Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Berbasis pada Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Angkatan Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
PLN Dari 1973 Sampai 2005

ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN DENGAN METODE GABUNGAN

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

PRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara adalah perusahaan

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi Banten: Aplikasi Metodologi Berbasis Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

Sudaryatno Sudirham. Distribusi Energi Listrik

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

APLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.

ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

ISSN : NO

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2. Abstrak

Makalah Seminar Tugas Akhir PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK APJ CILACAP TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP


BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PT PLN (PERSERO) PULAU NIAS PASCA PERUBAHAN STATUS

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

DOSEN PEMBIMBING PROF. DR. IR. UDISUBAKTI CIPTOMULYONO, M ENG SC

PERAMALAN PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI INDONESIA ( )

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PT.PLN (PERSERO) RAYON PURWOKERTO KOTA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

ANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Seminar TUGAS AKHIR. Fariz Mus abil Hakim LOGO.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi. (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo)

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Perekonomian Suatu Negara

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Fira Nafiri ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

Transkripsi:

Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Berbasis pada Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Angkatan Kerja Sudaryatno Sudirham Abstrak Suatu alternatif cara prakiraan kebutuhan tenaga listrik diusulkan. Cara ini berbasis pertumbuhan jumlah pelanggan yang dianggap merupakan respons masyarakat terhadap kecukupan pasokan tenaga listrik. Prakiraan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari koridor pertumbuhan, yaitu batas bawah dan batas atas pertumbuhan. Tahap kedua adalah melakukan koreksi hasil perhitungan tahap pertama dengan melihat hasil sensus. Perhitungan tahap ketiga melakukan koreksi berdasarkan rencana-rencana pembangunan, yang untuk sementara ini belum dapat dilakukan. Pembandingan dengan RUPTL 2011-2020 menunjukkan bahwa RUPTL berada dalam koridor hasil perhitungan dan sangat dekat dengan hasil perhitungan setelah koreksi dilakukan. 1. Pendahuluan (Posting tulisan ini dipicu oleh berita di harian Kompas tanggal 20 Desember 2012, berjudul Listrik Mengkhawatirkan: pasokan listrik nasional mengkhawatirkan karena permintaan listrik besar). PLN telah melakukan perencanaan pemasokan energi listrik yang dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2011 2020. Jika rencana penyediaan itu dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya kita boleh berharap bahwa kecukupan listrik (bagi pelanggan listrik rumah tangga khususnya) akan tetap berlanjut dan kita tidak mengalami lagi situasi tahun 2006, di mana SAIDI mencapai 27 jam per pelanggan, dan SAIFI 13,85 kali per pelanggan. (SAIDI: System Average Interruption Duration Index, SAIFI: System Average Interruption Frequency Index ). Tenaga listrik tidaklah dapat dianggap sebagai komoditas biasa. Penulis masih teringat ucapan Prof. T.M. Soelaiman dalam satu kuliahnya di akhir tahun 1962; beliau berucap jika saya umpamakan Negara adalah tubuh manusia, maka jaringan listrik itu adalah urat darahnya dan jaringan telekomunikasi itu adalah urat syarafnya. (Waktu itu di teknik elektro ITB baru ada arus kuat dan arus lemah saja). Dan sepuluh tahun kemudian penulis baca dalam Encyclopedia Internatitonal tulisan Harvey H. Segal:...Another drag on economic growth in the underdeveloped countries is inadequate capital facilities such as transportation network, sources of electric power, and water supplies. Without these facilities, which require large-scale public investments, the agricultural sector of the economy remain stagnant, and the possibilities of industrial growth are severely limited...(harvey H. Segal, graduate School of Bussiness Administration, New York University). Namun PLN dalam statusnya sekarang ini sebagai badan usaha tentunya harus pula memperoleh keuntungan. Hal demikian ini tidak dibahas dan pemenuhan kebutuhan listrik dipandang dalam konteks makro [Nengah Sudja,Kompas 7 Nopember 2012]. Walaupun penulis tidak mengetahui bagaimana PLN membuat prakiraan kebutuhan tenaga listrik di masa datang, namun penulis mencoba menelusuri data historis perkembangan kelistrikan PLN melalui buku Statistik PLN yang diterbitkan setiap tahun. Dari penelusuran itu, penulis menurunkan cara prakiraan kebutuhan tenaga listrik. Dalam prakiraan ini, penulis bertumpu pada pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga dan jumlah angkatan kerja. Pelanggan rumah tangga penulis pandang sangat menentukan walaupun 1/8

