Mencari literatur baik berupa buku maupun audio yang terkait dengan musik perpaduan. - Mencari literatur ke perpustakaan, Gramedia, dan maupun di internet. - Proses memadukan kedua unsur dari media ungkap yang digunakan. - Fokus mencari karya-karya yang memadukan Gamelan Bali dengan Musik Barat, khususnya Biola, Cello, - Mengeksplorasi bunyi yang dihasilkan dengan menggunakan dua panggul pada Jegogan, Calung, Gangsa, dan Kantilan. - Mengeskplorasi bunyi dengan menggesek bilah gamelan menggunakan penggesek rebab, dan memukul Riyong secara terbalik menggunakan Stick Drum. - Mendapatkan buku yang membahas tentang proses pembentukan sebuah galaksi. - Berhasilkan menemukan nada dasar dari Instrumen Barat ketika dipadukan dengan Gamelan Salukat. - Tidak berhasil menemukan sebuah karya yang menggunakan ketiga 27

Contrabass, Saxophone. dan Instrumen Barat tersebut, hanya saja berhasil menemukan sebuah karya yang memadukan Gamelan Bali dengan String Kwartet. Minggu IV Desember 2013 Minggu I Januari 2014 Minggu II Januari 2014 - Fokus mencari buku tentang tata cara berkomposisi. - Fokus mencari sumbersumber yang membahas tentang Musik dan Galaksi di Internet. - Menetapkan pendukung dengan mengadakan pertemuan dengan anggota Sanggar Gamelan Salukat sekaligus untuk menentukan hari baik untuk Upacara Nuasen di Pura Gunung Sari Peliatan, Ubud. - Menjelaskan mengenai konsep karya yang akan penata garap kepada musisi pendukung. - Berhasil meminjam buku-buku tentang ilmu komposisi musik dari salah seorang teman alumni Pascasarjana ISI Surakarta. - Berhasil menemukan teori Big-Bang pada situs www.wikipedia.com. - Mendapatkan kepastian dari musisi pendukung untuk bisa membantu proses penggarapan karya ini sampai pada pementasan di Natya Mandala ISI Denpasar. - Menetapkan jadwal latihan selanjutnya. - Melaksanakan Upacara Nuasen di Pura Gunung Sari Peliatan dan melaksanakan latihan perdana setelah upacara tersebut. 3.2 Percobaan (Improvisasi) Dalam setiap penyusunan suatu komposisi musik, terlebih komposisi yang terbilang baru, maka tahap kedua dalam proses penggarapan ini dilakukan suatu percobaan untuk mengetahui kemungkinan musikal yang bisa diterapkan, terutama mengenai pembentukan wujud estetis dari setiap elemen-elemen untuk 28

bisa diaplikasikan kedalam suatu karya. Pada tahap ini penata bereksperimen dengan dimulai dari menganalisa kemungkinan seberapa banyak warna suara yang bisa dihasilkan oleh media yang digunakan, serta melakukan penjelajahan nada-nada yang bisa dihasilkan oleh perpaduan antara Gamelan Salukat dan Instrumen Barat, sampai pada tahap pembuatan konsep lagu berupa notasi yang mempergunakan simbol-simbol tertentu dalam pencatatannya. Sehingga ketika mendapatkan satu inspirasi musikal, sesegera mungkin dicatat lewat sistem notasi untuk menghindari inspirasi yang hilang, karena dengan pencatatan notasi tersebut, maka akan mempermudah proses penuangan kepada para musisi pendukung. Percobaan-percobaan secara intensif mulai dilakukan dengan serius untuk merealisasikan ide-ide ke dalam bahasa musikal. Dalam proses pengumpulan motif- motif yang telah dihasilkan melalui proses berkomposisi ketika merangkai notasi-notasi. Penata merangkai sebuah formulasi komposisi secara sistematis yang terinspirasi dari proses terbentuknya sebuah galaksi sampai galaksi tersebut hancur yang dikarenakan adanya ketidakteraturan sistem antara masing-masing anggota galaksi. Rangkuman ide tersebut akan ditransfer pada sebuah sistem pencatatan notasi balok khususnya pada penuangan komposisi dari kelompok Instrumen Barat, kemudian untuk penuangan komposisi kelompok gamelan, penata juga akan mencatat ke dalam sistem notasi balok dan notasi dengan menggunakan simbol Aksara Bali untuk menulis nada-nada pada gamelan ke dalam sistem notasi. Adapun pengetahuan dan teori mengenai menyusun notasi balok penata dapatkan pada semester tiga dalam kelas Teori Dasar Musik Barat, selain dari Mata kuliah tersebut penata juga 29