ELEMEN ARSITEKTURAL RUMAH BANGSAL DI DESA LARANGAN LUAR PAMEKASAN MADURA

dokumen-dokumen yang mirip
Intan Kurnia Asmarani, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Karakteristik Fasade Bangunan untuk Pelestarian Koridor Jalan Panggung Surabaya

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Jawa Timur secara umum

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB III ELABORASI TEMA

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL KUDUS

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

TIPOLOGI FAÇADE RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN - MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

Semiotika Arsistektur Rumah Adat Kudus Joglo Pencu

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KANTOR BAKORWIL IV JATIM PAMEKASAN

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

KAJIAN OBJEK ARSITEKTUR JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORITIS...

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI NGAMARTO - LAWANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

H149 - ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN RUMAH GUBERNUR JENDERAL VOC DI BENTENG ORANJE TERNATE

PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

ORNAMEN BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELESTARIAN BANGUNAN UTAMA EKS RUMAH DINAS RESIDEN KEDIRI

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK

DINDING DINDING BATU BUATAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

Konstruksi Rumah Pandhapa di Desa Aeng Tong-Tong Kabupaten Sumenep, Madura

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN)

Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Kesimpulan dan Saran

KOMPOSISI FASAD MASJID AL MUBAROK DI NGANJUK

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

SIMETRISITAS RUANG PADA RUMAH TINGGAL KUNO DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

Transkripsi:

ELEMEN ARSITEKTURAL RUMAH BANGSAL DI DESA LARANGAN LUAR PAMEKASAN MADURA Intan Kurnia Asmarani 1, Antariksa 2, Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Univesitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Univesitas Brawijaya Alamat Email penulis: intankasmarani@gmail.com ABSTRAK Desa Larangan Luar memiliki banyak peninggalan arsitektur tradisional Madura yang masih bertahan hingga sekarang, salah satunya adalah rumah bangsal. Rumah bangsal merupakan rumah tradisional Madura yang lahir dari akulturasi budaya Madura, Jawa, Kolonial Belanda, Cina dan mendapat pengaruh dari golongan rakyat dan Kerajaan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi rumah bangsal membuat karakter elemen arsitekturalnya berbeda dari rumah tradisional lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis elemen arsitektural rumah bangsal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis secara deskriptif dan historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen arsitektural rumah bangsal terdiri dari lantai, dinding batu bata, dinding kayu, pintu, jendela, kolom batu, kolom kayu dan atap. Karakter penghuni rumah bangsal sebagai orang Madura tercermin pada elemen arsitekturalnya. Faktor budaya Madura, Jawa, Kolonial Belanda dan Cina, kepercayaan dan kondisi iklim mempengaruhi karakter elemen arsitektural rumah bangsal. Kata kunci: Elemen arsitektural, Rumah bangsal, Madura. ABSTRACT Larangan Luar village has many architecture heritages that still exist until now. One of the heritages is bangsal house. Bangsal house is a traditional architecture heritage that was born through acculturation process from Madura, Jawa, Colonial and Chinese culture and influenced by Madura s citizen and the kingdom. Factors that influence bangsal house makes the character of architectural element different from the others traditional house. The research goals are to identify and to analyze the architectural element of bangsal house. The research method is using qualitative method with descriptive and histories analyzes approach. The result of research shows that the architectural element of bangsal house consist of floor, bricked wall, wood wall, door, window, stone pillar, wood pillar and roof. The character of bangsal house owner as Madura s people is reflected at its architectural element. The Madura, Jawa, Colonial and Chinese cultures, religion and climate factors influence the character of architectural element bangsal house. Keywords: Architectural element, Bangsal house, Madura. 1. Pendahuluan Rumah tinggal merupakan arsitektur yang mencerminkan penghuni dan budaya setempat. Rumah tinggal tradisional Madura merupakan hasil dari perkembangan arsitektur tradisional Jawa. Rumah tradisional Madura dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan bentuk atapnya yaitu rumah bangsal, pegun dan trompesan, seperti halnya rumah Jawa dengan joglo, limasan dan kampungnya. Meskipun demikian arsitektur tradisional Madura memiliki karakter yang berbeda dari arsitektur tradisional Jawa.

