PRAKTEK PENGGORENGAN DAN MUTU MINYAK GORENG SISA PADA RUMAH TANGGA DI RT V RW III KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BILANGAN PEROKSIDA MINYAK GORENG CURAH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK TEMPE PADA PENGULANGAN PENGGORENGAN

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENINGKATAN ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG CURAH TERHADAP PENGGORENGAN BERULANG TEMPE

ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG AYAM GORENG KAKI LIMA DI SINGARAJA

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DAN BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN DI JL. A.W SJAHRANIE SAMARINDA

UJI KUALITAS MINYAK GORENG PADA PARA PENJUAL GORENGAN DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS JEMBER SKRIPSI

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Lemak dan minyak digolongkan

PENGARUH PENAMBAHAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG YANG MENGALAMI PEMANASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL DARI BEBERAPA METODE PEMBUATAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan medium penggoreng bahan pangan yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng

Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN TERHADAP ANGKA ASAM DAN PEROKSIDA MINYAK JELANTAH DARI KREMES YANG DITAMBAHKAN TEPUNG KUNYIT

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes.

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

YUWIDA KUSUMAWATI A

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan beragam. Contoh yang paling sering ditemui adalah pecel lele dan gorengan.

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pengolah bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

Jadikanlah sabar dan Sho lat sebaga i peno longmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat. Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGORENGAN (FRYING)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMASI PENCAMPURAN CARBON ACTIVE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

SINTESIS METIL ESTER ASAM LEMAK DARI MINYAK KELAPA HASIL PEMANASAN

EFEKTIVITAS ARANG AKTIF KULIT SALAK PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

The JaMMiLT ISSN The Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

PENENTUAN KUALITAS LEMAK PADA BAGIAN PERUT IKAN PATIN DJAMBAL (Pangasius djambal)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari Brondolan Kelapa Sawit. Hajar Setyaji Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS BILANGAN PEROKSIDA MINYAK SAWIT HASIL GORENGAN TEMPE PADA BERBAGAI WAKTU PEMANASAN DENGAN TITRASI IODOMETRI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Hasil Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Bekatul Beras Ditinjau dari Stabilisasi Gelombang Mikro dan Waktu Simpan

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

EVALUASI PENGARUH FREKUENSI PENGGORENGAN DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN MUTU KERUPUK GANDUM

KERUSAKAN LEMAK DAN MINYAK

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PEMUCAT TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS KERIPIK BUAH

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

Analisis Pangan: Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan Variasi Menggoreng

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

KUALITAS NUGGET AYAM GORENG DENGAN BERBAGAI JENIS MINYAK NABATI. Hajar Setyaji 1, Indriyani 2

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai alat pengolah bahan bahan makanan. Dalam keseharian minyak

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Transkripsi:

