Budiasa & Bebas Jurnal Veteriner (Prasetyo dan Susanti, 2000). Pola pemeliharaannya juga masih sangat beragam, mulai dari sistem tradisional, semi int

dokumen-dokumen yang mirip
(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus).

PENGARUH PENYUNTIKAN OKSITOSIN SEBELUM INSEMINASI PADA BABI TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN DAN JUMLAH ANAK PER KELAHIRAN

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Veteriner Udayana Vol. 3 No.2. :91-98 ISSN : Agustus 2011

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK HIPOFISA SAPI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM PETELUR PADA FASE AKHIR PRODUKSI

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

MANIPULASI REPRODUKSI PADA ITIK PETELUR AFKIR DENGAN PREGNANT MARE SERUM GONADOTROPIN

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

(Biopotency Test of Monoclonal Antibody Anti Pregnant Mare Serum Gonadotropin in Dairy Cattle)

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

R. T. Hertamawati Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember, Jember ABSTRAK. Kata kunci : pembatasan pakan, produksi telur, fase grower, puyuh

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

THE EFFECT OF LIGHT COLOR ON FEED INTAKE, EGG PRODUCTION, AND FEED CONVERSION OF JAPANESE QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) ABSTRACT

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

EFEK PENAMBAHAN TEPUNG KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr.) DALAM PAKAN TERHADAP JUMLAH TELUR DAN KUALITAS TELUR ITIK

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

I. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

PERFORMAN PRODUKSI ITIK ALABIO (ANAS PLATHYRYNCHOS BORNEO) YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL DENGAN TAMBAHAN KROMIUM (CR) ORGANIK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

Roesdiyanto, Rosidi dan Imam Suswoyo Fakultas Peternakan, Unsoed

KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

I. PENDAHULUAN. Selatan. Sapi pesisir dapat beradaptasi dengan baik terhadap pakan berkualitas

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

5 KINERJA REPRODUKSI

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGASINAN MEMPENGARUHI KUALITAS TELUR ITIK MOJOSARI ELIYA KUSUMAWATI, MAS DJOKO RUDYANTO, I KETUT SUADA

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

PEMBERIAN WHOLE SERUM KUDA LOKAL BUNTING YANG DISENTRIFUGASI DENGAN CHARCOAL TERHADAP BIRAHI DAN KEBUNTINGAN PADA SAPI POTONG

PENGARUH JENIS SINKRONISASI DAN WAKTU PENYUNTIKAN PMSG TERHADAP KINERJA BERAHI PADA TERNAK KAMBING ERANAKAN ETAWAH DAN SAPERA

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

PENGARUH WARNA CAHAYA LAMPU TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH ( Coturnix coturnix japonica ) Jimmy Sangi, J. L. P. Saerang*, F. Nangoy, J.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

RESPON PERTUMBUHAN ANAK ITIK JANTAN TERHADAP BERBAGAI BENTUK FISIK RANSUM (GROWTH RESPONSE OF MALE DUCK RESULTING FROM DIFFERENT SHAPE OF RATIONS)

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.


HORMON REPRODUKSI JANTAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

ANALISIS TITIK IMPAS DAN RESIKO PENDAPATAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA SUGIH WARAS KECAMATAN BELITANG MULYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Transkripsi:

Jurnal Veteriner Maret 2008 Vol. 9 No. 1 : 20-24 ISSN : 1411-8327 Pregnant Mares Serum Gonadotrophin Meningkatkan dan Mempercepat Produksi Telur Itik Bali yang Lambat Bertelur (PREGNANT MARES SERUM GONADOTROPHIN INCREASES NUMBER OF EGGS AND ACCELERATES LAYING PERIOD OF BALI DUCK WITH DELAYED EGG PRODUCTION ) Made Kota Budiasa, Wayan Bebas Lab Teknologi Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. Sudirman. Denpasar-Bali. Tlp. (0361) 701808 Email : wbebas@fkh.unud.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan Pregnant Mares Serum Gonadotrophin (PMSG) terhadap berat ovarium, jumlah folikel yang berkembang dan awal produksi telur itik bali yang masa produksinya terlambat. Dalam penelitian ini dipakai rancangan acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol (TO) yang disuntik dengan NaCl 0,9%, kelompok T1 yang disuntik dengan PMSG dosis 5 IU per ekor, kelompok T2 yang disuntik dengan PMSG dosis 10 IU per ekor dan kelopok T3 yang disuntik dengan PMSG dosis 20 IU per ekor intra muskuler. Bobot ovarium meningkat secara nyata dengan meningkatnya dosis PMSG, yaitu dosis 0 IU (21,04 + 3,90 gram), dosis 5 IU (25,40 + 5,31 gram), dosis 10 IU (49,52 + 5,05 gram) dan dosis 20 IU (59,30 + 4,66 gram). Jumlah folikel yang berkembang juga meningkat secara nyata dengan meningkatnya dosis PMSG, yaitu dosis 0 IU (1,4 + 0,5 buah), dosis 5 IU (2,4 + 1,34 buah), dosis 10 IU (5,8+2,07 buah) dan dosis 20 IU (8,6+1,67 buah). Selain itu, masa awal produksi juga bertambah cepat dengan meningkatnya dosis PMSG, yaitu dosis 0 IU (19,0+1,58 hari), dosis 5 IU (16,8+1,3 hari), dosis 10 IU (14,2+1,92 hari) dan dosis 20 IU (9,6+14 hari). Penyuntikan PMSG terbukti dapat meningkatan kemampuan produksi telur pada itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi. Kata kunci : PMSG, itik bali, ovarium, folikel, awal produksi telur. ABSTRACT A study was carried out to determine the effect of Pregnant Mares Serum Gonadotrophin (PMSG) on the weigth of ovary, the number of developing follicles and the onset egg production in ducks with delayed egg production. In this study, as many as 40 Bali ducks were used and they were divided into 4 groups in a completelty randomized design i.e. control group (TO) treated with NaCl 0,9%, group T1 treated with PMSG dose 5 IU per duck, group T2 treated with PMSG dose 10 IU per ducks and group T3 treated with PMSG dose 20 IU per duck intramuscularly. The weight of ovary increased significantly with the increasing dose of PMSG, i.e dose 0 IU (21,04 + 3,90 gram), dose 5 IU (25,40 + 5,31 gram), dose 10 IU (49,52 + 5,05 gram) and dose 20 IU (59,30 + 4,66 gram). The number of developing folilicles also increased significantly with the increasing dose of PMSG, i.e dose 0 IU (1,4 + 0,5 follicles), dose 5 IU (2,4 + 1,34 follicles), dose 10 IU (5,8+2,07 follicles) and dose 20 IU (8,6+1,67 follicles). In addition, the onset of egg production was shortened significantly with the increasing dose of PMSG, i.e. dose 0 IU (19,0+1,58 days), dose 5 IU (16,8+1,3 days), dose 10 IU (14,2+1,92 days) and dose 20 IU (9,6+14 days). PMSG treatment was proven to increase the egg production capability of ducks with delayed egg production. Key Word : PMSG, Bali duck, early prodution, ovarium weigh, follicle growth. PENDAHULUAN Budidaya itik telah lama dilakukan oleh petani, khususnya di daerah pedesaan dengan berbagai tujuan, seperti penghasil telur dan daging, serta sebagai sarana upacara. Sumbangan ternak itik terhadap total produksi telur dan daging nasional masih tergolong sangat rendah yaitu mencapai 19,29% untuk produksi telur dan 2,15% untuk produksi daging 20

