TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI

Pendanaan Ekspor dan Impor

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB II LANDASAN TEORI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C)

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

MEKANISME PENYELESAIAN PEMBAYARAN KEGIATAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DAN BILL EXCHANGE. Oleh: Suyanti

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

SKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 17 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Tugas dalam Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sajana Hukum. Oleh :

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring

Bab 4 MATERI SIP-4 1 JASA BANK JASA BANK TRANSFER JENIS JASA BANK INKASO KLIRING. Perbankan. Perbankan

BAB II LANDASAN TEORI

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB II LANDASAN TEORI

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja,

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi. Version

BAB IV LETTER OF CREDIT (L/C)

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB II TINJAUAN TENTANG LETTER OF CREDIT (L/C) kegiatan jual beli yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara yang lain.

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER OF CREDIT) PADA PT. BATIK DANAR HADI SURAKARTA

BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L.

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. negara dengan tujuan ke negara lain secara legal, dalam bahasa umumnya

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum OLEH: WIRA ANDIKA NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup

TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. /

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh. Utara. Oleh: BAMBANG HERI PRATAMA S NIM:

Kewirausahaan III. Mengembangkan usaha ke pasar internasional. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR MEBEL PADA CV. MUGIHARJO DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

ASPEK HUKUM STANDBY LETTER. Oleh SURI SEKAR AYU

LETTER OF CREDIT. Dina W. W Kariodimedjo Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Letter of Credit 1 FH UGM

S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara O l e h : FARID CHAIRMAWAN NIM : 04 02 00 177 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8

2 TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh: Ketua Departemen Hukum Keperdataan PROF.DR.H.TAN KAMELLO,SH.MS NIP. 131 764 556 PEMBIMBING I PEMBIMBING II SINTA ULI, S.H, M.Hum PUSPA MELATI HSB, S.H, M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8

3 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah dan segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah : Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor yang Menggunakan Letter of Credit (L/C). skripsi ini meninjau tentang pelaksanaan transaksi ekspor impor yang menggunakan letter of credit. Disamping itu, skripsi ini juga akan mengangkat beberapa permasalahan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan transaksi ekspor impor tersebut. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam hal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang penulis sampaikan dalam skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan ilmiah penulis, sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan perbaikan dan demi kesempurnaan penulisan sripsi ini. Demikian penyusunan skripsi ini penulis usahakan dalam bentuk yang sederhana, baik dalam pemilihan judul, isi dan ruang lingkupnya, serta susunan kalimat dan tata bahasanya. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4 2. Bapak Prof. DR. Tan Kamello, S.H, M.S, selaku ketua Departemen Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Sinta Uli Pulungan, S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah bersedia memberikan pengarahan, bimbingan, serta petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu penulis manyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh jajaran Dosen dan pegawai akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 6. Kedua orangtua, ayah dan ibu tercinta Ir. H. Anshar M. Noor, M.M dan Dra. Asnaita, yang dengan ikhlas memberikan kasih sayang, pengertian, semangat, doa, serta dukungan serta pengorbanan baik secara moril dan materiil. Terima kasih atas didikan yang telah ditanamkan kepada penulis hingga saat ini. 7. Adikku tersayang, Anissa Chairudea, yang telah memberikan dorongan, semangat, dan doa kepada penulis selama ini. 8. Ardhya Putri Mahardhika, yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis dalam penulisan skrispi ini. 9. Teman-teman yang telah memberikan dukungan, bantuan, serta doa kepada penulis (Karina, Nola, Riska, Bedul, Inggit, Arga, Budi, Dhira, Chairul ajo, Darma, Putra, Fica, Abram, Iyel, Amie, Miranty, Liza, Ririn, Laksa caca, Urie, Arip hartop, Ibal botol, Imam gatot, Bonok, Epoh, Doni), juga teman-teman lain yang namanya tidak cukup bila disebutkan satu persatu, yang telah ikut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

5 Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayang-nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung ataupun tidak langsung. Akhir kata penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Medan, September 2008 Hormat Saya, Farid Chairmawan

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv ABSTRAK.. vi BAB I : PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah..... 1 B. Rumusan Masalah.. 3 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 4 D. Tinjauan Kepustakaan.... 5 E. Metode Penelitian... 14 F. Keaslian Penulisan... 15 G. Sistematika Skripsi... 15 BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI LETTER OF CREDIT 17 A. Pengertian dan Dasar Hukum Letter of Credit. 17 B. Jenis-Jenis Letter of Credit... 20 C. Dokumen-Dokumen yang Terdapat di Dalam Letter of Credit... 26 D. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Pembukaan Letter of Credit... 30 E. Syarat-Syarat Dalam Mengajukan Pembukaan Letter of Credit.. 33 F. Hubungan Hukum Antara Eksportir, Importir, dan Pihak Bank.. 34 BAB III : PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA. 36 A. Tinjauan Umum Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor... 36 B. Peraturan Hukum yang Mengatur Tentang Ekspor Impor... 38 C. Bank Devisa Sebagai Media Antara Eksportir dan Importir 42 D. Tata Cara Pelaksanaan Ekspor Impor.. 44

7 BAB IV : PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) DIKAITKAN DENGAN PP NO. 1 TAHUN 1982..... 56 A. Prosedur Pembayaran Dengan Menggunakan Letter of Credit Dalam Pelaksanaan Ekspor Impor. 56 B. Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan Eksportir dan Importir Dalam Menggunakan Letter of Credit 61 C. Penyimpangan-Penyimpangan di Dalam Dokumen Letter of Credit 64 D. Akibat Hukum Pada Importir yang Tidak Melakukan Pembayaran Kredit...... 69 BAB V : PENUTUP... 75 A. Kesimpulan... 75 B. Saran. 77 DAFTAR PUSTAKA. 79

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah negara tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalm satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Harus diakui cara pembayaran dengan uang tunai dianggap kurang begitu aman, maka sebagai pengganti uang tunai dipergunakan sistem pembayaran dengan menggunakan surat berharga dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi diakibatkan pemikiran para pengusaha bahwa dengan menggunakan surat berharga maka akan menghemat waktu dan biaya para pengusaha yang berdomisili dilain negara. Disamping itu pembayaran dengan menggunakan uang tunai dianggap rentan mengalami gangguan seperti perampokan ataupun kehilangan, dan surat berharga dianggap cukup memberikan jaminan untuk pemenuhan pembayaran atas barang-barang yang mereka jual. Untuk lalu lintas perdagangan di dalam negeri, maka cara pembayarannya cukup dilakukan dengan pembayaran cek, giro, ataupun wesel. Tetapi sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi bahwa untuk lalu lintas perdagangan internasional agar lebih efisien dan efektif diperlukan peranan dari pihak Bank sebagai perantara untuk melakukan pembayaran atas perjanjian jual beli yang telah disepakati. Sehingga wajar bila dewasa ini, Bank tidak lagi hanya dianggap sebagai tempat untuk menyimpan atau meminjam uang saja, tetapi juga