Salah satu jenis rumah tradisional Madura adalah rumah bangsal yang merupakan perkembangan dari rumah joglo Jawa. Rumah bangsal merupakan rumah tradisional Madura yang mendapat pengaruh dari berbagai golongan dan budaya, yaitu rakyat dengan budaya Maduranya, Kerajaan dengan budaya Jawa, serta budaya luar seperti Kolonial Belanda dan Cina. Adanya faktor pengaruh yang bermacam-macam tersebut membuat karakter elemen arsitektural rumah bangsal menjadi berbeda dengan rumah tradisional lainnya. Rumah bangsal sebagai warisan arsitektur tradisional Madura merupakan benda cagar budaya yang harus terus dilindungi dan dilestarikan. Penelitian dan dokumentasi mengenai rumah bangsal terutama mengenai elemen arsitekturalnya belum banyak dilakukan, sehingga kajian mengenai elemen arsitektural rumah bangsal sangat diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis elemen arsitektural rumah bangsal, sehingga dapat diketahui karakteristiknya. 2. Bahan dan Metode 2.1 Teori Elemen Arsitektural Menurut Krier (2001) suatu ruang memiliki elemen penyusun utama berupa dinding, kolom, langit-langit dan lantai yang dilengkapi dengan pintu dan jendela sebagai penghubung. Fasade bangunan tersusun atas elemen arsitektural pintu, jendela, pelindung matahari, atap, lantai dan kolom. Karakter suatu bangunan dapat dilihat dari elemen arsitektural yang menyusunnya. Elemen arsitektural bangunan tradisional terbentuk melalui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Rapoport (1969) faktor yang mempengaruhi arsitektur tradisional diantaranya faktor alam dan iklim, material dan teknologi konstruksi, ekonomi, agama dan sosial budaya. 2.1.1 Elemen Arsitektur Tradisional Jawa Penggunaan elemen arsitektur tradisional Jawa dan ornamennya terkait dengan tipe kelompok bangunannya (Cahyandari, 2012). Kelompok rumah Jawa dalem menggunakan elemen arsitektural dengan ornamen yang mewah, sedangkan rumah joglo, limasan dan kampung menggunakan elemen arsitektural dengan ornamen yang terbatas. Menurut Dakung (1987) rumah tradisional Jawa berbentu persegi atau persegi panjang yang dibagi menjadi 4 tipe yaitu panggang pe, kampung, limasan dan joglo. Rumah joglo memiliki ciri adanya blandar (papan kayu) bersusun dan 4 tiang utama pada bagian tengah bangunan yang disebut saka guru. Pondasi yang digunakan pada arsitektur Jawa adalaha pondasi umpak dan batur atau pondasi lantai. Letak lantai bangunan rumah Jawa selalui lebih tinggi karena menggunakan pondasi jenis batur ini. Pintu rumah Jawa yang memiliki dua daun pintu yang disebut dengan kupu tarung dan yang hanya memiliki satu daun disebut dengan inep siji. Jendela rumah Jawa seperti elemen pintu yang memiliki dua atau satu daun dengan bentuk segi empat. Material yang digunakan elemen pintu dan jendela rumah Jawa adalah kayu atau bambu (Dakung, 1987). 2.1.2 Elemen Arsitektur Kolonial Belanda Sukarno et al.(2014) Gaya bangunan Indische Empire dapat terlihat dari denah dan fasadenya yang simetris, kolom bangunan yang berbentuk Tuscan, bentuk bangunan, atap, jendela dan pintu yang monumental dan dinding berwarna putih dengan tekstur halus. Purwani (2001) Elemen arsitektur Eropa ditemukan pada kolom

