KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH & ETIKA PEMERINTAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
DISUSUN OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS 2010

PILKADA LANGSUNG SERENTAK: HARAPAN DAN TANTANGAN

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

KEDUDUKAN CAMAT SEBAGAI MANAJER KOTA KECAMATAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MENURUT UU NOMOR 25/2004 DAN UU NOMOR 32/2004. Prof. Dr. SADU WASISTIONO, MS

PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK PADA ERA DESENTRALISASI DI INDONESIA

PENYUSUNAN VISI PERANGKAT DAERAH (PRAKTEK & PEMBELAJARAN)

KONTRIBUSI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK DALAM MENANGANI PERMASALAHAN BANGSA

MANAJEMEN PENGORGANISASIAN PERANGKAT DAERAH. Prof. Dr. SADU WASISTIONO, MS

LEMBAGA KAJIAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH/ LKMPD (INSTITUTE for LOCAL GOVERNMENT MANAGEMENT STUDIES)

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS...

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu pimpinan dapat memberikan. melakukan kinerja didalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

TATA HUBUNGAN ANTARA DESA DENGAN SUPRADESA A. PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

Program Sasaran

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Teori Kepemimpinan Fiedler

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) senantiasa harus dikembangkan

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan di pimpin oleh manajer. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Soal Jawab untuk Semua Materi 1. Ada dua landasan teori dalam pendekatan akuntansi keprilakuan, yakni pendekatan Normatif ke Deskriptif dan

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. SIPD Kota Surakarta Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

RENCANA KERJA TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperhatikan

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS. Sadu Wasistiono adalah Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

Leadership Karakteristik, Kompetensi, Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinkes

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

Aidinil Zetra, SIP, MA. Jakarta, 22 Juli 2009

PEGAWAI ASN PEGAWAI ASN PNS PPPK Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; Menduduki jabatan pemerintahan. Diangkat dengan perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Reference by: JUDUL. : KEPEMIMPINAN dan PERILAKU ORGANISASI PENULIS : Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A Prof. Dr. Deddy Mulyadi, M.

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. organisasi melalui sumber daya manusia yang dimiliki. organisasi dengan individu yang di dalamnya memiliki kinerja yang baik.

PENGAWASAN KINERJA PEMERINTAHAN DAN LKPJ KDH OLEH DPRD

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 43/KEP/2001 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN STRUKTURAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

Instrumen PMPRB menilai progress pelaksanaan PENGUNGKIT dan HASIL berdasarkan bukti-bukti dengan menggunakan quality cycle

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

KOORDINASI PEMERINTAHAN DI DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA

Pengertian Manajemen Dan Peran Manajer 1. George R Terry mendefinisikan bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumn

sebagai Rujukan Penyusunan Pola Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan ASN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Jangka Panjang dan Menengah) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2016

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

PENGANTAR. Soreang, Januari 2015 KEPALA BAGIAN UMUM. DIAN WARDIANA, S.IP, M.Si, MP Pembina NIP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

REDEFINISI dan KODE KEHORMATAN KORPS PAMONG PRAJA BAHAN DISKUSI DIKLAT SESPIMDAGRI OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS JUNI 2010

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH & ETIKA PEMERINTAHAN BAHAN PENATARAN UNTUK PEJABAT PEMERINTAH DAERAH SE PROVINSI RIAU TANGGAL 23 Mei 2008 OLEH : PROF.DR. SADU WASISTIONO, MS

A. PENDAHULUAN Manusia adalah mahkluk sosial (homo socious) yang kemudian berkembang menjadi mahkluk organisasi (HOMO ORGANISMUS). Setiap kelompok akan selalu ada pemimpinnya. Organisasi ada yang berorientasi pada pemimpin (leader orientation), adapula yang berorientasi pada sistem (system orientation). Organisasi modern cenderung berorientasi pada sistem. Gejala kepemimpinan muncul dalam kelompok. Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan seseorang. Kepemimpinan berbicara mengenai pengaruh (lihat Maxwell, 1995).