9 merupakan pihak perantara dalam memecahkan masalah pelaksanaan pembayaran apabila para pengusaha mengadakan transaksi perdagangan antar negara. Di dalam perkembangan perhubungan perdagangan yang sifatnya internasional, seorang penjual dalam negeri (eksportir) yang melaksanakan penjualan barang kepada seorang pembeli diluar negeri (importir) untuk memudahkan pembayaran atas barang tersebut, maka mereka dapat meminta jasa dari Bank, yakni dengan pembukaan kredit berdokumen atau yang dikenal dengan Letter of Credit (L/C). Secara sederhana, dalam pembukaan kredit berdokumen ini terdapat empat pihak, yaitu: 1. Eksportir/penjual/benefeciary, yaitu pihak yang melakukan penjualan barang, dimana L/C dibuka untuk kepentingannya untuk pelaksanaan pembayaran transakasi yang telah disepakati dengan pihak pembeli. 2. Importir/pembeli/applicant, yaitu pihak pembeli barang, dimana L/C dibuka atas permintaan darinya kepada pihak Bank penerbit untuk melakukan pembayaran kepada eksportir melalui Bank koresponden. 3. Bank pembuka/issuing Bank, yaitu suatu Bank yang melakukan pembukaan L/C setelah adanya permintaan dari pihak importir untuk membuka L/C. 4. Bank penerus/advising Bank, yaitu suatu Bank yang meneruskan L/C kepada pihak eksportir. Jika Bank ini dikuasakan untuk membeli wesel-wesel yang ditarik oleh pihak eksportir, maka pihak ini dinamakan negotiating Bank. 1 ) Mengenai jenis-jenis L/C, maka akan dijumpai banyak jenis L/C tergantung dari segi apa kita meninjau. Jenis L/C dapat dibedakan menurut bentuk, cara pembayaran, syarat-syarat, sifat, ataupun yang mengeluarkan L/C. Selain itu masih dijumpai banyak lagi beberapa bentuk dari L/C, dimana mengenai masalah ini akan dikemukakan lebih lanjut nantinya. 1 Munir Fuady, 1996, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, hal. 66

10 Kiranya sangat menarik untuk mengetahui dan mempelajari secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembayaran ekspor impor dengan menggunakan kredit berdokumen (L/C) ini, untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga akan menambah manfaat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi pembahasan dalam pelaksanaan ekspor impor dengan menggunaka L/C ini antara lain: 1. Bagaimana prosedur pembayaran dengan menggunakan L/C dalam pelaksanaan ekspor impor? 2. Faktor faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan ekpsortir dan importir dalam menggunakan L/C? 3. Bagaimana bentuk-bentuk penyimpangan penyimpangan yang terjadi di dalam dokumen L/C? 4. Bagaimana akibat hukum pada importir yang tidak melakukan pembayaran kredit? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Bahwa penulisan skripsi ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain: 1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembayaran dengan menggunakan L/C dalam pelaksanaan ekspor impor.

11 2. Untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan ekpsortir dan importir dalam menggunakan L/C. 3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk penyimpangan penyimpangan yang terjadi di dalam dokumen L/C. 4. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum pada importir yang tidak melakukan pembayaran kredit. Disamping itu, penulisan skrpisi ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat Pembukaan L/C yang merupakan salah satu cara pembayaran efisien dalam transaksi ekspor impor diharapkan semakin memasyarakat luas dan semakin awam dipergunakan di dalam transaksi perdagangan lintas negara atau perdagangan internasional. 2. Bagi Fakultas Dapat memberikan atau menambah perbendaharaan pustaka, terutama dalam bidang surat berharga. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sedikit sumbangan bagi perkembanagn ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan pemikiran atau pedoman dalam rangka pembuatan peraturan perundang-undangan yang baru dalam ekspor impor, khususnya, dalam bidang hukum surat berharga dan mengenai cara pembayaran dengan pembukaan kredit berdokumen. D. Tinjauan Kepustakaan Seorang pengusaha, dalam menjalankan perusahaan yang dipimpinnya selalu berpegang pada prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekcil-kecilnya. Dengan demikian seorang pengusaha akan memilih cara yang

12 dipandangnya paling baik dan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaannya, baik itu cara memilih tenaga kerja, letak perusahaan, cara pemasaran, alat angkutan, ataupun mengenai cara pembayaran. Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara pembayaran yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi di dalam kenyataannya, seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak : Adalah menjadi suatu kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan terdapat suatu kemajuan dalam cara cara pembayaran dengan mempergunakan alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang. 2 ) Oleh karena dalam perjanjian jual beli para pihak bebas untuk menentukan sendiri apa yang diinginkan berdasarkan persetujuan para pihak, seperti diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata, demikian pula mengenai cara pembayaran, seperti yang diatur dalam Pasal 1513 KUHPerdata yang mengatakan bahwa kewajiban utama si pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan di dalam persetujuan. Sehingga pada dasarnya pembayaran dalam perjanjian jual beli dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Sebelum saat terjadi penyerahan, atau sering disebut dengan cara pembayaran kredit. 2. Pada saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan pembayaran tunai. 3. Sesudah saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan pembayaran wesel inkaso. Sedangkan pihak penjual, menurut Pasal 1474 KUHPerdata, mempunyai dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barang dan menanggungnya. 3 ) 2 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat Berharga, Fakultas Hukum UGM, 1982, hal. 45 3 Subekti R dan Tjitrosudibio R, 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta

13 Cara pembayaran yang sudah umum dipergunakan dalam perdagangan ekspor impor adalah dengan pembukaan letter of credit (L/C), karena pihak eksportir maupun importir dapat merasa aman bahwa hak-hak mereka ada kepastiannya. Kemudian dengan dikeluarkannya PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, maka cara pembayaran yang lain pun dapat dipergunakan di dalam transaksi ekspor impor. Dalam hal ini Pemerintah mengadakan perluasan cara pembayaran untuk meningkatkan frekuensi ekspor impor. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982 jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 27/1/1982, tata cara pembayaran dalam transakasi ekspor impor dapat dilaksanakan dengan : 1. Pembayaran di muka (advance payment) 2. Letter of Credit (L/C) 3. Wesel inkaso (Collection Draft) a. Document Against Payment (D/P) b. Document Against Acceptance (D/A) 4. Perhitungan kemudian (Open Account) 5. Konsinyasi 6. Cara Pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli. 4 ) Dalam hal cara pembayaran dimuka, importir berpeluang untuk memperoleh kerugian, sebaliknya hal ini dapata mendatangkan keuntungan bagi pihak eksportir. Hal ini disebabkan karena dalam cara pembayaran ini importir melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum eksportir mengirimkan barangnya. Untuk cara pembayaran yang seperti ini sebaiknya 4 Ramlan Ginting, 2000, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, hal. 29

14 dilakukan antara importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan saling percaya, ataupun untuk jumlah impor barang yang relatif kecil. 5 Cara pembayaran dengan letter of credit merupakan sistem yang sering dipergunakan. Disini bank penerbit, atas permintaan dan atas beban importir mengeluarkan alat atau surat untuk kepentingan eksportir. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada pihak eksportir melalui bank di negara eksportir. Sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini merupakan sistem yang paling aman dan memberikan kepastian kepada kedua belah pihak, baik pihak importir ataupun pihak eksportir. Pembukaan L/C ini menimbulkan hak dan kewajiban dari pihak yang terkait yaitu eksportir, importir, dan bank, yakni eksportir tidak dapat mengambil uang di bank jika ia tidak dapat menunjukkan dokumennya, sebaliknya pihak importir tidak dapat mengambil barangnya apabila ia tidak dapat menunjukkan dokumennya terhadap bank. Seperti diketahui bahwa latar belakang sistem ini dipakai karena situasi alam yang menyebabkan munculnya cara pembayaran seperti ini, yaitu: ) 1. Pihak penjual merasa berkeberatan untuk melepaskan barangnya sebelum menerima pembayaran, sedangkan pembeli merasa berkeberatan untuk melakukan pembayaran atas barang sebelum memperoleh penyerahan atas barang. 2. Melaksanakan kebersamaan antara pembayaran atas harga barang dengan penyerahan nyata barang sangat sukar untuk dilaksanakan karena tempat (negara) antara satu pihak dengan yang lainnya jaraknya begitu jauh. Oleh karena itu timbul suatu usaha dengan dilakukannya pembayaran harga atas dokumen-dokumen atas hak, yang dinamakan dengan penyerahan yuridis. 5 Munir Fuady, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek Buku Keempat, PT Citra Aditya Bakti, hal. 129

15 Pengaturan mengenai sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini telah diusahakan kearah kesatuan dan bersifat internasional, yakni dengan dikeluarkannya suatu peraturan baku. Di dalam bahasa Inggris namanya adalah Unidits, dalam bahasa Belanda namanya adalah Uniforme regelen en Usances met Betrekking tot Dokumentaire Credieten, sedangkan di dalam bahasa Perancis namanya adalah Regles et Usances Uniformes Relatives au Credits Documenteires. Setelah beberapa kali dilakukan peninjauan (revisi) oleh I.C.C (International Chamber of Commerce), yaitu kantor internasional untuk perdagangan, maka peraturan yang berlaku saat ini adalah U.C.P No. 500 tahun 1993. Di dalam sistem pembayaran dengan menggunaka wesel inkaso, maka bank atas perintah dari eksportir melakukan penagihan pembayaran tas harga barang. Apabila penagihan ini disertai dengan pengiriman dokumen-dokumen kepada importir, maka oleh karena itu disebut juga dengan Documentary Collection / Documentary Draft. Sedangkan apabila penagihan pembayaran atas harga barang tanpa disertai dengan pengiriman dokumen pada importir, maka dinamakan dengan Clean Collection / Clean Draft. Eksportir dapat meminta kepada bank yang meneruskan dokumen-dokumen tersebut kepada iportir atas dasar pembayaran ataupun kondisi: 1. Document against Payment (D/P), yaitu apabila importir telah melakukan pembayaran maka akan menerima penyerahan dokumen. 2. Document against Acceptance (D/A), yaitu apabila importir telah melakukan akseptasi terhadap wesel maka akan menerima penyerahan dokumen. Cara pembayaran dengan perhitungan kemudian, yaitu pembayaran dilakukan di kemudian hari pada tanggal yang telah ditentukan, atau dengan cara memindahkan rekening importir kedalam rekening eksportir. Cara pembayaran ini dapat menimbulkan keuntungan sepihak bagi importir, karena ia dapat mengambil barang setelah menerima dokumen-dokumen dari

16 eksportir. Sebaliknya sistem ini dapat menimbulkan kerugian bagi eksportir karena ia masih menunggu pembayaran yang tergantung pada importir. Biasanya sistem ini dilakukan antara importir dan eksportir yang sudah saling percaya atau berada dibawah satu perusahaan induk. 6) Cara pembayaran dengan konsinyasi, yaitu pembayaran yang dilakukan oleh importir kepada eksportir apabila barang tersebut sudah terjual, dimana eksportir mengirimkan barangnya telebih dahulu kepada importir. 7) Sistem pembayaran dapat dilakukan dengan cara pembayaran lain yang dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang akan mengadakan transakasi perdagangan ekspor impor, baik yang menggunakan jasa perantaraan bank ataupun tidak. Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transakasi perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pada dasarnya Pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggaran-kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama adanya kebijaksanaan untuk membebaskan penggunaan cara-cara pembayaran yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional. Walaupun dewasa ini letter of credit bukanlah merupakan satu-satunya cara pembayaran dalam kegiatan ekspor impor, namun peranan L/C tetap penting karena dengan cara pembayaran ini dapat memberikan rasa aman, baik bagi pihak eksportir, maupun bagi pihak 6 7 Ibid, hal. 130 Ibid, hal. 131

