I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. moral akan mempengaruhi masa depan bangsa. 1. lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan hanya

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

I. PENDAHULUAN. Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. guru dalam melaksanakan tugasnya, namun guru bukanlah satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

Jurnal Belajar dalam Pembelajaran Biologi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan pendidikan, pemerintah merintis KTSP (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan ilmu yang memegang peranan penting dalam

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Kegiatan pembelajaran dalam kelas sangatlah menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, pemahaman yang benar mengenai arti pembelajaran diperlukan oleh pengajar maupun pendidik yang benar-benar mengerti keadaan dalam kelas. Langkahlangkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan, sebagai berikut : 1. mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi, 2. membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat, 3. memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya, 4. membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguat, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi (Sardiman, 2008: 9-10). Perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh, sedangkan penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Misalnya pada penguat positif bentuknya berupa perilaku, seperti memberi penghargaan, tepuk tangan, senyum, mengacungkan jempol, menganggukkan kepala untuk menyetujui sesuatu, selain

2 itu berupa pemberian hadiah seperti permen, kado kecil, atau makanan dapat dikategorikan sebagai penguat positif. Sedangkan penguat negatif bentuknya antara lain : tidak memberikan penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku yang tidak senang, sehingga proses dalam belajar akan terasa tidak nyaman. Pembelajaran sejarah merupakan salah satu yang perlu diperhatikan lagi mengenai tingkat keberhasilan pencapaian dari suatu proses belajar. Pada hakikatnya pembelajaran sejarah merupakan suatu peristiwa yang mengandung berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun agama. Sejarah merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan sosial. Pelajaran sejarah di SMA adalah mata pelajaran yang mengkaji permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Menurut Depdiknas (2003) : Pengajaran sejarah di sekolah berfungsi untuk menyadarkan peserta didik akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia. Terkait dengan pendidikan sejarah di sekolah dasar sampai sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian. Menurut Siswo (2010) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

3 1. membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa sekarang, 2. melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, 3. menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia pada masa lampau, 4. menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, 5. menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Selain itu, tujuan instruksional pembelajaran Sekolah Menengah Atas menurut Kuncoro (2008) adalah Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat, dan perilaku. Berdasarkan observasi pendahuluan di SMA Negeri 1 Seputih Mataram, peneliti menemukan bahwa tujuan pembelajaran sejarah masih belum tercapai secara maksimal. Guru dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilaksanakan, mulai dari berbagai media pembelajaran di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan untuk dikerjakan oleh siswa, baik dalam maupun di luar kelas. Namun, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, diskusi kelas, maupun aktivitas mereka masih terlihat rendah. Sebagian dari siswa bahkan ada yang menunjukkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti melamun, kurang memperhatikan saat pembelajaran dimulai, bermain-main sendiri, berbicara dengan teman ketika dijelaskan, canggung berbicara dengan teman waktu diskusi, bahkan ada siswa yang ketika diberi pertanyaan belum bisa

4 menjawab, meskipun ada yang menjawab hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani menjawab dan mendominasi dalam setiap kegiatan. Salah satu faktor penyebab kurangnya aktivitas belajar sejarah dalam mengikuti proses belajar adalah faktor dalam diri siswa itu sendiri. Siswa memiliki rasa takut yang berlebihan karena menganggap sejarah adalah pelajaran yang paling membosankan, bahkan sebagian dari mereka menganggap sejarah termasuk pelajaran yang paling sulit. Siswa juga merasa malu untuk bertanya kepada guru atau temannya jika tidak mengerti dengan materi tertentu karena takut dianggap bodoh oleh siswa yang lain atau gurunya. Jika dalam mengembangkan kemampuan mereka seperti kemampuan untuk menyampaikan ide atau gagasan, kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan-kemampuan lainnya masih terlihat pasif. Hal ini dapat mengakibatkan siswa kurang mengerti dengan materi yang diterangkan, sehingga keinginan siswa untuk mengerjakan hal lain seperti mengerjakan latihan dan pekerjaan rumah menjadi kurang. Siswa juga kurang mempunyai keinginan untuk bekerjasama dalam mengerjakan soal yang diberikan, hal ini terlihat dari kurangnya keinginan siswa untuk berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan. Hanya siswa tertentu saja yang antusias mau mengerjakan tugas yang diberikan sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu pekerjaan temannya, bahkan ada pula yang tidak mengerjakan sama sekali. Masalah ini, jika dibiarkan berlanjut akan berakibat pada hasil belajar yang diperoleh siswa maupun sikap mental siswa yang cenderung kurang mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar dalam proses pembelajaran. Melihat data aktivitas siswa yang demikian, tentunya mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran yang

