ANALISIS PROYEKSI PENUMPANG BANDARA PERINTIS SERAI LAMPUNG BARAT - PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. prasarana perhubungan, baik perhubungan darat, laut, maupun udara. Dari ketiga

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

LAMPIRAN A KUISIONER

BAB I PENDAHULUAN. LU dan antara 133,5-133,5 BT dengan luas wilayah 6,269 km 2 yang terbagi. dalam dua kelurahan 117 Desa dan 7 Kecamatan.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

ABSTRAK. Kata kunci : runway, taxiway dan apron I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 3 Juli 2017

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. IV, 2 MEI 2016

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. IV, 1 MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. IV, 1 APRIL 2016

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/12/18/Th. IV, 1 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/10/18/Th. IV, 3 Oktober 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. V, 3 April 2017

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/02/18/Th. IV, 1 FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI OKTOBER 2014 PROVINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

Anggri Apriyawan NIM : D NIRM :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional, pengembangan jalur kereta api Yogyakarta Borobudur sudah direncanakan.

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. diantara 96 buah pulau tersebut, telah diberi nama pada tahun. - sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu,

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan angkutan pemadu moda mencangkup : Kebumen dan Purworejo kemudian NYIA. dan Magelang kemudian NYIA.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober Artikel: Wikipedia Thre Free

ANALISIS KAPASITAS APRON: PERMSALAHAN DAN USULAN KONSEP DESAIN TERMINAL BARU PADA BANDAR UDARA INTERNATIONAL SULTAN HASANUDDIN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

STUDI POTENSI JUMLAH PENUMPANG BUS PEMADU MODA RUTE MALANG BANDAR UDARA JUANDA PP ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

1.1 Latar Belakang Masalah

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transkripsi:

ANALISIS PROYEKSI PENUMPANG BANDARA PERINTIS SERAI LAMPUNG BARAT - PROVINSI LAMPUNG Aleksander Purba 1 Abstrak Bandara perintis Serai Lampung Barat yang mulai dibangun dua tahun lalu di pesisir pantai barat Sumatera, memang terutama ditujukan untuk mitigasi bencana mengingat kawasan ini memang sangat rawan bencana gempa tektonik. Kini, landasan pacu dan fasilitas utama yang lain terus dikerjakan dengan harapan bandara bisa diuji coba dalam waktu dekat. Analisis sederhana menyimpulkan potensi penumpang Bandara Serai hanya sebesar 1.565 orang setahun atau 2 orang per hari. Jika bukan untuk kepentingan yang khusus, angka ini tentu sangat jauh dari sisi kelayakan, kendati sektor lain terutama pariwisata dan perikanan memang sangat potensial untuk dikembangkan. Analisis ini sekaligus dapat menjadi semacam warning bagi pemerintah daerah, agar tidak gegabah memutuskan untuk membangun bandar udara baru, sebelum melihat secara rasional berapa besar potensi penumpang yang mungkin berpindah moda ke angkutan udara. Kata kunci : bandara perintis, potensi penumpang, kelayakan. 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 1. PENDAHULUAN Sistem transportasi di suatu wilayah selalu dibangun dengan maksud membentuk kesatuan jalur hubungan transportasi antar daerah di wilayah tersebut serta hubungannya dengan wilayah lain. Oleh sebab itu, pembangunan dan pengembangan sistem transportasi wilayah harus direncanakan dan dibangun secara bertahap, berkelanjutan, komprehensif, dan terintegrasi dengan baik. Kabupaten Lampung Barat yang secara geografis terletak antara koordinat 44716 55642 Lintang Selatan dan 13358 143351 Bujur Timur merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk sebesar 394.84 jiwa dengan struktur perekonomiannya yang masih didominasi oleh sektor pertanian. Namun, potensi kelautan yang dimiliki wilayah ini sebenarnya cukup besar, baik untuk sektor perikanan maupun sektor pariwisata, mengingat garis pantai sepanjang 21 km yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia yang menyebabkan wilayah Lampung Barat sangat potensial bagi penangkapan ikan. Wilayah Lampung Barat memiliki bentuk wilayah yang bervariasi, mulai dari daerah datar, daerah pegunungan, dan daerah pesisir pantai menjadikan wilayah ini sering mengalami musibah bencana alam seperti gempa bumi, gejala tsunami dan lain-lain. Mengingat letak Kabupaten Lampung Barat yang jauh dari Ibu kota, maka ketersediaan transportasi yang cepat, aman, dan nyaman sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, serta untuk mengantisipasi penyaluran bantuan dan evakuasi korban secara cepat. Oleh karena itu, keberadaan sistem transportasi udara melalui pembangunan sebuah bandar udara perintis di Kabupaten Lampung Barat dipandang menjadi alternatif solusi terbaik. Guna memenuhi kebutuhan fasilitas bandar udara serta untuk menunjang keperluan pelayanan jasa kebandarudaraan, diperlukan suatu Analisa Proyeksi Penumpang Terhadap Permintaan Jasa Angkutan Udara. 2. METODOLOGI PENELITIAN Agar perencanaan suatu konstruksi pembangunan suatu bandar udara perintis dapat memberikan hasil yang maksimal, maka perlu dibuat suatu metode kerja yang teratur. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data proyeksi penumpang dan proyeksi pergerakan pesawat di Bandar Udara Serai, serta data karakteristik pesawat rencana terbesar yang akan beroperasi. Jenis-jenis data dimaksud, antara lain : 1. Keadaan topografi daerah Bandar Udara Serai. 2. Data proyeksi penumpang. a. Data Penumpang Pengguna Moda Transportasi Bus b. Data Statistik Kelembagaan Pembangunan 3. Data Penerbangan : a. Rute Penerbangan b. Data Karakteristik Pesawat Rencana Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 13

