BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PENATALAYANAN DAN KEMANDIRIAN GEREJA. penatalayanan dan kemandirian gereja, dan diakhiri dengan kesimpulan dari penulis.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Masehi Injili di Timor). Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) pada waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Spiritualitas Penatalayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Maluku yaitu: adat (kepala adat atau tua-tua adat), pemerintah negeri (Raja dan saniri negeri) dan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

4. PERANAN PERSEMBAHAN BAGI GEREJA DAN MASYARAKAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 9: 6-15

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

Bab I PENDAHULUAN. Dalam perspektif sosiologis dapat dikatakan bahwa, gereja sebagai suatu institusi sosial,

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V PENUTUP. observasi lapangan yang kemudian penulis kaitkan dengan teori-teori yang ada,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK YULIA CITRA, LENDA DABORA J.F. SAGALA STT SIMPSON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

MEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Silo DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penatalayanan merupakan tanggung jawab gereja, ketika berada di tengah tengah dunia ini. Penatalayanan bukan merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh gereja. Tujuan gereja adalah melakukan misinya yakni menghadirkan damai-sejahtera. Misi tersebut terkandung dalam tri tugas panggilan gereja, yakni bersekutu, melayani dan bersaksi. Agar gereja dapat melakukan pelayanannya di tengah tengah dunia ini maka gereja harus melakukan penatalayanan terhadap dirinya. Kemandirian gereja mencakup tiga aspek, yakni: kemandirian dalam bidang teologi, kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam bidang dana menjadi fokus utama dalam penulisan ini. Dalam rangka pelaksanaan pelayanan gereja memiliki berbagai program atau kegiatan, guna mendukung program atau kegiatan tersebut maka gereja membutuhkan kemampuan finansial yang memadai. Dalam memenuhi kebutuhan finansial tersebut maka gereja mencari sumber sumber pembiayaan. Dengan begitu gereja dituntut untuk mencapai kemandirian dalam bidang dana, yang tujuannya agar dapat membiayai seluruh kegiatan dan program program misi dan pelayanan gereja. Berdasarkan etimologinya, kata gereja berasal dari bahasa Yunani yakni: ekklesia. Selain itu kata gereja juga identik dengan kata lain yang merupakan bahasa Yunani yakni kuriakon yang artinya rumah Tuhan. Tetapi kata ekklesia lebih sering digunakan untuk mengartikan kata Gereja. Ekklesia berarti mereka yang dipanggil. 2 Eksistensi gereja di tengah tengah dunia ini bukan atas kemauannya sendiri. Gereja hadir ditengah tengah dunia ini untuk melaksanakan missio dei. Missio dei adalah karya penyelamatan Allah. Karya penyelamatan Allah ini adalah sebuah misi yang harus diemban oleh gereja ketika 1 PGI, Lima Dokumen Keesaan Gereja: Dalam Kemantapan Kebersamaan Menapaki Dekade Penuh Harapan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 1991), 137. 2 Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1987), 1. 1

bereksistensi di dunia ini. Untuk melaksanakan missio dei tersebut gereja ditugaskan untuk bersekutu, bersaksi dan melayani. Gereja merupakan alat atau media untuk melaksanakan karya penyelamatan Allah di tengah tengah dunia. Istilah penatalayanan adalah padanan dari kata stewardship. Istilah bahasa Yunani yang lain ialah oikonomos yang berasal dari dua suku kata yakni oikos (rumah) dan nemo (mengurus), yang artinya seseorang yang kepadanya telah dipercayakan / didelegasikan tanggung jawab. Penatalayanan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab. Dalam melakukan penatalayanannya, gereja melaksanakan pekerjaan Allah yang telah dimandatkan kepadanya dan ia sepenuhnya melayani atas nama Allah serta bertanggung jawab kepada Allah atas pelaksanaan semua pekerjaan yang ditanggung atasnya. Penatalayanan gereja dapat membawa kemajuan bagi perkembangan gereja. Tanggung jawab dalam melakukan penatalayanan merupakan bagian penting dalam gereja. Gereja menerima tanggung jawab mengurus segala kemampuan dan talenta yang dimiliki dengan rasa syukur dan sukacita dalam kesempatan untuk bersaksi tentang Kristus dalam pelayanannya. Berbagai macam sumber daya dibutuhkan untuk bisa menjalankan suatu organisasi atau lembaga. Sumber sumber daya yang dimiliki gereja harus dapat dikelola dengan sebaik baiknya. Tujuannya adalah agar tugas tugas pelayanan gereja dapat dilakukan dengan baik. 3 Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Secara umum kemandirian dapat dipahami sebagai sikap yang merupakan salah satu ciri kedewasaan. Kemandirian bersumber dari pengenalan dan kesadaran akan makna dan tujuan hidup. Kemandirian didasari oleh kepercayaan pada diri sendiri. Kemandirian adalah menyatakan diri dalam perilaku yang ditandai dengan tekad dan kemauan untuk menjawab persoalan persoalan dan tantangan tantangan hidup tanpa menggantungkan diri 3 Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 13 14. 2