17 importir. Eksportir merasa aman karena pembayaran atas barang-barang yang dikirimkan kepada importir ada kepastiannya. Hal ini disebabkan pengiriman atas barang baru akan dilaksanakan oleh pihak penjual apabila ia telah memperoleh pemberitahuan dari pihak bank tentang adanya pembukaan kredit yang diperuntukkan baginya. Sedangkan pihak eksportir dapat merasa aman karena pembayaran terhadapa jual-beli tersebut baru akan direalisir oleh bank apabila penjual telah menyerahkan dokumen-dokumen atas barang yag dimaksud sesuai dengan perjanjian. 8 ) Pasal 13 huruf a U.C.P 500 thn 1993 menyebutkan : Bank-bank harus memeriksa semua dokumen dengan ketelitian yang selayaknya untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut secara lahiriah telah sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit. Dokumen-dokumen lahiriah yang tidak sesuai satu sama lain akan dianggap sebagai dokumen yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit. Pada dasarnya pihak yang berkepentingan langsung dalam perdagangan antar negara adalah eksportir dan importir, namun karena adanya berbagai kesulitan teknis dalam hal pembayaran perdagangan antar negara, maka salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan membuka Letter of Credit. Ada beberapa pendapat dari para sarjana yang mengemukakan tentang pengertian atau defenisi dari Letter of Credit, antara lain yaitu: Hartono, mengatakan Letter of Credit adalah suatu alat atau surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan pihak pembeli. Dengan adanya L/C, bank tersebut menyetujui, bahwa wesel-wesel tersebut, jika memenuhi syarat yang tercantum dalam L/C nya, maka akan dibayar sebagaimana mestinya dengan akseptasi dan atau pembayaran yang terakhir ini 8 Ibid, hal. 17

18 bergantung kepada jenis-jenis wesel yang ditentukan dalam letter of credit, yaitu apakah wesel-wesel itu time bills exchange atau bill of exchange payable on demand. 9 Sedangkan Amir, memberi batasan bahwa L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi hak kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disbutkan dalam ) surat kesepakatan tersebut. 10) Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Letter of Credit adalah suatu perintah atau order yang biasanya dilakukan oleh pembeli atau importir kepada bank, untuk membayar sejumlah uang kepada penjual atau eksportir. Pada umumnya, sebelum seorang importir membuka L/C di suatu bank, importir tersebut telah membuat perjanjian jual-beli (sale contract) terlebih dahulu dengan pihak eksportir. Berdasarkan kontrak jual-beli tersebut importir membuka L/C di suatu bank di tempat ia berdomisili. Hal ini dilakukannya tidak lain untuk mempermudah cara pembayaran atas jual-beli yang dilakukannya dengan pihak eksportir, dimana masing-masing pihak berdomisili di lain negara, disamping juga untuk memenuhi isi perjanjian jual-beli yang diperkuat oleh kedua belah pihak yang menjadi dasar pembukaan L/C tersebut. Pemenuhan atas isi perjanjian antara kedua belah pihak ini sudah tentu pula didasarkan kepada dokumen-dokumen yang harus ada di dalam L/C. adapun dokumen-dokumen tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Bill of Lading (B/L) 2. Invoice (faktur) 3. Polis Asuransi 9 Hartono Hadisoeprapto, 1984, Kredit Berdokumen Cara Pembayaran Dalam Jual Beli Perniagaan, Liberty, Yogyakarta, hal. 12 10 Amir M.S, 1996, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, hal. 10

19 4. Packing List 5. Dokumen-dokumen lainnya 11 ) Bill of Lading (B/L) biasanya disebut dengan cognossement atau surat muatan kapal laut, yang berfungsi sebagai surat bukti perjanjian pengangkutan dan tanda bukti barang. Dokumen lain yang harus dilengkapi adalah Invoice (faktur). Invoice merupakan suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai barang-barang yang dijaul kepada importir. Sedangkan polis asuransi adalah perjanjian asuransi atau pertanggungan atas barang yang dijual dalam bentuk sepucuk akta. Dengan adanya polis asuransi, maka pihak eksportir akan merasa aman bahwa barang-barang yang dikirimkannya akan memeperoleh tanggungan bilamana terjadi sesuatu atas barang-barang tersebut yang merugikannya. Dokumen selanjutnya yang harus dilampirkan adalah packing list. Dokumen ini memuat daftar atau perincian lengkap mengenai barang-barang yang akan dikirimkan oleh eksportir, yang terdapat dalam setiap peti kemas. Sedangkan dokumen-dokumen lainnya, yang juga memiliki arti penting dalam L/C adalah sertifikat asal barang (certificate of origin), faktur konsuler (consuler factur), keterangan ukuran berat (certificate of weight), keterangan kualitas barang (certificate of inspection), dan sertifikat perincian barang (certificate of analysis). Dengan adanya dokumen-dokumen ini, maka jelaslah bahwa keastian hukum dan rasa aman dalam pembayaran dengan menggunakan L/C dapat dirasakan oleh para pihak yang terlibat dalam transakasi perdagangan internasional tersebut. Untuk memberikan kemudahan pada para pihak yang terlibat dalam transaksi perdagangan, maka diadakan berbagai macam L/C sesuai dengan kebutuhannya. Pada umumnya dikenal Revacable L/C, Irrevacable L/C, dan Confirmed L/C. Sedangkan bila dilihat dari segi yang 11 Abdulkadir, Muhammad, 1998, Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 48

20 mengeluarkan L/C, dikenal Banker L/C dan Merchant L/C. Letter of Credit dapat pula dibagi tas bermacam bentuk bila dilihat dari syarat-syaratnya, seperti Documentary L/C, dan Open L/C. Dapat pula dilihat dari segi pembayarannya yang dikenal dengan Sight L/C, dan Usance L/C. Menurut hak eksportir, dikenal pula dua macam L/C yaitu Transferable L/C dan Non- Transferable L/C. Transferable L/C merupakan L/C yang mengijinkan pihak penerima L/C memindahkan L/C tersebut sebagian atau seluruhnya kepada penjual eksportir kedua yang berada dalam satu negara ataupun berada dalam negara yang berbeda. Sedangkan Non- Transferable L/C merupakan L/C yang tidak dapat dipindah tangankan. Untuk mempermudah para pihak dalam hal biaya atau cara pembayaran, maka dikenal beberapa jenis L/C khusus, misalnya Revalving L/C yang memungkinkan untuk melakukan lebih dari satu kali transaksi sebelum L/C tersebut jatuh waktunya. Kemudian dikenal pula Back to Back Credit, Red Clause Credit, Negocierings Credit, Confirmed Negocierings Credit, dan Standby L/C. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya letter of credit mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan internasional, meskipun L/C bukanlah merupakan satu-satunya alat pembayaran dalam kegiatan perdagangan internasional (ekspor impor). Hal ini semata-mata disebabkan karena L/C merupakan alat pembayaran yang dapat memeberikan rasa aman bagi pihak eksportir ataupun importir. E. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil penulisan yang baik, maka penulis menggunakana metode penelitian Studi Kepustakaan Dengan melakukan studi kepustakaan, penulis berusaha menemukan sumber-sumber yang berupa tulisan dari para ahli dan peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan obyek

