RILIS HASIL AWAL PSPK2011

dokumen-dokumen yang mirip
RILIS HASIL PSPK2011

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

DATA MENCERDASKAN BANGSA

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

2

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

Jumlah usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 sebanyak 26,1 juta usaha. Jumlah sapi dan kerbau di Indonesia tahun 2013 sebanyak 14,2 juta ekor

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

FORUM KOMUNIKASI STATISTIK DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN 2016

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 DKI JAKARTA (ANGKA TETAP)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Transkripsi:

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30 Juni 2011, populasi sapi potong mencapai 14,8 juta ekor; sapi perah 597,1 ribu ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Dirinci menurut daerah, provinsi yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturut turut adalah Jawa Timur 4,7 juta ekor; Jawa Tengah 1,9 juta; Sulawesi Selatan 984 ribu ekor; NTT 778,2 ribu ekor; Lampung 742,8 ribu ekor; NTB 685,8 ribu ekor; Bali 637,5 ribu ekor; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor. Sementara itu untuk sapi perah populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor sedangkan kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Secara regional/pulau populasi sapi potong terbesar terdapat di Pulau Jawa 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari populasi sapi potong nasional. Regional/pulau Sumatera memiliki populasi terbesar kedua setelah Jawa dengan populasi 2,7 juta ekor (18,40 persen) disusul kemudian oleh Bali dan Nusra 2,1 juta ekor (14,19 persen); Sulawesi 1,8 juta ekor (11,97 persen); Kalimantan 437,3 ribu ekor (2,95 persen) serta Maluku dan Papua 258,1 ribu ekor (1,74 persen). Untuk sapi perah regional/pulau Jawa mencatat populasi 592,4 ribu ekor (99,21 persen) sedangkan kerbau terbanyak dijumpai di regional/pulau Sumatera 512,8 ribu ekor (39,30 persen). Komposisi jenis kelamin populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau menunjukkan pola relatif sama, yaitu jumlah terbesar adalah populasi betina. Untuk sapi potong betina sekitar 68,15 persen, sapi perah betina 78,93 persen dan kerbau betina 68,76 persen dari total populasi. Sementara itu berdasarkan komposisi umur, sebagian besar sapi potong, sapi perah dan kerbau betina adalah berumur dewasa (>2 tahun), yakni untuk sapi potong 66,09 persen; sapi perah 64,56 persen dan kerbau 72,40 persen dari total populasi betina. Sebaliknya untuk sapi potong jantan terbanyak pada umur muda (1-2 tahun) sekitar 38,52 persen dan sapi perah jantan pada umur anak (<1 tahun) sekitar 44,54 persen dari total populasi jantan. Untuk kerbau jantan, jumlah terbanyak pada umur dewasa (>2 tahun) sekitar 42,34 persen dari total populasi kerbau jantan. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil awal PSPK2011 populasi sapi (sapi potong+sapi perah) di Indonesia sebanyak 15,4 juta ekor. Jika dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian 2003 sebanyak 10,2 juta ekor, maka rata-rata pertumbuhan populasi sapi selama 2003 2011 mencapai 5,32 persen per tahun atau rata-rata pertambahan 653,1 ribu ekor setiap tahunnya. Sebaliknya untuk populasi kerbau tercatat pada tahun 2003 sebanyak 1,4 juta ekor sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 1,3 juta ekor sehingga rata-rata pertumbuhannya -0,58 persen atau berkurang rata rata sekitar 7,8 ribu ekor setiap tahunnya. Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 1

