BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BPS KABUPATEN BATU BARA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

S, 2015 KEMENARIKAN KAWASAN PERCANDIAN MUARAJAMBI SEBAGAI DESTINASI WISATA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Peran CSR dalam Pembangunan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas pembangunannya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang sangat penting untuk dikembangkan. Meskipun bukan penerimaan retribusi yang utama, namun sektor pariwisata berperan dalam menyumbang perkembangan perekonomian. Kepariwisataan mempunyai potensi yang cukup besar dalam mempererat serta meningkatkan kualitas hubungan antar manusia dan antar bangsa sehingga terjalin saling pengertian, sikap saling menghargai, dan nasionalisme. Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) dalam kliping berita pariwisata dan ekonomi kreatif diunduh tanggal 8 Agustus 2015, menteri pariwisata dan ekonomi kreatif Mari Elka Pangestu mengklaim sumbangan sektor pariwisata untuk devisa negara mencapai US$ 10 miliar. Sektor pariwisata berada di posisi ke-4 setelah minyak dan gas, batu bara, dan kelapa sawit. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan sumbangan cukup besar dalam perekonomian nasional. Kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, penyerapan lapangan kerja, hingga pemasukan devisa. 1

2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto nasional merupakan dukungan kementrian pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi kontribusi Produk Domestik Bruto sektor pariwisata, semakin penting posisi sektor kepariwisataan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Industri pariwisata akan membawa perekonomian suatu daerah (negara) menjadi lebih maju dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto suatu daerah (negara). Produk Domestik Bruto sering digunakan sebagai gambaran keadaan dari perekonomian suatu negara. Dari data kementrian pariwisata 2014 tentang realisasi kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto nasional menjelaskan bahwa pada tahun 2011 kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto nasional sebesar Rp 296,96 triliun atau 4,00 persen dari total Produk Domestik Bruto nasional Rp 7.427,09 triliun. Pada tahun 2012 persentase kontribusi pariwisata turun menjadi 3,96 persen dibandingkan total Produk Domestik Bruto nasional, meskipun jumlah kontribusi pariwisata naik menjadi 326,24 triliun. Pada tahun 2013 kontribusi pariwisata meningkat menjadi Rp 365,02 triliun atau 4,02 persen dari total Produk Domestik Bruto nasional Rp 9.083,97 triliun. Pada tahun 2014 kontribusi menurun jika dibandingkan tahun 2013 yaitu 4,01 persen, walaupun Produk Domestik Bruto pariwisata tetap naik menjadi 391,48 triliun. Menurut Tambunan (1999) dalam Pleanggra (2013), bahwa industri pariwisata yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah industri

3 pariwisata milik masyarakat daerah (Community Tourism Development atau CTD). Dengan mengembangkan CTD pemerintah daerah dapat memperoleh penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral yang meliputi hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan wisata, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi. Sedangkan pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki sistem pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari daerah atau negara asal, ke daerah tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai komponen seperti biro perjalanan, pemandu wisata, akomodasi, restoran, artshop, transportasi dan yang lainnya. Pariwisata juga menawarkan jenis produk dan wisata yang beragam mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam wisata minat khusus. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah. Kepariwisataan merupakan komponen penerimaan daerah dengan memperhatikan juga faktorfaktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional (Qadarrochman, 2010). Wiyadi (2005) dalam Pleanggra (2013) menjelaskan para pakar ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting pada abad ke-21. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan

4 daerah, kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional, dan pendapatan perkapita. Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang terletak pada jalur perlintasan antara Jawa Barat dengan Jawa Timur. Banyak wisatawan yang hanya melewati Jawa Tengah, tidak menyempatkan singgah ke tempat wisata yang ada di Jawa Tengah. Karena Jawa Tengah hanya sebagai daerah perlintasan. Apabila para wisatawan dapat singgah merelakan waktunya di Jawa Tengah meski dalam waktu sehari, sudah memiliki efek positif untuk pengembangan bisnis wisata. Dengan demikian, industri pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang sangat penting untuk dikembangkan. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata alam dan budaya yang beraneka ragam. Daya tarik wisata alam seperti Gardu Pandang Ketep Merapi yang berada di Magelang. Kepulauan Karimunjawa dalam wilayah kabupaten Jepara memiliki pemandangan yang sangat indah sehingga banyak wisatawan yang berminat untuk berkunjung ke Pulau Karimunjawa. Selain itu, ada Goa Jatijajar Kebumen, Waduk Gajahmungkur, dan lain-lain. Daya tarik budaya yang banyak dikenal di Jawa Tengah adalah peninggalan situs-situs purbakala seperti Candi Prambanan yang merupakan candi peninggalan agama Hindu, terletak di perbatasan wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan sebuah candi peninggalan agama Budha yang

