HUBUNGAN OBESITAS DENGAN BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DI LABORATORIUM KLINIK PRODIA MAKASSAR TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Transkripsi:

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN BEBERAPA FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DI LABORATORIUM KLINIK PRODIA MAKASSAR TAHUN 2005 oleh HARIADI * ARSAD RAHIM ALI** ABSTRAK Obesitas merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih, yang perlu mendapatkan perhatian.obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak tubuh secara absolut maupun relatif. Obesitas merupakan faktor resiko dari berbagai penyakit (related co morbidity ) antara lain Diabetes mellitus, dislipidemia, dan hipertensi yang akan menimbulkan peningkatan penyakit jantung koroner.. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui hubungan obesitas dengan beberapa faktor resiko penyakit jantung koroner seperti diabetes melitus, dislipidemia dan hipertensi di laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cros sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan pemeriksaan general medical check up di laboratorium klinik Prodia selama tahun 2005. pengambilan sampel dilakukan secara exhaustive sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft exel dan SPSS versi 11,5. Analisis data mencakup analisis univariat, bivariat dengan uji chi square ( p<0,05).data disajikan dalam bentuk tabel yang disertai narasi sebagai penjelasan. Hasil penelitian pada analisis bivariat didapatkan hubungan bermakna kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai diabetes melitus (p 0,018), hubungan bermakna kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai dengan hipertensi ( p 0,007) dan tidak terdapat hubungan bermakna kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai dislipidemia ( p 0,355) Hal-hal yang disarankan dalam penelitian ini antara lain Pasien dengan obesitas khususnya yang disertai dengan diabetes melitus, hipertensi dan dislipidemia sebaiknya dianjurkan untuk segera melakukan upaya pencegahan dengan menurunkan berat badan dan olahraga teratur untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner.perlunya melakukan pemeriksaan panel lipid (kolestrol total, trigliserida, LDL dan HDL ), kadar glukosa dalam darah dan tekanan darah secara rutin terutama pada kelompok risiko tinggi serta perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang hubungan obesitas dengan beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner dengan menggunakan desain penelitian kohort untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang kuat. Kata kunci : Faktor Resiko (Obesitas, DM, Dispipidemia dan Hipertensi) Jantung Koroner 1

PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 juta adalah obese..diwaktu mendatang epidemi obesitas akan melanda negara negara dibenua Asia. Bentuk tubuh orang Asia yang rata rata lebih kecil dari penduduk di negara Barat, tetapi mempunyai komposisi lemak visceral yang lebih banyak merupakan salah satu faktor penting meningkatnya penyakit kardiovaskuler di Asia. Di Indonesia perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). ). Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti Diabetes mellitus tipe II, Dislipidemia dan hipertensi. Bertambahnya populasi obesitas dengan sendirinya akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian penyakit kardiovaskuler. Laporan WHO (World Health Organisation) tahun 2003 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 29,2% dari seluruh kematian di dunia atau 16,7 juta jiwa setiap tahun (7,2 juta PJK; 5,5 juta penyakit serebrovaskuler; 4 juta hipertensi dan penyakit jantung lainnya). Dari jumlah kematian tersebut, 80% diantaranya terdapat di negara miskin, menengah dan negara berkembang (Anonim,www.who.int, 2004). Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 dan 1995 serta Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, diperoleh gambaran proporsi penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskuler di Indonesia yaitu; 16% pada tahun 1992, 18,9% pada tahun 1995 dan 26,4 % pada tahun 2001. Semuanya menempati urutan pertama (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2003). Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler di Sulawesi Selatan, menurut hasil survei status kesehatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 2,76% pada tahun 1997 meningkat menjadi 17,35% pada tahun 1998 dan 20,83% pada tahun 1999. Pada tahun 1995 menempati urutan 2