PRAKTEK PENGGORENGAN DAN MUTU MINYAK GORENG SISA PADA RUMAH TANGGA DI RT V RW III KEDUNGMUNDU TEMBALANG SEMARANG Siti Aminah dan Joko Teguh Isworo Dosen Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Praktek penggorengan akan mempengaruhi kualitas minyak dan makanan yang digoreng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek penggorengan dan mutu minyak sisa pada rumah tangga. Rancangan penelitian ini adalah diskriptif analitik, informasi praktek penggorengan diperoleh dengan wawancara, mutu minyak goreng sisa diketahui dengan analisis Free Fatty Acid (FFA dan bilangan peroksida. Sampel 20 orang dari 59 populasi, sampel minyak goreng sisa diperoleh dari responden. Analisis FFA menggunakan prosedur Sudarmadji, et al (1997 sedang bilangan peroksida dengan metode AOCS Cd 8-53 dalam Nielsen (1996. Hasil wawancara menunjukkan sebanyak 75 % responden menggunakan minyak goreng curah. Dalam penggorengan digunakan minyak goreng sisa yang ditambahkan minyak segar, minyak goreng yang sama digunakan untuk menggoreng beberapa macam makanan. Tidak ada perlakukan untuk merawat/menyimpan minyak goreng sisa yang masih akan digunakan lagi. Kadar FFA dan peroksida secara keseluruhan lebih tinggi dari ketentuan SNI untuk minyak segar. Kadar FFA tertinggi sebanyak 8,335 %, terendah 0,479 %, bilangan peroksida tertinggi 93,394 meq peroksid/kg fat, terendah 0,990 meq peroksid/kg fat. Penyuluhan tentang praktek penggorengan dan perawatan /penyimpanan minyak diperlukan untuk mempertahankan mutu minyak dan makanan goreng. A. PENDAHULUAN Salah satu fenomena yang dihadapi dalam proses penggorengan adalah menurunnya kualitas minyak setelah digunakan secara berulang pada suhu yang relatif tinggi (160-180 ºC. Penelitian Prasetyawan (2007, menunjukkan beberapa parameter kualitas yang tidak baik pada minyak goreng curah segar maupun minyak sisa yang digunakan oleh para pedangan gorengan di lingkungan kampus UNEJ. Konsumsi minyak di masyarakat cukup tinggi, makanan gorengan cenderung lebih disukai dibanding rebus, karena berasa lebih gurih dan renyah. Sedangkan praktek penggorengan untuk menghasilkan mutu makanan yang baik dan aman masih perlu mendapatkan perhatian, khususnya pada masyarakat menengah kebawah yang mengkonsumsi minyak goreng curah. Hal tersebut akan mengakibatkan terakumulasinya komponen-komponen yang tidak menguntungkan bagi kesehatan. Asam lemak bebas dan bilangan peroksida merupakan bagian dari parameter mutu minyak goreng. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis enzim selama pengolahan dan penyimpanan (Ketaren, 1986; Orthoefer and Cooper, 1996. Kandungan FFA yang tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas produk gorengan. Demikian juga dengan peroksida dapat mempercepat bau tengik dan flavor yang tidak diinginkan, jika jumlah peroksida lebih besar dari 100 akan bersifat sangat beracun (Ketaren, 1996. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui praktek penggorengan di tingkat rumah tangga RT V RW III Kedungmundu, dan mutu minyak goreng sisa dengan parameter kadar FFA dan bilangan peroksida. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan masyarakat tentang praktek penggorengan yang baik di tingkat rumah tangga serta menjadi bahan informasi tentang kadar FFA dan bilangan peroksida minyak sisa penggorengan yang kemungkinan masih akan digunakan pada pengorengan berikutnya. B. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Amposari RT V RW III Kedungmundu Kecamatan Tembalang dan pengujian kadar FFA di Laboratorium Kimia FIKKES UNIMUS.