Kepemimpinan pada dasarnya adalah kemampuan & pengaruh, yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain utk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yg dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela. Sekurang-kurangnya ada dua jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan yakni kepemimpinan organisasional dan kepemimpinan sosial.

Kepemimpinan organisasional - Timbul karena ybs menjadi pimpinan unit organisasi dengan pengikut sebagai bawahan yang patuh dgn berbagai ikatan norma-norma organisasi formal; - Dimensi administratif lebih dominan daripada dimensi sosial maupun politik; - Pimpinan organisasi formal, biasanya dapat menggunakan fasilitas manajerial seperti : kewenangan, dana, personil dan logistik dsb Kepemimpinan Sosial - Timbul karena kapasitas & kualitas pribadinya dalam menggerakkan bawahannya; - Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada dimensi administratif; Kepala Daerah termasuk pimpinan SKPD seharusnya mempunyai kedua bentuk kepemimpinan tsb.

Pertimbangan dalam memilih Pimpinan Pemerintahan : 1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas ad. 1. Kapabilitas Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak (track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini. Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba-tiba, tetapi melalui proses perjalanan yang panjang.

ad. 2. Akseptabilitas Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin. ad. 3. Kompatibilitas Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun tuntutan dari para pengikutnya. Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung pada tingkatan dari wilayah pengaruh dari pimpinan pemerintahan.

Urutan pentingnya Aspek Kepemimpinan dikaitkan dengan Tingkatan pada Posisi Pemerintahan NO Tingkatan Posisi Pemerintahan Urutan Derajat Urgensi Aspek Kepemimpinan 1. Presiden 1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas 2. Kepala Daerah Propinsi 3. Kepala Daerah K/K 1. Kompatibilitas 2. Kapabilitas 3. Akseptabilitas 1. Akseptabilitas 2. Kapabilitas 3. Kompatibilitas 4. Kepala Desa 1. Akseptabilitas 2. Kompatibilitas 3. Kapabilitas

VARIABEL KEPEMIMPINAN Ada empat variabel yang mempengaruhi kepemimpinan visioner dalam pemerintahan yakni : 1. Pemimpin 2. Pengikut 3. Situasi dan kondisi 4. Visi dan misi yang diembannya

Keterkaitan Antar Variabel Kepemimpinan PEMIMPIN Visi & misi organisasi Situasi & Kondisi Pengikut

Variabel Pemimpinan PEMIMPIN = Fungsi dari (BAKAT, KEMAMPUAN, KESEMPATAN). * Bakat dapat dilihat melalui psikotest * Kemampuan dapat dikembangkan melalui pendidikan dan atau pelatihan * Kesempatan diberikan dan diperoleh melalui perjuangan baik secara sosiologis maupun secara politis. Pada saat sekarang kesempatan secara politis terbuka lebar. Seseorang dapat melakukan mobilitas vertikal secara cepat. Contoh: Walikota Cilegon yang semula adalah Kepala Desa.

Delapan Perbedaan Pemimpin dengan Manajer : Manajer mengadiministrasikan, pemimpin melakukan inovasi-inovasi. Manajer tiruan, pemimpin adalah asli. Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan. Manajer memfokuskan pada sistem dan struktur, pemimpin memfokuskan pada orang. Manajer menitikberatkan pada pengendalian, pemimpin mendasarkan pada rasa percaya. Manajer memiliki pandangan jangka pendek, pemimpin memiliki pandangan jangka panjang Manajer menanyakan mengapa dan bagaimana, sedangkan pemimpin menanyakan apa dan mengapa. Manajer memiliki pandangan pada garis dasar, pemimpin memiliki pandangan pada horison. (Bennis & Townsend, 1995).

EMPAT HAL PENTING MENGENAI PEMIMPIN 1. Bahwa definisi satu-satunya tentang seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut. 2. Bahwa seorang pemimpin efektif bukanlah orang yang dicintai atau dikagumi, tetapi ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk melakukan halhal yang besar. 3. Bahwa pemimpin itu nyata. Mereka adalah orangorang yang nyata memberikan teladan. 4. Bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan, hak istimewa, gelar atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. ( Sumber : Peter F. Drucker, 1997).