1. PENDAHULUAN Salah satu program pemerintah di subsektor peternakan adalah meningkatkan produksi daging dalam negeri agar tercapai swasembada daging sapi dan kerbau pada tahun 2014. Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) tahun 2014 tercapai jika 90 persen kebutuhan konsumsi daging dapat dipasok dari produksi dalam negeri. Dalam rangka pencapaian program tersebut dibutuhkan langkah strategis yang tidak hanya berujung pada peningkatan populasi sapi dan kerbau tetapi juga menghindari adanya dampak negatif dalam proses pencapaian program tersebut. Faktor yang sangat menentukan dalam mengambil langkah strategis pencapaian program adalah tersedianya data akurat khususnya data populasi sapi dan kerbau. Data populasi sapi dan kerbau yang digunakan selama ini bersumber dari laporan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian. Data tersebut diperoleh dari laporan dinas yang membidangi fungsi peternakan di seluruh wilayah Indonesia. Sumber data lainnya adalah hasil Survei Peternakan Nasional (SPN) yang dilaksanakan oleh BPS bekerjasama dengan Ditjen PKH, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 2008. Metode pengumpulan data dari kedua sumber data tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh (sensus), sehingga masih memungkinkan terjadinya kesalahan baik sampling error maupun non sampling error. Untuk memenuhi tuntutan permintaan data populasi yang lebih akurat dan dilaksanakan dengan metode sensus, maka pada tahun 2011 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian melakukan kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melaksanakan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011 (PSPK2011). Tujuan dari pelaksanaan PSPK2011 adalah untuk memperoleh data populasi dasar (P 0) sapi potong, sapi perah dan kerbau, memperoleh komposisi populasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, mengetahui stok dalam negeri dan karakteristik peternakan lainnya serta membangun database peternak (by name by address). Cakupan wilayah pencacahan PSPK2011 adalah seluruh wilayah Indonesia yang meliputi 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6.699 kecamatan, serta tersebar di 77.548 desa/kelurahan. Unit pencacahan adalah rumah tangga, perusahaan berbadan hukum serta unit lainnya yang melakukan pemeliharaan sapi potong, sapi perah, atau kerbau seperti koperasi, yayasan, pesantren, lembaga penelitian, sekolah, dan sebagainya. Pelaksanaan pendataan lapangan dilaksanakan tanggal 1-30 Juni 2011 dengan menetapkan tanggal 1 Juni 2011 sebagai Hari Sensus (census date). Dengan menetapkan tanggal 1 Juni 2011 sebagai hari sensus, maka seluruh informasi mengenai populasi maupun karakteristik peternakan lainnya mengacu pada keadaan tanggal 1 Juni 2011. 2. POPULASI SAPI POTONG, SAPI PERAH, DAN KERBAU Berdasarkan hasil PSPK2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,74 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia, kemudian 2 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

Gambar 1 Populasi Sapi Potong di Indonesia Menurut Pulau Tahun 2011 600 500 (000 ekor) 400 300 200 2003 2011 100 0 Sumatera Jawa Bali dan Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua pulau Sumatera sebanyak 2,7 juta ekor atau 18,40 persen; Bali dan Nusa Tenggara 2,1 juta ekor atau 14,19 persen; Sulawesi 1,8 juta ekor atau 11,97 persen, sedangkan sisanya berada di Kalimantan, serta Maluku dan Papua dengan jumlah populasi masing-masing kurang dari 0,5 juta ekor (gambar 1). Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan populasi sapi potong terbesar di Indonesia sebanyak 4,7 juta ekor atau 31,93 persen dari populasi sapi potong di Indonesia disusul kemudian Jawa Tengah 1,9 juta ekor. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi potong cukup besar, yaitu lebih dari 0,5 juta ekor tercatat berturut turut adalah Sulawesi Selatan 984 ribu ekor atau 6,65 persen, Nusa Tenggara Timur (NTT) 778,2 ribu ekor atau 5,26 persen; Lampung 742,8 ribu ekor atau 5,02 persen; Nusa Tenggara Barat (NTB) 685,8 ribu ekor atau 4,63 persen; Bali 637,5 ribu ekor atau 4,31 persen; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor atau 3,66 persen dari populasi sapi potong Indonesia. Gambaran kondisi peternakan sapi perah di Indonesia juga menunjukkan hal yang sama dengan sapi potong bahwa usaha peternakan sapi perah masih dominan di Pulau Jawa. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya populasi sapi perah di Pulau Jawa yang mencapai lebih dari 99 persen dari total populasi sapi perah Indonesia sebanyak 597,1 ribu ekor. Dari jumlah tersebut 592,4 ribu ekor diantaranya berada di Pulau Jawa. Populasi sapi perah di pulau Sumatera hanya Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 3

