BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus : Rute Keudah - Darusssalam) TESIS KARLIA DIRANGGA NIM :

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik)

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :

BAB VIII APLIKASI MODEL

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG WILAYAH PESISIR PANTAI MORODEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel IV.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kota Banda Aceh

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

BAB VI PENGUMPULAN DATA

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN TAMBANGAN KUBUNG KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS. Abstrak

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB III LANDASAN TEORI

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN SUNGAI BEMBAN-SUNGAI SELAMAT KECAMATAN KUBU RAYA KABUPATEN KUBU

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN BUS JURUSAN SEMARANG SUKOREJO. Disusun oleh : Semarang, November 2006 Disetujui :

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

EVALUASI EFISIENSI PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA PONTIANAK (ANGKUTAN OPLET RUTE NIPAH KUNING SEROJA)

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

ANALISIS SARANA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI DI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

2.1. Tinjauan Pustaka

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA DENPASAR

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MATARAM (STUDI KASUS : RUTE SWETA AMPENAN)

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

BAB II DASAR TEORI. Angkutan umum sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi perkotaan

Kata kunci : bus Trans Sarbagita, kinerja, BOK, permintaan, halte, TPB

BAB III LANDASAN TEORI

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

100 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: Estimasi Penumpang Rute Keudah-Darussalam, Analisis Performansi Angkutan Umum, Analisis Kebutuhan Jumlah Armada, Analisis Pemilihan Moda, serta Analisis Kebutuhan Armada Berdasarkan Preferensi Terhadap Moda yang Diinginkan Pengguna Jasa. 5.1 Estimasi Jumlah Penumpang Rute Keudah-Darussalam Jumlah penumpang per kendaraan per hari pada dasarnya menunjukkan jumlah rata-rata penumpang yang terangkut per kendaraan per hari di sepanjang rute yang dilayani, yaitu jumlah penumpang yang menggunakan moda Labi-Labi dan Bus Damri. Dengan mempergunakan data yang diperoleh dari survey dinamis dan statis, maka estimasi jumlah penumpang pada rute Keudah-Darussalam dapat dibedakan berdasarkan hari survey. 5.1.1 Jumlah Penumpang Labi-Labi Rute Keudah-Darussalam Berdasarkan data survey dinamis diketahui bahwa rata-rata jumlah penumpang Labi-Labi per rit berdasarkan hari survey adalah sebagai berikut : 1. Senin (5 November 2007), terdapat 32 penumpang per kendaraan/rit 2. Jumat (2 November 2007) hanya terdapat 29 penumpang per kendaraan/rit 3. Minggu (4 November 2007), terdapat 25 penumpang per kendaraan/rit Oleh karena itu rata-rata penumpang per rit/kendaraan Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 29 orang. Jika dalam satu hari pengemudi dapat melakukan rata-rata 6 ritasi, maka jumlah penumpang per kendaraan/hari, pada setiap periode adalah sebagai berikut: 1. Senin (5 November 2007), terdapat 192 penumpang per kendaraan/hari 2. Jumat (2 November 2007) hanya terdapat 174 penumpang per kendaraan/hari 3. Minggu (4 November 2007), terdapat 150 penumpang per kendaraan/hari 100

101 Periode Oleh karena itu rata-rata penumpang per hari/kendaraan Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 172 orang. Dengan demikian, maka estimasi jumlah penumpang pada rute Keudah- Darussalam dapat dibedakan berdasarkan hari survey yaitu : 1. Hari Senin (Hari kerja), jika dioperasikan 191 Labi-Labi, maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 36.672 penumpang per hari 2. Hari Jumat (setengah hari kerja), jika dioperasikan 150 Labi-Labi, maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 26.100 penumpang per hari. 3. Hari Minggu (Hari libur), jika dioperasikan 148 Labi-Labi maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 22.200 penumpang per hari Sehingga Estimasi Total Penumpang/hari rute Keudah-Darussalam adalah 28.362 penumpang per hari. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penumpang per kendaraan/hari dapat dilihat pada Tabel V.1 dibawah ini Tabel V.1 Rata Rata Jumlah Penumpang Per Rit Per Hari Labi-Labi Rute Keudah-Darussalam Armada Operasi Penumpang /Kendaraan/Rit Rit Per Hari Penumpang /Kendaraan/Hari Estimasi Total Penumpang/hari Labi-Labi Keudah-Darussalam Senin 191 32 192 36.672 Jumat 150 29 6 174 26.100 Minggu 148 25 150 22.200 Jumlah 489 86 516 84.972 Rata -Rata 163 29 174 28.362 Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis 2008 5.1.2 Jumlah Penumpang Bus Damri Rute Keudah-Darussalam Berdasarkan data survey dinamis diketahui bahwa rata-rata jumlah penumpang Bus Damri per rit berdasarkan adalah 80 penumpang per kendaraan/rit Jika dalam satu hari pengemudi dapat melakukan rata-rata 7 ritasi, maka jumlah penumpang per kendaraan/hari, pada setiap periode adalah 560 penumpang per kendaraan/hari. Dan dikarenakan jumlah armada aperasi pada rute ini sebanyak 5 armada, maka Estimasi Total Penumpang/hari Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah 2.800 penumpang per hari. Untuk lebih jelasnya,dapat dilihat pada Tabel V.2 dibawah ini 101