ENAM LANGKAH BERTAHAP DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Kelompokkan masalahnya. 2. Tetapkan masalahnya. 3. Buat spesifikasi jawaban terhadap masalah. 4. Putuskan apakah yang benar, daripada yang dapat diterima, berkaitan dengan batas-batas kondisi. 5. Kaitkan keputusan dengan tindakan yang nyata. 6. Uji validitas dan keefektifan keputusan dihadapkan pada kejadian aktual. (Sumber : Peter F. Drucker, The Effective Decision, Harvard Business Review on Decision Making, 2001 : 2-3).

LINGKARAN SETAN PEMERASAN DALAM PILKADA PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH & WAKIL RAKYAT APBD SDM SDA SDB INVESTOR/ PENGUSAHA

C. DAMPAK HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH Banyak sekali faktor yang menentukan kemajuan suatu daerah, ada faktor internal yakni faktor yang berada di bawah kendali manajemen. Adapula faktor eksternal, yakni faktor yang berada diluar kendali manajemen. Berkaitan dengan Pilkada, ada tiga faktor penting yang berdampak langsung terhadap kemajuan daerah, yakni : a. Kapabilitas Kepala Daerah terpilih; b. Dukungan partai politik yang tercermin melalui anggotanya di DPRD; c. Profesionalitas birokrasi pemerintahan daerah.

PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH (Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas Kepemimpinan dengan Dukungan Politik dari Parpol Melalui DPRD) D U K U N G A N G P A R P O L TINGGI SEDANG RENDAH Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tergantung Dinamika DPRD, Apabila DPRDnya High Profile, daerah berpeluang untuk maju Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar Tingkat kemajuan daerah akan tinggi Tingkat kemajuan daerah tinggi apabila DPRD justru bersifat Low Profile Cenderung banyak konflik politik, membuat kemajuan daerah menjadi lambat RENDAH SEDANG TINGGI KAPABILITAS KEPEMIMPINAN

PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH (Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas Kepemimpinan dengan Profesionalitas Birokrasi) P TINGGI R O F B E I S R SEDANG I O O K N R A A L S RENDAH I I T A S Kemajuan Daerah tergantung pada ketulusan birokrasi, atau Justru terjadi biropatologi Untuk mencapai kemajuan, diperlukan banyak supervisi dari Pem tingkat atasnya dan bantuan pihak luar Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah moderat sampai tinggi apabila dilakukan banyak pendelegasian kew. Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah lambat, shg memerlukan Konsultansi pihak luar Tingkat kemajuan daerah akan tinggi Tingkat kemajuan daerah dari moderat ke arah tinggi apabila ada cetak biru yang jelas Cenderung menggunakan gaya otoriter untuk membuat daerah maju RENDAH SEDANG TINGGI KAPABILITAS KEPEMIMPINAN

Parpol mempunyai peran penting di dalam seleksi awal bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, Parpol harus ikut bertanggungjawab apabila bakal calon tersebut ternyata tidak membawa kemajuan berarti bagi daerah otonom bersangkutan. Mengingat bahwa desentralisasi pada empat dimensi (politik, administrasi, fiskal, dan ekonomi) bersifat komprehensif dan berkelanjutan, diperlukan langkahlangkah perubahan strategis lainnya untuk membangun daerah, antara lain membangun birokrasi yang profesional dan DPRD yang berwawasan kenegarawanan. Tidak kalah pentingnya adalah membangun masyarakat pembelajaran yang senantiasai mau belajar pada setiap langkah kegiatan untuk kemajuan masa mendatang.

VARIABEL PENGIKUT Sesuai dengan jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan, ada dua jenis pengikut yakni : pengikut dalam konteks organisasi administratif, dan pengikut dalam konteks organisasi sosial. Pengikut dalam konteks organisasi administratif terdiri para PNS, yang bekerja dengan imbalan penghasilan dari negara.

