JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 2, Nomor 1. Oktober 2011 PROBLEMATIKA MENUJU DOSEN PROFESIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1)

SOSIALISASI SERDOS 2015 TIM SERDOS DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015

PANDUAN P2M STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENGANTAR

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Pembantu Rektor II UB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

SOSI ALI SASI SERTI FI KASI PENDI DI K UNTUK DOSEN

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUKU I NASKAH AKADEMIK

BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

Sistem Pendidikan Nasional

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

SISTEM MEMORI ORGANISASI SEBAGAI PENDUKUNG PENGELOLAAN BEBAN KERJA DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Arti berkualitas disini adalah mereka yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10

GUNA MENGHASILKAN INOVASI UNGGUL

PEDOMAN UMUM PEREKRUTAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

REGULASI DAN IMPLEMENTASI BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN KETUA PROGRAM STUDI BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

SERTIFIKASI DOSEN DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen 3. Per

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

REGULASI DAN IMPLEMENTASI ASESMEN BEBAN KERJA DOSEN DALAM TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA. OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR)

SISTEM PANGKALAN DATA DOSEN GUNA PERHITUNGAN INDEKS PRESTASI DAN BEBAN KERJA DOSEN (Studi Kasus : STIKI Malang)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI

PEDOMAN UMUM PEMILIHAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK BERPRESTASI

Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

STANDAR KOMPETENSI DOSEN MKU (MPK-MBB) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT. Tim Penyusun: Dr. Sarbaini, M.Pd, dkk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

PEDOMAN PENERIMA TANDA KEHORMATAN SATYALENCANA PENDIDIKAN BAGI PENGAWAS SEKOLAH TAHUN 2016

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU 1 NASKAH AKADEMIK

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

Panduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

Disiapkan oleh Djoko Kustono 1

STANDAR 4. SUMBER DAYA MANUSIA

BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN (SERDOS) TERINTEGRASI BUKU I NASKAH AKADEMIK

Panduan Pengusulan Ijin PENGAKUAN TENAGA AHLI SEBAGAI DOSEN melalui mekanisme REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran

DASAR HUKUM UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor RI 14 Tahun 2005 ttg Guru dan Dosen PP RI

SISTEM INFORMASI PENGEMBANGAN KARIR DOSEN (SIPKD)

Regulasi dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum di Perguruan Tinggi

Rapat: 21 Nopember 2012 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BUKU PEDOMANBEBAN KERJA DOSEN DAN EVALUASI PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

Bab III Analisis Masalah III.1 Objek dan Tujuan Analisis III.2 Metode Analisis

PERUBAHAN LANDASAN KONSEP

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TAHUN 2010 BUKU I NASKAH AKADEMIK

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) secara terintagrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

05/PP/DITDIKTENDIK/2013 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PENGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI

BUKU I NASKAH AKADEMIK

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR: 32500/UN4.1/OT.10/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA UNIVERSITAS HASANUDDIN

05/PP/DITDIKTENDIK/2011 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PNGELOLA KEUANGAN BERPRESTASI

Transkripsi:

PROBLEMATIKA MENUJU DOSEN PROFESIONAL Edhy Sutanta Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta, 55222 email:edhy_sst@yahoo.com ABSTRACT Professional lecturer is required by each college. Reality Indonesia lecturer nationally there are 93,272 (53.78) lecturers who can not be certified because they are not yet qualified master's degree. In addition, the budget constraints for further studies, the capacity of the appropriate course of science, and local policies in higher education institutions often still be inhibiting further studies lecturer. These problems must be resolved to avoid greater problems in the Indonesian higher education. And, the problems can be solved only through active cooperation between faculty, university institutions, and government regulations to implement Law number 14 which was released in 2005, about Teachers and Lecturers. Keywords: professional lecturers, higher education, master degree. I. PENDAHULUAN Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Peran, tugas, dan tanggungjawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan dosen yang profesional. Untuk menjadi seorang dosen profesional harus memenuhi kualifikasi akademik meliputi ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 9). Kualifikasi akademik dosen dan berbagai aspek unjuk kerja sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menkowasbangpan Nomor 38 Tahun 1999, merupakan salah satu elemen penentu kewenangan dosen mengajar di suatu jenjang pendidikan. Di samping itu, penguasaan kompetensi dosen juga merupakan persyaratan penentu kewenangan mengajar. Kompetensi tenaga pendidik, khususnya dosen, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi dosen profesional menentukan kualitas pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam kegiatan profesional dosen. Dosen yang kompeten untuk melaksanakan tugasnya secara profesional adalah dosen yang memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial yang diperlukan dalam praktek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tulisan ini membahas tentang beberapa problematika yang dihadapi oleh khususnya dosen di bidang ilmu informatika/komputer dalam rangka memenuhi kualifikasi dosen prefosional. Beberapa asumsi akan digunakan untuk menyederhanakan alur pikir dalam pembahasan. II. PEMBAHASAN II.1. Persyaratan Dosen Profesional Menurut UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam Bab 1, Pasal 47 dinyatakan, bahwa kualifikasi akademik dosen diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian dengan kualifikasi minimum lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana, dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Bukti atas profesionalisme dosen tersebut dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesional yang akan diberikan setelah memenuhi sejumlah syarat, yaitu (UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab 1 Pasal 47): 1. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; Volume 2, Nomor 1. 43