Populasi adalah ibu rumah tangga di Amposari RT V RW III Kedungmundu Tembalang Semarang sebanyak 59 orang. Dari total populasi ditetapkan sebanyak 20 orang sebagai responden sekaligus diambil minyak goreng sisa penggorengan. Adapun kriteria responden/sampel adalah sebagai berikut: Melakukan kegiatan penggorengan di dapur rumah tangganya dan mempunyai minyak sisa penggorengan Bahan untuk analisa FFA dan bilangan peroksida adalah minyak goreng sisa pada waktu pelaksanaan penelitian yang masih akan dipergunakan kembali. Minyak ini diperoleh dari rumah tangga di RT V RW III, sebanyak 20 sampel dari jumlah rumah tangga yang melaksanakan kegiatan penggorengan dalam persiapan menu keluarga, masing-masing diambil 40 ml. Bahan analisa FFA dan bilangan peroksida meliputi: alkohol 90 %, NaOH 0,1337 N, indikator phenolphthalein, (Na 2 S 2 O 3 0.1015 N indikator amilum, asam asetat glacial, kloroform. Alat yang diperlukan: quesioner, erlenmeyer, perangkat titrasi, beker glas, timbangan analitik, waterbath. Rancangan penelitian yang digunakan adalah diskriptif analitik, hasil wawancara tentang praktek penggunaan minyak, analisis kadar FFA dan bilangan peroksida minyak sisa disajikan dalam bentuk diskriptif. Informasi tentang praktek penggorengan dilakukan melalui wawancara dengan responden menggunakan quesioner. Data tentang informasi praktek penggorengan adalah meliputi: penggunaan minyak, jenis minyak goreng (curah/kemasan, jumlah, penggunaan, jumlah dan waktu penuangan kembali minyak segar selama penggorengan, frekuensi penggunaan minyak goreng, lamanya waktu dalam 1 periode penggorengan, jenis-jenis makanan yang digoreng, dan perawatan minyak goreng sisa serta penyimpanannya. Sampel minyak diambil dari rumah tangga masing-masing sebanyak 40 ml. Analisis FFA menggunakan prosedur Sudarmadji, et al (1997 sedang bilangan peroksida dengan metode AOCS Cd 8-53 dalam Nielsen (1996. Data di olah secara deskriptif dengan bantuan komputer SPSS 15, dianilisis dan disajikan secara deskriptif. C. HASIL DAN PEMBAHASAN C.1. Praktek Penggorengan Hasil wawancara menunjukkan seluruh responden menyelenggarakan kegiatan penggorengan didapur masing-masing, namun tidak semuanya melakukan setiap hari. Sebanyak 15 responden melakukan kegiatan penggorengan setiap hari dengan frekuensi 1 3 kali sehari, sedang 5 responden lainnya menyelenggarakan kegiatan penggorengan sebanyak 2 4 kali dalam satu minggu. Informasi tentang praktek penggorengan yang dilakukan responden adalah sebagai berikut: C.1.1. Jenis dan Penggunaan Minyak Jenis minyak goreng yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang dijual tanpa kemasan dengan satuan liter atau kilogram. Jenis minyak goreng yang digunakan oleh sebagian besar responden (14 orang / 70 % adalah minyak goreng curah, sedangkan 6 responden (30 % menggunakan minyak goreng kemasan. Alasan responden yang mengunakan minyak goreng curah dari 14 orang semuanya menyatakan karena harganya lebih murah, sedangkan responden yang menggunakan minyak goreng kemasan mempunyai alasan yang bervariasi yaitu lebih bening, lebih jernih, lebih sehat, terdapat informasi pada kemasannya, warna tidak cepat berubah bila digunakan beberapa kali bila dibanding dengan minyak goreng curah. Dalam praktek penggorengan sebanyak 15 orang (75% menyatakan, menggunakan minyak goreng sisa yang ditambahkan minyak segar. Sedangkan 5

