PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PERSONAL HYGIENE PEMULUNG SAMPAH DI TPA GANET TANJUNGPINANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

KUESIONER PENELITIAN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

Key words: Skin disorder, Personal Hygiene, Sanitation Facilities

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

TINJAUAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMBUANGAN SAMPAH DOMESTIK DI DESA LAM ILIE MESJID KECAMATAN INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat disekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PEDOMAN WAWANCARA. I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pendapatan :

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

Transkripsi:

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PERSONAL HYGIENE PEMULUNG SAMPAH DI TPA GANET TANJUNGPINANG Dewi Puspa Rianda 1) 1) Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang Abstract: Related Knowledge And Personal Hygiene Measures Of Garbage In TPA Ganet Scavenger Tanjungpinang. Scavengers work took thrift or specific bins for recycling. Viewed from the standpoint of health, the job of a scavenger has a very high risk for transmission of disease because scavengers working in an environment that is not conducive. Unhealthy behavior can be caused due to lack of knowledge about personal hygiene scavengers so many risk factors that occur in the garbage collector in place Waste Management Ganet Tanjungpinang. The research objective was to determine the relationship between knowledge and action about personal hygiene at scavengers in Garbage Disposal Ganet Tanjungpinang 2014. This research is a descriptive cross-sectional design. Location of the study conducted in The Waste Management Ganet Tanjungpinang and implemented in July 2014, with the object of research, amounting to 61 the number of scavengers. Analysis with Spearmen test (p=0,05). Knowledge and action research results of each scavenger of hair hygiene (21.67%; 35.00%) hand hygiene (16.67%; 26.67%) hygiene feet (38.33%; 30.00%) hygiene nails (30.00%; 36.67%) and the cleanliness of the skin (18.33%; 30%). The test results showed spearmen test p = 0.034 <0.05 means that there is a significant relationship between knowledge and personal hygiene measures scavengers. Based on the research results suggested to the Department of Health and Department of Health through the Health Center to provide and improve outreach to the scavenger pertaining to personal hygiene, and together with scavengers provide a complete hand washing with soap and a washcloth. Keyword: Knowledge, Action, Personal Hygiene, Scavenger. Abstract: Pengetahuan dan Tindakan Personal Hygiene Pemulung Sampah di TPA Ganet Tanjungpinang. Pemulung kerja mengambil barang bekas atau sampah khusus untuk daur ulang. Dilihat dari sudut pandang kesehatan, pekerjaan pemulung memiliki risiko yang sangat tinggi untuk penularan penyakit karena pemulung yang bekerja di lingkungan yang tidak kondusif. Perilaku sehat dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang pemulung kebersihan pribadi begitu banyak faktor risiko yang terjadi pada sampah di tempat Pengelolaan Limbah Ganet Tanjungpinang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tindakan tentang kebersihan pribadi pada pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Ganet Tanjungpinang 2014. Penelitian ini adalah desain deskriptif cross-sectional. Lokasi dari penelitian yang dilakukan di The Pengelolaan Limbah Ganet Tanjungpinang dan dilaksanakan pada bulan Juli 2014, dengan obyek penelitian, 61 jumlah pemulung. Analisis dengan uji Spearman (p = 0,05). Pengetahuan dan penelitian tindakan hasil dari tiap pemulung kebersihan rambut (21,67%; 35,00%) kebersihan tangan (16,67%; 26,67%) kaki kebersihan (38,33%; 30,00%) kuku kebersihan (30,00%; 36.67%) dan kebersihan kulit (18,33%; 30%). Hasil tes menunjukkan uji Spearmen p = 0.034 <0,05 berarti ada hubungan signifikan antara pengetahuan dan kebersihan pribadi tindakan pemulung. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada Departemen Kesehatan dan Departemen Kesehatan melalui Puskesmas untuk memberikan dan meningkatkan jangkauan kepada pemulung yang berkaitan dengan kebersihan pribadi, dan bersamasama dengan pemulung memberikan cuci tangan lengkap dengan sabun dan kain lap Kata kunci: Pengetahuan, Tindakan, Kebersihan pribadi, Pemulung Sampah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya eksternalitas negatif terhadap kegiatan perkotaan. Tempat Pengolahan Akhir sampah sangat berpotensi menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit menular (Sudrajat, 2006). Jenis-jenis penyakit yang memiliki pengaruh akibat pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyakit seperti diare, penyakit kulit, malaria, 162

