PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

BAB III LANDASAN TEORI

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO

TELEKOMUNIKASI SATELIT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dan perkembangan sistem tracking antena pada komunikasi

ANALISIS KINERJA MOBILE SATELLITE SERVICE (MSS) PADA FREKUENSI L-BAND DI INDONESIA

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB IV EVALUASI KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

BAB IV LINK BUDGET ANALYSIS PADA JARINGAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S

ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2

Pokok Bahasan 7. Satelit

LAJU GALAT BIT AKIBAT KESALAHAN PENGARAHAN ANTENA STASIUN BUMI KE SATELIT

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: A-111

DETEKSI ARAH KEDATANGAN SINYAL PADA ANTENA ARRAY KUBUS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA MUSIC

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT)

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Analisis Perubahan Fasa Terhadap Pola Radiasi untuk Pengarahan Berkas Antena Stasiun Bumi

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

CARA KERJA SATELIT. Dalam hal perencanaan frekuensi ini (frequency planning), dunia dibagi menjadi 3, yaitu:

Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Satelit. Pertemuan XI

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

SISTEM TRACKING STASIUN BUMI SATELIT ORBIT RENDAH

STUDI PENYESUAIAN IMPEDANSI PADA ANTENA ULTRA WIDEBAND

SIMULASI PENGUATAN SINYAL PADA TWTA SATELIT GEOSTASIONER

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN SISTEM DIGITAL NEWS GATHERING

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit

SISTEM TELEKOMUNIKASI SATELIT

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jenis-jenis Antena pada Wireless

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SISTEM UNTUK MENGAKSES INTERNET

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

ANALISIS EFEK DOPPLER PADA SISTEM KOMUNIKASI ITS-SAT

Meridian Greenwich. Bujur

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

PENGARUH TEMPERATUR SISTEM PADA FIGURE OF MERIT STASIUN BUMI PITA S DAN PITA X

MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

SOAL DAN PEMBAHASAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI KUADRAN I

Analisis dan Kontrol Optimal Sistem Gerak Satelit Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Jaringan VSat. Pertemuan X

PERBANDINGAN KINERJA JARINGAN VERY SMALL APERTURE TERMINAL BERDASARKAN DIAMETER ANTENA PELANGGAN DI PASIFIK SATELIT NUSANTARA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

Simulasi Penentuan Sudut Arah Kiblat dengan Metode Segitiga Bola Menggunakan Bahasa Pemrograman GUI MatLab R2009

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

KOMUNIKASI SATELIT UNTUK MENINGKATKAN JARINGAN INFORMASI DI DAERAH TERTINGGAL. 1) Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

Makalah Peserta Pemakalah

Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011) ISBN

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

RANCANG BANGUN ANTENA YAGI 2,1 GHz UNTUK MEMPERKUAT PENERIMAAN SINYAL 3G

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

TELAAH PROPAGASI GELOMBANG RADIO DENGAN FREKUENSI 10,2 MHz DAN 15,8 MHz PADA SIRKIT KOMUNIKASI RADIO BANDUNG WATUKOSEK DAN BANDUNG PONTIANAK

MENGENAL ORBIT SUNSINKRONUS SEBAGAI ORBIT SATELIT LAPAN TUBSAT

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano

IX. DASAR KOMUNIKASI MICROWAVE / GELOMBANG MIKRO

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

IMPLEMENTASI SISTEM TRACKING OBYEK BERGERAK UNTUK PENERAPATAN GROUND STATION ROKET/UAV

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

Sub-Sistem Penerima Pada Sistem Pengukuran Kanal HF Pada Lintasan Merauke-Surabaya

Transkripsi:

PERANGKAT LUNAK UNTUK PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH ANTENA STASIUN BUMI BERGERAK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT GEOSTASIONER Veni Prasetiati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Abstrak Salah satu masalah yang penting pada sistem komunikasi satelit adalah masalah pengarahan antena, karena hal ini dapat mempengaruhi keoptimalan pengiriman sinyal ke satelit maupun sebaliknya.dalam makalah ini akan dibahas bagaimana menentukan sudut pengarahan antena ke arah satelit geostasioner pada stasiun bumi yang bergerak dengan kecepatan tertentu dalam bentuk simulasi. Hasil dari makalah ini dapat digunakan sebagai acuan pada antenna tracking. Kata kunci : siskomsat, azimuth, elevasi, lintang dan bujur stasiun bumi PENDAHULUAN Salah satu masalah yang penting pada sistem komunikasi satelit (SISKOMSAT) adalah masalah pengarahan antena, karena hal ini dapat mempengaruhi keoptimalan hubungan komunikasi antara satelit dan stasiun bumi. Lokasi stasiun bumi yang berbeda memerlukan pengarahan antena yang berbeda. Parameter yang biasa digunakan untuk pengarahan antena ini adalah sudut elevasi dan azimuth. Masalah pengarahan antena ini akan menjadi bagian yang sangat penting, terutama bila stasiun bumi berpindah tempat atau bergerak, karena posisi antena harus selalu disesuaikan sedemikian rupa sehingga senantiasa mengarah ke satelit. 73

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana melakukan perhitungan penentuan sudut antena stasiun bumi yang bergerak menggunakan parameter masukan berupa lokasi bujur satelit, posisi lintang-bujur lokasi stasiun bumi, kecepatan stasiun bumi, dan ketinggian stasiun bumi di atas permukaan laut. Hasil dari perhitungan ini kemudian ditampilkan dalam bentuk simulasi. Pembahasan makalah ini akan dibatasi dengan asumsi asumsi: a. Parameter pengarahan antena yang digunakan adalah sudut elevasi dan sudut azimuth. b. Satelit yang digunakan sebagai acuan adalah satelit GEO dengan orbit berbentuk lingkaran, dan diasumsikan posisi satelit tetap (pergeseran diabaikan). c. Antena yang digunakan sebagai acuan berbentuk parabola. d. Hubungan yang disimulasikan antara satelit dan stasiun bumi hanya berupa hubungan satu link. e. Adanya gerakan stasiun bumi diterjemahkan sebagai perubahan posisi lintang dan bujur stasiun bumi, serta perubahan ketinggian stasiun bumi di atas permukaan laut dengan kecepatan tertentu. f. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat perangkat lunak adalah Delphi 5.0. g. Hubungan yang disimulasikan antara satelit dan stasiun bumi hanya berupa hubungan satu link. DASAR TEORI Sistem telekomunikasi satelit (SISKOMSAT) merupakan sistem komunikasi antar stasiun bumi dengan satelit sebagai pengulang (repeater). Penggunaan SISKOMSAT tersebut akan mengurangi kebutuhan akan kabel untuk membawa sinyal. 74

Karakteristik SISKOMSAT ditentukan oleh dua bagian, yaitu satelit yang ada di ruas angkasa (space segment) dan stasiun bumi yang ada di permukaan bumi (ground segment). SISKOMSAT pada dasarnya merupakan suatu komunikasi antara stasiun bumi melalui ruas angkasa dengan menggunakan satelit komunikasi sebagai pengulang (repeater). Satellite Earth Station Terrestrial Network User Gambar 1. Prinsip Hubungan dalam SISKOMSAT Pemakai (user) mengirimkan sinyal baseband yang diarahkan menuju stasiun bumi melalui jaringan terresterial. Pada stasiun bumi sinyal baseband diproses serta ditransmisikan dengan frekuensi radio (RF) yang termodulasi menuju ke satelit, di mana satelit komunikasi berfungsi sebagai pengulang pada ruas angkasa. Satelit ini menerima frekuensi radio carrier yang dimodulasikan pada arah lintasan spektrum up link (bumi ruas angkasa) dari seluruh stasiun bumi dalam jaringan. Satelit kemudian menguatkan sinyal tersebut serta mengirimkannya kembali ke bumi pada spektrum frekuensi down link (ruas angkasa bumi) yang berbeda dengan spektrum frekuensi up link uantuk menghindari interferensi. Stasiun bumi yang menerima sinyal down link lalu mengubah frekuensi radio carrier yang termodulasi menjadi sinyal 75