banyak pihak menganggapnya sebagai pelanggan konsumtif. Akan tetapi di sanalah sedang tumbuh generasi penerus bangsa dan oleh karena itu kecukupan listrik rumah tangga harus diusahakan sehingga dijadikan salah satu tumpuan dalam prakiraan ini. Di sisi lain angkatan kerja penulis pandang sebagai penggerak ekonomi, dan oleh karena itu kebutuhan tenaga listriknya harus pula dipenuhi; kebutuhan tersebut adalah sama dengan tenaga listrik untuk keperluan non-rumah tangga. Proses prakiraan seharusnya penulis lakukan dalam tiga tahapan: a). Tahap pertama adalah mencari batas terendah dan batas tertinggi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik. Hasil perhitungan batas terendah disebut prakiraan-rendah dan batas tertinggi disebut prakiraan-tinggi. Prakiraan-rendah merupakan pertumbuhan lanjutan dari pertumbuhan yang sudah pernah terjadi, dengan suatu pandangan optimistis bahwa pertumbuhan tidak akan menurun. Prakiraan-tinggi merupakan suatu harapan bahwa pertumbuhan di masa datang mampu mencapai pertumbuhan tinggi, yang telah pernah dicapai di masa lalu. Kedua prakiraan ini masing-masing merupakan angka ancar-ancar kebutuhan tenaga listrik, dan merupakan koridor pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik. b). Tahap kedua adalah melakukan koreksi atas hasil perhitungan tahap pertama berdasarkan pertimbangan lain dan hasil sensus penduduk, yang dalam hal ini adalah sensus tahun 2010. c). Tahap yang ketiga adalah melakukan koreksi-koreksi mengenai kebutuhan tenaga listrik berdasarkan rencana nyata kebutuhan tenaga listrik (rencana pembangunan). Namun tahapan yang ketiga ini belum dapat dilaksanakan karena informasi yang dibutuhkan belum diperoleh. 2. Pertumbuhan Penduduk Tujuan utama pasokan energi listrik adalah peningkatan kesejahteraan penduduk, mulai dari keperluan untuk kehidupan rumah tangga, kecukupan lapangan kerja, kecukupan pendapatan, sampai ke pelayanan kesehatan dan keamanan. Oleh karena itu dalam melakukan prakiraan kebutuhan tenaga listrik, hal pertama yang harus diperhatikan adalah pertumbuhan penduduk. Dari pertumbuhan penduduk inilah, ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, suatu cara prakiraan kebutuhan listrik untuk masa-masa mendatang diturunkan. Informasi mengenai pertumbuhan penduduk diperoleh dari Proyeksi BPS tahun 2005 dan Sensus penduduk tahun 2010. 3. Formulasi Kebutuhan Tenaga Listrik Pada dasarnya PLN mengelompokkan pelanggannya menjadi empat kelompok pelanggan yaitu pelanggan Rumah Tangga (R), Industri (I), Bisnis (B), dan Publik (P); kelompok yang terakhir ini terdiri dari pelanggan Sosial, Kantor Pemerintah, dan Penerangan Jalan Umum. Pasokan tenaga listrik total (T) setiap tahun dapat diformulasikan sebagai T = rr + ii + bb + pp (1) dengan R, I, B, P adalah jumlah pelanggan masing-masing kelompok pelanggan, dan r, i, b, dan p adalah konsumsi rata-rata tiap kelompok pelanggan. Baik jumlah pelanggan maupun konsumsi per pelanggan merupakan fungsi waktu (berubah setiap tahun). Dengan mengabaikan adanya susut non-teknis maka konsumsi pelanggan dapat diasumsikan sama dengan energi terjual; dengan demikian maka bentuk fungsi-fugsi r,i, b, dan p, maupun bentuk fungsi R, I, B, dan P, dapat didekati melalui pengamatan data historis. Namun harus diingat bahwa prakiraan kebutuhan tenaga listrik bukanlah sekedar kelanjutan trend yang sudah pernah terjadi. Dalam prakiraan terkandung pula harapan dan rencana-rencana untuk masa depan. Konsep perhitungan ini (tanpa tahap ketiga) akan diterapkan untuk melakukan prakiraan kebutuhan energi dalam skala nasional dan membandingkan hasilnya terhadap RUPTL 2011-2020. 2/8