pertama penyebab kematian (13,57%) (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2000). Penyakit utama penyebab kematian di Makassar, menurut SKRT mengalami pergeseran dari penyakit infeksi pada tahun 1986 (46,8%) menjadi penyakit kardiovaskuler pada tahun 1992 (16%) dan pada tahun 1995 tetap menjadi penyebab kematian nomor satu (18,9%) (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2000). Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian guna mengetahui hubungan obesitas dengan beberapa faktor resiko penyakit jantung koroner seperti diabetes melitus, dislipidemia dan hipertensi di laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan Cross sectional, yaitu mengamati hubungan antara obesitas dengan beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner. Pengumpulan data dimulai Juni sampai Juli 2006. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium klinik prodia Makassar,Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan pemeriksaan paket general medical check up di laboratorium klinik Prodia tahun 2005. Populasi diambil sebagai sampel yaitu pasien laboratorium klinik Prodia yang melakukan pemeriksaan paket General Medical Check Up dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara exchaustive sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi sebagai sampel dari semua pasien Prodia yang melakukan pemeriksaan paket General Medical Check Up selama tahun 2005, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Mengidentifikasi variabel penelitian dalam hal ini yang menjadi variabel defenden (efek) adalah penyakit jantung koroner, sedangkan variabel independen (risiko) adalah obesitas, diabetes melitus, dislipidemia dan hipertensi. Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini menggunakan komputer dengan program statistical package for the social sciences (SPSS), microsoft word dan excel for window. Semua data disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi sebagai penjelasan. Analisis statistik statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara obesitas 3

dengan beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner. Analisis data dilakukan dengan cara analisis univariat, dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum data dengan cara mendeskripsikan tiap tiap variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu dengan melihat distribusi dan presentasi dari tiap variabel. Analisis Bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua variabel. Uji statistik menggunakan rumus Uji Chi Square HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Populasi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik variabel penelitian pada tabel.7 menunjukan tidak ditemukan perbedaan berat badan, tekanan darah sistolik, IMT, kadar GDP dan ratio koleterol total dan HDL yang bermakna (p>0,05) antara kelompok tidak PJK dan PJK. Umur dan tekanan darah diastolik berbeda secara bermakna pada kelompok PJK (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok non PJK. Walupun tidak bermakna secara statistik, tetapi rerata tekanan darah sistolik dan kadar GDP pada kelompok PJK lebih tinggi. Tabel.7 Karakteristik Variabel Penelitian Pada Kelompok Tidak PJK dan PJK Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 Status PJK No Variabel Tidak (n = 185) Ya (n = 85) p Rerata + SB Rerata + SB 1 Umur (Tahun) 44,29 ± 9,50 52,24 ± 10,99 0,001 2 Tinggi badan (cm) 163,18 ± 7,17 161,92 ± 7,75 0,255 3 Berat Badan (Kg) 67,6429 ±11,81 67,38 ±12,82 0,367 4 IMT (Kg/m2) 25,29 ± 3,52 25,66 ± 3,88 0,558 5 Sistolik (mmhg) 116,45 ± 20,40 122,14 ± 22,60 0,305 6 Diastolik (mmhg) 79,19 ± 10,31 81,62 ± 13,56 0,016 7 GDP (mg/dl) 108,56 ± 49,80 119,82 ± 64,54 0,336 8 Ratio Kol.Total/HDL 4,74 ± 1,37 4,68 ± 1,24 0,674 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 4

Prevalensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner Kelompok Umur Prevalensi penyakit jantung koroner menurut kelompok umur berdasarkan pada tabel 8, menunjukkan bahwa kelompok umur 30-40 tahun terdapat 16,7 %, 41 50 tahun terdapat 26,5 %, 51 60 tahun terdapat 45,9 %, 61 70 tahun terdapat 57,9 % dan > 70 tahun terdapat 75,0 % penderita penyakit jantung koroner. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Tabel. 8 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Menurut Kelompok Umur Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 No Status PJK Kelompok Total Tidak Ya Umur n % n % n % 1 30 40 70 83,3 14 16,7 84 100 2 41 50 72 73,5 26 26,5 98 100 3 51 60 33 54,1 28 45,9 61 100 4 61 70 8 42,1 11 57,9 19 100 5 > 70 2 25,0 6 75,0 8 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 Jenis Kelamin Prevalensi penyakit jantung koroner menurut jenis kelamin berdasarkan pada tabel. 9 menunjukkan bahwa dari 183 laki laki terdapat 30,1 % yang menderita PJK dan 69,9 % yang tidak PJK, sedangkan dari 87 perempuan terdapat 34,5 % yang menderita PJK dan 65,5 % yang tidak PJK. Hal ini menunjukan perempuan lebih banyak menderita penyakit jantung koroner dari pada laki laki, meskipun persentase penyakit janutung koroner pada kedua jenis kelamin tersebut hampir sama. Tabel.9 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Menurut Jenis Kelamin Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar 5