21 penelitian. Disamping itu penulis juga berusaha mencari sumber dengan mempelajari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian ini. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi yang berjudul Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor yang Menggunakan Letter of Credit yang diajukan ini adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Penulisan skripsi mengenai ekspor impor, menurut sumber dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, memang telah ada yang mengangkat dan membahasnya, namun penulisan skripsi Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor yang Menggunakan Letter of Credit berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1982 belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi. Akan tetapi bila skripsi ini ada persamaan dengan milik orang lain, maka bukanlah suatu kesengajaan, dan pasti memiliki isi, pembahasan, dan permasalahan yang berbeda. Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan skripsi yang pernah ada,karena skripsi ini dibuat sendiri dengan menggunakan berbagai literatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan akademik. G. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran secara garis besar tentang skripsi ini dalam hal penulisannya, maka penulis membagi kedalam 4 (empat) bab agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, yaitu sebagai berikut:

22 Bab I : PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II : TINJAUAN UMUM MENGENAI LETTER OF CREDIT Berisi uraian tentang uraiian dan penjelasan mengenai pengertian letter of credit beserta dasar hukumnya, jenis-jenis letter of credit, dokumen-dokumen yang terdapat di dalam letter of credit, pihak-pihak yang terlibat di dalam pembukaan letter of credit, syarat-syarat dalam mengajukan letter of credit, serta hubungan hukum antara para pihak yang terlibat di dalam pembukaannya. Bab III : TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA Berisi uraian dan penjelasan mengenai pelaksanaan ekspor impor, peraturan mengenai pelaksanaan ekspor impor, bank devisa yang menjadi media antara eksportir dan importir, serta tata cara pelaksanaan ekspor impor. Bab IV :PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DIKAITKAN DENGAN PP NO. 1 TAHUN 1982 Berisi uraian dan penjelasan mengenai prosedur pembayaran dengan menggunakan letter of credit dalam pelaksanaan ekspor impor, factor-faktor yang menjadi pertimbangan eksportir dalam menggunakan letter of credit, penyimpangan-penyimpangan di dalam dokumen letter of credit, dan akibat hukum pada eksportir yang tidak melakukan pembayaran kredit ekspor. Bab V : PENUTUP Bagian penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

23 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI LETTER OF CREDIT (L/C) A. Pengertian dan Dasar Hukum Letter of Credit Di dalam tinjauan umum ini penulis akan memberikan beberapa pengertian tentang Letter of Credit, dengan maksud agar kita dapat melihat gambaran betapa banyaknya pendapat para sarjana tentang L/C yang berbeda. Hal ini mungkin terjadi karena setiap sarjana ingin mengemukakan atau memberikan pandangan yang dianggap paling tepat. Memang sangat sulit untuk untuk memberikan pengertian tentang L/C yang lengkap dan sempurna, sehingga akan lebih baik bila kita membandingkan beberapa pengertian untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas. Pengertian Letter of Credit menurut ketentuan di dalam The Uniform and Practice for Documentary Credit Revision 1993 adalah: Setiap perjanjian dengan nama apapun atau bagaimanapun perumusan, dimana suatu bank (issuing bank) yang bertindak atas permintaan dan amanat pemohon pembuka kredit (applicant). Amir mengatakan, L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi

24 relasi importir itu, yang memberi hak kepada eksportir tersebut untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan di dalam surat itu. 12 Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan, L/C adalah suatu surat perintah membayar kepada seseorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebutkan dalam surat perintah itu kepada seorang tertentu. Djauhari Ahsjar mengatakan, L/C adalah sebuah instrumen yang diterbitkan oleh bank atas permintaan nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau suatu perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas bank berdasarkan persyaratan dalam instrumen tersebut. 14) Dari defenisi-defenisi diatas, maka kita dapat menarik beberapa kesimpulan, bahwa suatu L/C harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: ) 13) 1. Merupakan suatu surat atau alat 2. Diterbitkan oleh suatu bank 3. Atas permintaan atau perintah dari importir 4. Mengandung sejumlah uang untuk diberikan kepada eksportir 5. Syarat-syarat tertentu lainnya Pengertian tentang L/C sendiri yang kita jumpai dewasa ini di dalam peraturannya tidaklah sama dengan pada saaat permulaan cara pembayaran dengan L/C dikenal. Pada mulanya, L/C dibuka oleh para pedagang bukan oleh suatu bank, dan inilah yang dinamakan dengan Merchant s Credit. Dalam suatu merchant s credit, pihak bank sama sekali tidak terikat kepada pihak eksportir dalam pembukaan kredit tetapi hanya meneruskan surat pemberitahuan daripembeli kepada 12 Amir M.S, 1996, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, hal. 15 13 Amir M.S, 1991, Seluk Beluk dan teknik Perdagangan Luar Negeri, hal. 37 14 Djauhari Ahsjar, 2007, Pedoman Transaksi Ekspor Impor, hal. 37

25 penjual bahwa telah dibuka suatu kredit pada bank tersebut dan akan dibayar apabila penjual menerbikan sepucuk wesel atas pembeli dengan menyerahkan beberapa dokumen. Dapat dilihat disini bahwa pihak penjual tidak mendapatkan jaminan dari pembeli atau piahk bank bahwa akan dilaksanakan suatu pembayaran. Yang terpenting dalam merchant s credit adalah unsur kepercayaan dan kejujuran antara pihak pembeli dan penjual. Kemudian merchant s credit berkembang kearah dikenalnya Banker s Credit, dimana pembeli sudah melibatkan pihak bank untuk terikat kepada penjual. Bank menguatkan pernyataan bahwa pembeli akan melakukan pembayaran kepada penjual melalui bank tersebut, sehingga dalama hal ini kedudukan penjual menjadi terjamin. Yang menjadi dasar hukum dari Letter of Credit adalah Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP). International Chamber of Commerce (ICC) melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan adanya kesesuaian mengenai cara pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional. Untuk itu ICC menyusun suatu peraturan yang bersifat internasional yang dikenal dengan nama Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP). UCP itu sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan akibat adanya pengaruh yang besar terhadap teknis maupun mekanisme pelaksanaan pembayaran dengan L/C, dan disempurnakan yang terakhir dengan UCP No. 500 tahun 1993 15). International Chamber of Commerce (ICC) selalu berusaha mnyesuaikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UCP dengan perkembangan-perkembangan yang ada. UCP mulai berlaku di Indonesia sejak tanggal 13 April 1975, yaitu sejak Indonesia menyatakan bergabung menjadi anggota ICC dan tunduk pada ketentuan UCP. 15 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 93