responden menyatakan menggunakan minyak segar dalam menggoreng dan minyak langsung habis (bila tersisa, tidak banyak. C.2.2. Jumlah Minyak dan Penuangan Kembali Minyak Segar selama Penggorengan. Jumlah minyak goreng yang digunakan cukup bervariasi bergantung pada jumlah dan jenis makanan yang digoreng oleh setiap responden. Jumlah makanan yang digorengpun bergantung pada jumlah anggota keluarga dan kegiatan responden. Kisaran jumlah minyak yang digunakan dalam menggoreng bagi responden bukan pedagang adalah 250 500 ml/ setiap kali menggoreng, sedangkan untuk responden pedagang berkisar 1500 4000 ml setiap kali menggoreng. Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden bukan pedagang tidak melakukan penambahan minyak goreng selama penggorengan. Minyak goreng yang digunakan dituangkan pada awal pemanasan, penambahan minyak dilakukan bila memang minyak tinggal sedikit/tidak mencukupi untuk menggoreng lebih lanjut. Sedangkan responden pedagang melakukan penambahan minyak segar dengan frekuensi 1 2 kali selama penggorengan ( 2-3 jam. Menurut Fardiaz (1996 penambahan minyak segar selama penggorengan dapat menggantikan minyak yang terserap ke dalam makanan gorengan. Ratio minyak segar yang ditambahkan dalam penggorengan semakin tinggi, maka kualitas minyak menjadi lebih baik. Frekuensi penambahan minyak segar menurunkan pembentukan komponen polar, diacylglycerol, dan asam lemak serta mampu meningkatkan umur/masa penggorengan dan kualitas minyak (Romero et al.,1998. C.3. Frekuensi Penggunaan Minyak Goreng Frekuensi penggunaan minyak goreng yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah, jumlah (berulangnya penggunaan minyak yang sama dalam praktek penggorengan. Sebanyak 15 responden melakukan kegiatan menggoreng setiap hari 1 3 kali penggorengan. Sedangkan ulangan penggorengan dalam setiap periode penggorengan cukup bervariasi, bergantung pada jumlah bahan makanan yang digoreng. Pengulangan penggorengan pada responden pedangang dapat mencapai 10-20 kali dalam satu periode penggorengan. Sedangkan pada responden bukan pedangan hanya 2 3 pengulangan. Minyak goreng yang masih tersisa, digunakan untuk menggorengan pada hari berikutnya dengan ditambahkan minyak segar. Hasil penelitian Aminah (2009 menunjukkan bahwa minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng secara berulang akan berpengaruh terhadap warna dan aroma minyak, serta berpengaruh terhadap rasa, aroma, dan warna tempe goreng. Demikian juga terhadap parameter bilangan peroksida yang menunjukkan semakin meningkat dengan semakin banyak pengulangan penggorengan. C.4. Waktu Penggorengan dan Jenis Makanan Waktu penggorengan adalah lamanya melakukan kegiatan penggorengan/minyak dipanaskan. Rata-rata responden membutuhkan waktu 15 30 menit untuk melakukan kegiatan menggoreng, kecuali menggoreng untuk makanan yang akan dijual, membutuhkan waktu yang relatif lebih lama sekitar 2 3 jam, karena jumlah dan jenis makanan lebih banyak. Jenis makanan yang biasa digoreng untuk keluarga, hampir semua responden menyatakan sama yaitu: tempe, tahu, kerupuk, ikan laut, ikan asin, pindang dan telur. Sedangkan makanan yang digoreng untuk dijual meliputi:

pisang, mendoan, tahu isi, pia-pia, ubi dan lain-lain. Minyak yang digunakan tidak dibedakan untuk setiap jenis makanan, kecuali untuk telur, ikan laut, ikan asin, pindang dan ayam. Makanan jenis ini digoreng dengan minyak yang berbeda. Sisa minyak penggorengan ikan asin / ikan laut, sebagian besar responden menyatakan tidak digunakan lagi / dibuang. Waktu penggorengan dan jenis makanan yang digoreng merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas minyak selama penggorengan dan kualitas bahan yang digoreng. Waktu penggorengan meningkatkan kandungan asam lemak bebas, komponen polar seperti dimer triacylglyserol, dimers, dan polimer (Tompkins and Parkins, 2000. C.5. Perawatan Minyak Goreng Sisa dan Penyimpanannya Minyak goreng sisa yang dianalisis kadar Free Fatty Acid (FFA dan bilangan peroksida yang diperoleh dari responden, rata-rata telah digunakan sebanyak 1-3 kali penggorengan. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bervariasinya cara penanganan atau perawatan minyak goreng sisa, yaitu dengan penyaringan sebelum disimpan, diendapkan pada mangkok, dimasukkan dalam panci, dimasukkan dalam botol kemasan air mineral, tetap dibiarkan diwajan, ditambahkan tepung beras kemudaian disaring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan/penggunaan minyak goreng sisa pada responden paling lama 3 hari, namun sebagian besar tidak ada perlakukan khusus untuk mempertahankan mutu minyak. Kualitas minyak goreng yang kurang baik, akan lebih cepat rusak / teroksidasi selama penggorengan. Selama penggorengan akan terjadi beberapa perubahan pada minyak, diantaranya terdapat potongan-potongan bahan makanan yang digoreng. Sisa hasil penggorengan tersebut akan memperburuk kualitas sisa minyak bila dibiarkan bercampur dengan minyak sisa. Beberapa penelitian menunjukkan penanganan yang baik pada minyak goreng sisa (jelantah seperti penambahan arang sekam akan dapat mempertahankan kualitas minyak goreng sisa. D. Kadar Free Fatty Acid (FFA dan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Sisa D.1. Kadar Free Fatty Acid (FFA Hasil analisis terhadap kadar Free Fatty Acid (FFA dan bilangan peroksida minyak goreng sisa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan kadar Free Fatty Acid (FFA tertinggi 8,335 %, pada sampel minyak yang terakhir digunakan untuk menggoreng ikan pindang. Minyak tersebut telah digunakan sebanyak 2 kali ( dua hari dari minyak sisa yang ditambahkan minyak segar, menurut informasi responden minyak yang digunakan adalah minyak kemasan. Sedangkan kadar FFA terendah 0, 470 %, minyak digunakan terakhir untuk menggoreng tempe, frekuensi penggunaan 2 kali, minyak yang digunakan adalah minyak curah. Hasil analisis secara keseluruhan memperlihatkan kadar FFA lebih tinggi dari standart yang ditetapkan SNI 0003-002 yaitu maksimal 0.3 %. Penggunaan terakhir minyak sisa dan frekuensinya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 3. Kadar Free Fatty Acid (FFA dan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Sisa NO SAMPEL KADAR FFA (% BILANGAN PEROKSIDA (meq peroksid/kg fat 1 1,235 81,441 2 1,596 85,195 3 1,222 76,731 4 1,150 39,3423 5 1,329 61,854 6 1,352 4,932 7 1,047 19,734 8 1,996 43,278 9 1,344 14,712 10 1.,80 9,619 11 8,335 46,678 12 1,081 20,627 13 0,828 26,558 14 3,296 15,593 15 0,479 12,934 16 3,200 12,696 17 0,776 93,394 18 3,428 9,990 19 0,702 0,990 20 0,898 2,921 Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis enzim selama pengolahan dan penyimpanan (Ketaren, 1986; Orthoefer and Cooper, 1996. Biasanya prosentase FFA meningkat dengan waktu dan frekuensi penggorengan, hal ini digunakan sebagai indikator kualitas minyak. Kandungan FFA yang tinggi akan berpengaruh terhadap produk gorengan, dalam praktek komersial minyak diafkir ketika kandungan FFA melebihi 1 % (Tseng et al., 1996. Hasil penelitian Aminah (2009 memperlihatkan kadar FFA semakin tinggi dengan meningkatnya pengulangan penggorengan. Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi dapat berpengaruh terhadap flavor minyak. Selama proses penggorengan akan terjadi penguapan kadar air dari bahan. Kadar air bahan dapat berpengaruh terhadap reaksi hidrolisa selama proses penggorengan. Air makanan dalam jumlah banyak dapat mempercepat kerusakan minyak (Fardiaz, 1996. C.2. Bilangan Peroksida Tabel 3 menunjukkan bilangan peroksida tertinggi 93,394 (meq peroksid/kg fat, sampel minyak terakhir digunakan untuk menggoreng telur. Minyak telah digunakan sebanyak 2 kali, dari minyak sisa penggorengan sebelumnya yang ditambahkan minyak segar. Sedangkan bilangan peroksida terendah 0,990 (meq peroksid/kg fat, sampel minyak terakhir digunakan untuk menggoreng telur. Kedua sampel minyak berdasar informasi dari responden adalah minyak kemasan. Hasil analisa kadar peroksida pada minyak goreng memperlihatkan angka yang lebih besar dari SNI.0003-02 yaitu maksimum 1,0 meq/kg. Berger *