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei potensi pengguna jasa angkutan udara dilakukan dengan membagikan lembar tanya-jawab atau kuisioner kepada para responden. Pemilihan responden survei dilakukan secara acak terhadap masyarakat pelaku perjalanan dari dan menuju wilayah Kabupaten Lampung Barat. Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden - Responden Pria : 14 responden (52%) - Responden Wanita : 96 responden (48%) 15 1 95 9 pria wanita Series1 14 96 Gambar 1. Diagram Komposisi Jenis Kelamin Responden Jenis Pekerjaan Responden - PNS / ABRI : 6 responden ( 3%) - Pegawai Swasta : 18 responden ( 9%) - Pelajar / Mahasiswa : 48 responden (24%) - Pensiunan : 6 responden ( 3%) - Ibu Rumah Tangga : 36 responden (18%) - Pengusaha / Wiraswasta : 86 responden (43%) 1 5 PNS / ABRI Pegaw ai sw asta Pelajar / Mahasisw a Pensiunan Ibu Rumah Tangga Pengusaha / Wirasw asta Series1 6 18 48 6 36 86 Gambar 2. Diagram Komposisi Jenis Pekerjaan Responden Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 14

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 Karakteristik Bangkitan Perjalanan Tujuan Perjalanan - Bandar Lampung : 65 responden (32.5%) - Jakarta : 48 responden (24.%) - Palembang : 24 responden (12.%) - Yogyakarta : 8 responden ( 4.%) - Lain-lain : 6 responden ( 3.%) 8 6 4 2 Bandar Lampung Jakarta Palembang Yogyakarta Lain-lain Series1 65 48 24 8 6 Gambar 3. Diagram Tujuan Perjalanan Responden Keperluan Perjalanan - Pekerjaan / Bisnis : 52 responden (26%) - Rekreasi : 46 responden (23%) - Urusan Dinas : 18 responden ( 9%) - Keluarga / Sosial : 72 responden (36%) - Lain-lain : 12 responden ( 6%) 8 6 4 2 Pekerjaan / Bisnis Rekreasi Urusan Dinas Keluarga / Sosial Lain-lain Series1 52 46 18 72 12 Gambar 4. Diagram Keperluan Perjalanan Responden Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 15