102 Tabel V.2 Rata Rata Jumlah Penumpang Bus Damri Rute Keudah-Darussalam Rincian Moda Bus Damri Jumlah Penumpang/Kendaraan/Rit (pnp/kend/rit) 80 Rit Per Hari 7 Penumpang/Kendaraan/Hari (pnp/kend/hr) 560 Armada Operasi 5 Estimasi Total Penumpang/hari Bus Damri Rute Keudah-Darussalam (pnp/hr) 2.800 Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis 2008 5.1.3 Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam yaitu sebesar 31.162 pnp/hari. Hasil ini diperoleh dengan menjumlahkan antara estimasi jumlah penumpang/hari moda Labi-Labi dan penumpang/hari moda Bus Damri. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel V.3 dibawah ini Tabel V.3 Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam Rincian Jumlah Penumpang/hari moda Labi-Labi (pnp/hr) 28.362 Penumpang/hari moda Bus Damri (pnp/hr) 2.800 Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam (pnp/hr) 31.162 Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis 2008 5.2 Analisis Performansi Angkutan Umum Labi-Labi Pada Jumlah Armada Eksisting Analisis performansi angkutan umum Labi-Labi bertujuan untuk mengukur apakah pada tingkat armada eksisting telah terpenuhi kriteria optimal yang dipersyaratkan baik dari sudut pandang operator maupun dari sudut pandang pengguna jasa. Dalam hal ini performansi dari sisi operator maupun pengguna jasa diukur berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria optimal dari perspektif operator adalah operator harus memperoleh margin keuntungan sebesar 10 % total BOK/Tahun. 2. Kriteria optimal dari perspektif pengguna jasa adalah terpenuhinya kondisi tingkat pelayanan sebagaimana yang dinginkan pengguna jasa, ditinjau dari aspek frekuensi, headway antar Labi-Labi, waktu tunggu penumpang rata-rata, serta tarif. 102

103 5.2.1 Analisis Performansi Labi-Labi Berdasarkan Operator Analisis performansi angkutan umum labi-labi berdasarkan operator, pada dasarnya menghitung jumlah alokasi armada yang membuat setiap operator mencapai titik keseimbangan usaha (Break Even Point) dengan kriteria seperti disebutkan diatas : a. Estimasi BOK/tahun + Margin Keuntungan 10% Berdasarkan hasil perhitungan pada bab 4 diketahui bahwa estimasi BOK/Km adalah Rp 2.245/Km. Dengan jarak tempuh per tahun sebesar 36.635,04 km/th. Maka BOK/tahun Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah Rp 82.231.074/tahun. Jika ditentukan margin keuntungan sebesar 10 % per tahun, maka besarnya keuntungan yang harus diperoleh setiap operator per tahun adalah 0,10 x Rp 82.231.074 = Rp 8.223.107,- Dengan demikian maka jumlah BOK plus margin keuntungan 10 % adalah Rp 82.231.074 + Rp 8.223.107 = Rp 90.454.181/tahun. b. Estimasi Pendapatan Per Operator Per Tahun Estimasi jumlah pendapatan operator Labi-Labi per tahun sebagai berikut: Hasil survey menunjukkan bahwa tarif formal rute Keudah-Darussalam adalah Rp 2.300/penumpang (jauh dekat, tarif flat). Hasil estimasi jumlah penumpang/kend/rit rute Keudah-Darussalam adalah 29 penumpang/kend/rit. Estimasi penumpang/kend/tahun = jumlah penumpang/kend/hari x Ratarata jumlah hari operasi per tahun = 174 penumpang/kend/hari x 312 hari = 54.288 pnp/tahun. Pendapatan Per Kend/Tahun adalah : PD/kend/tahun = 54.288 pnp/th x Rp 2.300 = Rp 124.862.400 Besarnya pendapatan per tahun dan BOK plus Margin 20% per tahun diatas, selanjutnya di cek apakah terdapat keseimbangan (BEP) dengan menggunakan rumus: BEP = Pendapatan/th - [BOK/th + (0,1 x BOK/th)] = 0 = Rp 124.862.400 - Rp 90.454.181 = Rp 34.408.219,- 103

