Analisis Hubungan Antar Variabel Input dan Output

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

DAFTAR ISTILAH. Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian

Laporan Direktur Utama

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

V. EFISIENSI BANK-BANK MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang material. Adanya suatu bank akan memberi manfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami perubahan dan perkembangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, PR, Dan


BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

I. PENDAHULUAN. 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB II LANDASAN TEORI

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kepermukaan. Sebagai suatu alternatif kini mulai di terapkan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada penelitian sekarang, penelitian-penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh :

Transkripsi:

IV. Analisis Hubungan Antar Variabel Input dan Output 4.1. Perkembangan Biaya dan Laba Pola gambaran perkembangan dari total biaya dan total laba dari masingmasing bank berdasarkan kelompoknya akan dijelaskan terlebih dahulu pada bagian awal Bab IV. Di sini akan digambarkan dan dianalisis perubahan total biaya dan total laba berdasarkan dua kelompok bank yang terbentuk dari peergroup bank berdasarkan total asetnya. Peergroup yang pertama adalah bankbank merger dan akuisisi yang mempunyai aset lebih dari 5 triliun, kelompok selanjutnya adalah bank-bank merger dan akuisisi yang mempunyai aset berada diantara 1 triliun hingga 5 triliun. milyar rupiah 4 35 3 25 2 15 1 5 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 Sumber: Bank Indonesia (Tahun 22-211) Gambar 6. Total Biaya dari Kelompok Bank yang Mempunyai asset > Rp. 5 Triliun, Tahun 22-211 Terlihat dari Gambar 6, rata-rata total biaya yang ditanggung oleh beberapa bank tersebut mengalami peningkatan yang sangat berfluktuatif. Pola perubahan total biaya yang sangat berfluktuasi ditunjukkan dengan adanya total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut sangat tinggi, tapi kemudian diikuti dengan penurunan total biaya yang sangat menurun tajam. Di sini hanya tampak terlihat bahwa perubahan total biayanya hanya berupa increasing cost (peningkatan biaya) dan decreasing cost (penurunan biaya). Tidak tampak pola perubahan biayanya yang berupa constant cost (biaya yang tetap). Pola perkembangan total biaya dari tahun 22-212 yang tinggi diantara delapan bank

46 tersebut yakni Bank dan kemudian diikuti oleh Bank dan sempat melonjak tinggi total biaya dari bank tersebut hingga melebihi dari dua bank besar di Indonesia. Penyebab terjadinya lonjakan biaya yang dialami oleh Bank pada tahun 28 dipicu oleh adanya peningkatan biaya bunga dan biaya operasional lainnya. Berdasarkan Publikasi Laporan Tahunan 28 menjelaskan terjadinya tekanan inflasi yang mendorong kenaikan suku bunga serta jatuhnya harga obligasi dari negara berkembang mengakibatkan industri perbankan mengalami tekanan likuiditas, yang mengakibatkan juga suku bunga simpanan dan persaingan yang tajam untuk memperoleh deposit yang berakibat pada turunnya marjin. Akibat fenomena tersebut, beberapa nasabah Bank menghadapi memburuknya arus kas dan menurunnya kemampuan untuk memenuhi kontrak foreign exchange forward mereka. Sehingga Bank menderita kerugian signifikan serta provisi sebesar Rp. 84 miliar dikuartal terakhir tahun 28. Hal ini mengakibatkan Bank mengalami peningkatan beban kredit dari transaksi derivatif 1. Pola perkembangan laba pun sama dengan biaya dengan trend kenaikan dan penurunan yang sangat berfluktuasi. Artinya disini bank tidak pernah benarbenar merasakan keuntungan yang maksimal karena hal itu akan dilanjutkan dengan penurunan profit (laba) yang sangat tajam. Jadi, di saat bank tersebut menikmati laba yang sangat tinggi, bank itupun juga harus menanggung beban biaya yang lebih tinggi dari laba/profit. Total laba yang tinggi dalam kurun waktu 22 hingga 211 dimiliki oleh dan Bank. Dua bank milik pemerintah ini sudah tidak diragukan lagi dalam pencapaian profit yang maksimum. Fenomena ini terjadi karena peningkatan laba yang sangat tajam seperti kasus Bank dan. Dilihat dari struktur laporan neraca Bank dan dari tahun 22 hingga tahun 21 menunjukkan bahwa nilai obligasi pemerintah lebih tinggi jika dibandingkan dari jumlah kredit yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga. Bank-bank BUMN banyak menerima keuntungan dari bunga kupon obligasi yang sudah tentu tidak mempunyai resiko yang tinggi dibandingkan menikmati bunga kredit yang sangat beresiko tinggi. Sehingga banyak dana masyarakat yang dihimpun oleh bank 1 www.danamon.co.id. PT Bank Indonesia Tbk. Laporan Tahunan 28. 26 Juli 212.

