Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur Ruang Terkondisi (Sebuah Studi Numerik)

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Keberangkatan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

Simulasi Numerik Distribusi Temperatur Dan Kecepatan Udara Ruang Consession 1 Pada Lantai 2 Terminal 2 Bandar Udara Juanda, Sidoarjo

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

Kaji Numerik Pengkondisian Udara di Workshop Teknik Mesin Universitas Majalengka Menggunakan Autodesk Simulation CFD 2015

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU)

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR RUANGAN BERDASARKAN BENTUK ATAP MENGGUNAKAN FINITE DIFFERENCE METHOD BERBASIS PYTHON

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

ANALISA ALIRAN FLUIDA DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DI SEKITAR SUMBER PANAS DI DALAM SEBUAH CAVITY DENGAN METODE BEDA HINGGA

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

STUDI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA SUSUNAN SILINDER VERTIKAL DALAM REAKTOR NUKLIR ATAU PENUKAR PANAS MENGGUNAKAN PROGAM CFD

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA TUJUH SILINDER VERTIKAL DENGAN SUSUNAN HEKSAGONAL DALAM REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM FLUENT

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL JUDUL PENELITIAN

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN UDARA (V) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA PELAT DATAR. Rikhardus Ufie * Abstract

KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS

Pemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB IV HASIL DAN ANALISA

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI SIMULASI NATURAL VENTILATION PADA BANGUNAN RUMAH TIPE 36 DENGAN MENGGUNAKAN CFD

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

INVESTIGASI POLA ALIRAN UDARA PADA SISTEM RUANG BERSIH FARMASI SKRIPSI DIMAS ADRIANTO

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

commit to user Gambar 1.1 Profil kecepatan angin yang keluar dari cooling tower

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept, 2012) ISSN: B-38

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

METODOLOGI PENELITIAN

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

Transkripsi:

Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur Ruang Terkondisi (Sebuah Studi Numerik) Denny M E Soedjono dan Joko Sarsetiyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya E-mail: dmes@telkom.net ABSTRAK Ada banyak fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh sistem pendistribusian udara di ruangan. Kalor yang ditimbulkan oleh sumber-sumber seperti sinar matahari, lampu-lampu dan alat-alat listrik harus dikeluarkan dari ruangan yang dikondisikan. Sistem distribusi udara juga harus mencatu udara segar ke ruangan yang dikondisikan. Pola distribusi temperatur pada ruangan yang dikondisikan dipengaruhi oleh geometri ruangan, sumber panas, jenis, letak, dan posisi difuser serta kecepatan aliran udara masuk difuser. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan posisi difuser yang optimum dengan menggunakanan metoda numerik. Metoda numerik mensimulasikan variasi posisi difuser dan kecepatan udara masuk difuser. Hasil simulasi dengan posisi difuser miring (+30 o ) dan kecepatan udara masuk difuser tinggi (4,2 m/s) menunjukkan distribusi temperatur sama untuk semua level. Kondisi tunak (temperatur ruangan 21 o C) dicapai selama 275 detik setelah udara dialirkan ke ruangan yang dikondisikan (waktu untuk mencapai kondisi tunak ini adalah waktu tercepat bila dibandingkan dengan yang lainnya). Kata kunci: Metode nomerik, posisi diffuser, kecepatan suplai udara. ABSTRACT There are a number of fundamental functions to be fulfilled by an air distribution systems in a room. Heat generated by different sources such as sunlight, lighting and other electrical installations has to be removed from the conditioned room. The air distribution system must also supply fresh air to the conditioned room. The temperature distribution pattern in the conditioned room is influenced by room geometry, heat sources, diffuser position and type, and air supply velocity on diffuser. In general, the goal of this research is to find the optimum diffuser position by numerical method. Numerical method, simulates diffuser position and air supply velocity variation. The results shows that inclined diffuser position (+30 o ) and high velocity air supply (4.2 m/s) indicate that the temperature distribution equal on all levels Steady state condition (conditioned air temperatur of 21 o C) occured 275 seconds after the supply air comes into contact with the non conditioned room air (the shortest time compared to others). Keywords: Numerical method, difuser position, air supply velocity. PENDAHULUAN Ada beberapa fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh sistem distribusi udara pada ruangan. Sistem tersebut harus dapat mengatasi panas yang dihasilkan oleh sumber-sumber panas seperti sinar matahari, lampu dan instalasi kelistrikan yang lain dan harus dapat mengatasi kebocoran panas pada dinding dan pintu. Sistem distribusi udara juga mempunyai tugas utama mengalirkan udara dingin, bersih dan segar ke ruangan dengan jumlah yang tepat. Sistem distribusi udara juga harus memberikan kondisi yang baik pada ruangan. Kondisi yang baik berarti gradien kecepatan dan temperatur yang sesuai pada seluruh daerah yang dikondisikan. Semua parameter tersebut merupakan hubungan timbal balik yang kompleks dari: jenis difuser, kecepatan, geometri ruangan, lokasi dan ukuran sumber panas dan lain-lain. Pola distribusi temperatur di ruangan adalah hasil interaksi antara gaya-gaya inersia, gesek, tekan dan apung. Gaya-gaya ini bekerja pada elemen-elemen aliran udara di dalam ruangan. Kecepatan dan temperatur yang dihasilkan sangat tergantung pada mesin pendingin yang digunakan untuk menghasilkan udara yang dialirkan ke ruangan yang dikondisikan. Di samping itu posisi difuser juga akan menghasilkan distribusi temperatur yang berbeda. 1