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 Frekuensi Perjalanan - 1 kali atau kurang/bulan : 162 responden (81%) - 2-3 kali/bulan : 26 responden (13%) - 4 kali/bulan : 12 responden ( 6%) 2 15 1 5 1 atau kurang/bln 2-3 Kali 4 Kali Series1 162 26 12 Gambar 5. Diagram Frekuensi Perjalanan Responden Jenis Angkutan yang Digunakan - Bus Ekonomi : 2 responden (1%) - Kendaraan Pribadi : 48 responden (24%) - Travel : 36 responden (18%) - Bus AC : 96 responden (48%) 15 1 5 Bus Ekonomi Kendaraan Pribadi Travel Bus AC Series1 2 48 36 96 Gambar 6. Diagram Jenis Angkutan yang Digunakan Responden Biaya Perjalanan - 1 Ribu : 52 responden (26%) - 1 25 Ribu : 86 responden (43%) - 25 5 Ribu : 32 responden (16%) - 5 Ribu 1 Juta : 3 responden (15%) Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 16

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 1 5 1 Ribu 1-25 Ribu 25-5 Ribu 5 Ribu - 1 Juta Series1 69 86 32 13 Gambar 7. Diagram Biaya Perjalanan Responden Persepsi dan Altenatif Pilihan Moda Angkutan Udara Pengenalan terhadap Moda Angkutan Udara - Belum Pernah : 162 responden (81%) - Sudah Pernah : 38 responden (19%) 2 15 1 5 Belum Pernah Sudah Pernah Series1 162 38 Gambar 8. Diagram Pengenalan terhadap Moda Angkutan Udara Persepsi terhadap Ketersediaan Bandar Udara Serai - Setuju : 192 responden (96%) - Tidak Setuju : 8 responden ( 4%) 25 2 15 1 5 Setuju Tidak Setuju Series1 192 8 Gambar 9. Diagram Persepsi Terhadap Bandar Udara Serai Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 17

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 Rute Penerbangan yang Dianggap Perlu - Bandar Lampung : 94 responden (47%) - Jakarta : 72 responden (36%) - Palembang : 12 responden ( 6%) - Yogyakarta : 14 responden ( 7%) - Lain-lain : 8 responden ( 4%) 1 8 6 4 2 Bandar Lampung Jakarta Palembang Yogyakarta Lain-lain Series1 94 72 12 14 8 Gambar 1. Diagram Rute Penerbangan yang Diangap Perlu Frekuensi Penerbangan yang Dianggap Perlu - 1 kali/minggu : 43 responden (21.5%) - 2 kali/minggu : 59 responden (29.5%) - Setiap hari : 98 responden ( 49%) 15 1 5 1 x Seminggu 2 x Seminggu Setiap Hari Series1 43 59 98 Gambar 11. Diagram Frekuensi Penerbangan yang Diangap Perlu Keinginan Berpindah ke Moda Angkutan Udara - Ya : 171 responden (85.5%) - Tidak : 21 responden (1.5%) - Tidak tahu : 8 responden (4%) Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 18