47 disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN). Hal ini dilakukan oleh bank-bank tersebut karena kekhawatiran dengan kejadian yang menimpa industri perbankan dengan terjadinya krisis kredit macet di tahun 1997 akan terulang lagi. Namun pada tahun 25, Bank mengalami kemerosotan laba yang sangat tajam. Dilihat dari laporan laba rugi dari Bank pada tahun 25, terlihat bahwa terjadinya penurunan laba yang nyata di tahun 25 dipengaruhi oleh lonjakan peningkatan beban personalia yang meningkat dibandingkan pada tahun 24, sedangkan pendapatan lainnya cenderung turun di tahun 25 sehingga total pendapatan operasional lainnya juga ikut turun. Pada tahun 25 Bank mengembangkan suatu budaya kerja baru. Budaya kerja suatu organisasi terbentuk melalui proses yang panjang dan berjalan tanpa henti selama organisasi menjalankan kegiatannya sehari-hari. Mengingat proses pembentukan budaya organisasi yang membutuhkan waktu dan harus ditanamkan secara terus menerus, maka implementasi budaya kerja baru Bank dilakukan dalam tiga tahapan. Tahapan yang pertama dilakukan pada awal tahun 25, adalah Disain Program, dimana pada tahapan ini juga dilakukan seleksi untuk memperoleh 24 orang trainer yang akan menjadi fasilitator dalam proses implementasi budaya kerja baru. Para trainer ini kemudian akan melatih sebanyak 1.2 orang yang akan menjadi agen perubahan yang ditempatkan di berbagai unit kerja dalam organisasi (Herminingsih, 212). Terlihat bahwa terjadinya peningkatan biaya personalia yang disebabkan terjadinya peningkatan jumlah perekrutan pegawai Bank pada tahun 25. Untuk kelompok bank yang mempunyai aset diantara 1 triliun sampai dengan 5 triliun juga mempunyai pola yang sama dengan kelompok sebelumnya (lihat Gambar 7), dimana terjadi perkembangan total biaya yang sangat berfluktuatif dan terjadi peningkatan total biaya dari tahun 22 sampai dengan tahun 211. Pada tahun 25, mengalami lonjakan kenaikan biaya yang cukup drastis. Kenaikan dipicu oleh peningkatan beban bunga yang sangat tinggi selain adanya peningkatan di biaya personalia. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan bunga yang cukup tinggi kepada nasabah sehingga bank tersebut mengalami peningkatan di beban bunga dan bank ini juga

48 banyak menyerap tenaga kerja pada tahun 25. Menurut publikasi laporan keuangan tahun 25, menyatakan bahwa pada tahun 25 terjadi peningkatan beban keuangan dan penurunan pendapatan bunga. milyar rupiah 16 14 12 1 8 6 4 2-2 22 23 24 25 26 27 28 29 21 211 Sumber :Bank Indonesia (Tahun 22-211) Gambar 7. Total Laba dari Kelompok Bank yang Mempunyai asset > Rp. 5 Triliun, Tahun 22-211 Selain bank Artha Graha, juga mengalami lonjakan biaya yang cukup tinggi juga pada tahun 21. Jika dilihat dari struktur biayanya terlihat bahwa peningkatan biaya terletak pada biaya operasional lainnya. 25 milyar rupiah 2 15 1 5 222324252627282921211 Sumber :Bank Indonesia (Tahun 22-211) Gambar 8. Total Biaya dari Kelompok Bank yang Mempunyai asset Rp. 1 Rp. 5 Triliun, Tahun 22-211 Besaran laba yang diterima oleh setiap perusahaan perbankan ternyata juga berbeda-beda. Namun, pola pergerakan laba dari masing-masing bank mempunyai