pada orang lain dengan jalan mengelola sebaik baiknya potensi potensi dan kesempatan kesempatan yang tersedia. Kemandirian gereja mencakup tiga aspek: teologi, daya dan dana. Kemandirian dalam bidang dana, selalu berkaitan dengan pembiayaan, pendanaan. Dalam pembiayaan maupun pendanaan, uang mengambil peranan penting. Gereja yang memahami misinya akan memandang uang sebagai alat untuk digunakan, dan bukan sebagai tujuan akhir. Keberhasilan gereja mengumpulkan dana yang belum digunakan dalam jumlah besar akan menjadi tantangan bagi gereja untuk mencari tugas tugas baru yang lebih besar untuk pelayanan. Sumber pemasukan dana gereja yang utama, pada umumnya berasal dari warga jemaat, sehingga pemberian yang diterima oleh gereja harus dipergunakan dengan sebaik mungkin untuk pelayanan, disinilah peranan penatalayanan terlihat dalam kemandirian dana. Bagaimana peranan penatalayanan dalam mengelola, memberdayakan atau melipatgandakan sumber sumber finansial yang diterima oleh gereja. Kemandirian gereja di bidang dana harus dipahami sebagai kemampuan gereja untuk menggali sumber sumber kekayaan dan untuk melipatgandakan, mengamankan dan menggunakan secara tepat guna harta benda yang diberikan Tuhan untuk pelaksanaan misi gereja. Pelayanan gereja bukanlah suatu pelayanan yang bersifat statis, melainkan pelayanan yang dilakukan oleh gereja merupakan pelayanan yang bersifat dinamis sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan. Dengan begitu peranan penatalayanan yang dilakukan oleh gereja menjadi sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari usaha pencapaian kemandirian gereja dalam dana. Dengan semakin mandirinya suatu gereja dalam bidang dana, maka gereja semakin dapat membiayai pelayanannya yang semakin luas dan meningkat. Gereja protestan Indonesia di bagian barat ( GPIB) berdiri sebagai sebuah gereja mandiri pada tanggal 31 Oktober 1948. Pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari kelahiran gereja reformeed/protestan, hal ini mempertegas indentitasnya selaku gereja 3

reformatoris/ protestan. GPIB bukanlah gereja yang berdiri dengan latar belakang zending. Gereja ini berdiri dengan latar belakang Gereja Protestan Indonesia ( GPI ). GPIB merupakan gereja ke-empat yang lahir dari bagian GPI. GPI dicirikan sebagai gereja kolonial atau gereja negara. Jemaat jemaat yang ada didalam gereja tersebut diasuh oleh para pelayan yang gaji, tempat bekerjanya dan seterusnya ditentukan oleh pemerintah kolonial pada masa itu. Maka dari itu pada waktu awal berdirinya, GPI merupakan wadah kesatuan yang mencakup orang orang Kristen Eropa dan sebagian orang Kristen Indonesia. 4 Lahirnya GPIB ditandai dengan kemandirian gereja. Hal ini disebabkan karena GPIB bukan lagi sebagai sebuah Gereja negara atau Gereja kolonial yang sumber pemasukan dan pendapatannya diatur maupun disubsidi oleh negara. GPIB bergerak ke arah kemandirian. Jemaat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan gereja guna mewujudkan misinya. Jemaat mengambil peranan yang penting dalam mewujudkan kemandirian Gereja, selain itu juga jemaat merupakan bagian terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan Gereja. Maka dari latar belakang permasalahan yang ada tersebut maka penulis mengambil judul dan sub-judul: PENATALAYANAN DAN KEMANDIRIAN GEREJA (Suatu studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana di GPIB Kasih Karunia Medan) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah : a. Bagaimana peranan penatalayanan terhadap kemandirian dana gereja di GPIB Kasih Karunia Medan? 4 Van den End, Ragi Cerita, 44 55. 4