dan proporsi bangunan. Kolom memiliki bentuk bulat dengan bentuk lonceng terbalik pada bagian atasnya. Hersanti, et al. (2007) Jenis pintu dan jendela yang digunakan pada fasade bangunan adalah pintu dan jendela yang rangkap dua dengan empat buah daun jendela dengan bentuk kotak. Pada jendela rangkap terdapat tralis pada bagian dalamnya dan daun jendela dibuka kearah keluar. 2.1.3 Elemen Arsitektur Cina Arsitektur Cina dapat dikenali dari bentuk atapnya yang selalu memiliki bubungan melengkung pada bagian ujungnya dengan ornamen yang menyimbolkan arah ke surga dan nilai keagungan bangunan (Thamrin, 2010). Penghalang pintu pada arsitektur Cina dipercaya untuk mencegah masuknya roh jahat kedalam bangunan dan sebagai pemisah yang tegas antara ruang luar dan ruang dalam bangunan (Kustedja, 2014). Ragam hias motif wan atau lebih dikenal dengan motif swastika digunakan pada bagian jendela sebagai lubang angin-angin dan pada bidang pintu. Motif wan ini merupakan lambang Buddha dalam menyebar kebaikan dan ketidakterbatasan (Kustedja, 2014). Arsitektur Cina memiliki motif geometri lattice yang ditemukan pada bagian bouvenlicht pintu dan jendela. Motif geometri ada yang mengambil bentuk dari huruf tionghoa wan dan ada yang mengambil bentuk simbol yin-yang yang melambangkan kebahagiaan ganda. (Thamrin, 2010:5) 2.2 Teori Arsitektur Tradisional Madura Arsitektur Madura berasal dari perkembangan budaya Jawa yang mendapat pengaruh dari faktor budaya Agama Islam yang berkembang kuat, budaya luar, kondisi sosial, ekonomi, dan kondisi iklim geografis Madura (Wiryoprawiro, 1986). Rumah Bangsal memilki hiasan diatapnya berupa kepala naga atau betuk perahu yang merupakan pengaruh dari budaya Cina yang disebut dengan atap pacenan (Tulisyantoro, 2005). Menurut Susanto (2007) Rumah Bangsal dalam tradisi terdahulu merupakan rumah yang biasanya dimiliki oleh orang kaya dan mampu.penggunaan ornamen pada rumah tinggal rakyat Madura berorientasi pada keraton. Masyarakat pertanian menggunkanan motif buah nanas dengan sulur-suluran dan menggunakan unsur alam yaitu gunung dan aliran air sungai. Pewarnaan ornamen rumah petani cenderung menggunakan warna hijau (Ratnasari, 2002). 2.3 Metode Penelitian Penelitian mengenai elemen arsitektural rumah bangsal ini menggunakan metode umum kualitatif. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif dan historis. Penjelasan mengenai karakteristik elemen arsitektural rumah bangsal dijelaskan secara deskriptif setiap elemennya pada masing-masing kasus rumah bangsal. Pendekatan historis digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi elemen arsitektural rumah bangsal dengan mencari keterkaitannya dengan sejarah Madura. Penentuan kasus bangunan yang dijadikan sebagai objek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara, data sekunder diperoleh melalui instansi terkait.

3. Hasil dan Pembahasan Elemen arsitektural rumah bangsal meliputi lantai dengan denah, dinding, pintu dan jendela, kolom dan atap. Setiap elemen arsitektural rumah bangsal akan dibahas sesuai dengan indikatornya masing-masing, yaitu terkait dengan bentuk, kesimetrisan, ketinggian, letak, material dan warna, serta ornamen. Dari hasil survei awal ditemukan 20 kasus rumah bangsal di Desa Larangan Luar yang akan dijadikan objek penelitian. Berikut merupakan hasil dan pembahasan mengenai elemen arsitektural rumah bangsal: 3.1 Lantai (Denah) Elemen lantai rumah bangsal memiliki bentuk geometri denah persegi dan persegi panjang yang simetris. Denah rumah bangsal terdiri dari dua macam ruang yaitu amper dan ruang dalam yang berfungsi sebagai ruang tidur dan keluarga. Ruang dalam bangunan tidak memiliki dinding sebagai pembatas ruang melainkan menggunakan kolom sasaka (kolom utama penyangga atap) sebagai pembatas fungsi. Lantai rumah bangsal selalu lebih tinggi dari tanean (halaman) rumah dikarenakan menggunakan pondasi sistem batur. Lantai bangunan yang lebih tinggi menandakan sifat bangunan rumah bangsal yang lebih privat dan sakral daripada tanean. Pada bagian bawah pintu masuk rumah bangsal terdapat sekat yang melintang sebagai penghalang dan pembatas tegas akan perbedaan sifat ruang antara amper dengan ruang dalam yang lebih privat dan sakral. Material penutup lantai yang digunakan pada rumah bangsal yaitu material plester semen, tegel polos ukuran 20x20 cm. Kesimetrisan bentuk denah bangunan yang masih asli (belum mengalami penambahan ruang) semetris. (Gambar 1) 3.2 Dinding Gambar 1. Elemen Lantai (Denah) Kasus Rumah Ibu Admidah Elemen dinding rumah bangsal berdasarkan jenis materialnya dibagai menjadi dua macam yaitu dinding kayu (gejug) dan dinding batu bata. Dinding gejug merupakan dinding kayu yang berukir dengan ornament khas Madura. Dinding gejug memiliki tiga bagian yaitu satu papan kayu yang juga berfungsi sebagai pintu dan dua papan kayu