4. Pengamatan Data Historis Buku Statistik PLN menunjukkan secara nasional bahwa pertumbuhan PLN mengalami pasang surut. Pertumbuhan jumlah pelanggan yang tinggi, yang dicapai sebelum krisis moneter, berubah memprihatinkan mulai 1998. Pertumbuhan sarana fisik untuk memasok tenaga listrik tidak tumbuh secara memadai sehingga PLN tidak dapat memasok listrik ke masyarakat sebagaimana diharapkan. Keadaan buruk mencapai puncaknya pada tahun 2006, ditandai dengan melonjaknya SAIDI menjadi 27 jam per pelanggan, naik hampir 2 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya, dan SAIFI 13,85 kali per pelanggan. Keadaan berangsur membaik mulai 2007 ditandai dengan pertumbuhan positif jumlah pelanggan di semua kelompok pelanggan. Pada 2010 SAIDI mencapai 6,97 jam per pelanggan dan SAIFI 6,82 kali per pelanggan. Melihat perkembangan yang terjadi tersebut maka perioda sesudah tahun 2006 kita sebut situasi normal; sampai tahun 2011 terjadi pertumbuhan jumlah pelanggan rata-rata positif (walaupun masih rendah) yaitu 5,2% untuk RT, 1,5% untuk pelanggan Industri, 4,5% untuk pelanggan Bisnis, dan 5,5% untuk Publik. Situasi yang juga kita sebut situasi normal adalah sebelum 1998 walaupun keandalan sistem masih belum memadai dengan rata-rata SAIDI 20,16 jam per pelanggan dan SAIFI 18,14 kali per pelanggan; pertumbuhan jumlah pelanggan rata-rata dalam perioda ini adalah tinggi yaitu 13,3% untuk pelanggan RT, 6,8% untuk pelanggan Industri, 12,6% untuk pelanggan Bisnis, dan 14,4% untuk Publik. Kurun waktu antara 1998 sampai 2006 kita sebut situasi tidak normal. Pengamatan data historis juga menunjukkan bahwa jumlah pelanggan RT selalu dominan, lebih dari 90% dari jumlah jumlah seluruh pelanggan baik dalam situasi normal maupun tidak normal. Dalam buku Statistik PLN 2011 tercantum angka proporsi jumlah pelanggan RT 92,77%, Industri 0,11%, Bisnis 4,47%, dan Publik 2,65%, yang dalam angka jumlah pelanggan adalah RT 42.577.542, Industri 50.365, Bisnis 2.049.361, dan Publik 1.233.877 pelanggan. Dengan dominasi jumlah tersebut maka perubahan jumlah pelanggan RT (naik ataupun turun) tidak terlalu signifikan pengaruhnya pada keseluruhan jumlah pelanggan. Sementara itu proporsi penjualan energi adalah 41,21% untuk pelanggan RT, 34,64% untuk pelanggan Industri, 17,92% untuk Bisnis, dan selebihnya 6,23% untuk Publik. Selain itu konsumsi rata-rata per pelanggan RT jauh lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi rata-rata kelompok pelanggan lainnya. Pada tahun 2011, konsumsi per pelanggan (energi terjual per jenis pelanggan) adalah RT 1.529 kwh, Industri 1.086.584 kwh, Bisnis 13.812 kwh, Sosial 4.144 kwh, Kantor 23.175 kwh, dan PJU 22.915 kwh. Di samping konsumsi per pelanggan yang relatif kecil, diduga kuat bahwa kelompok pelanggan RT terdiri dari pelanggan dengan daya beli yang bergradasi dari yang kurang kuat sampai yang sangat kuat; hal ini ditunjukkan adanya pelanggan yang menggunakan batas kva rendah sampai tinggi. Juga di suatu rumah tangga tidaklah mudah meninggalkan peralatan listrik yang sudah biasa dipakai jika harus terjadi penghenatan pemakaian tenaga listrik. Oleh karena itu terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi yang seharusnya diikuti dengan penghematan penggunaan tenaga listrik, tidak dapat diharapkan terjadi terlalu signifikan pada pelanggan RT; dengan kata lain konsumsi rata-rata pelanggan RT tidak terlalu rentan pada gejolak ekonomi. Hal ini terlihat dari data konsumsi rata-rata pelanggan RT dari 1994-2011 yang selalu meningkat setiap tahun sekalipun melalui masa krisis tahun 1998. Dengan sifat tersebut maka jumlah pelanggan RT dapat ditargetkan, dan target ini disesuaikan dengan pendanaan yang tersedia atau harus disediakan. Jumlah target setiap tahun dapat dibuat sedemikian rupa sehingga suatu pencapaian Rasio Elektrifikasi 100% dapat terjadi pada sesuatu tahun yang dikehendaki. Jadi pertumbuhan jumlah pelanggan RT lebih ditentukan oleh pertumbuhan penduduk dibanding dengan gejolak ekonomi; hal ini berarti bahwa PLN dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah pelanggan RT. Keadaan ini sangat berbeda dengan jumlah pelanggan Industri yang sangat dipengaruhi oleh gejolak ekonomi, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan negatif jumlah pelanggan Industri yang telah terjadi dalam perioda tidak normal. 3/8