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No. 1, April 2006: 1 7 Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang distribusi temperatur. Rolloos [1] melakukan penelitian tentang distribusi temperatur dengan metoda similaritas dengan pendekatan Boussinesq. Pada pendekatan Boussinesq, density dianggap konstan kecuali pada bagian gaya apung. Sedangkan untuk ruang yang besar dengan bentuk yang kompleks penggunaan matematika murni untuk menyelesaikan persamaan yang mengatur pendistribusian udara ke seluruh ruang belum memungkinkan. Mirade [2], meneliti tentang penggunaan commercial CFD code untuk mensimulasikan sirkulasi udara pada chiller yang menjelaskan pentingnya penentuan meshing karena akan sangat mempengaruhi hasil simulasi numerik. Kurabuci dan Kusuda [3], melakukan prediksi numerik untuk pergerakan aliran udara dengan model turbulen dengan yang telah diuji dengan model k-ε dan metoda LES (the Large Eddy Simulation Method). Nielsen dan Möller [4], meneliti tentang pengembangan distribusi temperatur di ruangan yang meliputi aliran udara horizontal dan aliran udara vertikal. Sedangkan Fusegi [5], melakukan penelitian tentang konveksi natural tiga dimensi pada keadaan transient untuk sebuah cavity. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut di atas dilakukan pada kondisi tunak dan dua dimensi kecuali yang dilakukan oleh Fusegi. Hal ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang distribusi temperatur di ruangan (tiga dimensi) pada saat transien yaitu sejak pendistribusian dimulai hingga kondisi tunak diperoleh. Konsep dasar tentang distribusi temperatur udara adalah terkait erat dengan aliran energi antara udara supply dengan udara ruangan. Gerakan udara di ruangan adalah fenomena fisik yang secara umum diatur oleh hukum-hukum kekekalan massa, momentum dan energi. Metoda distribusi udara di ruangan diklasifikasikan sebagai: sistem campuran, sistem perpindahan dan sistem setempat [6]. Sistem Campuran Udara terkondisi biasanya dialirkan pada difuser dengan kecepatan lebih tinggi dibanding dengan kecepatan sirkulasi udara ruangan. Temperatur udara terkondisi mungkin lebih tinggi, lebih rendah atau sama dengan temperatur ruangan, tergantung pada beban ruangan tersebut. Semburan udara dari difuser bercampur dengan udara sekeliling sehingga menurunkan kecepatan dan menyeimbangkan temperatur udara. Distribusi udara yang baik harus menghasilkan kecepatan udara, temperatur, kelembaban dan kualitas udara yang seragam pada ruang yang dikondisikan. Adapun tempat pemasangan difuser ada beberapa alternatif yaitu: Kelompok A: Keluaran dipasang pada langitlangit atau dekat langit-langit yang mengalirkan udara secara mendatar. Kelompok B: Keluaran dipasang pada lantai atau dekat lantai yang mengalirkan udara secara tegak dengan semburan yang tidak menyebar. Kelompok C: Keluaran dipasang pada lantai atau dekat lantai yang mengalirkan udara secara tegak dengan semburan yang menyebar. Kelompok D: Keluaran dipasang pada lantai atau dekat lantai yang mengalirkan udara secara mendatar. Kelompok E: Keluaran dipasang pada langitlangit atau dekat langit-langit yang mengalirkan udara primer secara vertikal. Gambar 1. Karakteristik Gerakan Udara pada Keluaran Kelompok A [6] Gambar 2. Karakteristik Gerakan Udara pada Keluaran Kelompok B [6] Gambar 3. Karakteristik Gerakan Udara pada Keluaran Kelompok C[6] 2