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 baseband dan mengirimkannya kembali ke pemakai (user) melalui jaringan terrestrial. (T., Tri Ha. 1990. Digital Satellite Communications. New York : McGraw Hill Pub. Co.) Untuk memeperoleh kualitas hubungan yang baik dalam sistem komunikasi satelit, antena stasiun bumi harus memiliki pandangan garis lurus yang bebas terhadap satelit. Untuk itu hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah ketepatan pengarahan sudut antena stasiun bumi. Perhitungan pengarahan sudut antena (antenna pointing) stasiun bumi dapat dilakukan jika diketahui posisi stasiun bumi dan satelit, yang digambarkan dengan menggunakan variabel variabel berupa sudut lintang dan bujur. Parameter parameter yang digunakan dalam pengarahan sudut antena stasiun bumi pada umumnya berupa sudut elevasi dan azimuth satelit. 2.1 Sudut Elevasi Sudut elevasi suatu satelit adalah sudut yang dibentuk oleh satelit dengan sudut tangen pada titik tertentu di bumi. Gambar 2.5 menunjukkan geometri dari perhitungan sudut elevasi. Pada gambar tersebut r s adalah vektor dari pusat bumi ke satelit, r e adalah vektor dari pusat bumi ke stasiun bumi, h adalah sudut elevasi antena stasiun bumi, dan d adalah vektor dari stasiun bumi ke satelit. Ketiga vektor ini terletak pada bidang yang sama dan membentuk sebuah segitiga. Sudut g yang diukur antara r e dan r s adalah sudut pada pusat bumi antara stasiun bumi dan satelit, dan y adalah sudut yang diukur antara r e dan d. Dengan definisi tersebut maka sudut pusat (γ) dapat ditentukan menggunakan rumus: (Pratt T., C.W. Bostian. 1986. Satellite Communication. New York : John Wiley & Sons. ) 76

cos (g) = cos(le)cos(ls)cos(ls le) + sin(le)sin(ls) (2.1) di mana : Le = lintang stasiun bumi Ls = lintang satelit le = bujur stasiun bumi ls = bujur satelit d = r s (1 + (r e / r s ) 2 2(r e / r s ) cos(γ)) 1/2 (2.2) h = ψ - 90 0 (2.3) Menurut hukum sinus r s /sin(ψ) = d /sin(γ) (2.4) sehingga cos (h) = r s sin (γ) / d (2.5) Satellite Local Horizontal d r s h Earth Station ψ r e γ Center of Earth Gambar 2. Geometri Kalkulasi Sudut Elevasi (Pratt T., C.W. Bostian. 1986. Satellite Communication. New York : John Wiley & Sons.) 77

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Untuk satelit geostasioner, titik subsatelit berada pada ekuator pada bujur ls dan lintang Ls sama dengan 0. jarak satelit geostasioner adalah 42.242 km, sehingga persamaan persaman di atas dapat disederhanakan sebagai berikut: cos (g) = cos(le)cos(ls)cos(ls le) (2.6) d = 42.242 [1,02274 0,301596 cos(g)] 1/2 (2.7) dan sin(g) cos(h) = (2.8) 42.242 [1,02274 0,301596 cos(g)] 1/2 Ketinggian stasiun bumi di atas permukaan bumi akan mempengaruhi besarnya r e. Untuk ketinggian stasiun bumi beberapa kilometer di atas permukaan bumi besarnya r e sama dengan: r e = R + t (2.9) di mana :R = jari jari bumi = 6370 km t = ketinggian stasiun bumi di atas permukaan bumi 2.2 Sudut Azimuth Sudut azimuth suatu satelit dari suatu titik tertentu adalah sudut yang dibentuk oleh arah satelit dengan arah utara yang sebenarnya, diukur berlawanan arah jarum jam. Jika stasiun bumi, satelit, dan titik subsatelit terletak pada bidang yang sama, besarnya sudut azimuth dari stasiun bumi ke satelit sama dengan dari stasiun bumi ke titik subsatelit. Sudut azimuth lebih sulit untuk dihitung dibandingkan dengan sudut elevasi karena perhitungan geometrinya berbeda jika titik subsatelit berada di 78

