BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR THE GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINS DAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH HIJAU (FOR GREENING SCHOOLS) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada. beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat. Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no 20

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penelitian tentang pembelajaran IPA SD melalui model perangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

BAB I PENDAHULUAN. yang diungkapkan oleh Piaget (Carin, 2000) yang mengemukakan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dijawab dengan karya nyata oleh dunia pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya menyiapkan sumberdaya manusia di era globalisasi dan industrialisasi. Potensi ini akan terwujud jika mata pelajaran IPA mampu melahirkan siswa handal dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, berinisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan yang terus terjadi. Kualitas sumber daya manusia sebagaimana telah diungkapkan menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan (Rustaman dan Widodo, 1996). Prestasi siswa pada mata pelajaran IPA belum memuaskan, hal ini menunjukkan bahwa cara pembelajaran di sekolah belum mengarah pada pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA. Meskipun secara tegas dinyatakan dalam KTSP agar pembelajaran IPA lebih banyak menggunakan metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses kepada siswa, tetapi kenyataan di lapangan sering berbeda (Rustaman dan Widodo, 1996). Hal lain yang menyebabkan

2 rendahnya prestasi mata pelajaran IPA adalah karena para guru beranggapan bahwa pengetahuan itu dapat ditransfer langsung dari pikiran guru ke pikiran siswa. Padahal siswa datang ke sekolah sudah membawa berbagai pengetahuan awal yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Apabila seorang guru mengajar di sekolah tidak mengindahkan pengetahuan awal siswa, maka akan membuat kesulitan siswa semakin kompleks (Ausubel dalam Dahar, 1989). Umumnya guru yang mengajar dengan cara seperti ini cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton, yaitu metode ceramah dan tanya jawab serta pembelajarannya akan didominasi oleh guru, sehingga pengajarannya bersifat teacher centered, karena guru memegang peranan utama. Bila ini terjadi maka siswa akan menjadi pasif. Selain itu, pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa (Tek, 1998). Menurut Iskandar (1997), anak yang berada di usia SD memiliki kecenderungan-kecenderungan, yakni (1) berangkat dari sesuatu yang konkrit, (2) memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, (3) terpadu serta melalui proses yang manipulatif sambil membangun skemata yang bermakna dalam khasanah pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut teori Piaget dalam Slavin (1997) anak usia 7-11 berada pada tahapan operasional konkrit yang berarti siswa SD kelas V tergolong di dalamnya. Jadi dalam kondisi demikian anak mulai dapat berpikir logis, namun masih terbatas pada realita yang ada kemudian menyimpulkannya. Kegagalan pendidikan yang dirasakan saat ini dapat disebabkan karena model pembelajaran yang cenderung bersifat otoriter selama ini. Oleh karenanya sudah saatnya bagaimana memikirkan cara pembelajaran dalam lingkungan yang lebih

3 demokratis. Lingkungan belajar yang demokratis memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan pilihan-pilihan tindakan belajar yang akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, sehingga dapat memancarkan kegiatan yang kreatif-produktif (Degeng, 2000). Sebagai perwujudan konkrit dari pendidikan yang demokratis adalah sikap guru harus mampu menerima perbedaan, menghargai pendapat siswa, tidak menang sendiri, dan tidak merasa paling tahu (Sadiman, 2000). Sekarang permasalahannya adalah bagaimana model pembelajaran yang demokratis itu? Model pembelajaran demokratis berarti harus mengubah paradigma lama, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru ( teacher centered) dan menggantikannya dengan paradigma baru, yaitu pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning). Melalui paradigma baru, student centered learning para pengajar dituntut agar selalu mengadakan inovasi-inovasi dalam melaksanakan pembelajaran secara terus menerus berkesinambungan. Hal ini berarti mereka juga harus merancang sebuah model pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif. Jadi dengan paradigma baru ini juga dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru tetapi lebih terpusat pada siswa. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas belajar mengajar (Suhardjono, 2000). Salah satu model pembelajaran yang berkembang adalah konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivis pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa secara aktif melalui perkembangan proses mentalnya

4 (Leinhart, 1992). Konstruktivisme juga berisi pengajaran yang menekankan pada penemuan, pemecahan masalah, dan mengutamakan pada proses (Sushkin, 2001). Menurut Arends (1997:7), model pembelajaran memiliki empat ciri pokok yang tidak didapati oleh strategi atau prosedur spesifik, yaitu: (1) rasional teoretik yang dibangun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang dibutuhkan agar model tersebut bisa dilaksanakan, (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selanjutnya model pengajaran itu sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks, dan lingkungan belajarnya. Jadi penggunaan sebuah model pembelajaran tertentu memungkinkan seorang guru mampu mencapai tujuan pembelajaran tertentu pula dan bukan tujuan pembelajaran yang lain. Proses belajar setiap jenjang pendidikan seharusnya menitikberatkan pada pengembangan berpikir siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir dengan melakukan kegiatan yang menuntut kemampuan berpikir. Tujuan pembelajaran IPA di dalam KTSP adalah 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai

5 salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan sains sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Bertolak dari tujuan di atas berarti bahwa untuk pembelajaran IPA harus sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri, yaitu suatu produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya satu alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah pengembangan perangkat pembelajaran berbasis proses keterampilan berpikir siswa. Salah satu model pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berpikir siswa adalah model PBM (Problem Based Instruction) atau disebut juga dengan PBL (Problem Based Learning), pembelajaran berdasarkan masalah. Di atas telah dijelaskan model pengajaran dapat berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks, dan lingkungan belajarnya. Di dalam proses pembelajaran, pendekatan PBM berorientasi pada tujuan dan sintaks pembelajaran. Jika pendekatan ini disejajarkan dengan pendekatan lingkungan, maka akan menghasilkan model pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa pada kemampuan keterampilan berpikir yang berbasis kontekstual di mana mereka tinggal. Pembelajaran berdasarkan masalah akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan self-directed dan sangat efektif bagi siswa yang beragam karena mereka akan memilih sendiri permasalahan dan metode pemecahannya berdasarkan tingkatan masalah yang diminatinya serta memiliki tujuan pendidikan yang sangat luas (Greenwald, 2000). Pembelajaran berdasarkan masalah juga akan sangat memberikan motivasi siswa untuk melakukan investigasi dan pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa untuk menghasilkan sebuah produk/karya (Singletary, 2000).

6 Selama ini pendidikan lingkungan nampak marginal dalam suatu program sekolah, dan hanya sebagai tambahan kurikulum inti. Hal ini bertolak belakang dengan rekomendasi KTSP SD. Hasil analisis KTSP IPA SD dan buku-buku yang telah memuat nuansa lingkungan dalam pembelajaran seperti pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Hasil Analisis KTSP IPA SD dan Buku-buku yang Memuat Nuansa Lingkungan dalam Pembelajaran kelas Kompetensi Dasar (KD) KD Biologi KD Biologi bernuansa lingkungan % Sumber Buku (Penerbit) 4 5 35 23 13 16 9 14 69,0 87,5 1. Balai Pustaka 2. Mediatama 3. Titian Ilmu 4. Tropica 6 23 11 5 45,5 5. Intan Pariwara 6. Sahabat 7. Regina 8. Armandelta Sumber: Workshop Pemetaan Kurikulum dan Pengembangan Silabus Matematika dan IPA Sekolah Dasar Berbasis Sekolah Hijau (Greening Schools) Dilaksanakan pada Tanggal 21-24 Juli 2008 di Kabupaten Banjar Pada Tabel 1.1 isu-isu tentang pendidikan lingkungan menjadi marginal sudah diantisipasi oleh sumber belajar siswa. Bahkan pada pembelajaran IPA di kelas 5 sudah mendekati 100%. Masalahnya adalah pembelajaran konsep-konsep IPA dengan nuansa lingkungan belum akrab di kalangan para guru. Menurut Gough (1992) pendidikan lingkungan idealnya harus tercantum dalam kurikulum sekolah, yang memuat topik terkini sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Materi IPA yang berkaitan dengan topik lingkungan sangat banyak dijumpai, bahkan pada hampir semua tingkatan. Hal ini merupakan bagian penting dari pendidikan lingkungan yang memberikan kesempatan lebih besar pada IPA. Akan tetapi bukan berarti bahwa pendidikan lingkungan dan IPA adalah sama. Dua