104 Dari perhitungan diatas diketahui bahwa pengalokasian armada sebanyak 163 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Hal ini terlihat dari antara pendapatan/kend/th dengan (BOK/th/kend + margin 10%) yang menunjukkan angka positif yaitu Rp 34.408.219,- 5.2.2 Analisis Performansi Labi-Labi Berdasarkan Pengguna Jasa Analisis performansi angkutan umum Labi-Labi dari sudut pandang pengguna jasa, meliputi analisis tingkat pelayanan angkutan umum yang dapat dinikmati pengguna jasa sehubungan dialokasikannya jumlah armada untuk melayani rute Keudah-Darussalam. Tahapan dalam analisis ini meliputi beberapa langkah yaitu : 1. Mengetahui frekuensi angkutan umum per jam, pada jumlah armada operasi eksisting. 2. Menghitung headway waktu antar kendaraan angkutan umum Labi-Labi, pada jumlah armada operasi eksisting. 3. Menghitung waktu tunggu rata-rata penumpang, pada jumlah armada operasi eksisting. Berdasarkan hasil survey statis di Terminal Keudah, maka diketahui frekuensi Labi-Labi dalam 18 kali pengamatan adalah 36 kend/jam. Sedangkan headway antar Labi-Labi yaitu 1,68 menit, yang dapat ditentukan berdasarkan rumus pada persamaan (3.9), sebagai berikut : 1 60 menit h t 1,68 menit antar Labi Labi atau 0 : 01 : 41 F 36 kendaraan / jam Berdasarkan persamaan (3.10), waktu tunggu rata-rata angkutan umum adalah setengah dari waktu headway. Dengan demikian jika waktu headway adalah 1,68 menit. Maka waktu tunggu rata-rata Labi-Labi di Terminal Keudah adalah 0,84 menit. W t rata rata 1 2 x 1,68 menit 0,84 menit atau 0 : 00 : 51 Hasil perhitungan frekuensi menunjukkan bahwa dalam satu jam, jumlah Labi-Labi yang melintasi suatu titik amatan adalah 36 kendaraan. Jika dikaitkan dengan frekuensi menurut persepsi pengguna jasa yaitu 33 kendaraan/jam, maka terlihat bahwa frekuensi angkutan umum yang tercipta pada jumlah armada eksisting lebih baik daripada frekuensi yang diinginkan pengguna jasa. 104

105 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antar Labi-Labi yang lewat pada suatu titik untuk arah yang sama adalah rata-rata 1,68 menit. Jika dikaitkan dengan headway waktu menurut persepsi pengguna jasa, yaitu 5,7 menit, maka dapat dikatakan bahwa headway waktu yang tercipta pada jumlah armada eksisiting sudah berada dalam kondisi yang diinginkan pengguna jasa pada umumnya. Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu Labi- Labi pada jumlah armada eksisting adalah 0,84 menit atau sekitar 51 detik. Jika dikaitkan dengan waktu tunggu rata-rata yang dinginkan pengguna jasa yaitu 3,45 menit, maka dapat dikatakan bahwa waktu tunggu rata-rata yang tercipta pada jumlah armada eksisiting sudah memenuhi kondisi yang dikehendaki pengguna jasa pada umumnya. 5.3 Analisis Performansi Bus Damri Berdasarkan Operator Analisis performansi angkutan umum Bus Damri berdasarkan operator bertujuan untuk mengukur apakah pada tingkat armada eksisting telah terpenuhi kriteria optimal yang dipersyaratkan baik dari sudut pandang operator. Analisis performansi angkutan umum Bus Damri berdasarkan operator, pada dasarnya menghitung jumlah alokasi armada yang membuat setiap operator mencapai tiitk keseimbangan usaha (Break Even Point) dengan kriteria operator harus memperoleh margin keuntungan sebesar 10 % total BOK/tahun. a. Estimasi BOK/tahun + Margin Keuntungan 10% Berdasarkan hasil perhitungan pada bab 4 diketahui bahwa estimasi BOK/Km Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah Rp 3.120/Km. Dengan jarak tempuh per tahun sebesar 41.278,69 km/th. Maka BOK/tahun Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah Rp 128.789.046/tahun Jika ditentukan margin keuntungan sebesar 10 % per tahun, maka besarnya keuntungan yang harus diperoleh setiap operator per tahun adalah 0,10 x Rp 128.789.046 = Rp 12.878.905 Dengan demikian maka jumlah BOK plus margin keuntungan 10 % adalah Rp 128.789.046 + Rp 12.878.905 = Rp 141.667.950/tahun. 105

106 c. Estimasi Pendapatan Per Operator Per Tahun Estimasi jumlah pendapatan operator Bus Damri per tahun sebagai berikut: Hasil survey menunjukkan bahwa tarif formal rute Keudah-Darussalam adalah Rp 1.000/penumpang (jauh dekat, tarif flat). Hasil estimasi jumlah penumpang/kend/rit rute Keudah-Darussalam adalah 80 penumpang/kend/rit. Estimasi penumpang/kend/tahun = jumlah penumpang/kend/hari x Ratarata hari operasi per tahun = 560 penumpang/kend/rit x 312 hari = 174.720 pnp/tahun. Pendapatan Per Kend/Tahun adalah : PD/kend/tahun = 174.720 pnp/th x Rp 1.000 = Rp 174.720.000 Besarnya pendapatan per tahun dan BOK plus Margin 10 % per tahun diatas, selanjutnya di cek apakah terdapat keseimbangan (BEP) dengan menggunakan rumus: BEP = Pendapatan/th - [BOK/th + (0,1 x BOK/th)] = 0 = Rp 174.720.000-141.667.950 = Rp 33.052.050 Dari perhitungan diatas diketahui bahwa pengalokasian armada sebanyak 5 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Hal ini terlihat dari antara pendapatan/kend/th dengan (BOK/th/kend + margin 10%) yang menunjuukkan angka positif yaitu Rp 33.052.050-5.4 Tarif Menurut Persepsi Pengguna Jasa Tarif menurut persepsi pengguna jasa adalah tarif yang diperoleh berdasarkan hasil survey persepsi pengguna jasa. Besaran tarif persepsi ini mencerminkan tingkat tarif yang diinginkan oleh pengguna jasa ketika mempergunakan angkutan umum di Kota Banda Aceh. Hasil survey persepsi pengguna jasa mengenai tarif angkutan umum seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.20 memperlihatkan bahwa : Tarif Labi- Labi yang diinginkan Rp 1.500/orang, dan Tarif Bus Damri yang diinginkan Rp 800/orang. Sedangkan tarif eksisting Labi-Labi Rp 2.300 per penumpang dan Bus Damri Rp 1.000 per penumpang. 106