mencapai 2.388 ekor atau hanya 0,40 persen dari populasi Indonesia, dan sebagian kecil lainnya tersebar di pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara (gambar 2). Gambar 2 Populasi Sapi Perah di Indonesia Menurut Pulau Tahun 2011 700 000 600 000 592 436 500 000 (ekor) 400 000 300 000 200 000 100 000 0 2 388 194 Sumatera Jawa Bali dan Nusra 365 1 741 11 Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Menurut provinsi, populasi sapi perah terbesar adalah Jawa Timur sekitar 296,3 ribu ekor atau 49,61 persen dari total populasi sapi perah Indonesia. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 149,9 ribu ekor atau 25,11 persen dan 140 ribu ekor atau 23,44 persen dari total populasi sapi perah Indonesia. Beberapa provinsi seperti Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat tidak dijumpai sama sekali sapi perah. Berbeda dengan populasi sapi potong dan sapi perah yang dominan di pulau Jawa, populasi kerbau cenderung tersebar merata secara regional/pulau di seluruh Indonesia. Populasi kerbau terbesar terdapat di Sumatera dengan jumlah 512,8 ribu ekor atau 39,30 persen dari total populasi kerbau Indonesia. Populasi kerbau pulau Jawa mencapai 363 ribu ekor atau 27,82 persen, kemudian pulau Bali dan Nusa Tenggara 257,6 ribu ekor atau 19,74 persen; pulau Sulawesi 110,4 ribu ekor atau 8,46 persen; pulau Kalimantan 41,5 ribu ekor atau 3,18 persen, serta pulau Maluku dan Papua 19,7 ribu ekor atau 1,51 persen dari populasi kerbau Indonesia (gambar 3). 4 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

Gambar 3 Populasi Kerbau di Indonesia Menurut Pulau Tahun 2011 600 000 500 000 512 816 400 000 363 008 (ekor) 300 000 200 000 257 587 100 000 0 Sumatera Jawa Bali dan Nusra 41 541 110 393 19 671 Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Dirinci menurut provinsi, populasi kerbau terbesar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 150 ribu ekor atau 11,50 persen dari populasi kerbau di Indonesia. Provinsi lain dengan jumlah populasi kerbau tidak berbeda jauh dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) berturut-turut adalah Aceh 131,5 ribu ekor atau 10,08 persen; Jawa Barat 130,1 ribu ekor atau 9,97 persen; Banten 123,1 ribu ekor atau 9,44 persen; Sumatera Utara 114,3 ribu ekor atau 8,76 persen; Nusa Tenggara Barat (NTB) 105,4 ribu atau 8,08 persen dan Sumatera Barat 100,3 ribu ekor atau 7,69 persen dari populasi kerbau Indonesia. Provinsi-provinsi lainnya mencatat populasi kerbau kurang dari 100 ribu ekor (tabel 1). Secara umum hasil pendataan PSPK2011 menunjukkan bahwa populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Besar kemungkinan karena beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat kebutuhan/konsumsi daging di pulau Jawa relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan daging di luar pulau Jawa. Faktor lain adalah infrastruktur, teknologi dan industri peternakan yang lebih maju di pulau Jawa dibanding dengan daerah-daerah lainnya, terutama industri penyediaan pakan ternak sehingga subsektor peternakan dapat berkembang lebih baik. Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 5