Soedjono, Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi Kecepatan Udara Volume udara pada plume bertambah dengan naiknya plume karena plume memasukkan udara sekeliling. Permukaan stratifikasi berada di suatu lapisan udara dimana laju aliran udara pada plume sama dengan laju aliran udara masukan. Dua daerah yang berbeda kemudian terbentuk pada ruangan, yaitu daerah di bawah permukaan stratifikasi dimana tidak ada aliran putaran balik dan daerah di atas permukaan stratifikasi dimana ada aliran putaran balik (Gambar 6). Ketinggian daerah di bawah stratififasi tergantung pada laju aliran udara masukan, karakteristik sumber panas dan distribusinya pada lantai. Gambar 4. Karakteristik Gerakan Udara pada Keluaran Kelompok D[3] Gambar 5. Karakteristik Gerakan Udara pada Keluaran Kelompok E[6] Sistem perpindahan Udara terkondisi dengan temperatur sedikit di bawah temperatur udara ruangan yang dikondisikan dialirkan dari difuser dengan kecepatan rendah. Difuser ditempatkan pada lantai atau dekat lantai dan udara masukan dialirkan langsung ke daerah yang dikondisikan. Difuser udara balik ditempatkan dekat langit-langit atau pada langit-langit dimana udara panas ruangan dikeluarkan. Udara masukkan disebarkan di atas lantai, kemudian naik ke atas karena dipanaskan oleh sumber-sumber panas pada daerah yang dikondisikan. Sumber-sumber panas di ruangan yang dikondisikan (misalnya manusia, komputer dan lain-lain) menyebabkan aliran konveksi ke atas dalam bentuk convective plume yang mengeluarkan kalor dan kontaminan yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari udara di ruang yang dikondisikan (Gambar 6). Ventilasi Setempat. Udara dialirkan secara setempat pada daerah yang dikondisikan, seperti pada bangku di kantorkantor, tempat duduk di gedung-gedung pertunjukkan dan gedung-gedung bioskop, atau tempattempat kerja pada gedung-gedung industri. Udara terkondisi dialirkan langsung ke breathing zone penghuni untuk menghasilkan kondisi nyaman dan/atau menurunkan konsentrasi polutan. Beberapa difuser khusus digunakan. Gambar 7, memperlihatkan satu susunan dengan difuser diletakkan pada bangku didepan penghuni. Gambar 7. Pengontrol Lingkungan Individu[6] Pada gedung pertunjukan dan gedung bioskop, udara dapat dialirkan melalui grille atau perforated panel di bagian belakang (Gambar 8a). melalui kakikaki kursi gedung pertunjukan (Gambar 8d dan Gambar 8d) atau melalui difuser udara yang dipasang pada lantai di bawah kursi (Gambar 8c). Skematik distribusi udara melalui belakang kursi ditunjukkan pada gambar 8e. Gambar 6. Skema Ventilasi Perpindahan[6] 3