49 pola yang sama dengan pola pergerakan biaya bank tersebut yakni sangat berfluktuatif. Terjadi kenaikan laba kemudian diikuti dengan penurunan laba yang sangat signifikan. Tetapi kalau dilihat dalam kurun waktu tahun 22 sampai dengan tahun 211 pola pergerakan laba bank tersebut cenderung meningkat terus. Pada Gambar 9 terlihat bahwa dan (yang kedua-duanya merupakan bank asing) mengalami pergerakan peningkatan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat bank lainnya. Laba meningkat bisa disebabkan oleh tiga hal, yaitu: efisiensi biaya, kredit yang diberikan dan NPL dihapus. Jika NPL dihapus maka bank tersebut melakukan penghapusan piutang dari laporan neraca (write off) oleh karena itu piutang yang tidak tertagih akan dikeluarkan dari asset kemudian dimasukkan ke off balance sheet. Jika piutang tersebut berhasil ditagih, maka piutang tersebut akan menjadi pendapatan dalam laporan laba rugi. Hal ini bisa menjadi penyebab laba suatu bank bisa meningkat. 5 45 milyar rupiah 4 35 3 25 2 15 1 5 222324252627282921211 Sumber :Bank Indonesia (Tahun 22-211) Gambar 9. Total Laba dari Kelompok Bank yang Mempunyai asset Rp. 1 Rp. 5 Triliun, Tahun 22-211 Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel biaya dan variabel keuntungan lainnya terhadap variabel bebas yaitu total dana, upah tenaga kerja, kredit, sekuritas, pendapatan bukan bunga, ekuitas, NPL dan EOTA (ekuitas terhadap aktiva) dapat ditelusuri melalui gambaran scatterplot. 4.2. Hubungan Variabel Terikat dengan Variabel Bebas Lainnya Keterkaitan antara variabel terikat yaitu variabel total biaya maupun variabel laba terhadap beberapa variabel bebas masing-masing dapat tergambar

5 pada pola hubungan scatterplot antar masing-masing variabel. Pada penelitian ini akan dibahas secara mendalam keterkaitan antar variabel bebas dengan variabel terikat masing-masing. Terlebih dahulu akan dilihat bagaimana hubungan antara variabel biaya terhadap setiap variabel dana pihak ketiga, beban tenaga kerja, jumlah pinjaman yang diberikan (total kredit), jumlah sekuritas atau penerimaan asset lainnya (surat berharga yang dimiliki), jumlah pendapatan bukan bunga, ekuitas, Non Performing Loan (NPL) dan Equity Over Total Asset (EOTA). Selanjutnya juga akan dibahas hubungan antara variabel laba (profit) terhadap masing-masing variabel terikat yang telah dijelaskan sebelumnya. 4.2.1. Biaya Terhadap Total Dana Pihak Ketiga Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1 1 2 3 Total Dana Pihak Ketiga (milyar rupiah) 4 Gambar 1. Scatterplot Total Biaya dan Total Dana Pihak Ketiga Tahun 211 Total dana yang dimiliki oleh bank-bank yang merger dan akuisisi berhubungan searah dengan tingkat biaya dari masing-masing bank tersebut. Hal tersebut bermakna bahwa peningkatan dana yang masuk dan dimiliki oleh bank akan mengakibatkan peningkatan biaya yang harus ditanggung oleh bank tersebut. Karena dana pihak ketiga yang mengalir kesuatu bank akan menyebabkan bank tersebut harus menanggung beban bunga yang akan semakin bertambah seiring meningkat dana pihak ketiga yang juga mengalir masuk (Gambar 1). 4.2.2. Biaya Terhadap Upah Tenaga Kerja Beban tenaga kerja yang tinggi akan menyebabkan peningkatan biaya yang akan ditanggung oleh sebuah perusahaan secara teoritis. Begitu juga yang terjadi dengan perusahaan perbankan yang ada di Indonesia khususnya bank-bank