26 B. Jenis Jenis Letter of Credit Mengenai jenis-jenis letter of credit, terdapat beberapa jenis L/C jika ditinjau dari beberapa sudut pandang berbeda. Untuk itu penulis akan mengemukakan beberapa jenis L/C berdasarkan beberapa sudut pandang yang berbeda. 16 1. Dari segi kekuatan berlaku a. Revocable L/C Yaitu suatu L/C yang dapat ditarik atau dirubah atau dibatalkan kembali setiap waktu oleh pihak-pihak yang bersangkutan sepanjang belum terjadi pelaksanaan pembayaran. Dengan kata lain Revocable L/C merupakan L/C yang dapat dibatalkan setiap saat tanpa memerlukan persetujuan pihak lainnya. Mestinya Revocable L/C dapat dibatalkan kapan saja tanpa perlu pemberithuan terlebih dahulu kepada pihak penjual. Namun demikian, di dalam praktek pembatalan hanya boleh dilakukan apabila Revocable L/C belum dinegosiasi. Apabila pembatalan terjadi setelah L/C dinegosiasi, maka L/C tersebut akan dibayar oleh Bank Pembuka. Namun Revocable L/C ini dalam praktek jarang sekali dipergunakan, karena sifatnya yang dapat dicabut sewaktu-waktu tanpa persetujuan dapat menimbulkan kerugian bagi pihak penjual. b. Irrevocable L/C Yaitu suatu L/C yang merupakan kebalikan dari Revocable L/C, dimana kredit hanya dapat ditarik atau dirubah atau dibatalkan di dalam masa berlakunya, dengan persetujuan pihak pembeli, bank pembuka, bank penerus, dan penjual. ) 16 Ibid, hal. 95

27 Irrevocable L/C ini banyak dipergunakan dalam praktek karena sifatnya yang tidak dapat dicabut tanpa persetujuan para pihak tersebut tidak akan menimbulkan kekhawatiran bahwa L/C tersebut akan ditarik atau diubah atau dibatalkan. c. Irrevocable and Confirmed L/C Yaitu suatu L/C yang tidak dapat dibatalkan atau diubah kecuali ada persetujuan dari para pihak. Dalam L/C jenis ini yang bertanggungjawab adalah bank pembuka selama jangka waktu berlakunya L/C, dan bank kedua juga bertanggung jawab atas pembayaran tersebut. Untuk setiap pembukaan L/C, harus disebutkan secara tegas dan jelas apakah L/C tersebut Revocable L/C atau Irrevocable L/C. menurut ketentuan Pasal 6 c UCP 500 1993, bahwa jika tidak terdapat petunjuk demikian, maka kredit tersebut akan dianggap sebagai Irrevocable L/C. 2. Dari segi pihak yang mengeluarkan L/C a. Banker s L/C Yaitu suatu L/C yang pembukaannya dilakukan oleh suatu bank atas permintaan dari pembeli dan bertanggung jawab atas pembayarannya apabila syarat yang ditentuka telah dipenuhi. L/C jenis ini paling banyak dijumpai dalam praktek, karena memberi jaminan akan dilaksanakannya suatu pembayaran. b. Merchant s L/C Yaitu suatu L/C yang dikeluarkan oleh seorang pedagang atau suatu perusahaan, sedangkan bank hanya meneruskan pemberitahuan kepada penjual bahwa telah dibuka suatu kredit pada bank tersebut, dan akan dibayar apabila penjual menerbitkan sepucuk wesel atas pembeli dengan menyerahkan beberapa dokumen. L/C jenis ini jarang dipergunakan karena pihak bank tidak bertanggung jawab, dan tidak menjamin akan adanya pelaksanaan pembayaran. 3. Dari segi persyaratan L/C a. Documentary L/C

28 Yaitu suatu L/C yang syarat pembayarannya di dalam penarikan wesel harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang disebutkan di dalam L/C tersebut. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: (i) (ii) (iii) (iv) (v) Bill of Lading / Konosemen Commercial Invoice / Faktur Perdagangan Insurance Certificate / Serifikat Asuransi Packing List / Daftar Pembungkus Brochure / Brosur b. Open atau Clean L/C Yaitu suatu L/C yang syarat pembayarannya di dalam penarikan wesel tidak memerlukan adanya dokumen-dokumen. Bahwa untuk pengambilan kredit hanya dengan menyerahkan kuitansi atau rekening saja. 4. Dari segi cara pembayaran a. Sight L/C Yaitu suatu L/C yang cara pembayarannya dilakukan oleh negotiating bank pada saat wesel ditunjukkan oleh eksportir, dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang sesuai dengan kondisi dan syarat yang disebutkan di dalam L/C b. Usance L/C Yaitu suatu L/C yang cara pembayarannya dilaksanakan pada saat jatuh tempo wesel berjagka. Hal ini dilakukan apabila penjual dan pembeli sudah merupakan langganan dan saling percaya. Usance L/C harus memenuhi syarat-syarat antara lain: (i) (ii) Wesel berjangka ditarik dan diaksep oleh bank pembuka Tanggal pembayaran wesel berjangka tersebut selambat-lambatnya dilakukan 180 hari setelah tanggal pengapalan 5. Dari segi sifat