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 2 15 1 5 Ya Tidak Tidak Tahu Series1 171 21 8 Gambar 12. Diagram Keinginan Berpindah ke Moda Angkutan Udara Proyeksi Permintaan Jasa Angkutan Udara Proyeksi permintaan jasa angkutan udara diperoleh dari gabungan antara data primer hasil survei potensi pengguna jasa angkutan udara dan data sekunder jumlah penumpang pengguna bus yang melayani transportasi darat dari dan menuju Kabupaten Lampung Barat. Proyeksi Produksi Perjalanan Pelaku perjalanan menggunakan moda angkutan bus 177 + 2 + 96 = 293 pelaku perjalanan/hari 1.239 + 14 + 672 = 2.51 pelaku perjalanan/minggu Pelaku perjalanan menggunakan moda angkutan travel 36 pelaku perjalanan/hari = 252 pelaku perjalanan/mingggu Pelaku perjalanan menggunaan kendaraan pribadi 48 x 2 orang/kendaraan = 96 pelaku perjalanan/hari 336 x 2 orang/kendaraan = 672 pelaku perjalanan/minggu Pelaku perjalanan yang datang di Bandar Udara Radin Inten II 17.71 pelaku perjalanan/bulan = 4.425 pelaku perjalanan/minggu.1% merupakan wisatawan asing = 5 pelaku perjalanan/minggu Pejabat Pemerintahan Daerah dan DPRD = 68 orang Diasumsikan 3% beralih menggunakan angkutan udara = 21 pelaku perjalanan/minggu Produksi perjalanan = 2.51 + 252 + 672 + 5 + 21 = 3.1 pelaku perjalanan/minggu Total produksi perjalanan = 156.481 pelaku perjalanan per tahun Proyeksi Distribusi Perjalanan Responden Hasil survei menunjukkan bahwa pola distribusi perjalanan ke luar daerah yang dilakukan oleh responden memiliki distribusi tujuan perjalanan sebagai berikut: - Bandar Lampung : 65 responden (32.5%) - Jakarta : 48 responden (24.%) - Palembang : 24 responden (12.%) - Yogyakarta : 8 responden ( 4.%) - Lain-lain : 6 responden ( 3.%) Prosentase tujuan perjalanan responden ke kota yang memiliki jarak jauh dan waktu tempuh yang cukup lama, seperti Jakarta, Yogakarta adalah 28%. Jika Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 19

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 diasumsikan 5% dari responden beralih ke moda angkutan udara, maka terdapat probabilitas responden pengguna moda angkutan udara sebesar 14%. Prosentase tujuan perjalanan responden ke Bandar Lampung, Palembang, dan lainlain sebesar 47,5%. Jika diasumsikan 2% dari responden beralih ke moda angkutan udara, maka terdapat tambahan probabilitas responden pengguna moda angkutan udara sebesar 9,5%. Total probabilitas pengguna moda angkutan udara adalah (14% + 9,5%) = 23,5% Proyeksi Pengguna Angkutan Udara Dari data survei diketahui bahwa pola frekuensi perjalanan ke luar daerah yang sering dilakukan oleh responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: - 1 kali atau kurang/bulan : 162 responden (81%) - 2 3 kali/bulan : 26 responden (13%) - 4 kali/bulan : 12 responden ( 6%) Pengguna jasa angkutan udara = 23,5% x 2 responden = 47 responden. Responden pengguna jasa angkutan udara dalam sebulan = 47 x ((1 x 81%) + ( 2 x 13%) + ( 4 x 6%)) = 61,57 orang/bulan = 2,52 orang/hari 2 orang/hari. Proyeksi Bangkitan Perjalanan Angkutan Udara Probabilitas pengguna angkutan udara Jumlah responden Probabilitas produksi angkutan udara selama 1 tahun Proyeksi produksi total selama 1 tahun bangkitan perjalanan 2 2 Probabilitas produksi angkutan udara selama 1 tahun 156.481 Probabilitas produksi angkutan udara per tahun = 1.564,81 penumpang Jadi, besaran potensi angkutan udara diperkirakan sebesar 1.565 penumpang selama 1 tahun. Untuk memberikan gambaran perkembangan besaran produksi angkutan udara di masa mendatang (periode 27 227), maka dilakukan proyeksi perkembangan permintaan jasa angkutan udara dengan skenario pertumbuhan sebagai berikut: Periode Tingkat Pertumbuhan (%/tahun) Pesimis Moderat Optimis 27-29 13 15,39 17 21 214 7 9,38 11 215 219 8 1 12 22 227 8 9,8 12 Tabel 1. Angka Pertumbuhan Penumpang Udara Sumber: Angka pertumbuhan penumpang udara yang ditetapkan dalam Cetak Biru Transportasi Udara 25. Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 2