51 yang merger dan akuisisi. Bank-bank tersebut memiliki rasio upah yang besar maka total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut juga besar. Total Biaya 4 3 2 1.5.1.15.2 Upah Tenaga Kerja.25 Gambar 11. Scatterplot Total Biaya dan Upah Tenaga Kerja Tahun 211 Berbeda halnya dengan yang terjadi antara dan dimana mempunya rasio upah dengan asset yang besar sehingga mengakibatkan total biaya yang ditanggung oleh juga besar, namun lain halnya dengan, di mana dengan rasio tingkat upah dan asset yang lebih besar daripada namun total biaya dari bank tersebut lebih kecil daripada total biaya. Seperti diketahui bahwa Bank BRI mempunyai banyak unit yang tersebar sampai kepelosok pedesaan. Fokus BRI masih pada sektor UMKM, berimplikasi akan kebutuhan tenaga kerja yang cukup banyak untuk bisa menjangkau daerah pedesaan. Dengan demikian Bank BRI mempunyai jumlah tenaga kerja yang sangat banyak dan berakibat pada beban total biaya yang cukup besar. Apabila dibandingkan dengan bank lain (), maka BRI dalam hal ini menanggung biaya yang lebih besar. 4.2.3. Biaya Terhadap Total Kredit Hubungan antara variabel jumlah pinjaman yang disalurkan dengan variabel total biaya berhubungan searah. Terlihat pada Gambar 12 bahwa jika jumlah pinjaman yang diberikan besar maka total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut juga tinggi. Demikian pula jika yang terjadi sebaliknya.

52 dan Bank merupakan bank yang mempunyai total kredit yang besar dan juga menanggung beban/biaya yang besar. Tingginya total kredit yang diberikan akan mendorong peningkatan beban bunga. Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1 5 1 15 2 25 Total Kredit (milyar rupiah) 3 Gambar 12. Scatterplot Total Biaya dan Total Kredit Tahun 211 4.2.4. Biaya Terhadap Total Sekuritas Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 Total Sekuritas (milyar rupiah) 8 9 Gambar 13. Scatterplot Total Biaya dan Total Sekuritas Tahun 211 Hubungan antara variabel jumlah sekuritas dan penerimaan asset lainnya dengan variabel total biaya berhubungan searah. Terlihat pada Gambar 13 bahwa jika jumlah sekuritas dan penerimaan asset lainnya tinggi maka total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut juga tinggi. Begitupun jika yang terjadi sebaliknya. Pada penelitian ini dan Bank merupakan dua buah bank yang

53 mempunyai total sekuritas paling tinggi diantara kelompok bank-bank merger dan akuisisi lainnya. Bank-bank ini juga mempunyai total biaya yang lebih tinggi diantara bank-bank yang lain. Secara umum, dua bank BUMN ini memang mempunyai dana yang cukup besar tersimpan dalam bentuk obligasi selain itu juga dana yang terhimpun juga disalurkan dalam bentuk kredit. 4.2.5. Biaya Terhadap Pendapatan Bukan Bunga Hubungan antara variabel total pendapatan bukan bunga dengan variabel total biaya juga berhubungan searah. Terlihat pada Gambar 14 bahwa jika total pendapatan bukan bunga tinggi maka total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut juga tinggi. Jika pendapatan bukan bunga tinggi selalu diiringi dengan peningkatan beban atau biaya operasional lainnya juga tinggi. Hal inilah yang mendorong terjadinya peningkatan total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut. Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1 2 4 6 8 1 12 Pendapatan Bukan Bunga (milyar rupiah) Gambar 14. Scatterplot Total Biaya dan Pendapatan Bukan Bunga Tahun 211 4.2.6. Biaya Terhadap Ekuitas Sama halnya dengan hubungan antara variabel total pendapatan bukan bunga dengan variabel total biaya yang juga berhubungan searah. Terlihat pada Gambar 15 menunjukkan bahwa mandiri dengan tingkat ekuitas yang tinggi mampu menghasilkan biaya yang lebih minimal dibandingkan dimana ekuitas yang cukup besar namun total biaya yang sangat tinggi.