107 Perbedaan tarif ini disebabkan tarif yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh berupa tarif seragam (Flat Fare). Dengan rata-rata jarak tempuh penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka penumpang diharuskan membayar biaya perjalanan sama dengan jarak 1 trip. Berdasarkan perhitungan tarif menggunakan standar Dinas Perhubungan (Lampiran L), tarif Labi-Labi yang harus diterapkan untuk mencapai Break Even Point (BEP) adalah Rp 4.200/penumpang (LF 70 %). Jika kita bandingkan dengan tarif formal maka tarif yang diberlakukan saat ini tidak akan dapat mengembalikan titik impas operator. Oleh karena itu, jika tarif yang diberlakukan tetap Rp 2.300/penumpang maka operator hanya akan mencapai titik impas pada Load Factor (BEP) 131 %. Secara operasional, penentuan tarif flat di Kota Banda Aceh akan menguntungkan operator. Karena dengan jarak perjalanan penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka sering terjadi naik turun penumpang. Hal ini membuat Load Factor Labi-Labi mencapai 181 % dan pendapatan operator akan meningkat hingga mencapai titik impas pengusaha. Sedangkan dengan LF 70 %, tarif Bus Damri yang harus diterapkan untuk mencapai Break Even Point (BEP) adalah Rp 1.500/penumpang (Lampiran M). Jika kita bandingkan dengan tarif formal maka tarif yang diberlakukan saat ini tidak akan dapat mengembalikan titik impas operator. Oleh karena itu, jika tarif yang diberlakukan tetap Rp 1.000/penumpang maka operator hanya akan mencapai titik impas pada Load Factor (BEP) 107,84%. Secara operasional, penentuan tarif flat di Kota Banda Aceh akan menguntungkan operator. Karena dengan jarak perjalanan penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka sering terjadi naik turun penumpang. Hal ini membuat Load Factor Bus Damri mencapai 133 % dan pendapatan operator akan meningkat hingga mencapai titik impas pengusaha. 107

108 5.5 Kesimpulan Kondisi Performansi Angkutan Umum Pada Armada Eksisting Dengan memperhatikan kondisi performansi yang tercipta pada armada eksisting diketahui pengalokasian armada Labi-Labi sebanyak 163 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Pengoperasian Bus Damri sebanyak 5 armada juga sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator Jika dilihat dari kepentingan pengguna jasa, maka pengalokasian 163 armada Labi-Labi dan 5 Bus Damri, berdasarkan frekuensi, headway, dan waktu tunggu sudah memenuhi kriteria yang dikehendaki. Namun besaran tarif formal yang berlaku yaitu Rp 2.300 dan Rp 1.000 belum sesuai dengan tarif persepsi pengguna jasa. Dengan rata-rata jarak tempuh penumpang yang pendek (< 5 km) maka penerapan tarif seragam (Flat Fare), akan menguntungkan operator angkutan, untuk mencapai titik impas (Break Event Point). Oleh karena itu, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa performansi yang tercipta pada tingkat armada eksisting (163 armada Labi-labi dan 5 armada Bus Damri) belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa. 5.5 Analisis Kebutuhan Jumlah Armada Labi-Labi Optimal Pengalokasian 163 armada belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa, maka armada eksisting bukan merupakan armada optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah armada optimal. Analisis penentuan jumlah armada optimal tersebut dilakukan seperti pada perhitungan armada eksisting dengan prosedur seperti dijelaskan dibawah ini : Metode Perhitungan Proses perhitungan kebutuhan jumlah armada dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.25 dan 2.26) Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan, dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. 108