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 Tingkat pertumbuhan pesimis diasumsikan terjadi pada keadaan stabilitas nasional sedikit terganggu, dengan pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi penurunan tingkat pertumbuhan penumpang udara. Tingkat pertumbuhan moderat diasumsikan terjadi pada keadaan stabilitas nasional yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi yang berjalan seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk. Tingkat pertumbuhan optimis diasumsikan terjadi pada keadaan stabilitas nasional yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, serta pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi pula, sehingga mempengaruhi kenaikan tingkat pertumbuhan penumpang udara. Dengan menggunakan angka pertumbuhan pada berbagai skenario tersebut, maka dapat disajikan proyeksi produksi penumpang angkutan udara untuk periode 27 227 sebagai berikut: Tahun Proyeksi Pertumbuhan Penumpang Pesimis Moderat Optimis 27 1.565 1.565 1.565 28 1.768 1.86 1.831 29 1.998 2.84 2.142 21 2.138 2.279 2.378 211 2.288 2.493 2.64 212 2.448 2.727 2.93 213 2.619 2.983 3.252 214 2.83 3.262 3.61 215 3.27 3.589 4.43 216 3.269 3.948 4.528 217 3.531 4.342 5.72 218 3.813 4.777 5.68 219 4.118 5.254 6.362 22 4.448 5.769 7.125 221 4.83 6.334 7.98 222 5.188 6.955 8.938 223 5.63 7.637 1.11 224 6.51 8.385 11.212 225 6.535 9.27 12.557 226 7.58 1.19 14.64 227 7.623 11.1 15.752 Tabel 2. Proyeksi Pertumbuhan Penumpang Angkutan Udara Hasil proyeksi perkembangan permintaan penumpang tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 13, sebagai berikut : Lalulintas Penerbangan Untuk perhitungan pergerakan pesawat digunakan pendekat moderat sebagai acuan karena pendekat moderat diasumsikan berada pada kondisi perekonomian yang stabil. Untuk perencanaan fasilitas bandar udara seperti apron, terminal dan utilitas diperlukan proyeksi volume lalulintas pesawat. Dengan meningkatnya volume lalulintas akan terjadi Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 21

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 pemuncakan pada jam-jam sibuk. Volume jam puncak dapat dihitung dengan langkah sebagai berikut : 18 16 14 12 1 8 6 4 2 27 29 211 213 215 217 219 221 223 225 227 Pertum buhan Penum pang Pesimis Moderat Optimis Tahun Rencana Gambar 13. Proyeksi Penumpang Angkutan Udara 1. Volume Penumpang Mingguan. Volume penumpang mingguan dapat dihitung dengan persamaan : Volume penumpang mingguan = Jumlah penumpang tahunan 52 2. Pergerakan Pesawat Mingguan (Md) Pergerakan pesawat harian dapat ditentukan berdasarkan volume penumpang mingguan, jumlah tempat duduk dan tipe pesawat yang akan digunakan. Jumlah pesawat mingguan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Jumlah pergerakan pesawat mingguan (Md) = Jumlah penumpang mingguan Penumpang pesawat 3. Koefisien Jam Puncak (C p ). Koefisien jam puncak dapat dihitung dengan persamaan : 1,38 Cp Md Dengan : Cp = faktor jam puncak Md = pergerakan pesawat mingguan 4. Volume Penumpang pada Jam Puncak Volume penumpang jam puncak dapat dihitung dengan persamaan : Vol. Penumpang Jam Puncak = Jumlah Penumpang mingguan x Cp 5. Pergerakan Pesawat pada Jam Puncak Pergerakan pesawat pada jam puncak dapat ditentukan berdasarkan volume penumpang pada jam puncak, jumlah tempat duduk dan tipe pesawat yang Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 22

