HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB II METODE PENELITIAN

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai Pencegahan Ulkus Diabetikum

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

Nisa khoiriah INTISARI

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH SENAM DIABETES TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RS GATOEL MOJOKERTO

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode I Periode II Periode III

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

Transkripsi:

1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Sylfia Pernanda INTISARI Latar Belakang : Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang terdapat diseluruh dunia dan menjadi ancaman dengan prevalensi yang semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penderita mellitus disebabkan karena terjadinya perilaku rural-tradisional menjadi urban serta kurangnya pengetahuan dan pola hidup yang kurang baik. Bagi penderita mellitus mempunyai potensi mengalami komplikasi penyakit lain apabila tidak menjalani perawatan dengan baik salah satunya dengan patuh menjalani diet. Kepatuhan penderita mellitus dalam menjalani diet dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pendidikan dan status ekonomi. Jumlah rata-rata penderita mellitus yang melakukan kontrol gula darah pada tahun 2011 sebanyak 1980 orang. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasien mellitus yang melakukan kontrol gula darah di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang. Alat pengumpulan data kepatuhan diet menggunakan kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan analisis Chi Square dengan α=0,05 Hasil: Tingkat pendidikan penderita mellitus mayoritas responden berpendidikan dasar, yaitu sebanyak 58 orang atau 50,43%, status ekonomi pendierita mellitus mayoritas sedang, yaitu sebanyak 47 orang atau 40,87 %. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus (p value 0,002). Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus (p value 0,038). Kesimpulan: Ada hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Kata Kunci: Pendidikan, status ekonomi, kepatuhan diet.

2 Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang terdapat di seluruh dunia yang banyak dialami oleh orang dewasa. Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik yang diakibatkan adanya defisiensi insulin baik relative maupun absolute (Gustaviani, 2007). Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes Mellitus sudah merupakan ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health Oraganization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah penderita mellitus kurang lebih 300 juta orang. Peningkatan jumlah penderita mellitus setiap tahun disebabkan adanya peningkatan taraf hidup manusia, perubahan gaya hidup termasuk pola konsumsi, serta makin tegaknya diagnosa sehingga makin mudah menemukan penderita mellitus serta bertambah panjang usia manusia karena kemajuan teknologi medis. Dengan bertambah baiknya sarana diagnostik dan teknologi medis, kemungkinan hidup penderita akan lebih meningkat, tetapi di lain pihak akan menambah komplikasi kronik suatu penyakit (Gustaviani, 2007). Setelah melakukan survey pendahuluan pada tanggal 18-20 Desember 2010 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didapatkan data jumlah kunjungan penderita mellitus meningkat sebesar 10,12 % sepanjang tahun 2009 2010 dan pasien mellitus yang melakukan kontrol gula darah dan gula darahnya tinggi > 200 mg/dl sebanyak 105 orang perbulan dengan peningkatan 20,3 % sepanjang tahun 2009 2010, sedangkan pada tanggal 18 November 2010 sampai 17 desember 2010 ada 162 pasien yang melakukan pengontrolan kadar gula darah. Dari catatan rekamedik didapatkan hasil Gula Darah Puasa (GDP) dari 162 pasien yaitu, GDP > 140 mg/dl ada 110 pasien, sedangkan GDP < 80 mg/dl ada 5 pasien, GDP tekendali baik 25 pasien dan terkendali sedang 22 pasien. Dari hasil uraian di atas maka perlu dilaksanakan program untuk pengontrolan kadar gula darah pada pasien melitus. Pelaksanaan program tersebut dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut pada pasien melitus. Komponen-komponen dari pelaksanaan pengontrolan kadar gula darah pada pasien melitus meliputi: diet, latihan fisik ringan, terapi insulin atau obat oral antidiabetik dan pendidikan kesehatan. Diet pada pasien melitus merupakan salah satu upaya pengontolan kadar gula darah yang berfungsi menjaga agar kadar gula darah pada pasien tetap stabil atau dalam kisaran normal. Maka dari itu tingkat kepatuhan diet pada pasien melitus sangat berpengaruh untuk menjaga kestabilan gula darah pada pasien

3 melitus dalam kisaran normal. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini yaitu : Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pendidikan pasien mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. b. Mengetahui tingkat status ekonomi penderita mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. c. Mengetahui tingkat kepatuhan penderita mellitus yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. e. Mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini menambah wawasan keilmuan khususnya ilmu keperawatan medikal bedah dan berguna bagi penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktisi a. Manfaat bagi tenaga keperawatan Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan tindakan keperawatan terhadap pasien mellitus. b. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta dapat member pengalaman dalam dunia penelitian. c. Manfaat bagi pasien dan keluarga Sebagai informasi bagi pasien dan keluarganya tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan menjalani terapi diet pada pasien mellitus sehingga dapat di ambil langkah yang sesuai dengan kemampuannya. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional / potong lintang yaitu jenis penelitian dengan cara mengukur variabel - variabelnya yang dilakukan satu kali pada satu saat. Dalam penelitian potong lintang, variabel bebas dan variabel tergantung diukur pada satu saat bersamaan, dan tidak ada