Budiasa & Bebas Jurnal Veteriner (Prasetyo dan Susanti, 2000). Pola pemeliharaannya juga masih sangat beragam, mulai dari sistem tradisional, semi intensif dan intensif. Pemeliharaan itik secara tradisional yang umumnya dilakukan secara berpindah pindah dari sawah satu ke sawah yang lainnya saat ini sudah jarang dilakukan, selain karena makin menyempitnya areal pengembalaan juga karena banyaknya kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida. Itik yang dipelihara secara tradisional biasanya mempunyai tingkat produktivitas yang sangat rendah. Menurut Setiyoko et al. (1994) hanya 20% itik mampu berproduksi di atas 65% bahkan separuhnya hanya bertelur kurang dari 20%. Dengan rendahnya produktivitas dan juga makin sempitnya lahan pengembalaan, petani mulai mengalihkan sistem pemeliharaannya ke sistem intensif. Dengan sistem intensif itik 100% dikurung dan semua kebutuhan hidupnya diberikan oleh peternak sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pakannya lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan dengan sistem tradisional (Tamzil et al. 1999) Pemeliharaan dengan sistem intensif mampu menghasilkan telur lebih banyak, produksi lebih stabil dan mutunya lebih baik dari sistem pemeliharaan secara tradisional (Warsito dan Rohaeni, 1994). Menurut Windhiyarti, (1997) pemeliharaan itik bali dengan cara intensif mempunyai pola produksi sebagai berikut. Pertama, itik mulai memproduksi telur pada umur 6 bulan dengan lama bertelur 8-9 bulan. Selanjutnya, itik mengalami masa istirahat (luruh bulu) sekitar 3-3,5 bulan dan setelah itu bertelur kembali. Permasalahan di lapangan adalah masa produksi telur antara itik yang satu dengan itik yang lainnya tidak bersamaan, walaupun usianya relatif sama. Produksi yang dicapai pada awal produksi telur sampai masa luruh bulu yang pertama adalah 29-50% (Warsito dan Rohaeni, 1994). Lebih dari 50% itik umumnya mengalami keterlambatan masa produksi. Keadaan ini dapat merugikan peternak, dan jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Keterlambatan produksi telur dapat disebabkan oleh tidak aktifnya alat-alat reproduksi, gangguan perkembangan ovarium dan oviduk yang selanjutnya menyebabkan keterlambatan reproduksi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Preganant Mares Serum Gonadotrophin (PMSG) dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan reproduksi pada mamalia (Nalbandov, 1990). PMSG diketahui dapat meningkatkan steroidogenesis pada ovarium yang sebagian besar adalah estrogen, androgen dan progesteron. Hormon-hormon tersebut mempunyai peran dalam pembangunan dan pemeliharaan saluran reproduksi betina. Menurut Nalbandov (1990) estrogen mempunyai peranan untuk perkembangan anatomi, dan seluruh kelenjar-kelenjar saluran reproduksi ayam betina yang belum mengalami dewasa kelamin. Estrogen menyebabkan perkembangan yang luar biasa pada kelenjar magnum bersama androgen dan progesteron menyebabkan pembentukan granula albumin dan pelepasan granula tersebut ke dalam lumen magnum. Estrogen juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan serta mobilisasi garam-garam kalsium di dalam kelenjar kerabang untuk pembentukan kerabang telur. Hormon PMSG mempunyai aktivitas follicle stimulating hormone (FSH) dan luteonizing hormone (LH) akan menyebabkan pembangunan dan pemeliharaan saluran reproduksi sehingga saluran reproduksi akan menjadi aktif dan siklus reproduksi akan berjalan normal (Nalbandov, 1990). Penggunaan FSH untuk meningkatkan produksi telur pada ayam kampung telah dilaporkan oleh Omega, et al. (2003), FSH mampu meningkatkan produksi telur dan pola siklus bertelur secara signifikan. Mustofa dan Mahaputra (1997 a ) melaporkan bahwa pemberian PMSG mampu mengatasi keterlambatan reproduksi pada ayam petelur jenis AA Brown. Pemberian PMSG juga dapat meningkatkan produktivitas telur ayam kampung (Eliyani dan Sarmanu, 1996; Mustofa dan Mahaputra, 1997 b ). Adapun penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana PMSG dapat meningkatkan produksi telur pada itik bali yang mengalami keterlambatan produksi. METODE PENELITIAN Hewan Coba Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah 40 ekor itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi dengan umur 6,5 bulan. Keterlambatan masa produksi dapat diketahui dengan melihat kloaka yang masih sempit, sedangkan yang sudah bertelur kloakanya besar dan mengalami udematus. Itik diadaptasikan dengan lingkungan penelitian selama 7 hari. Selama adaptasi, pada air minumnya dicampur vita stress. Kandang yang digunakan kandang individu dengan lantai litter 21