7 komponen utama dalam pendidikan IPA dengan pendidikan lingkungan adalah keduanya menekankan kepada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dan mempelajari hubungan antara IPA, teknologi, dan masyarakat. IPA dan teknologi mempelajari: (1) kajian sejarah alam dengan meneliti efek dan penyebab munculnya variasi dalam populasi tumbuhan dan hewan, (2) mempelajari pewarisan keturunan sebagai dampak manusia berada dalam system alam, (3) meneliti isu-isu rehabilitasi lingkungan dari pengetahuan dan keterampilan tradisional berbagai suku, (4) menggunakan komputer dalam meramalkan lingkungan: melalui analisis dan interaksi data pewarisan keturunan, dan (5) mempertimbangkan semua pertanyaan yang berkaitan dengan etika dan konservasi pewarisan, seperti konservasi spesies asing yang sekarang merupakan bagian dalam membangun warisan lingkungan, seperti kebun botani. Pendidikan lingkungan tidak menambah program pendidikan sebagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang terpisah untuk kajian khusus, tetapi suatu dimensi yang terintegrasikan ke mata pelajaran lain. Pendidikan lingkungan menghasilkan suatu reorientasi dan reartikulasi dari berbagai disiplin dan berbagai pengalaman pendidikan (IPA, Matematika, IPS, Seni, dan sebagainya) yang memberikan persepsi integral terhadap lingkungan. Kelancaran proses pembelajaran di sekolah memerlukan perangkat penunjang. Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku panduan siswa, buku panduan guru, LKS, APRP, dan RP. Kenyataan menunjukkan tidak semua sekolah dapat terpenuhi. Selain itu keberadaan perangkat yang tersedia saat ini, umumnya tidak dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa di sekolah sesuai lingkungan di mana proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu perlu diupayakan cara lain untuk

8 mengatasi hal ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil ujicoba ujian nasional 2008, persentasi kelulusan jurusan IPA SMA dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan kurang dari 50%. Jika kondisi ini menjadi cermin hasil belajar IPA di daerah ini, tentu sungguh menyedihkan (Harian Banjarmasin Post, 11 Maret 2008). Rendahnya prestasi belajar IPA, diduga terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan guru selama ini dan kurangnya perangkat penunjang pembelajaran untuk IPA SD. Oleh karena itu perlu adanya upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran materi IPA khususnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar siswa tersebut adalah pengembangan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran berdasarkan masalah sesuai konteks lingkungan di mana siswa berada untuk menunjang proses pembelajaran. PERUMUSAN MASALAH Bertolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan sebuah pertanyaan penelitian: Bagaimana hasil pengembangan model perangkat pembelajaran IPA SD yang dikembangkan dan hasil penerapannya pada pembelajaran materi IPA SD dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan di Provinsi Kalimantan Selatan? Secara khusus pertanyaan penelitian ini dapat dirinci lagi sebagai berikut. 1. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan?

9 2. Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan? 3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan? 4. Bagaimana hasil selama proses pembelajaran siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan? TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengembangkan model perangkat pembelajaran IPA SD. 2. Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan. 3. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran IPA melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan. 4. Melihat pengaruh kegiatan pembelajaran IPA melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan. 5. Mengetahui hasil selama proses pembelajaran IPA melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan.

10 HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah nomor 4, rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: penerapan model perangkat pembelajaran IPA melalui model perangkat pembelajaran dengan menggunakan PBM dan pendekatan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut. 1) Siswa lebih aktif dan kreatif, terlibat langsung dalam pemecahan masalah pembelajaran yang dialaminya, 2) Siswa dapat mentransfer belajar ke kehidupannya sehari-hari, 3) Siswa dapat memperluas kegiatan belajarnya dari dalam kelas ke luar sekolah. 4) Guru dapat lebih mudah merangsang minat siswa serta melibatkannya secara utuh dalam pembelajaran. 5) Memberi tambahan cakrawala baru tentang model pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan yang sebelumnya belum pernah diterapkan. 6) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan pembelajaran di SD, khsususnya untuk materi IPA yang berkaitan dengan permasalahan dan kehidupan siswa sehari-hari. PENJELASAN ISTILAH 1) Pemahaman siswa SD dalam pembelajaran IPA meliputi hasil belajar dan proses pembelajaran.

11 2) Pendekatan PBM adalah pembelajaran yang terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan penemuan. 3) Pendekatan lingkungan adalah pembelajaran yang menekankan pada interaksi langsung antara siswa sebagai subyek pebelajar dengan lingkungan mereka ketika pembelajaran dilaksanakan. Jadi para siswa akan memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan di lingkungan alami ketika pembelajaran berlangsung. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa meliputi 9 parameter (Borich, 1994 dalam Supramono, 2005). 2. Aktivitas guru adalah keterlibatan guru dalam mengelola pembelajaran diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru meliputi 8 parameter (Borich, 1994 dalam Supramono, 2005). 3. Hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep ilmiah dalam hal ini mengenai materi IPA SD Kelas V Semester 2 yang diukur dengan menggunakan instrumen tes obyektif. 4. Hasil selama proses pembelajaran siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami proses-proses ilmiah dalam hal ini mengenai materi IPA SD Kelas V Semester 2 yang diukur dengan menggunakan instrumen lembar kerja siswa.