29 a. Transferable L/C Yaitu suatu L/C yang memberikan hak kepada penjual untuk memberikan memberikan instruksi kepada bank yang diamanatkan untuk melakukan pembayaran atau akseptasi kepada setiap bank yang berhak melakukan negosiasi untuk menyerahkan hak atas kredit itu seluruhnya atau sebagian kepada pihak ketiga (penjual kedua). Transferable L/C tidak dapat dipindah-tangankan lebih dari satu kali. Hal ini ditentukan dalam Pasal 48 e UCP 500 1993, yang menyatakan bahwa suatu transferable L/C hanya dapat dipindah-tangankan untuk satu kali saja. Menurut Hartono Hadisoeprapto, alasan ketentuan L/C transferable L/C dapat dipindah-tangankan untuk sekali adalah: (i) (ii) (iii) Faktor politik Faktor harga Faktor kerugian (iv) Faktor barang dan kualitas rendah 17 ) b. Non Transferable L/C Yaitu suatu L/C yang merupakan kebalikan dari transferable L/C, yang mana tidak dapat dipindahtangankan, sehingga yang berhak hanya penjual yang namanya tercantum pada L/C tersebut. 6. Jenis-jenis L/C khusus Selain jenis-jenis L/C yang telah dikemukakan, masih ada beberapa jenis L/C lain yang merupakan jenis dari L/C khusus. Ada beberapa jenis L/C khusus, yaitu: a. Revolving L/C 17 Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen Cara Pembayaran Dalam Jual Beli Perniagaan, 1984, hal. 44

30 Yaitu suatu L/C yang dibuka untuk beberapa transaksi sehingga dapat dibayar beberapa kali. Dengan demikian pembayaran kredit itu bersambung hingga mencapai jumlah maksimum yang diperjanjikan. Revolving L/C terbagi atas: (i) Revolving L/C yang kumulatif Pada L/C jenis ini, penjual diperbolehkan untuk menambah kekurangan pengiriman barang dari periode yang lalu untuk dihimpun di dalam pengiriman berikutnya. (ii) Revolving L/C yang non kumulatif Pada L/C jenis ini, penjual tidak diperbolehkan untuk menambah kekurangan pengiriman barang periode yang lalu untuk dihimpun di dalam pengiriman berikutnya. b. Back to Back L/C Yaitu suatu L/C yang pembukaannya terpisah tetapi masih didasarkan atas data-data kredit yang semula. L/C yang telah dibuka sebelumnya menjadi dasar bagi dibukanya back to back L/C. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kedua L/C tersebut memiliki persyaratan yang sama, baik dalam jumlah dan jenis barang maupun jenis dokumen yang diperlukan, tetapi terdapat perbedaan harga dalam faktur dan wesel dari L/C semula dengan yang baru. c. Red Clause L/C Yaitu suatu L/C yang dapat dibayar oleh bank terlebih dahulu sebelum dokumen-dokumen yang disyaratkan diserahkan. L/C ini mengandung syarat bahwa atas beban dan tanggungan pembuka L/C, bank pembayar dapat membayarkan uang muka sebagian maupun seluruh jumlah L/C walaupun eksportir belum melaksanakan pengiriman barang. Red clause L/C dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (i) Secured atau Covered Red Clause L/C Yaitu suatu L/C yang mengandung syarat bahwa bank pembayar dapat membayar uang muka kepada eksportir, walaupun eksportir belum melaksanakan pengiriman barang. Pembayaran

31 hanya dapat dilakukan apabila eksportir menyerahkan wesel atau kuitansi disertai surat jaminan serta surat-surat lainnya sesuai dengan persyaratan L/C, seperti surat gudang, polis asuransi, dan lain-lain. (ii) Clean atau Unsecured Red Clause L/C Yaitu suatu L/C yang mengandung persyaratan bahwa pembayaran dapat dilakukan oleh bank kepada eksportir, walaupun eksportir belum mengirimkan barang, yang pembayarannya dapat dilakukan berdasarkan kuitansi tanpa disertai jaminan. d. Green Clause L/C Yaitu suatu L/C yang mirip dengan Red Clause L/C, hanya saja dalam red clause L/C pembayaran uang mukanya merupakan perintah dari pihak pembeli, sedangkan dalam green clause L/C pembayaran uang mukanya dilakukan oleh bank atas kepercayaannya terhadap pedagang perantara. e. Negocierings L/C Yaitu suatu L/C yang mengharuskan penjual menerbitkan wesel kepada pembeli, yang akan dinegosiasi oleh bank pembuka. Bentuk L/C seperti ini membebankan tanggung jawab kepada bank pembuka, sedangkan bank penerus tidak bertanggung jawab sedikitpun. f. Standby L/C Yaitu suatu L/C yang dipergunakan sebagai alat pembayaran terhadap pembelian barangbarang dalam perdagangan dengan mengkaitkannya dengan dokumen-dokumen perkapalan. Standby L/C ini seperti Clean L/C, karena untuk terlaksananya pembayaran tidak memerlukan penyerahan dokumen-dokumen, hanya saja digunakan untuk masalah-masalah garansi. C. Dokumen Dokumen yang Terdapat di Dalam Letter of Credit

32 Dokumen dokumen yang diperlukan di dalam L/C adalah dokumen-dokumen yang diperoleh pihak eksportir pada saat pengapalan barang-barang yang hendak dikirimkan kepada pihak importir, serta dokumen pengawasan dari pihak yang berwenang,dimana harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebutkan di dalam perjanjian kredit. Dokumen-dokumen tersebut antara lain: 18 ) 1. Bill of Lading (B/L) Disebut juga sebagai konosemen atau Surat Muatan Kapal Laut, merupakan suatu tanda bukti penerimaan barang yang dikeluarkan oleh maskapai pelayaran untuk diangkut dengan kapal dan diserahkan kepada pemilik barang di tempat yang telah ditentukan. Menurut ketentuan Pasal 23 a UCP 1993, menyatakan syarat-syarat suatu konosemen, bahwa kecuali ditentukan hal lain di dalam kredit, bank akan menerima B/L yang: a. Diterbitkan oleh perusahaan pengangkutan b. Menyatakan bahwa barang telah dimuat di dalam kapal atau sudah dikapalkan c. Terdiri dari seperangkat lengkap dokumen asli yang diterbitkan untuk pengiriman barang d. Memenuhi semua ketentuan lainnya yang terdapat di dalam kredit Oleh sebab itu, menurut ketentuan Pasal 23 a UCP 1993, Bank akan menerima jenis-jenis B/L antara lain sebagai berikut: a. Combined Transport B/L atau Combined Transport Document, atau konosemen dari pengangkutan berangkai yang dikeluarkan oleh perusahaan yang sama. b. Short Form B/L atau Blank Back Transport, atau konosemen yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan atau cabangnya. c. B/L untuk penguasaan tempat yang berbeda dari pelabuhan muat dan atau tempat tujuan terakhir yang berbeda dengan tujuan muat. 18 Djauhari Ahsjar, Op.Cit, hal. 81