disamping kanan-kirinya. Dinding ini pada bagian atasnya memiliki ukiran yang juga berfungsi sebagai ventilasi, karena pada rumah yang menggunakan dinding gejug tidak memiliki elemen jendela. Dinding gejug ini merupakan pengaruh dari arsitektur Jawa yang lebih dikenal dengan gebyok. (Gambar 2) Ukiran yang digunakan pada dinding gejug bermacam-macam jenisnya ada yang berupa motif flora dan ada yang motif fauna, namun motif flora lebih banyak dijumpai. Motif swastika (lambang Buddha) merupakan pengaruh dari Cina dan motif kepetan (bentuk ¼ lingkaran yang melambangkan penerangan) merupakan pengaruh dari Jawa. (Gambar 2) Gambar 2. Elemen Dinding Kayu dan Ornamen Rumah Bapak Habibi Dinding batu bata pada rumah yang menggunakan dinding gejug letaknya pada bagian samping kanan-kiri dan belakang rumah bangsal. Dinding ini terbuat dari material batu bata kombhu atau batu bata putih (batu kapur) yang difinishing dengan diplester dan dicat warna putih. Batu bata ini berukuran besar yaitu 36x20x10 cm yang diperoleh dari penambangan batu kapur dekan desa. Pada bagian atas dinding terdapat ornament berupa garis-garis horizontal list dinding. Elemen dinding batu bata ini mendapat pengaruh dari Arsitektur Kolonial Belanda dilihat dari jenis material, warna dan ornamen dinding. Dinding bagian samping bangunan memiliki bentuk trapesium yang asimetris, sedang pada bagian belakang simetris. (Gambar 3) Gambar 3. Elemen Dinding Batu Bata Rumah Bapak M. Pari

3.3 Pintu dan Jendela Elemen pintu yang menjadi satu dengan dinding gejug memiliki papan berukir pada samping kanan-kiri dan atasnya. Pintu ini merupakan pintu utama yang memiliki dua daun (pintu kupu tarung, pengaruh Jawa). Ukuran pintu ini kecil dan hanya dapat membuka ke arah dalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang dalam bangunan merupakan ruang yang privat. Ornamen dan warna yang digunakan pada pintu ini sama dengan yang digunakan pada dinding gejug. Pintu berbentuk persegi panjang yang simetris. (Gambar 4) Gambar 4. Elemen Pintu dan Jendela Rumah Bangsal Rumah yang tidak menggunakan dinding gejug menggunakan elemen pintu dan jendela pada dinding bagian depan rumahnya. Elemen pintu pada rumah ini juga memiliki dua daun pintu (kupu tarung). Ornamen pada pintu ini biasanya terletak pada daun pintu dan ventilasi pada bagian atas pintu. Ornamen pada pintu ini dapat berupa sulur tanaman dan motif geometri dan garis-garis horizontal. Elemen jendela terletak pada bagian kanan dan kiri pintu. Elemen jendela ada yang memiliki dua daun jendela, ada yang terdiri dari kisi-kisi kayu dan ada yang berupa jendela krepyak dari kaca yang merupakan elemen jendela yang telah berubah. Ornamen pada elemen jendela berupa sulur tanaman atau garis horizontal pada bagian ventilasinya. (Gambar 4) 3.4 Kolom Elemen kolom rumah bangsal ada yang terbuat dari batu kapur dan ada yang terbuat dari kayu jati. Kolom yang terbuat dari batu kapur memiliki ukuran yang cukup besar yaitu 24x24 cm untuk kolom persegi dan kolom lingkaran berdiameter 25 cm. Kolom batu ini memiliki tumpuan dan kepala kolom berbentuk lonceng terbalik pada bagian atas dan mengerucut di bagian atas seperti pada kolom-kolom kolonial (kolom doric). (Gambar 5) Kolom kayu rumah bangsal ada beberapa macam, yang pertama adalah kolom kayu persegi yang memiliki kepala berbentuk lonceng terbalik dan mengerucut bagian atasnya seperti kolom batu. Kolom ini berukuran lebih kecil dari kolom batu, yaitu 8x8 cm. ornament pada kolom ini terdapat pada bagian kepala dan tengah kolom. Ornamen dapat berupa garis-garis horizontal atau motif daun-daunan (patran, pengaruh Jawa). Warna yang digunakan pada kolom kayu ini senada dengan warna elemen dinding gejug atau elemen pintu, jendela. (Gambar 5)