Rianda, Pengetahuan dan Tindakan Personal Hygiene Pemunlung Sampah 163 demam berdarah karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban bekas yang berisi air hujan dan sampah-sampah yang berserakan. Kemudian terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya (Sarudji, 2006). Mewujudkan kesehatan masyarakat yang baik diantaranya melalui hygiene personal pemulung sampah. Kebersihan diri atau personal hygiene dan lingkungan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu sudah seharusnya sebagai manusia untuk selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Setiap manusia hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai kebersihan diri dan lingkungan sebagai bekal merawat dirinya (Notoadmojo, 2007) Pemulung adalah orang yang bekerja mengambil barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang. Dari sisi kesehatan, pekerjaan seorang pemulung memiliki risiko sangat tinggi untuk tertularnya penyakit karena pemulung bekerja dilingkungan yang tidak kondusif (Sarudji, 2006). Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah Ganet Tanjungpinang adalah satusatunya tempat pengolahan sampah akhir yang berada di Kota Tanjungpinang. Berdasarkan survei awal yang dilaksanakan di TPA Ganet Tanjungpinang banyak pemulung sampah yang kurang memperhatikan personal hygiene dalam melaksanakan kegiatannya, diantaranya berkaitan dengan kebersihan kulit, tangan, kaki, kuku, dan rambut. Kebanyakan pemulung yang memiliki gangguan kesehatan diakibatkan kurangnya informasi dan tidak terpeliharanya personal hygiene dengan baik. 4000 3000 2000 1000 0 Grafik 1. Jumlah Kasus Diare di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012 2008 2009 2010 2011 2012 Studi EHRA Kota Tanjungpinang (2013) bahwa pada umumnya penderita diare dialami oleh anak-anak dan balita (35%) dan orang dewasa perempuan (31,1%). Kebiasaan masyarakat yang mencuci tangan pakai sabun hanya 9%, sebagian besar masyarakat tidak mencuci tangan pakai sabun dalam 5 waktu penting yaitu sesudah buang air besar, sesudah menceboki anak, sebelum (menyantap makanan, menyuapi anak, menyiapkan makanan) Perilaku hidup tidak sehat salah satunya tidak mencuci tangan sebelum makan dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pemulung tentang personal hygiene sehingga banyak faktor resiko penyakit yang terjadi pada para pemulung sampah di TPA Ganet Kota Tanjungpinang.. Tujuan penelitian, diketahuinya gambaran pengetahuan dan tindakan tentang personal hygiene pada pemulung sampah di TPA Ganet Tanjungpinang tahun 2014. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Tempat Pengelolaan Sampah (TPA) Ganet Tanjungpinang,Juli 2014. Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh pemulung sampah yang berjumlah 61 orang. Cara penilaian dengan merujuk Riyanto 2011, hasil perhitungan (benar di beri point 1 dan salah diberi point 0) dimasukkan ke dalam standar criteria objektif,yaitu : a) Baik : apabila responden dapat menjawab> 75 % dari pernyataan yang disajikan melalui kuesioner b) Cukup : apabila responden dapat mejawab 56-75 % dari pernyataan yang disajikan melalui kuesioner c) Kurang : Apabila responden dapat menjawab < 56 % pernyataan yang disajikan melalui kuesioner Selanjutnya sebelum dilakukan analisis data di lihat terlebih dahulu distribusi data, dimana data tidak berdistribusi normal maka uji yang digunakan adalah uji non parametrik dalam hal ini menggunakan uji spearmen test dengan p=0,05.