Jurnal Rekayasa Vo. 13 No. 1, April 29 akan digunakan. Jumlah pesawat pada jam puncak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Jumlah pergerakan pesawat jam puncak = Jumlah penumpang jam puncak Penumpang pesawat 4. SIMPULAN Diperkirakan besaran potensi angkutan udara Bandara Serai adalah sebesar 1.565 penumpang selama 1 tahun, 47 orang per bulan atau 2 pengguna jasa angkutan udara perhari. Dilihat dari perkiraan besaran potensi penumpang, pembangunan Bandar Udara Serai di Kabupaten Lampung Barat secara finansial belum layak, sehingga proyek Serai perlu didukung oleh sektor terkait seperti pariwisata, penyiapan fasilitas pendukung pariwisata (hotel dan restoran), perikanan serta peningkatan layanan publik kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Angkutan Udara. Anonim. 1999. ICAO Annex 14, Third Edition July 1999. Aerodrome Design And Operations Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 21 Tentang Kebandarudaraan Anonim. 25. Cetak Biru Transporatasi Udara 25-224 (Konsep Akhir). Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Departemen Perhubungan. Anonim. 27. Laporan Akhir Rencana Induk Bandar Udara Pekon Serai Kabupaten Lampung Barat. Dinas Perhubungan Propinsi Lampung. Anonim. 28. Airplane Performance. Airport Planning Manual. Basuki, Heru. 1985. Merancang dan Merencana Lapangan Terbang. Alumni. Bandung. Purba, A. 23. Lapangan Terbang. Uiversitas Lampung. Bandar Lampung. Purnama, M. D. 27. Evaluasi Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara Di Bandar Udara Radin Inten II. Bandar Lampung. Sandhyavitri, A. 25. Teknik Lapangan Terbang 1 (Teori Dasar). Universitas Riau. http:/en.wikipedia.org/w/index.php?title=cassa_212. http:/en.wikipedia.org/w/index.php?title=foker_5 Aleksander Purba Analisis Proyeksi Penumpang 23

Tabel 3. Proyeksi Penumpang dan Pergerakan Pesawat pada Jam Puncak Tahun Jumlah Penumpang Tahunan Jumlah Penumpang Pergerakan Pesawat Mingguan Mingguan M 25 M 5 Total Koefisien Jam Puncak (Cp) Volume Penumpang Pergerakan Pesawat pada Jam Puncak Pada Jam Puncak M 25 M 5 Total PHASE I Tahap 1 27 1565 3 1 1 1,26 38 2 2 28 186 35 1 1 1,183 41 2 2 29 284 4 2 2 1,543 62 3 3 21 2279 44 2 2 1,471 64 3 3 211 2493 48 2 2 1,48 68 3 3 212 2727 52 2 2 1,353 71 3 3 PHASE I Tahap 2 213 2.983 57 2 2 1,292 74 3 3 214 3.262 63 3 3 1,56 94 4 4 215 3.589 69 3 3 1,439 99 4 4 216 3.948 76 3 3 1,371 14 2 1 2 217 4.342 84 3 3 1,34 19 2 1 3 218 4.777 92 4 4 1,439 132 2 1 3 PHASE II (ULTIMIT) 219 5.254 11 2 1 3 1,373 139 3 1 4 22 5.769 111 2 1 3 1,31 145 4 1 5 221 6.334 122 3 1 4 1,397 17 4 1 5 222 6.955 134 3 1 4 1,333 178 4 1 5 223 7.637 147 4 1 5 1,394 25 4 2 6 224 8.385 161 4 1 5 1,332 215 4 2 6 225 9.27 177 4 1 5 1,27 225 5 2 7 226 1.19 194 4 2 6 1,41 272 5 2 7 227 11.1 213 4 2 6 1,337 285 5 2 7 24