Jurnal Veteriner Maret 2008 Vol. 9 No. 1 : 20-24 dengan ukuran panjang kali lebar kali tinggi masing-masing: 30 x 30 x 100 cm. Penyuntikan PMSG PMSG disuntikkan secara intra muskuler pada muskulus pektoralis (dosis tunggal) sesuai dengan rancangan penelitian Setelah penyuntikan PMSG, lima hari kemudian hewan coba dibunuh (dislokasi cervicalis) setiap perlakuan dipotong 5 ekor sisanya 5 ekor lagi diamati mulai awal produksi telurnya. Hewan yang telah dibunuh kemudian dibedah dilakukan pengamatan terhadap berat ovarium, dan jumlah folikel yang berkembang, sedangkan mulai awal produksi telur diamati setelah penyuntikan PMSG. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol (TO) yang disuntik dengan NaCl 0,9%, kelompok T1 yang disuntik dengan PMSG 5 IU per ekor intra muskuler (dosis tunggal), Kelompok T2 disuntik dengan PMSG 10 IU per ekor dan kelompok T3 yang disuntik dengan PMSG 20 IU per ekor. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam jika hasilnya berbeda dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1990) HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Ovarium Itik Hasil penelitian pengaruh penyuntikan PMSG terhadap rata-rata berat ovarium, jumlah follikel yang berkembang dan awal produksi telur itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi pada perlakuan T0, T1, T2, dan T3 dapat dilihat pada Table 1, Tabel 2 dan Tabel 3 nyata terhadap berat ovarium (P<0,01). Ratarata berat ovarium itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi pada perlakuan T0 sangat nyata lebih ringan P(<0,01) jika dibandingkan dengan perlakuan T1, T2, dan T3. Rata-rata berat ovarium perlakuan T1 sangat nyata lebih ringan (P<0,01) dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3. Demikian juga dengan berat ovarium pada perlakuan T2 sangat nyata lebih ringan (P<0,01) dibandingkan dengan T3. Jumlah Folikel yang Berkembang nyata terhadap jumlah folikel yang berkembang (P<0,01). Rata-rata jumlah folikel yang berkembang pada perlakuan T0 sangat nyata lebih sedikit P(<0,01) dibandingkan dengan perlakuan T2, dan T3, namun perlakuan T0 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan T1. Rata-rata jumlah folikel yang berkembang pada perlakuan T1 sangat nyata lebih sedikit (P<0,01) dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3. Demikian juga dengan jumlah folikel yang berkembang pada perlakuan T2 sangat nyata lebih sedikit (P<0,01) dibandingkan dengan T3 Awal Masa Produksi Telur nyata terhadap awal produksi telur (P<0,01). Rata-rata awal produksi telur pada perlakuan T0 nyata lebih lama P(<0,05) jika dibandingkan dengan perlakuan T1, T2, dan T3. awal produksi telur perlakuan T1 nyata lebih lama (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3. Awal produksi telur pada perlakuan T2 nyata lebih lama jika dibandingkan dengan perlakuan T3 (P<0,05). Hasil penelitian pengaruh penyuntikan Tabel 1. Berat ovarium itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi setelah penyuntikan PMSG. PMSG 0 IU/ ekor (TO) PMSG 5 IU/ekor (T1) PMSG 10IU/Ekor (T2) PMSG 20 IU /ekor (T3) Berat ovarium (Gram)(Rata-rata + SD) 21,04 + 3,90 a 25,40 + 5,31 b 49,52 + 5,05 c 59,30 + 4,66 d Keterangan : Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) 22

