JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II PROTAP PELAYANAN PENINGKATAN GIZI DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Kartu Menuju Sehat (KMS)

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KELAS GIZI DAN KEGIATAN PRAKTIK PERILAKU PEMULIHAN GIZI DENGAN PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

Positive Deviance kota

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

IbM PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN MASYARAKAT DESA JARING HALUS MELALUI PROGRAM GAZI (Warga Sadar Gizi)

PEDOMAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS GEMAHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN KOTA UPTD PUSKESMAS SEMEMI

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 76 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

WALIKOTA PROBOLINGGO

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Makanan Tambahan Anak Sekolah. Pedoman.

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

Transkripsi:

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang energi protein (KEP) pada anak umur dibawah lima tahun (balita) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 untuk Propinsi Jawa Timur menunjukkan prevalensi balita Gizi Kurang 17,9, balita pendek 35,6, dan balita kurus 13,3. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan gizi seimbang melalui kelas gizi sebagai upaya dalam pemberian pendidikan kesehatan. Kegiatan dimaksud pada hakekatnya adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik, sehingga pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Program kelas gizi ini bertujuan untuk memberikan dan meningkatkan Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balita terhadap balitanya. Dengan adanya peningkatan Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Pola Asuh Ibu balita terhadap balitanya diharapkan ibu balita dapat mengaplikasikannya dalam kesehariannya dan Berat Badan Balita gizi kurang dapat meningkat sesuai dengan standart pertumbuhannya. Kelas gizi mengadopsi konsep 'positive deviance' dan perubahan status gizi anak dari buruk menjadi kurang dan dari kurang menjadi baik. Intervensi yang diberikan berupa pemberian obat cacing, penimbangan, pemberian multivitamin dan mineral, makan bersama (makanan utama dan snack dengan menu lokal), pemberian pesan kesehatan dan gizi serta keterampilan memasak makanan lokal yang bergizi tinggi dan cocok untuk balita. Dengan demikian diharapkan >70% anak mengalami kenaikan berat badan. Pelaksanaan Kelas Gizi merupakan intepretasi kegiatan yang berbasis Positive Deviance. Positive Deviance (PD) merupakan pendekatan yang berbasis pada kekuatan atau modal atas dasar keyakinan bahwa disetiap masyarakat ada indiviu-individu tertentu yang mempunyai kebiasaan / prilaku yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan dengan keluarga yang lain yang kondisinya sama. Pendekatan dengan cara ini memungkinkan ratusan kelompok masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi di tahun-tahun mendatang setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Pendekatan positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Karena perubahan prilaku berlangsung perlahan,

sejumlah besar praktisi kesehatan setuju bahwa solusi yang ditemukan di masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan solusi dari luar yang dibawa masuk kedalam masyarakat tersebut. Dengan demikian diharapkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun. B. Tujuan 1. Mengurangi prevalensi balita gizi kurang dan buruk 2. Mempertahankan status gizi baik dari anak-anak dalam keluarga masing-masing secara mandiri. 3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian di masyarakat, dengan merubah perilaku dan kebiasaanya menjadi perilaku sehat, pola makan sehat, beragam dan aman, serta pola hidup sehat. 4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah gizi.di lingkunganya Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

BAB II LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN KELAS GIZI A. Pendataan Sasaran Pendataan sasaran untuk ditangani di kelas gizi dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan. Data yang dikumpulkan adalah data balita gizi buruk (BB/U), balita kurus (BB/TB) dan balita sangat kurus (BB/TB) tanpa komplikasi. Data yang dikumpulkan antara lain berat badan (BB), tinggi badan (TB), Umur (U), lingkar lengan atas(lila), jenis kelamin (JK), penyakit penyerta dan identitas keluarga (nama orang tua, status gakin, alamat). Data yang dikumpulkan harus jelas sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah yang dituju. Data yang dikumpulkan kader harus divalidasi oleh petugas kesehatan agar data yang didapatkan lebih valid, terutama data antropometri dan status gizi. Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pendataan sasaran antara lain timbangan berat badan (dacin), pengukur panjang badan (length board), dan pengukur tinggi badan (microtoa). B. MMD Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan di desa dan dipimpin oleh Kepala Desa. Dalam Musyawarah Masyarakat Desa disampaikan data-data kesehatan serta masalah yang ditemukan di desa tersebut. Selain itu yang utama harus disampaikan mengenai rencana pelaksanaan penanggulangan balita gizi buruk dan gizi kurang melalui Kelas Gizi. Apabila memungkinkan dapat pula menghadirkan pihak-pihak yang berpotensi untuk menjadi donatur untuk pelaksanaan kelas gizi. C. Pembentukan Kelompok (Kelas) Pembentukan kelompok(kelas) dipandu oleh bidan desa masing-masing yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan kelas gizi di desa yang bersangkutan. Kelompok(kelas) dibedakan antara golongan umur 6-11 bulan dan umur 12-59 bulan. Dalam satu kelas terdiri dari 12 anggota dan 1 penanggung jawab operasional. Penanggung jawab operasional bisa dari kader, Penggerak PKK Desa atau menyesuaikan keadaan. D. Pelaksanaan Pemberian Ketrampilan Memasak Makanan Lokal dan Pemberian Makanan pada Balita Sasaran Pelaksanaan pemberian makanan dilaksanakan sebanyak 1atau 2 atau 3 bulan sekali, yaitu saat pelaksanaan pemberian ketrampilan memasak. Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan penuh dengan bahan lokal, jumlah kalori 300-500 kkal dengan protein 5 12 gram (Sumber : Departemen Kesehatan RI, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006). Pemasakan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri secara bersama-sama atau dengan bergiliran bergantian dari anggota keluarga yang ikut dalam Kelas Gizi tersebut. Menu yang digunakan dalam kelas gizi tersebut disusun oleh petugas gizi Puskesmas setempat berdasarkan juknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.

E. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pengukuran antropometri ini dilakukan secara teratur setiap bulan sekali untuk melihat pertumbuhan anak yang menerima makanan tambahan dari kelas gizi. Bagi anak yang mendapat makanan tambahan dari kelas gizi diharapkan mengalami kenaikan berat badan 400 800 gram pada bulan berikutnya. F. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) Deteksi Dini Tumbuh Kembang untuk balita peserta Kelas Gizi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali oleh petugas kesehatan. Hasil DDTK dilaporkan berupa ceklist DDTK yang kemudian dijadikan sebagai record tumbuh kembang balita. G. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan agar pelaksanaan pemberian makanan di Pos Gizi bisa berjalan sesuai rencana. Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kelas gizi meliputi minat peserta, perubahan status gizi anak, dan menu makanan yang diberikan apakah sudah dii anak. BAB III ANGGARAN Pelaksanaan pemberian makanan dilaksanakan sebanyak 1atau 2 atau 3 bulan sekali yaitu saat pelaksanaan pemberian ketrampilan memasak makanan lokal. Anggaran yang diberikan untuk 1 kali praktek pembuatan makanan adalah Rp.75.000,-. Dengan estimasi harga makanan yang dibuat dalam praktek memasak adalah tidak lebih dari Rp. 6.250,-/porsi Resep-resep makanan yang akan dipraktekan dalam kelas dapat dilihat pada buku resep. BAB IV INDIKATOR KEBERHASILAN Setelah pelaksanaan Kelas Gizi ini diharapakan : a. Peningkatan Cakupan partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) b. Peningkatan Cakupan Keberhasilan Program (N/D) c. Penurunan prevalensi Gizi Kurang ( di bawah 11% BB/U) d. Penurunan prevalensi Gizi Buruk ( di bawah 1,5% BB/U) e. Penurunan prevalensi balita pendek f. Peningkatan Jumlah keluarga sadar gizi (Kadarzi). Indikator tersebut akan bisa tercapai apabila semua komponen masyarakat bekerjasama secara sungguh-sungguh untuk mencapai target indikator yang telah ditetapkan.

Lampiran 1 Tabel Jadwal NO KEGIATAN 1 Pendataan 2 MMD 3 Pembentukan kelompok/kelas 4 Penyuluhan 5 Memasak menu balita & makan bersama 6 Pengukuran antropometri 7 DDTK 8 Evaluasi WAKTU PELAKSANAAN BL1 BL2 BL3 BL4 BL5 BL6 BL7 BL8 BL9 BL10 BL11 BL12 Keterangan : BL 1 : Bulan pertama, dst... DAFTAR MATERI KELAS GIZI PERTEMUAN KE TOPIK UTAMA METODE 1 PEMBERIAN ASI CERAMAH DAN DISKUSI 2 DDTK/TUMBUH KEMBANG CERAMAH DAN DISKUSI 3 MAKANAN YANG BAIK DAN BERVARIASI 4 PEMANFAATAN PEKARANGAN KELUARGA CERAMAH DAN DISKUSI CERAMAH DAN DISKUSI 5 MAKANAN PENDAMPING ASI CERAMAH DAN DISKUSI PETUGAS 6 PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN CERAMAH DAN DISKUSI 7 PERAWATAN ANAK YANG BAIK CERAMAH DAN DISKUSI 8 IMUNISASI CERAMAH DAN DISKUSI 9 PENANGGULANGAN DIARE DI CERAMAH DAN DISKUSI RUMAH 10 SUPLEMENTASI GIZI CERAMAH DAN DISKUSI 11 KADARZI CERAMAH DAN DISKUSI 12 PHBS CERAMAH DAN DISKUSI

Lampiran 2 Evaluasi Menu Kelas Gizi : Desa Puskesmas : NO Nama Balita L/P Umur Nama MENU Ibu Tidak Tidak Tidak Tidak. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 SARAN: Mengetahui Kepala Puskesmas Pelaksana Gizi

Lampiran 3 Laporan Pemantauan Status Gizi Balita Pada Kelas Gizi di desa:.. Puskesmas: Bulan: No Nama L/P Tgl.lahir/ Nama BB TB LILA Status Gizi balita umur ibu BB/U BB/TB TB/U 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Mengetahui Kepala Puskesmas Pelaksana Gizi...

Lampiran 4 Pemantauan Perkembangan Balita Pada KELAS GIZI di desa Puskesmas: Bulan:. No Nama L/P Umur Nama Status Perkembangan Ket Balita (bulan) ibu ekonomi Gerak Gerak Bicara Sosialisasi Kasar Halus dan dan Bahasa Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15