54 Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Ekuitas (milyar rupiah) 6 7 Gambar 15. Scatterplot Total Biaya dan Ekuitas Tahun 211 4.2.7. Biaya Terhadap Non Performing Loan (NPL) NPL merupakan rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1.5 1. 1.5 NPL 2. 2.5 3. Gambar 16. Scatterplot Total Biaya dan NPL Tahun 211 Data NPL yang ditampilkan pada Gambar 16 merupakan data NPL gross, yakni tanpa memperhitungkan penyisihan yang dibentuk untuk mengantisipasi

55 risiko kerugian. Hubungan antara variabel NPL dengan variabel total biaya tidak berbentuk pola yang searah untuk bank-bank yang merger dan akuisisi. Terlihat pada Gambar 16. bahwa ada beberapa bank yang mempunyai NPL gross yang tinggi maka total biaya yang ditanggung oleh bank tersebut juga tinggi. Dan ada juga bank-bank yang memiliki NPL gross yang tinggi namun total biayanya cukup rendah. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, untuk bank-bank besar seperti Bank,, dan Bank yang mempunyai cabang ataupun unit yang cukup banyak tersebar diseluruh Indonesia sudah tentu akan menanggung biaya yang cukup besar. Biaya yang ditanggung oleh bank-bank tersebut dapat berupa biaya tenaga kerja karena memiliki pegawai yang cukup banyak, biaya pemeliharaan gedung atau biaya operasional dan biaya nonoperasional lainnya. 4.2.8. Biaya Terhadap EOTA Bentuk pola hubungan antara variabel EOTA dengan variabel biaya terlihat tidak beraturan. Sehingga disini dapat dijelaskan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut tidak dapat disimpulkan searah atau tidak searah. Ada beberapa bank yang mempunyai nilai EOTA lebih besar dari bank-bank yang lain namun nilai total biayanya juga cenderung kecil, namun sebagian bank lain mempunyai nilai EOTA cenderung besar diiringi dengan nilai nilai total biayanya yang juga cenderung besar. Hal ini menunjukkan ada perlakuan yang berbeda antar masing-masing bank terhadap pengaruh perubahan nilai EOTA terhadap perubahan total biaya dari bank tersebut. Seperti halnya mempunyai nilai cukup rendah namun total biaya yang ditanggung BRI lebih besar dibandingkan bank lain (seperti contohnya Bank Hana) yang memiliki nilai EOTA cukup besar namun menanggung biaya lebih rendah. Ada beberapa kemungkinan, salah satunya adanya indikasi bahwa beban biaya yang cukup besar ditanggung oleh berasal dari biaya-biaya lainnya bukan dari nilai EOTA.

56 Total Biaya (milyar rupiah) 4 3 2 1..5.1.15 EOTA.2.25.3 Gambar 17. Scatterplot Total Biaya dan EOTA Tahun 211 4.2.9. Laba Terhadap Total Dana Pihak Ketiga Hubungan antara laba dengan total dana pihak ketiga pada bank-bank merger dan akuisisi, hampir mendekati garis regresi linier (searah), dimana dengan total dana yang tinggi menghasilkan tingkat profit yang lebih tinggi. Tampak cukup mencolok terjadi pada dan Bank (merupakan bank-bank besar di Indonesia) mempunyai total dana yang lebih besar dari bankbank lain namun juga mampu menghasilkan tingkat profit yang besar juga. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2 1 2 3 Total Dana Pihak Ketiga (milyar rupiah) 4 Gambar 18. Scatterplot Laba dan Dana Pihak Ketiga Tahun 211 Hal ini sudah tidak dapat dipungkiri, dimana yang saat ini fokus pada usaha kecil itu masih lebih memperhatikan laba bersih dibandingkan dengan