33 d. B/L untuk Unitired Cargoes, atau konosemen yang dikeluarkan untuk muatan dalam peti kemas atau semacamnya. Sedangkan menurut ketentuan yang sama, Bank akan menolak jenis-jenis B/L antara lain sebagai berikut: a. B/L yang tunduk pada Charter Party, karena bank tidak mau berurusan dengan masalah perjanjian charter sebagaimana yang tercantum di dalam charter party. b. B/L yang dikeluarkan oleh perusahaan kapal layar, karena pengangkutan jenis ini mempunyairesiko yang lebih besar. c. B/L yang dikeluarkan oleh agen ekspedisi, karena agen ekspedisi bukan merupakan pihak yang berwenang untuk mengeluarkan B/L. 2. Faktur Perdagangan (Commercial Invoice) Merupakan suatu nota yang dibiuat oleh pihak eksportir mengenai barang-barang yang dijual kepada pihak importir. Sebagaimana diatur dalam Pasal 37 UCP 1993, faktur perdagangan ini memuat hal-hal sebagai berikut: a. Nama dan alamt lengkap pihak importir b. Jenis, kualitas, merek, dan jumlah barang c. Cara pengepakan barang d. Nama kapal yang mengangkut barang e. Syarat-syarat menyerahkan barang f. Harga satuan dan jumlah yang harus dibayar oleh pembeli 3. Polis Asuransi atau Dokumen Pertanggungan Pengertian dari asuransi dapat kita jumpai dalam Pasal 246 KUHD, yang berbunyi: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana seorang penanggung mengikatkan dirinya terhadap tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

34 kepadanya karena suatu kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita olehnya karena disebabkan suatu kejadian yang tidak pasti. Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD: pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta yang bernama polis. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai asuransi adalah apa yang terdapat dalam Pasal 34 sampai 36 UCP 1993, antara lain: a. Dokumen asuransi harus ditandatangani oleh perusahaan asuransi atau agennya. b. Tanggal pembuatan dokumen asuransi selambat-lambatnya sama dengan tanggal pengapalan. c. Valuta dalam asuransi harus sama dengan yang dinyatakan di dalam kredit. Jumlah minimum yang tercantum di dalam dokumen asuransi harus,enunjukkan penutupan asuransi yang mencakup nilai barang (Cost Insurance Freight). d. Penegasan jenis asuransi yang diminta, juga resiko yang harus ditutup. Daftar pembungkus memperinci barang kedalam kemasan serta kode. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan oleh pabean serta memudahkan pengenalan oleh pemilik barang. Selain yang telah dikemukakan, masih ada beberapa dokumen lain yang ditentukan di dalam Pasal 38 UCP 1993, antara lain: a. Certificate of Origin, atau sertifikat negara asal barang, yaitu suatu dokumen yang menunjukkan negara asal barang ekspor. b. Consular Invoice atau Faktur Konsuler, yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Commercial Invoice, merupakan faktur yang dipergunakan oleh penjual kepada pembeli. 2) Official Invoice, merupakan faktur yang dikeluarkan atau disahkan oleh suatu instansi umum seperti kedutaan atau untuk keperluan pabean.

35 c. Cerificate of Weight atau Weight List atau Sertifikat Berat, merupakan suatu sertifikat yang menerangkan perincian timbangan dan ukuran dari suatu barang. d. Certificate of Inspection, merupakan suatu sertifikat yang menerangkan bahwabarang tersebut telah diperiksa oleh pihak pemeriksa barang. e. Certificate of Analysis, yaitu suatu sertifikat yang menerangkan kadar dan unsurunsur dari barang. Menurut ketentuan Pasal 42 b UCP 1993 disyaratkan bahwa dokumen-dokumen harus diajukan pada atau sebelum tanggal berakhirnya kredit. Pengecualian daripada itu adalah yang ditentukan di dalam Pasal 44 a UCP 1993, dimana tanggal berakhirnya kredit diperpanjang sampai hari kerja pertama berikutnya sampai bank buka dalam hal tanggal berakhirnya kredit itu jatuh pada hari dimana bank tutup dengan alasan atau sebab lain yang ditentukan dalam Pasal 17 UCP 1993, yaitu: 1. Bencana alam 2. Kerusuhan 3. Huru-hara 4. Pemberontakan 5. Perang, atau sebab-sebab lain diluar batas kemampuannya 6. Pemogokan 7. Larangan kerja D. Pihak Pihak yang Terlibat Dalam Pembukaan Letter of Credit

36 Dalam pelaksanaan pembukaan Letter of Credit, dalam bentuknya yang paling sederhana, ada beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu: 19 ) 1. Importir/Pembeli Merupakan pihak yang melaksanakan transaksi jual beli dengan penjual/eksportir. Pihak Importir mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada bank pembuka atas nama eksportir, setelah memenuhi syarat-syarat yang berlaku untuk melakukan transaksi ekspor impor. Kewajiban-kewajiban importir, antara lain: a. Mengirim surat kepada eksportir di luar negeri. b. Menerima surat balasan dari eksportir berikut brosur. c. Menyiapkan permintaan pembukaan L/C. d. Menyiapkan uang pembayaran tunai kepada bank pembuka L/C. 2. Bank Pembuka L/C atau Opening Bank atau Issuing Bank Tugas dari bank pembuka adalah melayani importir yang mengajukan permintaan pembukaan L/C. sedangkan tugas-tugas yang lain adalah: a. Menerima, mencatat, dan meneliti pembukaan L/C. b. Menyediakan devisa yang diperlukan oleh importir. c. Melaksanakan permintaan perubahan L/C. d. Menerima setoran uang tunai dari importir sebagai pelunasan harga barang sesuai nilai L/C. 3. Bank Penerus L/C atau Advising Bank Merupakan bank yang meneruskan L/C kepada eksportir. Apabila bank ini dikuasakan untuk membeli wesel-wesel yang ditarik oleh eksportir atas L/C tersebut, maka disebut dengan Negotiating Bank. Jika bank ini diminta untuk ikut menjamin pembayaran, maka disebut dengan Confirming Bank. 19 Amir M.S, Pengetahuan Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992, hal. 67