Budiasa & Bebas Jurnal Veteriner Tabel 2. Jumlah folikel yang berkembang setelah penyuntikan PMSG pada itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi Jumlah folikel yang berkembang (Buah)(Rata-rata + SD) PMSG 0 IU/ ekor (TO) 1,4 a + 0,5 PMSG 5 IU/ekor (T1) 2,4 + 1,34 a PMSG 10IU/Ekor (T2) 5,8 + 2,07 b PMSG 20 IU /ekor (T3) 8,6 + 1,67 c Keterangan : Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan hasil yang berbeda nyata P<0,01) Tabel 3. Awal produksi telur itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi setelah penyuntikan PMSG. PMSG 0 IU/ ekor (TO) PMSG 5 IU/ekor (T1) PMSG 10IU/Ekor (T2) PMSG 20 IU /ekor (T3) Awal produksi telur (hari)rata-rata + SD 19,0 + 1,58 a 16,8 + 1,30 b 14,2 + 1,92 c 9,6 + 1,14 d Keterangan : Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) PMSG terhadap berat ovarium, jumlah follikel yang berkembang dan awal produksi telur pada itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi pada perlakuan T0, T1, T2, dan T3 memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Hal ini disebabkan karena PMSG mempunyai efek FSH dan sedikit LH yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan pematangan follikel di dalam ovarium.. FSH dan LH dapat meningkatkan steroidogenesis pada ovarium yang sebagian besar adalah estrogen, androgen dan progesteron. Hormon-hormon tersebut mempunyai peran penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan saluran reproduksi betina. Keterlambatan produksi telur disebabkan karena tidak aktifnya alat-alat reproduksi, dan pertumbuhan yang lambat diduga kuat menyebabkan gangguan perkembangan ovarium dan oviduk yang selanjutnya menyebabkan keterlambatan produksi (Nalbandov, 1990). Dalam penelitian ini PMSG mampu mengaktifkan ovarium dan perkembangan folikel sehingga dapat meningkatkan berat ovarium itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi dan meningkatkan jumlah folikel yang berkembang. PMSG yang mempunyai aktivitas FSH dan sedikit LH mampu menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel di dalam ovarium, dapat meningkatkan steroidogenesis pada ovarium yang sebagian besar adalah estrogen, androgen dan progesteron. Estrogen menyebabkan perkembangan yang luar biasa pada kelenjar magnum, bersama androgen dan progesteron menyebabkan pembentukan granula albumin dan pelepasan albumin kedalam lumen magnum. Estrogen juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan serta mobilisasi garam-garam kalsium di dalam kelenjar kerabang, sehingga dengan pemberian PMSG menyebabkan awal produksi telur secara sangat nyata lebih cepat (P<0,01). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian variasi dosis PMSG pada itik bali yang mengalami keterlambatan masa produksi dapat meningkatkan berat ovarium, dan jumlah folikel yang berkembang dan mempercepat awal produksi telur. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkaji penggunaan PMSG dilapangan apakah menguntungkan dari segi ekonomi atau tidak 23

Jurnal Veteriner Maret 2008 Vol. 9 No. 1 : 25-24 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan biaya dari Sumber Dana DIPA tahun 2007 sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Eliyani H, Sarmanu. 1996. Produksi Telur dan Konversi Pakan Ayam Buras Oleh Pengaruh Hormon Gonadotropin. Media Kedokteran Hewan 12 : 238-241. Mustofa I, Mahaputra L. 1997 a. Pengaruh Penyuntikan Pregnant Mares Serum Gonadotrophin (PMSG) Pada Ayam Petelur yang Mengalami Keterlambatan Masa Produksi. Hemerazoa 79: 1-6. Mustofa I, Mahaputra L. 1997 b. Upaya Peningkatan Produktivitas Ayam Buras dengan Penyuntikan Dosis Rendah Gonadotropin. Media Kedokteran Hewan 13: 145-149 Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Ed. 3. Jakarta : Universitas Indonesia. Omega MP, Maheshwari H, Widjajakusuma R. 2003. Efektivitas Follicle Stimulating Hormone (FSH) Terhadap Produktivitas dan Siklus Bertelur Ayam Lokal. J Vet 4 : 9-14 Prasetyo LH, Susanti T. 2000. Persilangan Timbal Balik Antara Itik Alabio dan Mojosari Periode Awal Bertelur. J Ilmu Ternak dan Veteriner 5: 210-214 Setiyoko AR, Syamsudin A, Rangkuti M, Budiman H, Gunawan A. 1994. Budidaya Ternak Itik. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Penelitian dan Pertanian, Jakarta. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Tamzil MH, Hardjosworo PS, Sihombing DTH, Manelu W. 1999. Pengaruh Pembatasan Pemberian Pakan Terhadap Penundaan Masak Kelamin Itik Lokal yang Cendrung Masak Kelamin Dini. Media Veteriner 6 : 11-15. Warsito dan Rohaeni, E.S. 1994. Beternak Itik Alabio, Jakarta : Kanisius. Windhiyarti SS. 1997. Beternak Itik Tanpa Air. Jakarta : Penebar Swadaya. 24