(2005 menyarankan batas maksimal bilangan peroksida adalah 1,0 meq/kg. Hasil penelitian Alyas et al. (2006 menunjukkan peningkatan bilangan peroksida yang signifikan dengan meningkatnya suhu dan waktu penggorengan. Aidos et al. (2001 dan Skara et al. (2004 juga melaporkan bahwa peningkatan bilangan peroksida signifikan dengan peningkatan suhu penyimpanan. Hasil tersebut menunjukkan adanya efek sinergis suhu yang tinggi dengan waktu yang lama terhadap bilangan peroksida. E. SIMPULAN DAN SARAN Praktek penggorengan oleh Ibu-ibu rumah tangga di RT V RW III Kelurahan kedungmundu sebagian besar menggunakan minyak goreng curah. Minyak goreng curah segar digunakan sebagai tambahan minyak goreng sisa penggorengan sebelumnya. Sebagian besar dari penggorengan terdapat minyak sisa yang dipergunakan lagi untuk penggorengan pada hari berikutnya. Secara umum tidak ada perlakuan khusus dalam penanganan minyak goreng sisa (jelantah. Mutu minyak goreng sisa dengan parameter kadar FFA dan bilangan peroksida menunjukkan angka yang lebih tinggi dari batas yang ditentukan SNI untuk minyak segar. Untuk mengurangi kerusakan minyak selama penggorengan sebaiknya digunakan minyak yang dapat diperkirakan untuk sekali pemakaian atau maksimal 4 kali pemakaian dengan penambahan minyak segar. Penelitian lanjut disarankan dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsumsi minyak sisa (jelantah terhadap kesehatan. PUSTAKA Aidos, I., Padt, A.F.D.,Remko, B.M., and Luten, JB., (2001. Upgrading of Maatjes herring by-products: production of crude fish oil. Journal Agriculture and Food Chemistry Vol.49 No. 8:3697-3704. Alyas, S.A., Abdullah, A., Idris, N.A. 2006. Change of -Carotene Content During Heating of Red Palm Olein. Journal of Oil Research (Special Issue-April 2009, p.99-120 Aminah.S., 2009. Retensi Vitamin A oleh Tempe dan Minyak Goreng Curah pada Penggorengan Berulang Tesis (Belum dipubilkasikan deman M.J, 1999. Principles of Food Chemistry. Third Edition. Aspen Publicher, Inc. Gaithersburg, Maryland. Fardiaz.D, 1996. Perubahan Sifat Fisiko Kimia Bahan Selama Proses Ekstrusi, Penggorengang dan Pemanggangan. Modul Pelatihan Produk-produk Olahan Ekstrusi, Bakery dan Frying. Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. Tambun-Bekasi Orthoefer, F. T. and Cooper, D. S. 1996. Evaluation of Used Frying Oil. In Deep Frying: Chemistry, Nutrition, and Practical Applications. Eds. E.G. Perkins and M. D. Erickson. Champaign, Illinois, USA. AOCS Press Publications. pp. 258-96. Prasetyawan, E.A. 2007. Uji Kualitas Minyak Goreng Pada Para Penjual Gorengan di lingkungan Kampus Universitas Jember. http://digilib.unej.ac.id. Diakses 13 Nopember 2008 Romero, A., Cuesta, C., and Sanchez-Muniz FJ. 1998. Effect of oil replenishment during deep frying of frozen foods in sunflower oil and high-oleic acid sunflower oil. Journal Food Science 57:789-91

Tseng, Y. C., R. Moreira, and X. Sun. 1996. Total Frying-use Time Effects on Soybeanoil Deterioration and on Tortilla Chips Quality. International Journal of Food Science and Technology. 31: 287-294. Winarno, F.G. 1999. Minyak Goreng Dalam Menu Masyarakat. Pusbangtepa IPB.Bogor.