KARAKTERISTIK PENGIKUT Menurut Hersey & Blanchard (1990 : 183) tingkat kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yakni : M1 : Rendah, Tidak mampu dan tidak mau atau tidak yakin. M2 : Rendah ke sedang, tidak mampu tetapi mau atau yakin. M3 : Sedang ke tinggi, mampu tetapi tidak mau atau tidak yakin. M4 : Tinggi, mampu/kompeten dan mau/yakin.

Gaya Kepemimpian yang digunakan sesuai kematangan Pengikut : M1 G1 ( Gaya Memberitahukan). M2 G2 ( Gaya Menjajakan). M3 G3 ( Gaya Mengikutsertakan). M4 G4 ( Gaya Mendelegasikan).

EMPAT KARAKTERISTIK ORGANISASI PEMBELAJARAN 1. Membagikan informasi secara terbuka. 2. Tekankan pembelajaran dan investasikan masa depannya. 3. Jangan menghukum kesalahan atau kegagalan. 4. Harapkan orang untuk terus belajar. (Sumber : Jeffrey A. Krames; Jack Welch Lexicon of Leadership 2002).

VARIABEL SITUASI DAN KONDISI Dalam konteks organisasi, situasi dan kondisi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni SIKON internal dan SIKON eksternal. SIKON INTERNAL adalah situasi dan kondisi di dalam organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi dan berada di bawah kendali manajemen. SIKON EKSTERNAL adalah situasi dan kondisi di luar organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi tetapi berada di luar kendali manajemen.

Bagi pemimpinan pemerintahan, variabel situasi dan kondisi yang dominan meliputi : - ideologi - politik - ekonomi - sosial dan budaya - agama. - pertahanan (tertentu saja). - keamanan.

VARIABEL VISI DAN MISI ORGANISASI Menghadapi perubahan situasi dan kondisi internal maupun eskternal organisasi yang serba tidak menentu, diperlukan pemimpin organisasi yang mempunyai visi ke masa depan. Visi pimpinan organisasi tsb kemudian dikemas menjadi visi organisasi yang dipimpinnya, karena utk mencapainya diperlukan dukungan dari seluruh anggota organisasi maupun para pemegang saham.

Tingkatan Sifat Visi di Daerah Abstrak Visi Daerah Visi Pemerintah Daerah Visi Perangkat Daerah Kongkret & Terukur

Ciri Visi yang Baik : Spesifik (specific); Sederhana (simple); Terikat Waktu (time-bound); Mungkin untuk dicapai (achieveable); Terukur (measurable). ada KPI (Key Performance Indicators) untuk organisasi dan atau individu anggota organisasi.

Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyusun Visi Daerah Kontributor PDRB Terbesar 1) 2) 3) Mata Pencarian Penduduk Terbanyak 1) 2) 3) Keunggulan yang di- Rencanakan di masa Mendatang : 1) 2) Penetapan Bisnis Inti (Core Business) Susun Visi 10 kata

Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah Pemerintah Pusat Rakyat Potensi SDA, SDM, SDB Kewenangan Daerah Transfer Kewenangan Mandat Visi Daerah Jangka Panjang Visi Pemda Jangka Menengah Misi, Strategi & Program Organisasi Pemerintah Daerah Sumber : Sadu Wasistiono

Kompetensi Dasar Eselon I : - Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi; - Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi; - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kpd pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan. (Dasar : Kep. KA BKN No 46A/2003)

Kompetensi Dasar Eselon II : - Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi; - Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi; - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan. (Dasar : Kep. KA BKN No 46A/2003)

Kompetensi Dasar Eselon III : - Mampu menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam bahasa yang lebih operasional; - Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota organisasi; - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu menggerakkan, memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan. (Dasar : Kep. KA BKN No 46A/2003)

Kompetensi Dasar Eselon IV: - Mampu memahami dan menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam bahasa yang lebih operasional; - Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota organisasi; - Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan. (Dasar : Kep. KA BKN No 46A/2003)

E. ETIKA PEMERINTAHAN

D. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN ETIKA PEMERINTAHAN