5. Batas-Rendah dan Batas-Tinggi Kebutuhan Tenaga Listrik Darpublic www.ee-cafe.org Pertumbuhan Jumlah Pelanggan. Pertumbuhan jumlah pelanggan secara nasional dalam situasi normal antara 2007 sampai 2011 telah disebutkan di atas. Akan tetapi karena hasil perhitungan yang dilakukan ini akan diperbandingkan dengan RUPTL 2011-2020, maka realisasi tahun 2011 belum dianggap sebagai data historis. Dengan pengertian ini maka angka pertumbuhan rata-rata jumlah pelanggan dihitung dari data antara 2007 sampai 2010, adalah 4,4% untuk RT, 1,22% untuk Industri, 3,8% untuk Bisnis dan 5,4% untuk Publik. Namun pertumbuhan rendah ini perlu dicermati, terutama pada pertumbuhan jumlah pelanggan RT karena kita menaruh harapan (misalnya) bahwa Rasio Elektrifikasi 100% dapat dicapai sebelum tahun 2020. Dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk dari BPS 2005, dan asumsi bahwa satu RT terdiri dari 4 jiwa, maka dengan pertumbuhan jumlah pelanggan RT 4,4% Rasio Elektrifikasi 100% akan tercapai pada tahun 2023. Hal ini dinilai terlalu lambat. Jika kita berharap bahwa Rasio Elektrifikasi 100% dapat dicapai tahun 2020, maka pertumbuhan jumlah pelanggan RT haruslah ditargetkan sesuai dengan keinginan tersebut. Prosedur Perhitungan. Prosedur perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tentukan Konsumsi Rata-rata untuk pelanggan RT, Industri, Bisnis, dan Publik [kwh/tahun], dengan menggunakan persamaan trend perubahan konsumsi; persamaan yang digunakan untuk menghitung adalah persamaan yang diperoleh pada situasi normal. 2. Targetkan pertumbuhan jumlah pelanggan RT, yaitu 3 juta/tahun agar rasio elektrifikasi 100% tercapai menjelang 2020. Untuk keperluan ini digunakan proyeksi pertumbuhan penduduk dari BPS tahun 2005. 4. Hitung prakiraan-rendah = jumlah pelanggan x konsumsi energi per tahun, dengan pertumbuhan 1,22% untuk Industri, 3,8% untuk Bisnis, dan 5,4% untuk Publik. 5. Hitung prakiraan-tinggi = jumlah pelanggan x konsumsi energi per tahun, yang merupakan harapan untuk meraih kembali sukses yang pernah dicapai sebelum tahun 1998, dengan pertumbuhan 6% untuk Industri, 11% untuk Bisnis dan 11% untuk Publik, sedangkan untuk RT sama dengan prakiraan rendah. Hasil Perhitungan. Hasil perhitungan termuat dalam Tabel-1. untuk prakiraan-rendah dan Tabel- 2. untuk prakiraan tinggi. Dengan kedua prakiraan ini kita mendapatkan satu koridor prakiraan kebutuhan tenaga listrik. Tabel-1. Prakiraan Rendah Kebutuhan Energi [GWh] Tahun RT Ind Bis Pub Total RE 2012 72,263 52,711 30,510 11,859 167,343 73.90% 2013 79,215 54,178 32,532 13,178 179,103 77.41% 2014 86,741 55,673 34,663 14,606 191,683 81.12% 2015 94,886 57,197 36,908 16,149 205,140 85.03% 2016 103,695 58,750 39,274 17,817 219,535 89.13% 2017 113,220 60,332 41,766 19,618 234,935 93.45% 2018 123,514 61,944 44,390 21,562 251,410 98.01% 2019 130,930 63,586 47,153 23,659 265,329 100.00% 2020 135,876 65,260 50,061 25,920 277,118 4/8