Provinsi Tabel 1. Populasi Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau Menurut Provinsi Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Populasi % Populasi % Populasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumatera 2 724 364 18,40 2 388 0,40 512 816 39,30 1. Aceh 462 840 3,13 31 0,01 131 494 10,08 2. Sumatera Utara 541 688 3,66 897 0,15 114 289 8,76 3. Sumatera Barat 327 009 2,21 489 0,08 100 310 7,69 4. Riau 159 855 1,08 172 0,03 37 716 2,89 5. Jambi 119 877 0,81 81 0,01 46 535 3,57 6. Sumatera Selatan 246 295 1,66 154 0,03 29 143 2,23 7. Bengkulu 98 953 0,67 244 0,04 19 969 1,53 8. Lampung 742 776 5,02 201 0,03 33 124 2,54 9. Kep. Bangka Belitung 7 733 0,05 119 0,02 222 0,02 10. Kepulauan Riau 17 338 0,12-0,00 14 0,00 Jawa 7 511 972 50,74 592 436 99,21 363 008 27,82 11. DKI Jakarta 1 691 0,01 2 728 0,46 192 0,01 12. Jawa Barat 422 980 2,86 139 973 23,44 130 089 9,97 13. Jawa Tengah 1 937 550 13,09 149 931 25,11 75 674 5,80 14. DI Yogyakarta 375 548 2,54 3 523 0,59 1 205 0,09 15. Jawa Timur 4 727 303 31,93 296 262 49,61 32 705 2,51 16. Banten 46 900 0,32 19 0,00 123 143 9,44 Bali dan Nusra 2 101 521 14,19 194 0,03 257 587 19,74 17. Bali 637 473 4,31 139 0,02 2 181 0,17 18. Nusa Tenggara Barat 685 810 4,63 18 0,00 105 391 8,08 19. Nusa Tenggara Timur 778 238 5,26 37 0,01 150 015 11,50 Kalimantan 437 273 2,95 365 0,06 41 541 3,18 20. Kalimantan Barat 153 186 1,03 223 0,04 3 173 0,24 21. Kalimantan Tengah 54 648 0,37-0,00 6 491 0,50 22. Kalimantan Selatan 138 691 0,94 110 0,02 23 843 1,83 23. Kalimantan Timur 90 748 0,61 32 0,01 8 034 0,62 Sulawesi 1 771 848 11,97 1 741 0,29 110 393 8,46 24. Sulawesi Utara 86 770 0,59 22 0,00-0,00 25. Sulawesi Tengah 230 682 1,56 8 0,00 3 271 0,25 26. Sulawesi Selatan 983 985 6,65 1 690 0,28 96 505 7,39 27. Sulawesi Tenggara 213 736 1,44-0,00 2 492 0,19 28. Gorontalo 183 853 1,24 8 0,00 13 0,00 29. Sulawesi Barat 72 822 0,49 13 0,00 8 112 0,62 Maluku dan Papua 258 075 1,74 11 0,00 19 671 1,51 30. Maluku 73 975 0,50-0,00 17 568 1,35 31. Maluku Utara 60 840 0,41-0,00 863 0,07 32. Papua Barat 41 464 0,28-0,00 1 0,00 33. Papua 81 796 0,55 11 0,00 1 239 0,09 INDONESIA 14 805 053 100,00 597 135 100,00 1 305 016 100,00 6 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

3. TERNAK SAPI DAN KERBAU BERDASARKAN JENIS KELAMIN Berdasarkan hasil awal PSPK2011 terlihat bahwa populasi sapi potong betina lebih banyak daripada sapi potong jantan. Populasi sapi potong betina secara nasional 68,15 persen sedangkan persentase sapi potong jantan hanya 31,85 persen (gambar 4). Menurut kategori umurnya, populasi sapi potong terbanyak adalah sapi potong betina dewasa (>2 tahun) yang mencapai 66,09 persen dari total populasi sapi potong betina di Indonesia. Sementara sapi potong betina anak (<1 tahun) dan Muda (1-2 tahun) masing masing 14,03 persen dan 19,88 persen dari total populasi (tabel 2). Gambar 4 Persentase Populasi Sapi Potong di Indonesia Menurut Jenis Kelamin Betina; 68,15% Jantan; 31,85% Tabel 2. Persentase Populasi Sapi Potong Menurut Jenis Kelamin dan Pulau (%) Regional/Pulau Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sumatera 32,11 35,86 32,02 100,00 14,94 19,68 65,38 100,00 Jawa 30,85 41,72 27,43 100,00 13,36 20,71 65,92 100,00 Bali dan Nusra 27,13 37,35 35,52 100,00 14,76 19,58 65,66 100,00 Kalimantan 25,94 33,63 40,43 100,00 14,16 20,52 65,32 100,00 Sulawesi 33,46 32,47 34,07 100,00 14,26 17,16 68,58 100,00 Maluku dan Papua 32,73 31,77 35,50 100,00 16,27 18,70 65,02 100,00 INDONESIA TOTAL Jantan 30,68 38,52 30,80 100,00 14,03 19,88 66,09 100,00 31,85 100,00 Betina 68,15 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 7