4 tindak lanjut / follow up / perlakuan terhadap variabel-variabelnya (Notoadmojo, 2010). Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yaitu hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli- September 2011. Tempat penelitian dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. Alasan penelitian dilakukan di Poliklinik penyakit Dalam karena banyak pasien mellitus yang melakukan pengontrolan gula darah sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasien mellitus. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh pasien yang menjalani terapi diet di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Suradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah yang berjumlah 162 orang. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebagai responden ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010). = 1 + ( ) Keterangan : N : Besara Populasi n : Jumlah sampel d : tingkat kepercayaan / nilai signifikan yang diinginkan adalah (0,05). = 162 1 + 162 (0.05 ) = 162 1 + 0,405 = 115,30 sampel.dibulatkan menjadi 115 sampel. Kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti (Notoadmodjo, 2010). Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah : a. Pasien berusia 35 70 tahun yang menderita mellitus b. Pasien yang berpendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi c. Mampu berkomunikasi dengan baik d. Bisa membaca dan menulis Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena berbagai sebab (Notoadmodjo, 2010). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien mellitus yang tidak bersedia menjadi responden. 3. Teknik Sampling

5 Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. D. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperolah informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Alimul, 2007). 1. Variabel Independent (Bebas) Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tingkat pendidikan dan status ekonomi. 2. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Alimul, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah kepatuhan diet. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang berada di wilayah Jawa Tengah, lokasi rumah sakit yang strategis yaitu berada di tepi jalan raya menjadikan rumah sakit ini terjangkau berbagai akses transportasi. Dilihat dari perkembangan hingga tahun ini RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro mengalami peningkatan, baik dari segi sarana prasarana yang kini masih dilakukan yaitu pembangunan gedung-gedung tambahan guna menambah kelengkapan fasilitas dan digalangkannya peningkatan pelayanan kesehatan dari berbagai disiplin ilmu sebagai salah satu promosi, sehingga meningkatkan kepuasan para pengguna layanan kesehatan, mengingat semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan khususnya di wilayah Jawa Tengah. Pelayanan yang diberikan di RS ini adalah perawatan rawat jalan: poliklinik spesialis bedah, poliklinik spesialis ortophedi, poliklinik spesialis penyakit dalam, poliklinik spesialis anak, poliklinik spesialis bayi sehat/tumbuh kembang, poliklinik spesialis kebidanan dan kandungan, poliklinik USG, poliklinik spesialis THT, poliklinik spesialis mata, poliklinik spesialis saraf, poliklinik spesialis saraf, poliklinik spesialis kulit dan kelamin, poliklinik spesialis rehabilitasi medik, poliklinik spesialis gigi dan mulut dan orthodonsi, poliklinik pemeriksaan kesehatan, poliklinik konsultasi psikologi, polklinik gizi, poliklinik umum. Pelayanan rawat inap: VIP kelas 1, kelas 11, kelas 111, ruang ICU/ intensif rawat, ruang NICU/PICU. Tempat penelitian yang diambil adalah di Poli Penyakit Dalam di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pelayanan di poli penyakit dalam di buka setiap hari dari pukul 08.00-14.00 WIB. Rata-rata pasien yang datang di Poli Penyakit Dalam adalah pasien yang melakukan kontrol gula darah dan

6 pasien yang melakukan pemeriksaan tekanan darah. 2. Deskripsi Karakteristik Responden Tabel 4.1. Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin pekerjaan, lama menderita mellitus : Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Umur Dewasa (35-44 tahun) Pralansia (45-54 tahun) Lansia (55-70 tahun) 37 58 20 32,17% 50,43% 17,40% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 63 52 54,78% 45,22 % Pekerjaan Petani PNS Swasta Pensiunan 31 36 27 21 26,96% 31,13% 23,48% 18,26% Lama menderita DM 0-5 bulan 6 bulan- 1 tahun 1 tahun- 3 tahun >3 tahun 14 26 35 40 12,17% 22,61% 30,43% 34,79% Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden berusia 45-54 tahun yaitu sebanyak 58 orang (50,43 %) dan paling sedikit berusia 55-70 tahun sebanyak 20 orang (17,40%). Bila dilihat dari jenis kelamin mayoritas laki-laki yaitu 63 orang (54,78 %) dan hanya 52 orang (45,22 %) yang berjenis kelamin perempuan. Dari jenis pekerjaan mayoritas sebagai PNS yaitu berjumlah 36 orang (31,30 %) dan 21 orang (18,26 %) sebagai pensiunan. Berdasarkan lama menderita mellitus mayoritas responden menderita > 3 tahun yaitu 40 orang ( 34,79 %) dan paling sedikit adalah responden yang menderita mellitus selama 0-5 bulan yaitu sebanyak 14 orang (12,17%). 3. Hasil Variabel Penelitian a. Tingkat pendidikan Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten No Pendidikan terakhir n Persentase(%) 1 Dasar 58 50,43 2 Menengah 33 28,70 3 Tinggi 24 20,87 Jumlah 115 100 Berdasarkan Tabel 4.2, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang berpendidikan Dasar sebanyak 58 orang (50,43%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang (20,87%).