Status IMT Tahun 2005 No Status PJK Jenis Total Tidak Ya kelamin n % n % n % 1 Laki Laki 128 69,9 55 30,1 183 100 2 Perempuan 57 65,5 30 34,5 87 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 Prevalensi penyakit jantung koroner menurut status IMT pada tabel.10 menunjukkan pasien dengan status IMT normal (18 24,9 kg/m2) terdapat 21,8 % Tabel.10 menderita PJK, Status IMT kurus (< 18 kg/m2) terdapat 83,3 % menderita PJK, sedangkan pada obesitas (> 25 kg/m2 terdapat 35,6 % yang menderita PJK. Prevalensi Penyakit Jantung Koroner Menurut Status IMT Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 Status PJK No Status IMT Tidak Ya Total n % n % N % 1 Normal (18-24,9 g/m2) 79 78,2 22 21,8 101 100 2 Kurus (< 18 kg/m2) 1 16,7 5 83,3 6 100 3 Obesitas (> 25 kg/m2) 105 64,4 58 35,6 163 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 Hubungan Obesitas Dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian PJK Hasil analisis berdasarkan pada tabel 11 menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas disertai diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih banyak dibandingkan dengan koroner yaitu 12 (46,2 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap kejadian penyakit jantung koroner. 6

Tabel. 11 Analisis Hubungan Obesitas dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 No Obesitas DM Status PJK Tidak Ya Total n % n % n % 1 Normal 81 75,7 26 24,3 107 100 2 Obesitas 92 67,2 45 32,8 137 100 3 Obesitas dengan DM 12 46,2 14 53,8 26 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 p 0,018 Hubungan Obesitas Dengan Dislipidemia Terhadap Kejadian PJK Hasil analisis berdasarkan pada tabel 12 menunjukkan bahwa dari 105 penderita obesitas disertai dislipidemia ditemukan 37 (35,2 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih sedikit dibandingkan dengan koroner yaitu 68 (64,8 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,355) lebih besar α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan dislipidemia terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Tabel. 12 Analisis Hubungan Obesitas Dengan Dislipidemia Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 No Obesitas Dislipidemia Status PJK Tidak Ya Total n % n % N % p 7

1 Normal 81 75,7 26 24,3 107 100 2 Obesitas 36 62,6 22 37,4 58 100 Obesitas dengan 3 Dislipidemia 68 64,8 37 35,2 105 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 0,355 Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Terhadap Kejadian PJK Hasil analisis berdasarkan pada tabel 13 menunjukkan bahwa dari 52 penderita obesitas disertai hipertensi ditemukan 25 (48,1 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih sedikit dibandingkan dengan koroner yaitu 27 (51,9 %). Sebaliknya dari 107 yang normal ditemukan 81 (75,7 %) koroner lebih banyak dibandingkan yang menderita menderita penyakit jantung koroner. Tabel. 13 Analisis Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005 No Obesitas Hipertensi Status PJK Tidak Ya Total n % n % n % 1 Normal 81 75,7 26 24,3 107 100 2 Obesitas 77 69,3 34 30,7 111 100 Obesitas dengan 3 Hipertensi 27 51,9 25 48,1 52 100 Jumlah 185 68,5 85 31,5 270 100 Sumber : Medical report laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005 p 0,007 Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,007) lebih kecil α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi terhadap kejadian penyakit jantung koroner. PEMBAHASAN Gambaran Umum Populasi Sampel Penelitian Hasil penelitian terhadap 270 sampel berdasarkan karakteristik variabel penelitian 8

menunjukan tidak ditemukan perbedaan berat badan, IMT, tekanan darah sistolik, IMT, kadar GDP dan ratio koleterol total dan HDL yang bermakna (p>0,05) antara kelompok non PJK dan PJK. Umur dan tekanan darah diastolik berbeda secara bermakna pada kelompok PJK (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok non PJK. Walupun tidak bermakna secara statistik, tetapi rerata tekanan darah sistolik dan kadar GDP pada kelompok PJK lebih tinggi. Prevalensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Hal ini disebabkan semakin bertambah umur seseorang biasanya disertai dengan penyakit degeneratif dan semakin bertambah pula faktor risiko penyakit jantung koroner. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hodge AM,dkk 1994 dikota Werstern Samoa Amerika dimana prevalensi penyakit jantung koroner terbanyak terjadi pada obesitas dengan umur > 35 tahun. Hal ini disebabkan pada usia tersebut individu mulai mapan sehingga terjadi perubahan pola hidup. Asupan makanan semakin meningkat karena ketersediaan beragam makanan yang semakin banyak dan makanan siap saji semakin bervariasi dari tahun ketahun, sementara aktivitas fisik semakin berkurang Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan jenis kelamin menunjukkan perempuan lebih banyak menderita penyakit jantung koroner dari pada laki laki, meskipun persentase penyakit janutung koroner pada kedua jenis kelamin tersebut hampir sama. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian women hearth institut yang menyebutkan risiko terjadinya PJK pada perempuan 10 tahun lebih lambat dari pria meskipun hasil penelitian lain menyebutkan angka mortalitas penyakit jantung koroner pada perempuan lebih besar. Obesitas pada laki laki dan perempuan hanya berbeda pada distribusi lemak dalam tubuh. Pada pria, lemak tubuh banyak didistribusikan di bagian atas tubuh yaitu bagian perut yang dikenal juga dengan nama obes tipe android. Sedangkan pada wanita cenderung dibagian bawah tubuh yaitu di daerah gluteofemoral atau obes tipe ginoid. Hubungan Obesitas Dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian PJK Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas disertai diabetes melitus ditemukan 9