Jika ditinjau secara regional/pulau, ternyata kondisinya tidak banyak berbeda antara data regional/pulau dengan data nasional, di mana persentase ternak sapi potong betina dewasa pada umumnya dominan, yaitu lebih dari 65 persen terhadap total populasi sapi potong betina di masing-masing regional/pulau. Persentase tertinggi dijumpai di pulau Sulawesi, tercatat 68,58 persen merupakan sapi potong betina dewasa. Dengan memperhatikan persentase jumlah sapi potong betina yang dominan pada umur dewasa tersebut, maka dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bahwa kondisi pengembangan sektor peternakan di Indonesia sangat mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan populasi ternak. Melalui penerapan program Inseminasi Buatan (IB) yang efektif terhadap sapi potong betina dewasa akan dapat meningkatkan populasi sesuai yang diharapkan. Sementara itu untuk sapi potong jantan, tercatat persentase tertinggi adalah yang berumur muda (1-2 tahun), yaitu sekitar 38,52 persen dari total populasi sapi potong jantan. Menurut regional/pulau, persentase tertinggi dijumpai di pulau Jawa sebesar 41,72 persen dari total populasi sapi potong jantan di wilayah tersebut (tabel 2). Kondisi populasi sapi perah di Indonesia apabila ditinjau dari komposisi jenis kelamin juga tidak berbeda jauh dengan sapi potong. Tercatat sebagian besar populasi sapi perah adalah betina yaitu sekitar 78,93 persen dan selebihnya jantan 21,07 persen dari total populasi (gambar 5). Menurut kategori umurnya, populasi sapi perah terbanyak adalah sapi perah betina dewasa (>2 tahun) yang mencapai 64,56 persen dari total populasi sapi perah betina di Indonesia. Sementara itu sapi perah betina anak (<1 tahun) dan sapi perah muda (1-2 tahun) masing masing 15,66 persen dan 19,78 persen dari total populasi sapi perah betina (tabel 2). Gambar 5 Persentase Populasi Sapi Perah di Indonesia Menurut Jenis Kelamin Jantan; 21,07% Betina; 78,93% 8 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