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No. 1, April 2006: 1 7 Persamaan momentum ke arah sumbu y + u + v + w = P 2 2 2 1 v v v + ν + + g[ 1 β ( T T o )] (3) ρ 2 2 2 x y z Persamaan momentum ke arah sumbu z + u + v + w = 2 2 2 1 P w w w + ν + + (4) ρ 2 2 2 Persamaan energi 2 2 2 T T T + u + v + w = α + + (5) 2 2 2 Gambar 8. Aliran Udara Setempat pada Gedung Pertunjukan[6] METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode numerik sebagai langkah awal untuk mengetahui pola distribusi temperatur pada penelitian ini. Dari hasil simulasi numerik ini diharapkan dapat dianalisis penyebaran temperatur di ruangan untuk berbagai posisi difuser dan kecepatan udara masuk. Pemodelan Keadaan aliran udara di ruangan dapat dimodelkan secara memuaskan dengan hukum kekekalan massa, momentum dan energi. Hukum tersebut dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut : Persamaan kekekalan massa + + = 0 (1) Persamaan momentum ke arah sumbu x + u + v + w = 2 2 2 1 P u u u + ν + + ρ 2 2 2 (2) Pada Persamaan (1 5) aliran fluida dimodelkan sebagai fluida Boussinesq-incompressible, yang berarti bahwa ρ = konstan di semua titik kecuali pada bagian body force yang ditunjukkan oleh ρ[1- β(t-to)]. Simulasi numerik yang dilakukan adalah untuk memperoleh pola distribusi temperatur di ruangan. Simulasi numerik ini dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang distribusi temperatur ruangan yang dimodelkan. Persamaan-persamaan tersebut adalah persamaan diferensial orde-2 non linear yang sangat sulit diselesaikan secara analitis. Jadi pendekatan numerik dilakukan. Penyelesaian persamaan-persamaan tersebut dengan menerapkan model elemen hingga untuk suatu ruangan menurut format ANSYS 5.4, dengan beberapa penyederhanaan dan idealisasi sebagai berikut: Fluida adalah fluida Boussinesq-incompressible, kecuali pada bagian gaya apung. Kecepatan fluida pada dinding-dinding difuser sama dengan nol. Tidak ada kebocoran udara dari dan ke ruangan. Syarat batas dan kondisi awal yang dipergunakan adalah : Dinding ruangan model adiabatik. Kecepatan fluida pada dinding ruangan sama dengan nol. Kecepatan dan temperatur fluida masuk difuser seragam. Penyederhanaan dan idealisasi tersebut disesuaikan dengan keterbatasan kemampuan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan. Langkah-langkah pemodelan ditunjukkan pada diagram alir Gambar 9. 4

Soedjono, Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi Kecepatan Udara Mulai Menggambar Geometri ruangan menurut Format ANSYS Data Elemen Hingga 3-D Data Sifat Fisik Idealisasi Persamaan 1 sampai 5 Pemrosesan numerik Gambar 10. Model Simulasi Numerik Data Distribusi Temperatur Selesai Gambar 9. Diagram Alir Pemodelan Menurut Format ANSYS 5.4 Geometri ruang model dapat dilihat pada Gambar 10, sedangkan letak titik pengamatan untuk evaluasi ditunjukkan pada Gambar 11. Simulasi numerik dilakukan untuk dua kecepatan udara masuk (2,66 dan 4,2 m/s) dan posisi difuser mendatar dan miring ke atas 30 o. Pembagian geometri ruang model menjadi elemen hingga dibatasi sampai 20000 nodal pada format ANSYS 5.4. Iterasi dilakukan sampai mencapai ketelitian 0,01 o untuk temperatur. Data simulasi Data yang dipergunakan pada simulasi ini adalah sebagai berikut: ρudara : 1,2 kg/m 3 Tudara masuk difuser : 17 o C (290 K) Tdinding : 25,5 o C (298,5 K) Vudara keluar difuser: rendah = 2,66 m/s tinggi = 4,2 m/s Catatan: kecepatan ini didasarkan pada kecepatan blower pada ruang tes yang akan dilakukan sesudah simulasi ini. Dmasuk difuser: 0,2 m Sudut kemiringan difuser yang dicoba adalah: 0 o dan +30 o (miring ke atas). Gambar 11. Titik Pengamatan pada Ruangan Simulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi numerik yang dilakukan memberikan informasi tentang penyebaran temperatur pada ruangan untuk waktu tertentu sampai tercapai kondisi tunak. Perubahan temperatur terhadap waktu tersebut ditunjukkan pada gambar-gambar di lampiran. Secara umum penyebaran temperatur terlihat cukup seragam pada seluruh bidang, baik untuk posisi difuser mendatar maupun miring 30 o. Sedangkan kecepatan penyebaran temperatur sangat dipengaruhi oleh kecepatan udara masuk difuser dan posisi difuser. Kurva distribusi temperatur hasil simulasi pada beragai titik pengamatan ditunjukkan pada Gambar 12 hingga 15. Pada Gambar 12, yaitu posisi difuser mendatar dengan kecepatan udara masuk difuser rendah didapat penurunan temperatur yang cukup seragam pada seluruh level pengamatan. Penurunan temperatur berlangsung relatif cepat, karena dengan kecepatan rendah udara supply mempunyai waktu relatif lebih lama untuk berinteraksi dengan udara di ruangan. Pada titik pengamatan 5 temperatur turun dengan cepat karena titik pengamatan 5 tepat berada di depan difuser. 5