Tabel-2. Prakiraan Tinggi Kebutuhan Energi [GWh] Tahun RT Ind Bis Pub Total RE 2012 72,263 58,683 35,884 13,974 180,804 73.90% 2013 79,215 63,641 41,495 16,856 201,207 77.41% 2014 86,741 69,003 47,950 20,279 223,973 81.12% 2015 94,886 74,799 55,371 24,339 249,394 85.03% 2016 103,695 81,065 63,899 29,148 277,807 89.13% 2017 113,220 87,838 73,695 34,839 309,592 93.45% 2018 123,514 95,156 84,944 41,566 345,180 98.01% 2019 130,930 103,064 97,856 49,509 381,359 100.00% 2020 135,876 111,607 112,670 58,879 419,033 6. Perbandingan dengan RUPTL 2011-2020 Perbandingan hasil perhitungan dengan RUPTL 2011-2020 diberikan dalam Tabel-3 beserta kurvanya Gb.1. seperti di bawah ini. Tabel-3. Perbandingan dengan RUPTL 2011-2020 [TWh] Tahun Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL 2011-2020 2012 167.3 180.8 177.8 2013 179.1 201.2 193.4 2014 191.7 224.0 210.1 2015 205.1 249.4 227.6 2016 219.5 277.8 246.2 2017 234.9 309.6 264.6 2018 251.4 345.2 284.4 2019 265.3 381.4 305.7 2020 277.1 419.0 328.3 TWh Gb.1. Perbandingan dengan RUPTL 450.0 400.0 350.0 300.0 250.0 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0 2010 2012 2014 2016 2018 Tahun 2020 Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL 2011-2020 7. Koreksi-Koreksi Pertumbuhan Konsumsi per Pelanggan. Jika kita pandang suatu fungsi kontinyu F (t) maka pertumbuhan di setiap waktu dari F (t) adalah df ( t) / dt. Jika F (t) adalah fungsi diskrit maka pertumbuhan di setiap waktu t adalah F( t) / t. Dalam perhitungan di atas, konsep pertumbuhan ini diterapkan pada pada pertumbuhan jumlah pelanggan tetapi tidak pada peningkatan konsumsi per pelanggan; konsumsi per pelanggan didekati dengan trend peningkatan konsumsi. Pendekatan kenaikan konsumsi menggunakan trend dapat dikatakan sebagai pendekatan yang kurang optimis, dan sesungguhnya bukanlah pertumbuhan. Untuk lebih optimis, konsep pertumbuhan akan diterapkan juga pada konsumsi per pelanggan RT, Industri, Bisnis, dan Publik. Pertumbuhan tiap 5/8