109 Metode Pendekatan Proses pendekatan menggunakan tiga cara berdasarkan tarif yang digunakan, sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Eksisting (Kondisi Eksisting) Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif formal sebesar Rp 2.300/penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Pengguna Jasa Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif persepsi pengguna jasa sebesar Rp 1.500 per penumpang (Flat Fare). a. Mempergunakan Tarif Penumpang-Km Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif penumpang-km yaitu sebesar Rp 4.200/Pnp-Km Hasil Analisis a. Armada Optimal berdasarkan Tarif Formal (Flat Fare) Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif formal adalah 225 kendaraan.. b. Armada Optimal berdasarkan Tarif Rata-Rata Persepsi Pengguna Jasa (Flat Fare). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif persepsi pengguna jasa adalah 147 kendaraan. c. Armada Optimal berdasarkan Tarif Penumpang-Km Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif penumpang-km adalah 411 kendaraan. 109

110 Tabel V.4 Armada Optimal Berdasarkan Tarif No Armada Optimal Tarif Formal Tarif Persepsi Tarif Per Km Parameter (Rp 2.300/penumpang) (Rp 1.500/penumpang) (Rp 4.200/Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp 82.231.074 Rp 82.231.074 Rp 82.231.074 2 BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp 90.454.181 Rp 90.454.181 Rp 90.454.181 3 Pendapatan Per Tahun Rp 124.862.400 Rp 81.432.000 Rp 228.009.600 4 Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp 34.408.219 Rp -9.022.181 Rp 137.555.419 5 Load Factor Statis (Rute) Eksisting 180 % 180 % 180 % 6 LF (BEP) = BOK x LF Eksisting Pendapa tan 131 % 201 % 72 % 7 Armada Eksisting 163 163 163 8 Armada Optimal = Sumber : Hasil Analisis, 2008 LF Eksisting x Armada Operasi Eksisting 225 147 411 LF( BEP) 5.6 Analisis Kebutuhan Jumlah Armada Bus Damri Optimal Pengalokasian 5 armada Bus Damri belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa, maka armada eksisting bukan merupakan armada optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah armada optimal. Analisis penentuan jumlah armada optimal tersebut dilakukan seperti pada perhitungan armada eksisting dengan prosedur seperti dijelaskan dibawah ini : 110

111 Metode Perhitungan Proses perhitungan kebutuhan jumlah armada dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.25 dan 2.26) Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan, dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Metode Pendekatan Proses pendekatan menggunakan tiga cara berdasarkan tarif yang digunakan, sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Eksisting (Kondisi Eksisting) Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif formal sebesar Rp 1.000 penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Pengguna Jasa Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif persepsi pengguna jasa sebesar Rp 800 per penumpang (Flat Fare). c. Mempergunakan Tarif Per Km Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif penumpang-km yaitu sebesar Rp 1.500/Pnp-Km. Hasil Analisis a. Armada Optimal berdasarkan Tarif Formal (Flat Fare) Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif formal adalah 6 kendaraan.. b. Armada Optimal berdasarkan Tarif Rata-Rata Persepsi Pengguna Jasa (Flat Fare). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif persepsi pengguna jasa adalah 5 kendaraan. c. Armada Optimal berdasarkan Tarif Penumpang-Km Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif penumpang-km adalah 9 kendaraan 111

112 Tabel V.5 Armada Optimal Bus Damri No Armada Optimal Tarif Formal Tarif Persepsi Tarif Per Km Parameter (Rp 1.000/penumpang) (Rp 800/penumpang) (Rp 1.500 /Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp 128.789.046 Rp 128.789.046 Rp 128.789.046 2 BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp 141.667.950 Rp 141.667.950 Rp 141.667.950 3 Pendapatan Per Tahun Rp 174.720.000 Rp 139.776.000 Rp 262.080.000 4 Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp 33.052.050 Rp -1.891.950 Rp 120.412.050 5 Load Factor Eksisting 133 % 133 % 133 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Pendapa tan Eksisting 108 % 135 % 72 % 7 Armada Eksisting 5 5 5 8 LF Eksisting Armada Optimal = x Armada Operasi Eksisting 6 5 9 LF( BEP) Sumber : Hasil Analisis, 2008 5.7 Analisis Pemilihan Moda Analisis pemilihan moda dilakukan terhadap nilai-nilai parameter (koefisien regresi) baik secara parsial maupun secara keseluruhan, mengacu pada hasil Output Regresi Logistik seperti pada Lampiran W. Untuk mengestimasi probabilitas pemilihan moda dalam penelitian ini digunakan Regresi Logistik, sedangkan dalam pemilihan variabel yang masuk ke dalam model digunakan metode Forward Stepwise Likehood Ratio yang merupakan suatu cara pemilihan variabel secara berurutan, dimulai dari konstanta, kemudian variabel-variabel lain yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam model. Selanjutnya diuji apakah gabungan variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan moda. 112