5 dianggap sebagai candi Budha terbesar di dunia sehingga mengundang wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Candi Borobudur. Berikut adalah jumlah obyek wisata di Jawa Tengah Tabel 1.1 Jumlah Obyek Wisata Di Jawa Tengah (2010-2013) Tahun Jumlah Obyek Wisata Pertumbuhan 2010 266-2011 284 6,77% 2012 385 35,56% 2013 417 8,31% Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah 2014, diolah. Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010-2013 pertumbuhan obyek wisata mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2011 jumlah obyek wisata mengalami pertumbuhan sebesar 6,77%, dan mengalami peningkatan sangat tinggi pada tahun 2012 mencapai 35,56%. Pada tahun 2013 tingkat pertumbuhan mengalami penurunan menjadi 8,31%. Pertumbuhan akan berdampak positif pada perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung di Jawa Tengah. Berikut adalah jumlah wisatawan yang berkunjung di Jawa Tengah Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Di Jawa Tengah (2010-2013) Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan 2010 22.592.951-2011 22.219.865-1,65% 2012 25.603.157 15,23% 2013 29.818.752 16,46% Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah 2014, diolah. Dari Tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010-2013 pertumbuhan jumlah wisatawan tidak seimbang. Peningkatan pertumbuhan tinggi terjadi

6 pada tahun 2012 yang mencapai 15,23%. Pertumbuhan kunjungan wisatawan yang tinggi tentu menguntungkan dalam membantu peningkatan perekonomian melalui penerimaan retribusi daerah. Dari sisi perekonomian Jawa Tengah yang cukup baik, Produk Domestik Regional Bruto juga akan semakin meningkat. Berikut perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah. Tabel 1.3 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah (2011-2013) Tahun Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah) Pertumbuhan 2011 381.919.703-2012 423.586.283 10,91 % 2013 474.087.622 11,92 % Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2014, diolah. Dari Tabel 1.3 dapat dilihat tahun 2011-2013 Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Tengah mengalami peningkatan, yang merupakan peningkatan perekonomian seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah. Berikut merupakan retribusi daerah Jawa Tengah Tabel 1.4 Realisasi Retribusi Daerah Di Jawa Tengah (2010-2013) Tahun Retribusi Daerah (Juta Rupiah) Pertumbuhan 2010 966.849.669-2011 950.312.201-1,71% 2012 826.222.771-13,06% 2013 944.173.934 14,27% Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2014, diolah. Dari Tabel 1.4 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan retribusi daerah Jawa Tengah tidak seimbang. Retribusi daerah Jawa Tengah mengalami penurunan cukup besar pada tahun 2012 dengan minus 13,06% meskipun tahun 2013

7 mengalami peningkatan dalam pertumbuhannya sebesar 14,27%. Peningkatan pada tahun 2013 dapat terjadi karena pada tahun 2012 dibuat peraturan kenaikan tarif retribusi. Dengan meningkatnya jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto seharusnya retribusi daerah dapat lebih ditingkatkan. Salah satu penerimaan retribusi daerah adalah retribusi tempat pariwisata. Berikut retribusi tempat pariwisata di Jawa Tengah. Tabel 1.5 Retribusi Tempat Pariwisata Di Jawa Tengah (2010-2012) Tahun Retribusi Tempat Wisata (Juta Rupiah) Pertumbuhan 2010 331.540-2011 361.282 8,97% 2012 399.197 10,49% Sumber:Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah 2015, diolah. Dari Tabel 1.5 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan retribusi tempat pariwisata di Jawa Tengah pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 8,97%. Pada tahun 2012 pertumbuhan retribusi tempat pariwisata 2011 mengalami peningkatan sebesar 10,49%. Pada tahun 2012 dan 2013 retribusi tempat pariwisata sama besar sehingga tidak terjadi pertumbuhan. Seiring dengan usaha pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah diharapkan mampu mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki. Terkait sektor pariwisata menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah, diharapkan mampu memberikan penerimaan yang cukup besar pada retribusi daerah. Retribusi daerah merupakan salah satu penyumbang pendapatan asli daerah. Berdasarkan latar belakang masalah, untuk melihat kontribusi sektor

8 pariwisata terhadap retribusi daerah, penulis membuat penelitian dengan judul Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan Dan PDRB Terhadap Retribusi Daerah Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Apakah jumlah obyek wisata berpengaruh pada retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah jumlah wisatawan berpengaruh pada retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah? 3. Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh pada retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat lebih mengetahui tentang kepariwisataan dan retribusi daerah sebagai salah satu penentu pendapatan daerah. Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis apakah jumlah obyek wisata berpengaruh terhadap retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk menganalisis apakah jumlah wisatawan berpengaruh terhadap retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah.

9 3. Untuk menganalisis apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap retribusi daerah di Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian Penulisan diharapkan berguna, memberikan manfaat diantaranya: 1. Manfaat Akademis Penelitian yang dilakukan berhubungan erat dengan Program S1 Transfer Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna memenuhi syarat-syarat kelulusan akademik mencapai gelar Sarjana Ekonomi. Dengan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahami tentang pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap retribusi daerah Provinsi Jawa Tengah. 2. Manfaat teoritis dan praktis Penulisan Skripsi diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada masyarakat mengenai pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto dan retribusi daerah. Ataupun sebagai sarana memperoleh pengetahuan tambahan, informasi dan referensi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian sejenis selanjutnya.