14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih banyak dibandingkan dengan koroner yaitu 12 (46,2 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hisayama Hearth Study di Jepang, yang menunjukkan angka kematian kardivaskuler meningkat pada kelompok obesitas yang disertai dengan diabetes melitus. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah Henry RR, Mudaliar dimana didapatkan sekitar 60 % dari mereka yang obes menderita diabetes melitus tipe 2. Semakin besar indeks massa tubuh (IMT) semakin besar risiko menderita diabetes meltus tipe 2 yang disertai dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner. Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek Sel β pankreas sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa diabetes melitus dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian menyusul berkurangnya pelepasan insulin. Pada penderita obes juga ditemukan adanya resistensi insulin. Peningkatan risiko penyakit kardivaskuler sebesar 50-70 % salah satunya berkaitan dengan resistensi insulin Hubungan Obesitas Dengan Dislipidemia Terhadap Kejadian PJK Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa dari 105 penderita obesitas disertai dislipidemia ditemukan 37 (35,2 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih sedikit dibandingkan dengan koroner yaitu 68 (64,8 %). Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,355) lebih besar α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan dislipidemia terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djanggan Sargowo di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang (2001), yang menyebutkan bahwa kadar total kolesterol merupakan faktor risiko (OR = 3,1) dan secara statistik terdapat hubungan dengan kejadian PJK (p <0,05).Hasil penelitian lain yang juga tidak sejalan dengan penelitian ini diantaranya 10

yang dilakukan oleh Framingham Heart Study yang menyebutkan bahwa kadar total kolesterol merupakan faktor risiko dan terdapat hubungan dengan kejadian PJK. Penyakit jantung koroner terjadi karena adanya penyumbatan sebagian atau total pembuluh arteri koroner yang diawali dengan penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah arteri. Penyumbatan terjadi akibat adanya proses aterosklerosis dan juga proses lain yaitu spasme pembuluh darah koroner tanpa adanya kelainan anatomis, yang secara tersendiri atau bersama-sama memberikan gejala iskemia. Kejadian penyakit jantung koroner berhubungan dengan beberapa faktor risiko.aterosklerosis sebagai pangkal terjadinya PJK mempunyai penyebab multifaktorial yang disebut faktor risiko. Perbedaan hasil penelitian disebabkan oleh karena adanya perbedaan metode penelitian, pemilihan populasi sampel (umur, jenis kelamin dan status penyakit ) serta perbedaan kriteria dislipidemia yang digunakan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian cros sectional,sampel diambil dari populasi yang sehat dan kriteria dislipidemia menggunakan ratio kolesterol total dengan HDL > 4,5 menyebabkan perbedaan hasil penelitian. Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Terhadap Kejadian PJK Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa dari 52 penderita obesitas disertai hipertensi ditemukan 25 (48,1 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih sedikit dibandingkan dengan koroner yaitu 27 (51,9 %). Sebaliknya dari 107 yang normal ditemukan 81 (75,7 %) koroner lebih banyak dibandingkan yang menderita menderita penyakit jantung koroner.berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,007) lebih kecil α (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi terhadap kejadian penyakit jantung koroner. Hal ini sejalan dengan penelitian Ko GTC dkk di Hongkong melaporkan bahwa kenaikan indeks massa tubuh (IMT) baik pria maupun wanita diikuti dengan meningkatnya diabetes melitus, hipertensi dan dislipidemia yang disertai dengan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian lain adalah 11