113 5.7.1 Variabel yang Masuk ke dalam Model Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS for Windows Release 11.5 dengan menggunakan analisis Regresi Logistik metode Forward Stepwise Likehood Ratio, sampai dengan tahap terkahir diperoleh 4 variabel yang masuk ke dalam model (variabel in equation) persamaan utilitas moda, yaitu : a. WP (Waktu tempuh perjalanan ), dengan nilai besaran koefisiennya β WP = 3,152 b. WT (Waktu tunggu di Terminal), dengan nilai besaran koefisiennya β WT = 3,143 c. X6 (Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum), dengan nilai besaran koefisiennya β X6 = -14,399 d. X8 (Kemudahan mendapatkan angkutan umum). dengan nilai besaran koefisiennya β X8 = -18,307 e. Nilai Konstanta = -32,921 Pada tabel klasifikasi pemilihan moda (Tabel V.12) menunjukkan bahwa dari 38 responden yang memilih moda Bus Damri, diprediksi oleh model, hanya 1 orang responden memilih moda labi-labi dan 37 orang responden yang memilih moda bus damri, sehingga tingkat kebenaran sebesar 97,4 %. Selanjutnya dari 22 responden yng memilih moda Labi-Labi, diprediksi oleh model, sebanyak 21 orang responden memilih moda Labi-Labi dan 1 orang responden memilih Bus damri, sehingga tingkat kebenaran sebesar 95,5 %. Persentase kebenaran model semakin mendekati 100 % akan semakin baik. Secara keseluruhan persentase kebenaran model dalam memprediksi pemilihan moda adalah sebesar 96,7 %. Hal ini berarti, tingkat kebenaran model dibandingkan dengan keadaan nyata hanya sebesar 96,7 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel V.6 dibawah ini 113

114 Tabel V.6 Classification Table (a) Predicted Observed Moda Labi-Labi Bus Damri Percentage Correct Step 1 Moda Labi-Labi 21 1 95.5 Bus Damri 5 33 86.8 Overall Percentage 90.0 Step 2 Moda Labi-Labi 21 1 95.5 Bus Damri 4 34 89.5 Overall Percentage 91.7 Step 3 Moda Labi-Labi 21 1 95.5 Bus Damri 1 37 97.4 Overall Percentage 96.7 Step 4 Moda Labi-Labi 19 3 86.4 Bus Damri 1 37 97.4 Overall Percentage 93.3 Step 5 Moda Labi-Labi 21 1 95.5 Bus Damri 1 37 97.4 Overall Percentage 96.7 Step 6 Moda Labi-Labi 21 1 95.5 Bus Damri 1 37 97.4 Overall Percentage 96.7 a The cut value is.500 Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, 2008 5.7.2 Probabilitas Pemilihan Moda Labi-Labi Sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui probabilitas terpilihnya suatu moda. Berikut ini disajikan rangkuman variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pemilihan moda serta besaran koefisien masing-masing variabel. Hasil akhir keluaran program pengolah data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran V. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan model fungsi utilitas pemilihan moda Labi-Labi sebagai berikut : U( Labi-Labi ) = -32,921 + 3,152 WP + 3,143 WT - 14,399 X 6-18,307 X 8 dimana : U ( Labi-Labi ) = Fungsi Utilitas moda Labi-Labi WP = Waktu tempuh perjalanan WT = Waktu tunggu di Terminal X 6 X 8 = Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum = Kemudahan mendapatkan angkutan umum Berdasarkan fungsi utilitas tersebut di atas dapat diperoleh persamaan probabilitas pemilihan moda Labi-Labi sebagai berikut : 114

115 1 Prob ( Labi-Labi ) = Z 1 e dimana : z = U ( Labi-Labi ). Dengan demikian persamaan model probabilitas pemilihan moda Labi- Labi dapat ditulis sebagai berikut : Prob ( Labi-Labi ) = ( 32,921 3,152 WP 3,143 WT 14,399 X 6 18,307 X 8) 1 e Dari persamaan probabilitas tersebut dapat dihitung besarnya probabilitas agregat probabilitas pemilihan moda Labi-Labi 36,69 % dan pemilihan moda Bus Damri sebesar 63,31 %. Probabilitas masing-masing responden dapat diperoleh dengan memasukkan nilai setiap variabel yang ada, seperti yang dapat dilihat pada Lampiran X. Secara grafis hubungan nilai probabilitas pemilihan dengan nilai utilitas pemilihan moda Labi-Labi dapat dilihat pada Gambar V.1 dibawah ini Moda Moda Probabilitas Pemilihan Moda -1,2557 0,00-1,5966-61,3836-55,0706-43,7155-43,7335-39,0167-38,9186-38,2027-37,4295-35,3806-34,9616-33,8945-31,8809-30,3296-29,0946-29,0496-27,1866-26,4447-24,0166-23,6192-22,7636-21,6110-21,4044-21,3666-20,4816-19,2196-18,5823-18,2506-18,2056-15,3835-14,1306-14,1956-11,9484-5,5535-2,4371 0,10462 0,05518-70 -70-60 -60-50,00000-400,00000-30 0,00000 0,00000-30 -20 0,00000-20 -10 0,00000-10 0,00000 0,00740 10 10 20 20 30 30 40-70 -60-50 -40-30 -20-10 0 10 20 30 40 40 Utilitas Utilitas Moda Moda Utilitas Moda Labi-Labi Gambar V.1 Probabilitas Pemilihan Moda Labi-Labi 1 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,50 2,7994 2,7994 4,6093 4,5890 5,1554 7,8504 9,1034 1,5644 2,7994 4,6093 4,5890 5,1554 4,6093 4,5890 5,1554 7,8504 7,8504 9,1034 10,1795 9,1034 10,9934 11,9109 14,1544 1,5644 18,2149 18,1969 18,5594 20,4494 23,5924 27,0090 32,5433 31,2373 1,1912 1,1912 0,99744 1,5644 1,00000 1,00000 1,00000 0,94114 1,1912 0,88321 0,4080 0,4080 0,4080 0,65837-0,3436 0,36556 5.7.3 Interpretasi Parameter Utilitas Model yang didapat secara garis besar dapat diterjemahkan dengan memperhatikan tanda e nilai koefisien serta nilai konstanta model tersebut. Nilai konstanta menggambarkan perbedaan utilitas moda jika variabel pelayanan transportasi dianggap nol, dan juga dapat dianggap sebagai penilaian pengguna jasa terhadap karakteristik yang belum terukur dari suatu moda. 115