barat atau timur stasiun bumi dan jika titik subsatelit dan stasiun bumi berada pada belahan bumi utara atau selatan. Masalah ini akan disederhanakan untuk kasus satelit geostasioner ideal di mana titik subsatelit dan stasiun bumi selalu berada pada belahan bumi yang sama. Untuk membuat persamaan yang dibutuhkan, dianalisa suatu segitiga bola dengan titik titik sudut berupa E, S, dan G. E adalah stasiun bumi, S adalah titik subsatelit, dan G adalah titik di mana meridian (garis bujur) stasiun bumi memotong ekuator. Gambar 2.7 menggambarkan seluruh kemungkinan orientasi dari segitiga tersebut untuk lokasi lokasi titik subsatelit yang bervariasi berhubungan dengan stasiun bumi. ketiga sisi dari segitiga adalah panjang busur g, a, dan c. Sudut g telah diberikan pada persamaan 2.10; a dan c ditentukan sebagai berikut : a = ls le (2.10) c = Le Ls (2.11) Jika didefinisikan s merupakan setengah dari keliling segitiga atau s = 0.5(a + c + γ) (2.12) kemudian sudut a pada vertex E dapat dihitung menggunakan persamaan α sin(s γ)sin(s c) tan 2 = 2 sin(s)sin(s a) (2.13) Persamaan 2.10 dan 2.11 dapat dikombinasikan dalam persamaan 2.13 dan membentuk persamaan α = 2 tan -1 sin(s -γ ) sin(s- Le - Ls ) sin(s)sin(s le ls ) 1 2 (2.14) 79

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Sudut azimuth A berhubungan dengan a yang terdapat pada persamaan 2.14 dan Tabel 1. Tabel 1. Persamaan untuk Perhitungan Sudut Azimuth Kondisi Persamaan 1. Titik subsatelit di barat daya stasiun bumi A = 180 + α 2. Titik subsatelit di tenggara stasiun bumi A = 180 - α 3. Titik subsatelit di barat laut stasiun bumi A = 360 - α 4. Titik subsatelit di timur laut stasiun bumi A = α Pole Pole γ E α e E e α γ S a G G a S Kondisi 1 Kondisi 2 S a G G a S γ α e E e E α γ Pole Kondisi 3 Pole Kondisi 4 Gambar 3. Trigonometri Bola untuk Perhitungan Sudut Azimuth Trigonometri bola untuk perhitungan sudut azimuth pada keempat kondisi dapat dilihat pada gambar 3. Titik S adalah letak titik sussatelit di permukaan bumi, titik E adalah letak stasiun bumi, dan titik G adalah titik pada ekuator yang mempunyai bujur yang sama dengan posisi stasiun bumi. Kondisi 1 dan 2 mengambarkan posisi titik subsatelit berada di selatan stasiun bumi dan kondisi 3 dan 4 menggambarkan posisi titik 80

subsatelit berada di utara stasiun bumi. Pada kondisi 1 dan 3, stasiun bumi berada di timur titik subsatelit. Pada kondisi 2 dan 4, stasiun bumi berada di barat titik subsatelit. PERANGKAT LUNAK PENGARAHAN SUDUT ANTENA STASIUN BUMI 1.1 Deskripsi Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dibuat ini adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mempermudah pemahaman mengenai pengarahan sudut antena stasiun bumi terhadap sebuah satelit geostasioner. Hal-hal yang dipelajari dalam perangkat lunak ini adalah: 1. Parameter parameter pengarahan sudut antena stasiun bumi berupa sudut elevasi dan azimuth. 2. Jarak antara stasiun bumi dengan satelit. 3. Daerah cakupan global suatu satelit GEO. 4. Visualisasi geometri posisi stasiun bumi terhadap satelit dan geometri sudut pengarahan antena pada bidang peta dua dimensi, sehingga masalah geometri pengarahan sudut antena dapat dilihat dengan lebih jelas. Parameter parameter masukan yang diinginkan meliputi : 1. Posisi bujur satelit (derajat) 2. Frekuensi satelit (GHz) 3. Posisi bujur stasiun bumi (derajat) 4. Posisi lintang stasiun bumi (derajat) 5. Ketinggian stasiun bumi (kilometer) 6. Kecepatan stasiun bumi (meter/detik) 81