5 harus segera dicarikan pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut, kemudian dilakukan refleksi dan konsultasi dengan guru untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah. Berikut ini beberapa faktor yang kemungkinan dianggap sebagai penyebabnya, antara lain: 1. Faktor rendahnya minat dan motivasi belajar 2. Faktor penyampaian materi dari guru. 3. Faktor pengelolaan kelas. 4. Faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama diantara siswa. Berbagai faktor penyebab yang disebutkan di atas, guru lebih cenderung pada faktor ke-4, yaitu kesulitan adaptasi dan kerjasama diantara siswa. Hal ini pula sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMAN 1 Seputih Mataram. Dugaan tersebut sangat beralasan karena bagi siswa kelas X, suasana sekolah di lingkungan SMA adalah suasana baru yang jelas berbeda dalam segala sesuatunya dengan suasana lingkungan sekolah mereka sebelumnya, baik itu menyangkut tempat, teman sekolah, mata pelajaran, guru dan lain sebagainya yang semua itu masih memerlukan waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan baik. Kesulitan siswa dalam beradaptasi, terutama dengan materi pelajaran di SMA dan teman-teman sekelas, sangat mungkin menjadi penyebab rendahnya aktivitas belajar mereka dalam pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu, guru perlu membuat inovasi yang mampu mengakrabkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung selama proses pembelajaran sejarah dan hasil wawancara dengan guru sejarah serta sebagian siswa dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahannya adalah pada faktor proses belajar, yaitu rendahnya

6 pemberdayaan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa sebagian besar hanya mendengar, menulis (mencatat) penjelasan guru dan latihan soal yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pokok masalah yang ditemukan, faktor utama yang harus segera dicarikan solusinya adalah, bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru dan menjawab soal, tetapi juga mampu mengajukan pertanyaan menyampaikan pendapat atau gagasan, menyimpulkan dan mengomunikasikan pesan pelajaran baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelas. Paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pemikiran, yaitu : 1) pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa, 2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, 3) guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, 4) pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Anita Lie, 2004:3). Sebagai salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan yang timbul, maka perlu diadakan suatu penerapan model pembelajaran yang baik. Penerapan model pembelajaran yang diperkirakan mampu mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam sejarah diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan sikap positif dalam sejarah. Siswa secara individu diharapkan mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah sejarah, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas maupun membosankan yang banyak dialami siswa.

7 Banyak cara yang dapat dilakukan dalam penerapan pembelajaran kooperatif seperti dengan cara berdiskusi. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran time token. Model pembelajaran time token diperkirakan dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar sejarah. Peneliti memilih model pembelajaran time token atau disebut juga tanda waktu ini tentunya tidak hanya dilatarbelakangi dengan kurangnya aktivitas siswa dalam kelas. Namun, peneliti memilih model pembelajaran ini dikarenakan adanya faktor pendukung penggunaan model tersebut, yaitu waktu. Kedisiplinan waktu dalam peraturan sekolah yang mengharuskan siswa maupun staff guru untuk hadir tepat waktu guna efisiensi terlaksananya proses pembelajaran dalam kelas, peneliti manfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran time token. Hal ini pun didukung dengan kehadiran guru pengampu mata pelajaran sejarah yang selalu datang tepat waktu ketika akan memasuki kelas belajar, tidak menutup kemungkinan peneliti untuk dapat menggunakan model pembelajaran time token dengan modal yang sudah didukung sebelumnya, yaitu waktu. Peneliti manfaatkan guna kelancaran penerapan model time token. Harapan guru maupun siswa dapat memanfaatkan waktunya secara tepat karena didukung dengan adanya peraturan sekolah. Berikut pelaksanaan model pembelajaran time token, yaitu untuk masing-masing siswa diberikan kupon dalam jumlah tertentu. Ketika siswa menjawab dan mengeluarkan pendapat, maka siswa menyerahkan salah satu kuponnya ditengah kelompok. Jika kuponnya telah habis, maka siswa tidak boleh memulai berbicara sampai semua rekannya juga menghabiskan kupon mereka. Selain itu, siswa juga

8 mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa berbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat diantara anggota kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang model pembelajaran model time token dalam proses pembelajaran sejarah dengan suatu usulan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Time Token terhadap Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2013-2014 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dilakukan adalah : Apakah pengaruh penggunaan model pembelajaran time token dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran time token terhadap peningkatan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2013-2014. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis. antara lain:

9 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran time token. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti, memberikan pengalaman serta wawasan sebagai calon pendidik untuk menggali kemampuan siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar sejarah, b. Bagi siswa, yaitu siswa dapat menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengembangkan kemandirian, melatih berbicara serta mengeluarkan pendapat, c. Bagi guru, merupakan salah satu referensi model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi serta menambah wawasan dan keterampilan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah penggunaan model time token terhadap aktivitas belajar sejarah. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Seputih Mataram, Lampung Tengah.

10 3. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Seputih Mataram, Lampung Tengah. 4. Waktu Penelitian Waktu dalam penelitian ini adalah semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014 5. Konsentrasi Ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini, yaitu ruang lingkup ilmu pendidikan sejarah.

11 REFERENSI Sardiman, A. M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Halaman 9-10 Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Siswo Dwi Martanto.2010.Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah, http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaransejarah.html#ixzz2v6uzr6j. (Sabtu, 4 Mei 2013, Pukul 08.32 WIB). Halaman 1 Kuncoro.2008.Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah. http://www.pustakasekolah.com/karakteristik-mata-pelajaransejarah.html#ixzz2v6uzr6j. (Sabtu, 4 Mei 2013. Pukul 08.35 WIB). Halaman 1 Anita Lie. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grafindo. Halaman 3