57 asset. Bank yang merupakan hasil merger dari empat bank, juga sudah berhasil meraup keuntungan yang sangat besar walaupun bank ini tidak mempunyai kantor cabang atau unit yang lebih banyak dibandingkan tapi karena Bank seperti telah dipaparkan sebelumnya lebih banyak memarkir dana atau asset bank tersebut kedalam bentuk obligasi pemerintah. 4.2.1. Laba Terhadap Upah Tenaga Kerja Para pekerja di dapat dinyatakan lebih sejahtera jika dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya di Indonesia, karena Bank Commonwealth mampu memberi upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2.5.1.15.2 Upah Tenaga Kerja.25 Gambar 19. Scatterplot Laba dan Upah Tenaga Kerja Tahun 211 Hal ini terlihat pada Gambar 19 di mana rasio beban personalia terhadap total aktiva lebih besar dibandingkan dengan bank-bank lainnya walaupun profit dari bank tersebut tidak lebih besar dari bank-bank lainnya. Artinya di sini, bahwa rasio antara total biaya tenaga kerja terhadap jumlah tenaga kerja pada menunjukkan hasil bahwa nilai rasio tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai rasio antara total biaya tenaga kerja terhadap jumlah tenaga kerja pada bank-bank lain. Dengan demikian bahwa yang hanya mempunyai pegawai 1.733 posisi desember 21 memberikan tingkat upah yang lebih besar dibandingkan dengan bank-bank lainnya.

58 4.2.11. Laba Terhadap Total Kredit Pada Gambar 2 menunjukkan hubungan antara total kredit dengan laba yang searah, dimana kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga mampu mendorong bank tersebut menghasilkan profit yang terus meningkat seiring peningkatan jumlah kredit yang diberikan. Jika semakin besar kredit yang diberikan oleh suatu bank akan mendorong peningkatan pendapatan dari bunga sehingga mendorong kenaikan laba walaupun pemberian kredit ini mempunyai resiko yang sangat tinggi jika terjadi kredit macet. Namun, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, jika ada piutang yang tidak tertagih dihapus dari laporan neraca yang kemudian dimasukkan dalam laporan laba rugi, maka jika suatu saat piutang tersebut berhasil ditagih atau piutang tersebut dijual kepihak ketiga maka piutang tersebut suatu saat akan menjadi pendapatan bagi bank tersebut. Hal ini juga bisa mendorong besarnya laba yang diterima oleh suatu bank. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2 5 1 15 2 25 Total Kredit (milyar rupiah) 3 Gambar 2. Scatterplot Laba dan Total Kredit Tahun 211 Pada Gambar 2, dan Bank memiliki nilai total kredit yang cukup besar dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Khususnya yang banyak menyalurkan kredit UMKM hingga kepelosok pedesaan, hal ini yang mengindikasikan besarnya jumlah kredit pada bank tersebut. 4.2.12. Laba Terhadap Total Sekuritas Hubungan antara variabel jumlah sekuritas dan penerimaan asset lainnya dengan variabel laba berhubungan searah. Gambar 21 menunjukkan bahwa jika

59 jumlah sekuritas dan penerimaan asset lainnya tinggi maka laba yang diterima oleh bank tersebut juga tinggi. Begitupun jika yang terjadi sebaliknya. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 Total Sekuritas (milyar rupiah) 8 9 Gambar 21. Scatterplot Laba dan Total Sekuritas Tahun 211 Terlihat disini bahwa dan Bank yang merupakan dua bank terbesar di Indonesia mempunyai laba yang sangat tinggi, hal itu didukung juga karena kepemilikan atas obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang juga cukup besar jika dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Sehingga dan Bank banyak menerima pendapatan dari bunga kupon obligasi. Bond dari perusahaan lainnya yang dimiliki oleh suatu bank bisa meningkatkan laba bank tersebut. Jika terjadi booming pasar keuangan (capital market) untuk bond (surat-surat berharga) bisa menyebabkan nilai bond yang dimiliki oleh bank tersebut meningkat sehingga banyak para investor yang menanamkan modalnya (investasi) ke bond tersebut. Peningkatan harga bond ini akan meningkatkan pendapatan bank tersebut sehingga laba bank menjadi tinggi (walaupun tidak dalam bentuk uang). Karena return dari suku bunga rendah di capital market menyebabkan uang semakin liquid. 4.2.13. Laba Terhadap Pendapatan Bukan Bunga Hubungan antara variabel laba dengan variabel pendapatan bukan bunga menunjukan hubungan yang positif artinya disini bahwa jika semakin besar pendapatan bukan bunga yang diterima oleh bank-bank dalam sampel penelitian