Gambar 5. Elemen Kolom Rumah Bangsal Kedua, kolom kayu yang berbentuk seperti tangga. Kolom ini mengambil bentuk dasar dari motif swastika pada ukiran di Keraton Sumenep. Warna yang digunakan senada dengan warna pada dinding gejug atau elemen pintu, jendela. Kedua kolom ini terletak pada amper rumah bangsal yang fungsinya untuk menyangga tritisan atap. (Gambar 5) Kolom kayu yang ketiga adalah kolom utama yaitu sasaka yang berfungsi sebagai penyangga utama atap. Kolom ini seperti pada arsitektur Jawa yaitu kolom soko guru. Kolom berbentuk dasar persegi dengan pondasi umpak dari batu kapur dengan bentuk trapesium. Pada pertemuan antara kolom dengan batu umpak sering kali diberi uang koin sebagai kepercayaan orang dahulu agar rumah tidak mudah roboh. Pembangunan rumah ini dimulai dengan mendirikan kolom ini pada bagian timur dan utara dahulu. (Gambar 5) 3.5 Atap Elemen atap rumah bangsal merupakan hasil perkembangan dari atap joglo lawakan dan joglo sinom Arsitektur Jawa. Perbedaannya atap rumah bangsal pada bagian sisi kanan, kiri dan belakangnya dipotong sehingga atap hanya memanjang pada bagian depan saja. Material penutup atap adalah genteng tanah liat. Ciri dari atap rumah bangsal adalah bubungannya yang memiliki ornamen berbentuk naga. Ornamen tersebut disebut dengan kondhe-kondhe. Bubungan atap rumah bangsal yang menjulang keatas dengan ornament naga ini merupakan pengaruh dari Arsitektur Cina. Atap rumah Madura yang seperti ini disebut dengan atap pacenan. Bentuk ornamen naga tersebut mengambil bentuk naga pada lambang Keraton Sumenep. (Gambar 6) 4. Kesimpulan Gambar 6. Elemen Atap Rumah Bangsal Elemen arsitektural rumah bangsal terdiri dari lantai, dinding gejug, dinding batu bata, pintu, jendela, kolom batu, kolom kayu dan atap. Faktor budaya Madura, Jawa, Kolonial Belanda dan Cina, kepercayaan, karakter penghuni dan kondisi iklim mempengaruhi karakter elemen arsitektural rumah bangsal. Budaya Jawa merupakan budaya yang paling mempengaruhi elemen arsitektural rumah bangsal karena hampir ada pada setiap elemen.

Daftar Pustaka Cahyandari, GOI. 2012. Tata ruang dan Elemen Arsitektur pada Rumah Jawa di Yogyakarta sebagai Wujud Kategori Pola Aktivitas dalam Rumah Tangga. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI X (2): 103-118. Dakung, Sugiarto. 1987. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Hersanti, N. J., Pangarsa, G. W., Antariksa. 2007. Tipologi Rancangan Pintu dan Jendela Rumah Kolonial Belanda di Kayutangan Malang. Arsitektur e-journal 2 (1): 1-20. Krier, Rob. 2001. Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga. Kustedja, Sugiri. 2014. Konsep Ideologi, Hirarki, dan Keseimbangan, pada Elemen Arsitektur Klenteng Tradisional Berdenah Type Si-He-Yuan. Disertasi. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan. Purwani, O. 2001. Identifikasi Elemen Arsitektur Eropa pada Kraton Yogyakarta. Tesis. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Ratnasari, D., Widiastutik, R. Antariksa. 2002. Studi Ornamen pada Keraton Sumenep Madura. Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik (Engineering) 14(1): 1-14. Rapoport, A. 1969. House Form and Culture. New Jersey: Prenrice Hall, Inc. Englewood Cliffs. Sukarno, P. G., Antariksa, Suryasari, N. 2014. Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun. Jurnal Arsitektur NALARs 13 (2): 99-112. Susanto, Edi. 2007. Revitalisasi Nilai Luhur Tradisi Lokal Madura. KARSA XII (2): 96-103. Thamrin, Diana. 2010. Tata Bangunan Rumah Tinggal Daerah Pecinan di Kota Probolinggo Jawa Timur. Dimensi Interior 8 (1): 1-14. Tulistyantoro, L. 2005. Makna Ruang pada Tanean Lanjang di Madura. Dimensi Interior III (2): 137-152. Wiryoprawiro, Z.M. 1986. Arsitektur Tradisional Madura Sumenep dengan pendekatan historis dan deskriptif. Surabaya: Laboratorium Arsitektur Tradisional FTSP-ITS.