tahun, yaitu i / t, b / t, dan p / t, dihitung dari data dalam situasi normal 2007-2010; Masingmasing diambil rata-ratanya dan digunakan untuk menghitung pertumbuhan konsumsi untuk tahuntahun berikutnya. Koreksi ini, digabungkan dengan koreksi-koreksi lain (yang diuraikan berikut ini), dan hasilnya diberikan pada Tabel-4 beserta kurvanya. Pelanggan Rumah Tangga. Dalam perhitungan yang telah dilakukan, jumlah pelanggan rumah tangga ditargetkan dengan menambah jumlah pelanggan RT sebanyak 3 juta setiap tahunnya sedangkan jumlah rumah tangga dikaitkan dengan proyeksi jumlah penduduk menurut prediksi BPS 2005. Proyeksi pertumbuhan penduduk tersebut dapat dinyatakan dengan suatu fungsi polinom pangkat dua sebagai y =1000(-8,8947x 2 + 2999,3x + 201736) juta orang dengan x =1 untuk tahun 2000. Dengan persamaan ini, pada tahun 2010 diprediksi jumlah penduduk adalah sebesar 233.652.000 orang. Dengan asumsi ada 4 jiwa per rumah tangga, maka jumlah rumah tangga adalah 58.413.00 dan jumlah ini seluruhnya dianggap memiliki rumah yang memerlukan pasokan energi listrik. Sensus penduduk tahun 2010 memberikan angka jumlah peduduk 237,641,326 orang, atau 1,71% di atas angka prediksi. Sensus juga memberikan gambaran bahwa rumah tangga yang menghuni tempat tinggal dengan luas lantai antara 20 sampai >300 m2 adalah 61.156.679. Jika jumlah tempat tinggal ini diasumsikan sebagai bangunan yang perlu mendapat pasokan energi listrik, maka jumlah pelanggan rumah tangga menjadi lebih tinggi dari prediksi semula sebesar (1000( 8,8947x 61.156.6799 2 + 2999,3x + 201736)) / 4 100% = 4,7% Selisisih ini disebabkan oleh angka asumsi 4 jiwa per rumah tangga yang terlalu tinggi. Hasil sensus 2010 memberikan angka jumlah jiwa rata-rata per rumah tangga adalah 3,86 jiwa. Jika angka ini digunakan untuk menghitung jumlah pelanggan rumah tangga pada tahun 2010 akan diperoleh jumlah pelanggan RT sebesar 60.552.418 pelanggan, 3,66% lebih tinggi dari proyeksi semula. Jika angka 3,86 jiwa per rumah tangga digunakan dalam perhitungan prakiraan-rendah, dan pertambahan jumlah pelanggan RT sebesar 3 juta per tahun tetap dipertahankan, Rasio Elektrifikasi 100% tercapai mundur satu tahun; dari yang semula tercapai pada 2019 menjadi tahun 2020. Angkatan Kerja. Sensus 2010 memberikan informasi mengenai angkatan kerja menurut kelompok umur dari umur 15 tahun ke atas yang terdiri dari: (1) Penduduk yang berusaha sendiri; (2). Penduduk yang berusaha dibantu oleh buruh tidak tetap; (3) Penduduk yang berusaha dibantu oleh buruh tetap; (4) Buruh atau karyawan atau pegawai; dan (5) Pekerja bebas. Jumlah kelima kelompok angkatan kerja tersebut adalah 88.393.758 jiwa atau 37,20% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah angkatan kerja ini merupakan jumlah orang yang bekerja baik di sektor formal maupun nonformal dan dianggap sebagai jumlah angkatan kerja yang mengkonsumsi tenaga listrik non-rt, yang untuk tahun 2010 adalah 87.472,53 GWh. Dengan demikian maka kebutuhan tenaga listrik per orang angkatan kerja di tahun itu adalah pejualan Ind + Bis + Pub kwh/tahun angkatan kerja = = 1.007,2 88.393.758 Pertumbuhan kebutuhan listrik untuk angkatan kerja merefleksikan terjadinya pertumbuhan Industri, Bisnis, dan Publik. Untuk perhitungan ini pertumbuhan rata-rata per tahun ditentukan dari pertumbuhan penjualan (Ind+Bis+Pub) dari tahun 2007 sampai 2010; pertumbuhan rata-rata yang terjadi adalah sebesar 5% per tahun. Pertumbuhan rata-rata ini agak rendah karena pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 0,23% walaupun pertumbuhan tahun sebelumnya 6,75% dan pertumbuhan tahun berikutnya 8,50%. kwh 6/8