116 Nilai konstanta pada model juga menunjukkan pengaruh dari karakteristik pilihan ataupun individu yang tidak diperhitungkan dalam fungsi selisih nilai utilitasnya. Dengan demikian semakin kecil nilai konstanta maka model tersebut semakin baik. Dari persamaan model utilitas moda Labi-Labi terlihat bahwa nilai estimasi konstanta bertanda negatif sebesar -32,921. Hal ini menunjukkan adanya hipotesis bahwa preferensi pengguna jasa cenderung memilih moda Bus Damri, jika semua parameter berharga nol, atau apabila pengguna jasa tidak mempertimbangkan variabel utilitas dalam pemilihan moda Selanjutnya koefisien-koefisien yang masuk ke dalam model ada yang bertanda positif dan negatif. Nilai kofisien menggambarkan pengaruh kontribusi yang dihasilkan pada setiap atributnya. Tanda positif diartikan apabila nilai utilitas ini mengalami perbaikan atau peningkatan maka akan meningkatkan utilitas moda tersebut, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada meningkatnya probabilitas responden atau pengguna jasa memilih moda tersebut atau sebaliknya. Sedangkan nilai koefisien bertanda negatif, berarti bahwa dengan semakin bertambahnya nilai variabel yang bersangkutan justru akan mengurangi probabilitas responden memilih moda yang bersangkutan. Apabila nilai variabel tersbut menurun akan menyebabkan pertambahan nilai probabilitas memilih moda tersebut. Dari persamaan model utilitas diatas terlihat bahwa koefisien pembentuk model yang bertanda positif adalah β WP (3,152) dan β WT (3,143). Nilai ini dapat diartikan dengan semakin meningkatnya nilai variabel tersebut, maka responden akan cenderung memilih moda tersebut. Dengan demikian jika waktu perjalanan dipercepat maka responden akan cenderung memilih moda Labi-Labi. Begitu juga apabila nilai variabel tersebut menurun akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan pengguna jasa memilih moda tersebut. Sedangkan koefisien model yang bertanda negatif, pada persamaanm utilitas diatas adalah βx 6 (-14,399), βx 8 (-18,307). Hal ini berarti, variabelvariabel tersebut bersifat disutility bagi moda Labi-Labi atau variabel ini tidak disenangi oleh pengguna jasa. Jika nilai variabel ini meningkat, responden akan cenderung memilih moda lain. Dengan demikian semakin tinggi gengsi responden terhadap angkutan umum, maka responden akan cenderung memilih moda lain. 116

117 Nilai koefisien tersebut juga menunjukkan besarnya perubahan nilai fungsi utilitas yang diakibatkan oleh pertambahan nilai variabel yang bersangkutan sebesar satu-satuan dengan asumsi variabel lain tetap atau tidak berubah. Dengan nilai koefisien variabel regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa urutan variabel yang menentukan pengguna jasa Angkutan umum rute Keudah- Darussalam adalah sebagai berikut : 1. WP (Waktu tempuh perjalanan ), 2. WT (Waktu tunggu di Terminal), 3. X6 (Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum), 4. X8 (Kemudahan mendapatkan angkutan umum). 5.8 Analisis Kebutuhan Armada Optimal Berdasarkan Preferensi Terhadap Moda yang Diinginkan Pengguna Jasa Setelah memperoleh preferensi terhadap moda yang oleh pengguna jasa, maka dilakukan perhitungan kebutuhan armada rute Keudah-Darussalam. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan yaitu : 1. Mengetahui probabilitas terhadap moda Labi-Labi dan moda Damri 2. Mengetahui demand terhadap angkutan umum rute Keudah Darussalam, dengan menjumlahkan penumpang terangkut Labi-Labi dan Bus Damri. 3. Mengetahui estimasi jumlah pengguna motor pada rute Keudah-Darussalam. 4. Menghitung jumlah pengguna Bus Damri, dengan cara mengalikan probabilitas moda Bus Damri dengan demand rute Keudah Darussalam. 5. Menghitung jumlah pengguna labi-labi, dengan cara mengurangi demand rute Keudah Darussalam dengan pengguna motor. Setelah itu dikurangi lagi dengan jumlah pengguna Bus Damri. 6. Menghitung kebutuhan armada rute Keudah Darusalam berdasarkan preferensi terhadap moda yang diinginkan. Berdasarkan estimasi jumlah penumpang yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diketahui jumlah demand terhadap angkutan umum rute Keudah Darussalam yaitu sebanyak 31.162 penumpang/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.7 117