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Sedangkan parameter parameter keluaran yang diharapkan adalah: 1. Jarak stasiun bumi dan satelit (km) 2. Sudut elevasi antena (derajat) 3. Sudut azimuth antena (derajat) 4. Sudut faktor azimuth antena (derajat) 4. Frekuensi sumber (GHz) 5. Frekuensi penerima (GHz) Parameter masukkan berupa posisi bujur satelit maupun stasiun bumi ditetapkan bernilai positif jika menunjukkan arah timur dan bernilai negatif jika menunjukkan arah barat dari garis meridian nol derajat (Greenwich). Posisi lintang satelit di sini selalu dianggap sebesar 0 o karena satelit yang digunakan berupa satelit geostasioner. Posisi lintang stasiun bumi ditetapkan bernilai positif jika menunjukkan arah utara dari ekuator dan bernilai negatif jika menunjukkan arah selatan dari ekuator. Perangkat lunak ini ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman Delphi 5.0, yang berbasiskan pada bahasa program Borland Pascal. Untuk mendapatkan tampilan yang maksimal, perangkat lunak sebaiknya dijalankan pada komputer yang memiliki resolusi 800 x 600 dpi atau lebih. PERHITUNGAN SUDUT ELEVASI DAN AZIMUTH MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK Parameter parameter data input yang dimasukkan pada perangkat lunak adalah sebagai berikut: Parameter Nilai Posisi bujur satelit -90 derajat Posisi lintang satelit 0 derajat Frekuensi satelit 10 GHz Posisi bujur stasiun bumi -83 derajat 82

Posisi lintang stasiun bumi Ketinggian stasiun bumi Kecepatan stasiun bumi 35 derajat 0 kilometer 10 meter/detik Tampilan perangkat lunak hasil eksekusi adalah sebagai berikut: Jendela Input Hasil Eksekusi Gambar 4. Tampilan Perangkat Lunak Hasil Eksekusi Dari simulasi yang dilakukan didapatkan parameter parameter keluaran sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Eksekusi Perangkat Lunak No Parameter Keluaran Nilai 1. Jarak 37240,7 2. Sudut Elevasi 48,6675 3. Sudut Faktor Azimuth 12,083 4. Sudut Azimuth 192,083 83

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Nilai yang didapat hasilnya sama dengan perhitungan secara manual, namun dengan perangkat lunak dimungkinkan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik. Untuk stasiun bumi bergerak, perhitungan sudut azimuth dan elevasi yang senantiasa berubah dapat dihitung lebih cepat dan mudah. Kelebihan dari perangkat lunak yang dibuat ini adalah perangkat lunak ini mampu memvisualisasikan stasiun bumi yang bergerak lurus ke arah utara, selatan, timur, dan barat dalam peta dua dimensi serta perhitungan sudut pengarahan antenanya; sekaligus memvisualisasikan geometri sudut azimuth dan elevasi dalam proyeksi tiga dimensi. Dengan kelebihan tersebut, perangkat lunak ini dapat pula digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dalam memahami perhitungan sudut azimuth dan elevasi. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penulisan makalah ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat lunak yang dibuat ini dapat mempermudah dan mempercepat proses perhitungan pengarahan sudut azimuth dan elevasi stasiun bumi bergerak, serta jarak lintasan antara stasiun bumi dan satelit, dalam sistem komunikasi satelit geostasioner. 2. Nilai yang didapat dari hasil eksekusi perangkat lunak dapat digunakan sebagai acuan pada antenna tracking. 3. Dengan kelebihan kelebihan perangkat lunak ini atas kemampuan visualisasinya, maka perangkat lunak ini dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dalam memahami perhitungan sudut azimuth dan elevasi. 84

5.2 Saran 1. Dari penulisan makalah ini dapat dikembangkan lebih lanjut perangkat lunak pengarahan sudut antena stasiun bumi bergerak untuk satelit non geostasioner. 2. Untuk pengembangan pembuatan perangkat lunak pengarahan sudut antena stasiun bumi dapat digunakan bahasa pemrograman lain yang dapat menunjang tampilan tiga dimensi yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Pratt T., C.W. Bostian. 1986. Satellite Communication. New York : John Wiley & Sons. T., Tri Ha. 1990. Digital Satellite Communications. New York : McGraw Hill Pub. Co. Ippolito, Rogers. Juni 1997. System Requirements for Ka band Earth Satellite Propagation Data, Vol. 85, No. 6, hal. 810. Proceeding of IEEE. Richharia, M. 1999. Satellite Communication Systems Design Principles. New York : McGraw Hill. Kadir, A. 2001. Dasar Pemrograman Delphi 5, Jilid 2. Yogyakarta : ANDI. 85