Jika ditinjau secara regional/pulau, ternyata kondisinya tidak banyak berbeda antara data regional/pulau dengan data nasional, di mana persentase ternak sapi perah betina dewasa pada umumnya masih dominan, yakni lebih dari 62 persen terhadap total populasi sapi potong betina di masing-masing regional/pulau. Persentase tertinggi dijumpai di pulau Kalimantan 76,55 persen, demikian pula dengan regional/pulau lainnya cukup tinggi, kecuali Jawa dan Papua/Maluku yang memiliki persentase lebih rendah, masing-masing 64,50 persen dan 62,50 persen (tabel 3). Tabel 3. Persentase Populasi Sapi Perah Menurut Jenis Kelamin dan Pulau (%) Regional/Pulau Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sumatera 50,12 26,84 23,04 100,00 14,34 15,66 70,01 100,00 Jawa 44,52 39,98 15,49 100,00 15,68 19,81 64,50 100,00 Bali dan Nusra 46,43 33,93 19,64 100,00 18,84 10,87 70,29 100,00 Kalimantan 45,33 14,67 40,00 100,00 10,00 13,45 76,55 100,00 Sulawesi 43,09 31,85 25,06 100,00 11,87 15,07 73,06 100,00 Maluku dan Papua - 33,33 66,67 100,00 12,50 25,00 62,50 100,00 INDONESIA Jantan 44,54 39,89 15,57 100,00 15,66 19,78 64,56 100,00 21,07 Betina 78,93 TOTAL 100,00 Berbeda dengan sapi perah betina yang lebih banyak didominasi oleh komposisi umur dewasa, maka untuk populasi sapi perah jantan justru lebih dominan pada komposisi umur anak (<1 tahun), yaitu sebesar 44,54 persen dari total populasi sapi perah jantan. Selanjutnya sapi perah muda (1-2 tahun) mencatat 39,89 persen dan sapi perah dewasa (> 2 tahun) 15,57 persen dari total populasi sapi perah jantan. Populasi kerbau berdasarkan jenis kelamin juga tidak banyak berbeda dengan sapi potong maupun sapi perah. Populasi kerbau betina lebih dominan jika dibandingkan dengan populasi kerbau jantan. Populasi kerbau betina tercatat sebesar 68,76 persen dari total populasi kerbau di Indonesia, sedangkan sisanya 31,24 persen merupakan populasi kerbau jantan (gambar 6). Jika dilihat berdasarkan komposisi umur akan terlihat bahwa populasi kerbau betina dewasa (>2 tahun) sangat besar jumlahnya yakni mencapai 72,40 persen dari total populasi kerbau betina sedangkan kerbau betina anak (< 1 tahun) dan muda (1-2 tahun) berkisar antara 10-18 persen. Secara regional terlihat hal yang sama, tercatat persentase kerbau betina dewasa diatas 68 persen sedangkan kategori anak berkisar antara 10 18 persen dan kerbau muda berkisar antara 13-16 persen dari total populasi kerbau betina di masing masing regional/pulau tersebut (tabel 4). Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 9

Gambar 6 Persentase Populasi Kerbau di Indonesia Menurut Jenis Kelamin Jantan; 31,24% Betina; 68,76% Tabel 4. Persentase Populasi Kerbau Menurut Jenis Kelamin dan Pulau (%) Regional/Pulau Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sumatera 27,10 32,07 40,83 100,00 11,51 16,57 71,92 100,00 Jawa 28,19 32,51 39,30 100,00 11,03 15,87 73,10 100,00 Bali dan Nusra 27,69 31,17 41,15 100,00 12,82 15,83 71,35 100,00 Kalimantan 27,58 26,47 45,96 100,00 12,30 15,09 72,61 100,00 Sulawesi 17,19 25,24 57,57 100,00 10,17 14,21 75,62 100,00 Maluku dan Papua 30,02 26,31 43,67 100,00 18,07 13,93 68,00 100,00 INDONESIA Jantan 26,59 31,07 42,34 100,00 11,65 15,96 72,40 100,00 31,24 TOTAL 100,00 Betina 68,76 Hal yang sama juga terlihat pada kerbau jantan tercatat komposisi umur dewasa lebih banyak jika dibandingkan dengan anak dan muda. Kerbau jantan dewasa mencapai 42,34 persen dari total kerbau jantan sedangkan kerbau jantan anak dan muda masing masing 26,59 persen dan 31,07 persen. Sementara itu berdasarkan regional/pulau terlihat persentase tertinggi kerbau jantan dewasa dijumpai di pulau Sulawesi 57,57 persen dari total populasi kerbau jantan di pulau tersebut sedangkan yang paling rendah di pulau Jawa sekitar 39,30 persen (tabel 4). 10 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