118 Tabel V.7 Estimasi Preferensi Penumpang Moda Damri dan Labi-Labi Estimasi Preferensi Penumpang Moda Damri Keterangan Estimasi Pengguna Motor Jumlah Total Penumpang Rute Probabilitas (0,39 % x Demand) (pnp/hari) / Demand (pnp/hari) (%) (63,31 % x Demand) 1 2 3 4 5 = 3 x 0,39 6 = 3 x 4 7 = 3-5 - 6 Moda Lab-Labi 28.362 36,69 31.162 pnp/hari 12.153 pnp/hari Moda Bus Damri 2.800 63,31 Total 31.162 100 Sumber : Hasil Analisis 2008 11.433 pnp/hari 327 pnp/kend/rit Estimasi Preferensi Penumpang Moda Labi-Labi 7.575 pnp/hari 8 pnp/kend/rit Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa estimasi jumlah penumpang Bus Damri adalah 327 pnp/kend/rit dan Labi-Labi 8 pnp/kemd/rit (dengan jumlah armada eksisting). Dengan kondisi tersebut Load Factor Eksisting Bus Damri adalah 544 % dan Load Factor Eksisting Labi-Labi 48,41%. Dengan kondisi tersebut untuk mencapai titik impas (Break Event Point), maka diperlukan penambahan jumlah armada Bus Damri dan pengurangan jumlah armada Labi-Labi. Penentuan armada angkutan umum optimal Rute Keudah-Darussalam berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Formal Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif formal Labi-Labi Rp 2.300/penumpang (Flat Fare) dan tarif formal Bus Damri Rp 1.000/penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif persepsi Labi-Labi yaitu sebesar Rp 1.500 per penumpang, dan tarif persepsi Bus Damri Rp 800 per penumpang c. Mempergunakan Tarif Penumpang-Km Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif penumpang-km Labi-Labi yaitu sebesar Rp 4.200/penumpang-km, dan tarif Bus Damri Rp 1.500/penumpang-km 118

119 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan mempergunakan 3 pendekatan diperoleh jumlah Labi-Labi optimal sebagai berikut : 1. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 60 armada (tarif formal Rp 2.300/penumpang) 2. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 39 armada (tarif persepsi Rp1.500/ penumpang). 3. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 110 armada (tarif Rp 4.200/Pnp-Km). Sedangkan jumlah Bus Damri optimal dengan mempergunakan 3 pendekatan sebagai berikut : 1. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 25 armada (tarif formal Rp 1.000/penumpang) 2. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 20 armada (tarif persepsi Rp 800/ penumpang). 3. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 38 armada (tarif Rp 1.500/Pnp-Km). Untuk lebih jelasnya mengenai rincian hasil analisis armada angkutan umum optimal, rute Keudah-Darussalam dapat dilihat pada Tabel V.8 dan Tabel V.9 dibawah ini Tabel V.8 Armada Optimal Labi-Labi Berdasarkan Preferensi Moda Armada Optimal Tarif Formal (Rp 2.300/penumpang) No Tarif Persepsi Parameter (Rp 1.500/penumpang) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp 82.231.074 Rp 82.231.074 Rp 82.231.074 2 BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp 90.454.181 Rp 90.454.181 Rp 90.454.181 3 Pendapatan Per Tahun Rp 33.350.712 Rp 21.750.464 Rp 60.901.300 4 Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp -57.103.470 Rp -68.703.717 Rp -29.552.882 5 Load Factor Eksisting 48 % 48 % 48 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Pendapa tan Eksisting Tarif Per Km (Rp 4.200,/Penumpang-Km) 131 % 201 % 72 % 7 Armada Eksisting 163 163 163 8 LF Eksisting Armada Optimal = x Armada Operasi Eksisting 60 39 110 LF( BEP) Sumber : Hasil Analisis, 2008 119

120 No Parameter Tabel V.9 Armada Optimal Bus Damri Berdasarkan Preferensi Moda Armada Optimal Tarif Formal (Rp 1.000/penumpang) Tarif Persepsi (Rp 800/penumpang) Tarif Per Km (Rp 1.500/Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp 128.789.046 Rp 128.789.046 Rp 82.231.074 2 BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp 141.667.950 Rp 141.667.950 Rp 90.454.181 3 Pendapatan Per Tahun Rp 713.440.279 Rp 570.752.223 Rp 1.070.160.418 4 Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp 571.772.328 Rp 429.084.273 Rp 928.492.468 5 Load Factor Eksisting 544 % 544 % 544 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Eksisting Pendapa tan 108 % 135 % 72 % 7 Armada Eksisting 5 5 5 8 Armada Optimal = Sumber : Hasil Analisis, 2008 LF Eksisting x Armada Operasi Eksisting LF( BEP) 25 20 38 120