164 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 162-166 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penyajian data secara univariat untuk mengetahui gambaran pengetahuan pemulung TPA Ganet tentang personal hygiene yang mencakup kebersihan rambut, tangan, kaki, kuku dan kulit tahun 2014 secara kategori : Tabel 1. Gambaran Pengetahuan Pemulung TPA Ganet Tentang Personal Hygiene N o Pngetahuan Kebersihan Kategori Krg % Ckp % baik % 1 Rambut 18 30,0 29 48,3 13 21,7 2 Tangan 24 40,0 26 43,3 10 16,7 3 Kaki 19 31,7 18 30,0 23 38,3 4 Kuku 13 21,7 29 48,3 18 30,0 5 Kulit 15 25,0 34 56,7 11 18,3 Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat gambaran pengetahuan pemulung berkaitan dengan personal hygiene.kebersihan tangan masih ada yang kurang (40%), dan untuk kebersihan kaki (31,67%. Penyajian data secara univariat untuk mengetahui gambaran tindakan pemuluang TPA Ganet tentang personal hygiene yang mencakup kebersihan rambut, tangan, kaki, kuku dan kulit tahun 2014 secara kategori pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Gambaran Tindakan Pemulung TPA Ganet Tentang Personal Hygiene N o Tindakan Kebersihan Kategori Krg % Ckp % baik % 1 Rambut 20 33,3 19 31,7 21 35,0 2 Tangan 22 36,7 22 36,7 16 26,7 3 Kaki 20 33,3 22 36,7 18 30,0 4 Kuku 18 30,0 20 33,3 22 36,7 5 Kulit 19 31,7 23 38,3 18 30,0 Berdasarkan tabel 2, diketahui gambaran tindakan pemulung berkaitan dengan personal hygiene. Kebersihan tangan masih ada yang kurang (36,67%), dan untuk kebersihan rambut (33,3%). Pembahasan 1. Pengetahuan Pemulung TPA Ganet Tentang Personal Hygiene kebersihan rambut ada 21,67% pengetahuan yang baik, dan pada tindakan kebersihan rambut terdapat 35,00% yang baik. Rambut dan kulit kepala harus sehat dan bersih, sehingga perlu perawatan yang baik. Perawatan rambut dapat ditempuh dengan berbagai cara namun demikian cara yang dilakukan adalah cara pencucian rambut, dengan di pijat-pijat, dan apabila perlu lakukan pengulangan setiap kali keramas. Kebersihan diri sangatlah penting bagi kehidupan dan kesehatan tubuh. Kebersihan diri menciptakan tubuh yang sehat sehingga tidak gampang terserang berbagai macam penyakit. Berdasarkan pendapat Dirjen PPM & PLP dalam bukunya materi program P2 Diare pada pelatihan terpadu bagi dokter puskesmas (Muhajirin, 2007) bahwa personal hygiene adalah langkah pertama untuk hidup lebih sehat. Dasar kebersihan adalah pengetahuan. Banyak masalah kesehatan yang timbul akibat kelalaian kita, tetapi standar hygiene dapat mengontrol kondisi ini. Personal Hygiene mencakup praktek kesehatan seperti mandi, keramas, menggosok gigi, dan mencuci pakaian. dan tindakan kebersihan tangan terdapat hanya 16,67% yang baik. Responden mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah bekerja tetapi dalam prosesnya hanya mengunakan air yang seadannya serta tanpa menggunakan sabun hingga di khawatirkan mas ada kuman yang terdapat pada tangan mereka. Menurut Kusumawati, dkk (2011) penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Pemahaman mencuci tangan dengan sabun secara baik dan benar menggunakan air bersih