7 b. Status Ekonomi Tabel 4.3, Distribusi Frekuensi Status Ekonomi pada Penderita DM di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten No Status Ekonomi n Persentase (%) 1 Rendah 28 24,35 2 Sedang 47 40,87 3 Tinggi 40 34,78 Jumlah 115 100 Berdasarkan Tabel 4.3, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi dalam kategori sedang sebanyak 47 orang (40,87%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi rendah sebanyak 28 orang (24,35%). c. Kepatuhan Diagram 4.1, Distribusi Frekuensi Kepatuhan diet di RSUP Dr. Soeradji TirtonegoroKlaten Berdasarkan diagram 4.1, di atas diketahui frekuensi terbanyak adalah responden yang patuh melakukan diet yaitu sebanyak 67 orang (58,26%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang tidak patuh melakukan diet sebanyak 48 orang (41,74%). 4. Analisis Bivariat Analisis bivariat berfungsi untuk menganalisis pembuktian hipotesis penelitian. Hasil analisis bivariat penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini: a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet Hasil analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini. 58,26% 41,74% Kepatuhan Patuh Tidak Patuh Tabel 4.4. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Variabel pendidikan Tingkat kepatuhan Jumlah χ2 P Patuh Tidak patuh Dasar 25 (43,10%) 33 (56,90%) 58 12.778 0,002 Menengah 23 (69,70%) 10 (30,30%) 33 Tinggi 19 (79,17%) 5 (20,83%) 24 Jumlah 67 (58,26%) 48 (41,74%) 115 Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa frekuensi sebagian besar

8 responden yang mempunyai tingkat pendidikan kategori dasar, tidak patuh diet sebanyak 33 orang (56,90%). Sebagian besar responden yang mempunyai tingkat pendidikan kategori menengah, patuh diet sebanyak 23 orang (69,70%). Responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebagian besar patuh diet sebanyak 19 orang (79,17%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh p value sebesar 0,002, artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. b. Hubungan Status Ekonomi dengan Kepatuhan Diet Hasil analisis bivariat hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini. Tabel 4.5. Tabulasi Silang Status Ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Variabel Status Ekonomi Tingkat kepatuhan Jumlah χ2 P Patuh Tidak patuh Rendah 9 (36 %) 16 (64 %) 25 6.543 0,038 Sedang 32 (65,31%) 17 (34,69%) 49 Tinggi 26 (63,41%) 15 (36,59%) 41 Jumlah 67 (58,26%) 48 (41,74%) 115 Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa frekuensi paling banyak adalah responden yang mempunyai status ekonomi kategori sedang dan patuh melakukan diet sebanyak 32 orang (65,31%). Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori tinggi patuh melakukan diet sebanyak 26 orang (63,41%). Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi rendah tidak patuh melakukan diet sebanyak 16 orang (64%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh p value sebesar 0,038 artinya ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. B. Pembahasan 1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Diet

9 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggkat pendidikan responden terbanyak adalah responden yang berpendidikan Dasar sebanyak 58 orang (50,43%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang (20,87%). Pendidikan adalah proses untuk menuju ke perubahan prilaku masyarakat dan akan memberi kesempatan pada individu untuk menemukan ide/nilai baru (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan menurut Hasbulloh (2009) pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan amnesia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan yang tinggi mempunyai andil yang besar terhadap kemajuan sosial ekonomi seseorang. Pendidikan makin tinggi dapat menghasilkan keadaan sosial ekonomi yang baik dan kemandirian yang makin mantap. Pendidikan merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat proses peningkatan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Semakin tinggi tingkat pendidikan diartikan bahwa kompetensi yang dimiliki dan dikuasai individu semakin baik.pendidikan seseorang mempengaruhi banyaknya wawasan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi pengetahuan maka akan semakin luas wawasan yang dimilkinya. Sehingga pendidikan yang baik dan memadai merupakan modal seseorang dalam mempertimbngakan pemelihan makanan yang bukan berdasarkan selera tetapi juga syaratsyarat yang sesuai dengan diet yang dijalani. Pendidikan yang menghasilkan domain kognitif merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku. Hasil analisis menunjukkan pendidikan berhubungan signifikan dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Didukung hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p value sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan praktek atau tindakan seseorang berhubungan dengan materi dan wawasan yang dimiliki. Pendidikan membentuk pola pikir seseorang. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah sebesar 50,43 %. Pendidikan rendah bukanlah sepenuhnya menjadi jaminan bagi terbentuknya pemahaman tentang mellitus. Pemahaman dapat diperoleh dari pengalaman yang terjadi pada diri sendiri atau orang lain. Hasil analisis diketahui sebagian besar responden mempunyai riwayat menderita mellitus lebih dari 3 tahun sebesar 37,79%. Pengalaman yang dimiliki responden akan membentuk pemahaman yang baik tentang cara melakukan perawatan mellitus sehingga akan mempengaruhi kepatuhan dalam melakukan diet. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lewin (1989) dalam Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan bahwa perubahan perilaku