Pertumbuhan rata-rata jumlah angkatan kerja tidak dapat dicari karena sensus dilakukan tidak setiap tahun. Namun data sensus 2010 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di semua propinsi rata-rata adalah 35,74% dari jumlah penduduk di propinsi yang bersangkutan; persentase tertinggi ada di Bali sebesar 46,06% dan terrendah ada di Papua sebesar 28,41%. Oleh karena itu pertumbuhan jumlah angkatan kerja dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk untuk setiap tahun dipercaya tidak bergeser jauh dari persentase tahun 2010, atau dengan kata lain jumlah angkatan kerja dapat dianggap sama setiap tahun yaitu sebesar 37,20% dari total penduduk. Dengan anggapan ini, konsumsi tenaga listrik per angkatan kerja untuk tahun 2007 sampai 2010 dapat dihitung dan nilai rata-ratanya digunakan sebagai pertumbuhan untuk tahun-tahun berikutnya. Hasil perhitungan dengan koreksi konsumsi rata-rata per pelanggan, koreksi jumlah pelanggan rumah tangga, serta perhitungan konsumsi per angkatan kerja, diberikan dalam Tabel-4 yang sekaligus diperbandingkan dengan RUPTL 2011-2020, sedangkan kurvanya diberikan pada Gb.2. Tabel-4. Prakiraan Kebutuhan Energi [TWh] dengan Koreksi Tahun RT Ind+Bis+Pub Total RE RUPTL 2011-2020 2012 74,666.1 98,799.6 173,465.8 73.48% 177.8 2013 82,533.9 104,975.5 187,509.5 77.39% 193.4 2014 90,882.9 111,504.6 202,387.4 81.23% 210.1 2015 99,737.8 118,403.4 218,141.1 85.00% 227.6 2016 109,124.7 125,719.5 234,844.2 88.68% 246.2 2017 119,071.0 133,459.4 252,530.3 92.29% 264.6 2018 129,605.1 141,635.3 271,240.4 95.84% 284.4 2019 140,757.2 150,260.4 291,017.6 99.33% 305.7 2020 148,423.4 159,347.7 307,771.1 100.00% 328.3 500.0 Gb.2. Kebutuhan Energi dengan Koreksi TWh 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 2010 2012 2014 2016 2018 Tahun 2020 Prakiraan Rendah RUPTL 2011-2020 Pertumbuhan Ekonomi. Telah diberikan argumen bahwa di antara empat kelompok pelanggan PLN, pelanggan RT adalah pelanggan yang paling tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak ekonomi baik dilihat dari jumlah pelanggan maupun konsumsi rata-rata tenaga listriknya. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pertumbuhan jumlah pelanggan maupun konsumsi energi Industri, Bisnis, maupun Publik. Jika faktor elastisitas adalah 1,5 dan pertumbuhan ekonomi diasumsikan 6%, maka pertumbuhan konsumsi Ind+Bis+Pub menjadi 9%. Prakiraan kebutuhan energi dengan pertumbuhan ini diberikan dalam Tabel-5 dan kurva Gb.3. 7/8 Prakiraan Tinggi Koreksi

Tabel-5. Prakiraan Kebutuhan Energi [TWh] pada Pert Ekonomi 6% Tahun RT Ind+Bis+Pub Total RE RUPTL 2011-2020 2012 74,666.1 106,461.9 181,128.1 73.48% 177.8 2013 82,533.9 117,421.2 199,955.1 77.39% 193.4 2014 90,882.9 129,470.5 220,353.3 81.23% 210.1 2015 99,737.8 142,712.3 242,450.1 85.00% 227.6 2016 109,124.7 157,296.7 266,421.4 88.68% 246.2 2017 119,071.0 173,334.7 292,405.6 92.29% 264.6 2018 129,605.1 190,953.4 320,558.5 95.84% 284.4 2019 140,757.2 210,290.7 351,047.8 99.33% 305.7 2020 148,423.4 231,494.5 379,917.9 100.00% 328.3 TWh Gb.3. Kebutuhan Energi pada Pertumbuhan Ekonomi 6% 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0 0.0 2010 2012 2014 2016 2018 Tahun 2020 Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL 2011-2020 Pada Pertumb Ekonomi 6% 8. Kesimpulan Suatu cara untuk melakukan prakiraan kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2020 telah diusulkan. Proses perhitungan diawali dengan mencari koridor pertumbuhan kebutuhan energi, diteruskan dengan koreksi-koreksi. RUPTL 2011-2011 berada dalam koridor yang dihitung. Dengan pertumbuhan pasokan energi rata-rata 5% per tahun pada kelompok pelanggan Industri+Bisnis+Publik, pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik masih lebih rendah dari pertumbuhan menurut RUPTL 2011-2020. Makin tinggi persentase ini kurva perhitungan makin mendekati kurva RUPTL. Walaupun tidak ditampilkan perhitungannya, dapat disebutkan disini bahwa kurva RUPTL akan tercapai pada pertumbuhan Industri+Bisnis+Publik sebesar 6,7%. Dengan demikian maka jika faktor elastisitas adalah 1.5, RUPTL dapat terlaksana pada pertumbuhan ekonomi 5%. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6% belum cukup untuk meraih kembali pertumbuhan tinggi yang pernah dicapai sebelum krisis ekonomi 1998. 9. Referensi: 1].Buku Statistik PLN 1999 2011. 2]. Proyeksi penduduk, BPS 2005, kolaborasi Bappenas, BPS, UNFPA. 3]. Sensus Penduduk 2010, BPS, 2011. 8/8