6 ini akan menghasilkan laba yang semakin meningkat juga. Terlihat bahwa Bank dan mempunyai pendapatan bukan bunga yang sangat besar, ini menjadi salah satu variabel yang mampu meningkatkan laba dari kedua bank tersebut selain kontribusi dari pendapatan-pendapatan lainnya. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2 2 4 6 8 1 12 Pendapatan Bukan Bunga (milyar rupiah) Gambar 22. Scatterplot Laba dan Pendapatan Bukan Bunga Tahun 211 4.2.14. Laba Terhadap Ekuitas Ekuitas merupakan hak residual atas asset bank setelah dikurangi semua kewajiban. Hubungan antara ekuitas dengan profit, tampak pada gambar diatas bahwa terlihat hubungan itu searah. Namun, ada satu bank yang tidak sesuai dengan teori yang sudah dikemukakan sebelumnya. Dimana Bank memiliki ekuitas yang cukup besar (lebih besar dari ekuitas ) namun tingkat profitnya relatif kecil. Hal ini bisa disebabkan karena yang merupakan bank asing yang sahamnya 1 persen dimiliki oleh Holdings plc menyatakan bahwa operasional Holdings Plc di Asia dapat menghasilkan laba ekuitas (return on equity/roe) sebanyak 5% lebih tinggi dari target global bank itu seiring pertumbuhan ekonomi kawasan Asia yang melebihi kawasan lain. CEO bank untuk kawasan Asia Pasifik menyatakan bahwa bank yang berbasis di London ini membukukan laba ekuitas 21,1% di Asia pada 21, lebih dari dua kali lipat rasionya secara global.

61 Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 Ekuitas (milyar rupiah) 6 7 Gambar 23. Scatterplot Laba dan Ekuitas Tahun 211 4.2.15. Laba Terhadap Non Performing Loan (NPL) Pada Gambar 24 tampak bahwa dan Bank merupakan bank yang memiliki rasio NPL cukup tinggi dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dan Bank memiliki resiko kredit yang tidak tertagih cukup tinggi. Jika bank tersebut melakukan penghapusan piutang (hapus buku/write off) yang tidak tertagih itu dalam laporan neraca dan pada suatu waktu piutang tersebut dapat dibayar atau piutang tersebut dijual kepada pihak ketiga, maka piutang tersebut akan masuk kedalam laporan laba rugi sehingga akan menambah jumlah pendapatan yang diterima oleh bank tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu item yang bisa meningkatkan laba suatu bank. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2.5 1. 1.5 NPL 2. 2.5 3. Gambar 24. Scatterplot Laba dan NPL Tahun 211

62 Data bank Indonesia (BI) mencatat, nilai write off yang dilakukan perbankan nasional sepanjang 28 mencapai Rp. 44,93 triliun. Atau, naik 53% dibanding write off selama 27 yang hanya Rp. 29,29 triliun. Hampir separuh dari angka write off itu berasal dari bank-bank BUMN 2. 4.2.16. Laba Terhadap EOTA Terakhir yang akan dibahas pada Bab IV ini mengenai hubungan antara variabel laba terhadap variabel EOTA. Pola yang ditunjukkan pada Gambar 25 sama halnya dengan pola yang ditunjukkan oleh hubungan antara variabel biaya terhadap variabel EOTA (lihat Gambar 17). Variabel EOTA itu sendiri didefinisikan sebagai rasio antara ekuitas terhadap total aktiva. Laba (milyar rupiah) 16 14 12 1 8 6 4 2..5.1.15 EOTA.2.25.3 Gambar 25. Scatterplot Laba dan EOTA Tahun 211 Jadi, hubungan antara laba dengan EOTA pada Gambar 25 menunjukkan pola hubungan yang tidak beraturan. Karena ada beberapa bank yang memiliki EOTA yang rendah berarti total ekuitas yang sangat kecil terhadap total aktivanya dan bank tersebut memiliki laba yang minim. Ada juga bank yang nilai ekuitas yang sangat besar terhadap aktivanya, namun bank tersebut juga memiliki laba yang sangat rendah. Lain halnya dengan dan Bank yang memiliki rasio ekuitas terhadap aktiva yang tidak besar,namun memiliki laba yang sangat tinggi. 2 http://kontan.realviewusa.com. Minggu III, April 29. Menghapus Noda Agar Kinerja Seolah Tak Tercela. 26 Juli 212.