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No. 1, April 2006: 1 7 0 75 150 225 300 375 450 0 50 100 150 200 250 Gambar 12. Kurva Waktu vs Temperatur (Difuser Mendatar, Blower Kecepatan Rendah) Pada Gambar 13, yaitu posisi difuser mendatar dengan kecepatan udara masuk difuser 4,2 m/s, didapat kurva penurunan temperatur di ruangan yang cukup berbeda dengan kecepatan udara masuk difuser 2,66 m/s. Distribusi temperatur kurang merata pada semua level pengamatan. Pada level pengamatan 2 didapat temperatur rata-rata yang lebih rendah dari level pengamatan 1 dan 3, karena level 2 tepat berada didepan difuser. Terjadi penurunan temperatur yang cukup tajam pada titik pengamatan 5 karena titik tersebut tepat berada di depan difuser. Gambar 14. Kurva Waktu vs Temperatur (Difuser Miring 30 o, Blower Kecepatan Rendah) Sedangkan pada Gambar 15, yaitu pada posisi difuser miring +30 o dengan kecepatan udara masuk difuser 4,2 m/s juga didapat penyebaran temperatur yang kurang merata pada seluruh level. Pada Gambar 14 tersebut penurunan kurva temperatur kurang seragam yang dapat dilihat dari perbedaan temperatur yang terjadi. Penurunan temperatur pada titik pengamatan 4 dan titik pengamatan 5 terjadi cukup tajam karena tepat berada di depan difuser. 0 50 100 150 200 250 0 50 100 150 Gambar 13. Kurva Waktu vs Temperatur (Difuser Mendatar, Blower Kecepatan Tinggi) Pada Gambar 14, yaitu pada posisi difuser miring +30 o dengan kecepatan udara masuk difuser 2,66 m/s didapat kurva penurunan temperatur di ruangan yang cukup seragam. Tetapi distribusi temperatur yang terjadi kurang seragam pada semua level, hal ini dapat dilihat beda temperatur yang terjadi masih cukup besar. Penurunan temperatur lebih cepat terjadi level tiga yang berada pada daerah paling atas. Gambar 15. Kurva Waktu vs Temperatur (Difuser Miring 30 o, Blower Kecepatan Tinggi) KESIMPULAN 1. Dari hasil kaji numerik yang telah dilakukan, didapatkan bahwa penempatan difuser dan kecepatan udara masuk sangat berpengaruh terhadap distribusi temperatur pada ruang yang dikondisikan. 2. Distribusi lebih merata diperoleh pada posisi difuser miring +30 o dengan kecepatan udara masuk difuser 4,2 m/s, dibanding difuser mendatar. 6

Soedjono, Pengaruh Posisi Difuser dan Variasi Kecepatan Udara Pada difuser miring +30 o di dapat temperatur rata-rata yang relatif sama pada semua level pengamatan yaitu sekitar 21 o C. Level T udara ( o C) 1 21.48 2 21.02 3 21.44 Waktu Steady State (detik) 275 Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tunak untuk difuser miring +30 o dengan kecepatan udara 2,6 m/s adalah 300 detik. 3. Kondisi tunak posisi difuser mendatar dengan kecepatan udara 2.6 m/s adalah 450 detik dan untuk kecepatan udara 4.2 m/s adalah 500 detik. DAFTAR PUSTAKA 1. Rolloos, N., On the Possibilities and Limitations of Modelling Room Air Flow Conditions, Delf University, 1979. 2. Mirade, P.S., Arnaud, G., Two-Dimension Simulation of the Air Flow in Two Industrial Meat Chillers, International Journal Refrigeration, Vol.18, 1995. 3. Kurabuchi, T, Kusuda, T., Numerical Prediction for Indoor Air Movement, ASHRAE Journal, December 1987. 4. Nielsen, Peter V and Moller, Aket. T. A., New Developments in Room Air Distribution, ASHRAE Journal, January 1987. 5. Fusegi, Toru., Kuwahara, Kunio., Hyun, Jae Min., Farouk, Bakhtiar, Transient 3-D Natural Convection in a Differentially Heated Cubical Enclosure, ASME JSME Thermal Engineering Proceedings, Vol. 1, 1981. 6. ASHRAE, Fundamental Handbook (SI), 1993. 7