4. PERKEMBANGAN POPULASI SAPI (SAPI POTONG & SAPI PERAH) DAN KERBAU Perkembangan populasi sapi (sapi potong dan sapi perah) di Indonesia dalam delapan tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan data hasil Sensus Pertanian tahun 2003 (ST03) populasi sapi di Indonesia tercatat 10,2 juta ekor. Jika populasi tahun 2003 ini dibandingkan dengan hasil awal PSPK2011 dimana populasi sapi di Indonesia mencapai 15,4 juta ekor, maka rata-rata pertambahan per tahun populasi sapi selama 2003 2011 sekitar 653,1 ribu ekor dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,32 persen per tahun (tabel 5). Secara regional/pulau rata-rata pertumbuhan per tahun populasi sapi yang tertinggi di pulau Sumatera sebesar 9,66 persen. Pulau Jawa yang memiliki populasi sapi terbanyak di Indonesia, mencatat pertumbuhan hanya 3,85 persen per tahun. Angka pertumbuhan sapi di Pulau Jawa ini terendah jika dibandingkan dengan regional/pulau lainnya di Indonesia. Namun demikian, meskipun pertumbuhannya rendah, secara absolut penambahan populasi sapi di Pulau Jawa masih yang terbanyak, yakni rata-rata 264,3 ribu ekor per tahun (tabel 5). Tabel 5. Perkembangan Populasi Sapi Menurut Pulau 2003-2011 Regional/Pulau 2003 1) 2011 2) (000 ekor) % (1) (2) (3) (4) (5) Sumatera 1 304 132 2 726 752 177,8 9,66 Jawa 5 989 657 8 104 408 264,3 3,85 Bali dan Nusra 1 427 524 2 101 715 84,3 4,95 Kalimantan 297 936 437 638 17,5 4,92 Sulawesi 981 204 1 773 589 99,0 7,68 Maluku dan Papua 176 846 258 086 10,2 4,84 INDONESIA 10 177 299 15 402 188 653,1 5,32 Keterangan : 1) Data Sensus Pertanian 2003 (ST03) 2) Data Hasil Awal PSPK2011 Tahun Perkembangan Rata-Rata per Tahun Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 11

Gambar 7 Perbandingan Populasi Sapi di Indonesia Menurut Pulau Tahun 2003 dan 2011 (000 ekor) 9 000 8 000 7 000 6 000 5 000 4 000 3 000 2 000 1 000 2003 2011 0 Sumatera Jawa Bali dan Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Perkembangan populasi kerbau di Indonesia selama periode 2003-2011 berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2003 (ST03) dan PSPK2011 menunjukkan adanya tren penurunan dengan tingkat penurunan rata-rata 0,58 persen per tahun. Dalam jumlah absolut, penurunan populasi kerbau ini mencapai 7,8 ribu ekor per tahunnya (lihat tabel 6). Dirinci wilayah regional/pulau, pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara mencatat populasi kerbau mengalami penurunan masing-masing 2,61 persen, dan 1,76 persen per tahun, sedangkan di regional/pulau lainnya masih mengalami peningkatan. Populasi kerbau di Maluku dan Papua mencatat pertumbuhan populasi tertinggi, yakni 4,61 persen per tahun sedangkan daerah lainnya kurang dari 2 persen. Secara absolut pulau Sumatera mencatat rata-rata peningkatan jumlah populasi kerbau terbesar, yakni 6,1 ribu ekor per tahun sedangkan daerah lain kurang dari seribu ekor per tahun. Sebaliknya di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara mencatat penurunan populasi kerbau cukup banyak, yakni masing-masing 10,7 ribu, dan 4,9 ribu per tahunnya (tabel 6 dan gambar 7). 12 Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011

Tabel 6. Perkembangan Populasi Kerbau Menurut Pulau 2003-2011 Regional/Pulau Tahun Perkembangan Rata-Rata per Tahun 2003 1) 2011 2) (000 ekor) % (1) (2) (3) (4) (5) Sumatera 464 157 512 816 6,1 1,25 Jawa 448 566 363 008-10,7-2,61 Bali dan Nusra 296 794 257 587-4,9-1,76 Kalimantan 40 446 41 541 0,1 0,33 Sulawesi 103 553 110 393 0,9 0,80 Maluku dan Papua 13 718 19 671 0,7 4,61 INDONESIA 1 367 234 1 305 016-7,8-0,58 Keterangan : 1) Data Sensus Pertanian 2003 (ST03) 2) Data Hasil Awal PSPK2011 Gambar 7 Perbandingan Populasi Kerbau di Indonesia Menurut Pulau Tahun 2003 dan 2011 600 500 (000 ekor) 400 300 200 2003 2011 100 0 Sumatera Jawa Bali dan Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Kementan - BPS Rilis Hasil Awal PSPK2011 13