b. Bagaimana usaha penatalayanan guna mencapai kemandirian dana gereja di GPIB Kasih Karunia Medan? 1.3. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan peranan penatalayanan terhadap kemandirian dan gereja di GPIB Kasih Karunia Medan. b. Mendeskripsikan usaha penatalayanan guna mencapai kemandirian dana gereja di GPIB Kasih Karunia Medan. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini ditujukan bagi peneliti dan gereja tempat penelitian ini berlangsung. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dasar dasar untuk memahami permasalahan sekitar pembiayaan misi dan pelayanan gereja. Selain ini, penelitian ini juga dapat membantu peneliti untuk dapat mengetahui permasalahan permasalahan yang ada seputar pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana. Bagi gereja, penelitian ini dapat membantu gereja untuk melihat sejauh mana peranan penatalayanan yang dilakukan oleh gereja dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana. Dengan penelitian ini, diharapkan gereja mendapatkan suatu masukan melalui sudut pandang yang baru secara ilmiah tentang pentingnya peranan penatalayanan dalam kemandirian gereja dalam bidang dana. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Dengan tujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata kata, melaporkan pandangan informan dengan terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Penelitian deskriptif-kualitatif menyajikan tahap yang lebih lanjut 5

dari observasi. Penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian (tidak berhipotesis) dan menguji hipotesis (berhipotesis). Penelitian deskriptif menggunakan teknik pengumpulan data survey dan non survei. 5 Teknik pengumpulan data : a. Pengamatan. b. Melihat dan memeriksa dokumen dokumen gereja yang berkaitan dengan penelitian. c. Wawancara kepada pihak pihak terkait seperti pendeta, dan warga jemaat gereja, alasannya karena para narasumber lebih memahami keberadaan dan perkembangan gereja. 1.6. Lokasi Penelitian Penulis mengambil tempat penelitian di GPIB jemaat Kasih Karunia Medan Sumatera Utara. Alasan pemilihan tempat ini dikarenakan penulis berasal dari lingkungan gereja tersebut dan penulis sedikit banyak telah memahami situasi dan kondisi dalam gereja tersebut. Selain itu, alasan yang lainnya adalah bahwa gereja ini baru saja menyelesaikan pembangunan gedung gereja dari salah satu pospelkesnya. Kemudian berdasarkan kekuatan finansial, gereja ini memiliki saldo kas jemaat yang mencapai Rp 33.926.800, - 6. 1.7. Rencana Dasar Penulisan Tulisan ini akan terdiri dari lima bagian yang terhubung antara satu dengan yang lainnya. Berikut adalah rencana penulisan; bab I berisikan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian dan rencana dasar penulisan; bab II berisikan tentang kerangka pemikiran teoritis dengan studi tentang peranan penatalayanan gereja di dalam usaha pencapaian kemandirian gereja dalam bidang dana; bab III berisikan tentang 5 Dr. Uber Silalahi, MA, Metode Penelitian Sosial( Bandung, Refika Aditama, 2009 ) hal 77. 6 Warta jemaat GPIB jemaat Kasih Karunia Medan tanggal 10 April 2011 6

pemaparan hasil hasil penelitian yang telah didapatkan; bab IV berisikan tentang suatu upaya guna membangun argumen yang lebih lanjut dengan menggunakan teori yang ada pada bab II untuk menganalisa hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab III; bab V berisikan tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. 7