Rianda, Pengetahuan dan Tindakan Personal Hygiene Pemunlung Sampah 165 yang mengalir kurang. Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan dengan sabun mengurangi angka kejadian diare sebanyak 47%. Berdasarkan hasil penelitian Umar (2008) Kebiasaan cuci tangan sebelum makan menggunakan air sabun juga mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi kecacingan karena dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran, debu, dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit dan kuku pada kedua tangan. 2. Tindakan Pemulung TPA Ganet Tentang Personal Hygiene kebersihan kaki ada 38,33% pengetahuan yang baik, dan sedangkan pada tindakan hanya 30% yang baik. Kebersihan kuku, yang berpengatuan baik ada 30,00% pada tindakkanya lebih baik sebanyak 36,67%. Hal ini terjadi karena di lapangan banyak diantara mereka hanya memakai sepatu biasa, bahkan ada yang hanya menggunakan selop saja. Kaus kaki mereka juga sangat jarang di ganti maka di sedikit dari mereka yang mengalami gangguan kulit seperti gatal-gatal dan kutu air. Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri, melalui kuku berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh, untuk itu seharusnya kuku tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Penyakit yang berkaitan dengan kondisi kesehatan kuku adalah jamur kuku yang timbul karena kurang menjaga kebersihan kuku. Selalu rutin memotong kuku, mengikuti bentuk lingkar ujung jari. Hindari memotong kuku terlalu pendek dan melukai ujung jaringan lunak pada jari. Bagi yang bekerja di bawah sinar matahari terik dan cenderung berkeringat pada kaki, kenakan kaus kaki yang berbahan katun, dan sepatu jangan terlalu sempit. Pada saat jam istirahat, buka sepatu untuk memberi kesempatan kaki terbebas dari udara lembab. Hasil, pengetahuan kebersihan kulit ada 18,33% yang pengetahuannya baik, dan pada tindakan ada 30,00% yang bertindak baik. Hasil penelitian diketahui pemulung tidak menggunakan krim kulit. Melihat hasil tersebut, personal hygiene kebersihan kulit pada pemulung dipandang tidak penting. Jika kulit tidak hygiene, maka akan menimbulkan berbagai penyakit kulit seperti panu, jerawat, kutu air, kurap, dan biang keringat. Satu hal yang dapat membahayakan kulit adalah sinar matahari, tidak sedikit dari pemulung yang tidak mengetahui ada hubungan antara warna pakaian dengan penyerap panas, banyak diantara mereka yang menggunakan pakaian berwarna hitam saat bekerja. Penggunaan pakaian berwarna hitam dapat menyerap panas sehingga dapat membahayakan kulit pemulung bila lama bekerja dibawah panas matahari. Pengaruh sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada serat elastik yang memberi kelenturan kulit dan kolagen serta menunjang jaringan kulit. Cara paling utama bagi kulit, yaitu pembersihan badan dengan cara mandi. Perawatan kulit dilakukan dengan cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Tentu saja dengan air yang bersih. Perawatan kulit merupakan keharusan yang mendasar. Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus, tidak ada bercak-bercak merah, tidak kaku tetapi lentur (fleksibel). Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji spearmen test didapatkan hasil p=0,034 < dari 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan personal hygiene pemulung. Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, kebudayaan, pilihan pribadi dan kondisi fisik (Depkes, 2000) Pengetahuan pemulung kurang tentang personal hygiene menghasilkan tindakan yang kurang juga. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan antara lain pengetahuan dan prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

166 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 162-166 prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hal yang penting dimiliki oleh individu untuk dapat berprilaku yang sehat (Notoatmojo 2007). Maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan pemulung salah satu yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan promosi kesehatan yaitu penyuluhan. Perilaku mencangkup tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari berbagai macam sumber, tidak hanya dari faktor pendidikan. Selain itu untuk menunjang terbentuknya tindakan yang baik maka perlu adanya sarana berupa tempat cuci tangan. Pemasangan spanduk juga dapat dilakukan misalnya utamakan keselamatan dan tingkatkan terus kebersihan diri anda. Hal itu didasari dari teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green dalam Notoatmojo (2007) yang mengatakan bahwa tindakan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Praktik sosial adalah salah faktor yang mempengaruhi personal hygiene dimana DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut, Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007. Promosi Kesehatan dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kusumawati, dkk. 2011. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Penyakit Diare. Infokes Vol. 8 Muhajirin. 2007. Hubungan Antara Praktek Personal Hygiene Ibu Balita Dan Sarana Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.Tesis. Semarang: UNDIP disebutkan bahwa kelompok sosial seseorang dapat mempengaruhi perilaku personal hygiene. Anak-anak mendapatkan praktik personal hygiene dari orang tua mereka, misalnya kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air bersih dapat mempengaruhi perawatan kebersihan. Personal hygiene sebagai salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Depkes, 2007). Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan, sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto, 2004). SIMPULAN Gambaran pengetahuan pemulung berkaitan dengan personal hygiene, bahwa 40% kebersihan tangan pemulung masih dan untuk kebersihan kaki (31,67%). Tindakan pemulung 36,67% kebersihan tangannya masih kurang, dan untuk kebersihan rambut (33,3%). Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati. Sudrajat. 2006. Mengelola Sampah Kota. Jakarta: Penebar Swadaya. Tarwoto & Wartonah (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba. 2004 Umar Z. 2008. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2008; 2 (6): 249-54.