penelitian yang dilakukan oleh the National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika Serikat mendapatkan 31 % penduduk obesitas disertai hipetensi menderita penyakit jantung koroner. Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri, dengan perlahan-lahan arteri tersebut mengalami proses pengerasan. Pengerasan pembuluh darah tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya kadar kolesterol dalam darah, proses ini menyempitkan lumen (ruang /rongga) yang terdapat dalam pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi terhalang. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini Populasi dan sampel adalah pasien yang melakukan pemeriksaan general medical check up, dimana sebagaian besar dari pasien adalah populasi sehat sehingga untuk status PJK menggunakan kriteria suspek penyakit jantung koroner. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Prevalensi penyakit jantung koroner semakin meningkat pada penderita obesitas dan bertambahnya umur. 2. Ada hubungan kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai diabetes melitus. 3. Ada hubungan kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai hipertensi. 4. Tidak ada hubungan kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai dislipidemia. Saran 1. Pasien dengan obesitas khususnya yang disertai dengan diabetes melitus, hipertensi dan dislipidemia sebaiknya dianjurkan untuk segera melakukan upaya pencegahan dengan menurunkan berat badan dan olahraga teratur untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner. 2. Perlunya melakukan pemeriksaan panel lipid (kolestrol total, trigliserida, LDL dan HDL ), kadar glukosa dalam darah dan tekanan darah secara rutin terutama pada kelompok risiko tinggi 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian kohort untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat yang kuat antara obesitas 12

dengan beberapa faktor risiko terhadap kejadian PJK. 4. Pemilihan sampel sebaiknya dari pasien dengan status penyakit jantung koroner bukan suspek PJK. DAFTAR PUSTAKA Adam, John MF, Obesitas,Pengertian dan Kriteria Diagnosis, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.Makassar 2006. Adriansjah,Herman, Adam, John MF, Sindroma Metabolik. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2006 Apriliwati,Dwi, Arsiniati M.Brata, Hubungan Perbandingan Lingkar Pinggang/Lingkar Panggul,IMT dan Konsumsi Lemak dengan Penyakit Jantung Koroner.Seksi gizi laboratorium IKM-KP Fakultas kedokteran-universitas Airlangga Azwar,Asrul, Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan, Direktur jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Bakri, Syakib, Hipertensi pada Obesitas. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,Makassar 2006 Bustan, Muh. Najib, Epidemiologi Penyakit Tidak menular, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000. Budiono, Bambang, Sindroma metabolik dan Penyakit kardiovaskuler. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,Makassar 2006 Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan Profinsi Sulawesi Selatan, 2000.,, http://gizi.net./cgi-bin (online), Waspadai kegemukan anak, 2004, Akses Desember 2005., http://www.kompas.com/teknologi (online), Bahaya Kegemukan, Akses Oktober 2005., http://www.obesitas.web.id/indonesia (online), Obesitas Meningkatkan Risiko PJK, 2004, Akses Januari 2006., http://www.obesitas.web.id/indonesia (online), Body Mass Indeks (BMI), 2005, Akses Oktober 2005 Intan, Melisa B, Wijaya, Andi, Obesitas dan Sindroma Metabolik. Forum Diagnostikum. Laboratorium Klinik Prodia Indriyanti RS, Obesitas dan Sindroma Kardiovaskular Dismetabolik, Informasi Laboratorium. Laboratorium Klinik Prodia 2001. Jemmy, B, Aspek Pencegahan Primer Pada Penyakit Jantung Koroner, www.geocities.com (online), 2001, Akses 20 Januari 2006 Kaniawati, Mariata, Sri Rahayu, Sindrome Metabolik pada Anak-anak, Informasi Laboratorium. Laboratorium Klinik Prodia 2005 Khomsan, Ali, Faisal Anwar,Sulistyani dan Lidya I.Momuat, Pengaruh Minyak Kelapa dan Minyak Sawit Terhadap Profil Kolesterol Kelinci, Penderita Kolesterol Ringan, Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) IPB Bogor. Linder, Maria C, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerbit UIP Express. Mokogenta, Rahpan, Parameter Lipid dan Lipoprotein Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RS Wahidin Sudirohusodo, Skripsi 2005. Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002. 13

Reaching for Excellence. Laboratorium Klinik Prodia.2006 Riduan, Dasar Dasar Statistik. Penerbit Alapabet Sanusi, Harsinen, Obesitas, Toleransi Glukosa Terganggu dan Risiko Kardiovaskuler. Fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin,Makassar 2006 Seweng, Arifin Biostatistik II, Materi kuliah Biostatistik II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar,2004. Stang, Biostatistik II, Materi kuliah Biostatistik II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar,2004. Penuntun Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia, Pusat Diabetes dan Lipid RS Wahidin Sudirohusodo. * Staf Prodio Makassar **Staf Dinkes Polewali Mandar Sul-Bar 14