10 melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan kembali. Pada tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan alternative penyelesaian masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena telah cukup mempunyai informasi serta data. Pada tahap bergerak akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong lebih kuat dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan terjadi perilaku baru dan keseimbangan sehingga pada tahap pembekuan kembali perlu adanya penguatan. 2. Hubungan Status Ekonomi dengan Kepatuhan Diet Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status ekonomi responden dalam kategori sedang sebanyak 47 orang (40,87%). Frekuensi paling sedikit adalah responden yang mempunyai tingkat ekonomi rendah sebanyak 28 orang (24,35%). Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (kartono, 2006).Status ekonomi berhubungan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan tersebut salah satunya adalah kebutuhan dalam melakukan pemeliharaan kesehatan. Seorang penderita mellitus memerlukan perawatan yang dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi penyakit lain. Salah tindakan yang harus dilakukan oleh penderita mellitus adalah dengan melakukan diet. Hal ini dilakukan agar penderita dapat menormalkan kadar gula dalam darahnya sehingga gula darah dapat dikendalikan dengan baik. Sesuai Tulus (2004) menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan. Kepatuhan pasien mellitus dalam melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan. Dalam melakukan diet pada penderita mellitus memerlukan kemampuan finansial untuk membeli konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit mellitus. Hasil analisis membuktikan bahwa ada hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada penderita mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Didukung hasil uji Chi- Square diperoleh nilai dengan p value sebesar 0,038 (p<0,05). Hasil tabulasi silang diketahui sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori tinggi patuh melakukan diet sebesar 65,31%. Sebagian besar responden yang mempunyai status ekonomi kategori sedang dan patuh melakukan diet sebesar 63,41%. Semakin baik kemampuan ekonomi individu maka akan semakin mampu melakukan pembiayaan untuk melakukan diet. Hal ini didukung oleh pendapat Suyono (2007) yang

11 menyebutkan dengan penghasilan yang dimiliki penderita mellitus mampu membeli konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit mellitus. 3. Kepatuhan Diet Kepatuhan berhubungan dengan sikap disiplin yang dimiliki seseorang. Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit mellitus yang dideritanya. Hasil analisis diketahui sebagian besar responden patuh melakukan diet sebesar 58,26%. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat pendidikan penderita mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas berpendidikan dasar. 2. Status ekonomi penderita mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas sedang. 3. Tingkat kepatuhan diet penderita mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten mayoritas patuh. 4. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada pasein mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 5. Ada hubungan status ekonomi dengan kepatuhan diet pada pasein mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Rumah Sakit Meningkatkan kualitas dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada perawat terutama yang berhubungan dengan penderita mellitus. 2. Bagi Perawat Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan salah satunya pemberikan pendidikan kesehatan melalui konseling dan komunikasi dua arah dengan pasien dan keluarga pasien mellitus ketika pasien melakukan control gula darah di poliklinik penyakit dalam. 3. Bagi Pasien dan Keluarga Disarankan bagi pasien dan keluarga agar mematuhi program diet yang diberikan oleh tenaga kesehatan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian lebih dalam dengan melibatkan sampel penelitian lebih banyak dan penelitian ini dapat dilanjutkan sampai analisis multivariat. DAFTAR PUSTAKA Asti, Tri. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

12 Badan Pusat Statistik. 2010. Pemerataan Pendapatan dan Konsumsi Penduduk Kabupaten Klaten. BPS Kabupaten Klaten. Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC. Gustaviani, Reno. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. Hasbulloh. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi 7, Rajawali Pers, Jakarta. Hidayat, Alimul, Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito. 2003. Standar Pelayanan Medis. Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta:EGC Landri, J. 2000. faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Mansjoer, Arif. et.al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Metabolik Endokrin FKUI. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Sarafino. 2002, Health Psychology Biopsychology Interaction. Third Edition. New York : John Willey and Sans. Soebardi, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.

13