2. Memiliki jabatan akademik sekurangkurangnya asisten ahli; dan 3. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Selanjutnya, sesuai Panduan Sertifikasi Dosen, khususnya pada Buku I tentang Naskah Akademik yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2009, secara lebih rinci, persyaratan agar seorang dosen dapat disertifikasi adalah (Ditjen Dikti, 2009): 1. Dosen tetap di perguruan tinggi negeri; 2. Dosen DPK di perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat ; 3. Dosen tetap yayasan di perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat; 4. Telah bekerja sekurang-kurangnya dua tahun; 5. Memiliki jabatan akademik sekurangkurangnya Asisten Ahli; 6. Memiliki kualifikasi akademik sekurangkurangnya S2 dari Program Studi Pasca Sarjana yang terakreditasi; 7. Mempunyai beban akademik sekurangkurangnya 12 sks per semester dalam dua tahun terakhir di perguruan tinggi di mana ia bekerja sebagai dosen tetap; tugas tambahan dosen sebagai pejabat struktural (di lingkungan perguruan tinggi) diperhitungkan SKS-nya sesuai aturan yang berlaku; dan 8. Bagi dosen non PNS melampirkan surat keterangan inpassing kepangkatan sementara dari Kopertis. Sedangkan dosen yang tidak diperkenankan mengikuti sertifikasi adalah (Ditjen Dikti, 2009): 1. Dosen tetap yayasan yang juga berstatus sebagai guru tetap yayasan dan telah mendapat sertifikat pendidik; 2. Dosen tetap yayasan yang juga memiliki status kepegawaian sebagai PNS atau pegawai tetap di lembaga lain; 3. Dosen tetap yayasan yang berumur lebih dari 65 tahun nol bulan. Kompetensi Dosen Profesional Sesuai Panduan Sertifikasi Dosen, khususnya pada Buku I tentang Naskah Akademik yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2009, secara lebih rinci, dijelaskan tentang empat jenis kompetensi yang perlu dimiliki oleh dosen untuk mendapatkan sertifikat profesional, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, serta kompetensi kepribadian. Persyaratan minimal untuk masing-masing kompetensi tersebut sekurang-kurangnya adalah sebagai Volume 2, Nomor 1. 44 berikut (Ditjen Dikti, 2009): 1. Kompetensi Pedagogik, meliputi: a. Kemampuan Merancang Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan tentang proses pengembangan mata kuliah dalam kurikulum, pengembangan bahan ajar, serta perancangan strategi pembelajaran 2). Sub kompetensi, meliputi: a). Menguasai berbagai perkembangan dan isu dalam sistem pendidikan. b). Menguasai strategi pengembangan kreatifitas. c). Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar dan d). Mengenal mahasiswa secara mendalam. e). Menguasai beragam pendekatan belajar sesuai dengan karakteristik mahasiswa. f). Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. g). Mengembangkan mata kuliah dalam kurikulum program studi. h). Mengembangkan bahan ajar dalam berbagai media dan format untuk mata i). kuliah tertentu. j). Merancang strategi pemanfaatan beragam bahan ajar dalam k). Merancang strategi pembelajaran mata kuliah. l). Merancang strategi pembelajaran mata kuliah berbasis ICT. b. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan mengenal mahasiswa (karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa), ragam teknik dan metode pembelajaran, ragam media dan sumber belajar, serta pengelolaan proses 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai keterampilan dasar mengajar. b). Melakukan identifikasi karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa. c). Menerapkan beragam teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan d). Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar dalam e). Melaksanakan proses pembelajaran yang produktif, kreatif, aktif, efektif,

Volume 2, Nomor 1. 45 dan menyenangkan. f). Mengelola proses g). Melakukan interaksi yang bermakna dengan mahasiswa. h). Memberi bantuan belajar individual sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. c. Kemampuan Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan menggunakan alat dan proses penilaian yang sahih dan terpercaya,didasarkan pada prinsip, strategi, dan prosedur penilaian yang benar, serta mengacu pada tujuan 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai standar dan indikator hasil pembelajaran mata kuliah sesuai dengantujuan b). Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penilaian c). Mengembangkan beragam instrumen penilaian proses dan hasil d). Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan. e). Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. f). Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar mahasiswa. g). Menganalisis hasil penilaian hasil pembelajaran dan refleksi proses h). Menindaklanjuti hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas d. Kemampuan Memanfaatkan Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran 1). Batasan, yaitu kemampuan melakukan penelitian pembelajaran serta penelitian bidang ilmu, mengintegrasikan temuan hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran dari sisi pengelolaan pembelajaran maupun pembelajaran bidang ilmu. 2). Sub Kompetensi, meliputi: a). Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penelitian pembelajaran (instructional research) dalam berbagai aspek b). Melakukan penelitian pembelajaran berdasarkan permasalahan pembelajaran yang otentik. c). Menganalisis hasil penelitian d). Menindaklanjuti hasil penelitian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas 2. Kompetensi Profesional a. Batasan Kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik profesional berupaya untuk mewujudkan sikap (aptitude) dan perilaku (behavior) ke arah menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasrat, tekad dan kemampuan memajukan profesi yang berdasarkan ilmu dan teknologi. Dengan sikap dan perilaku, dosen melakukan perbaikan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi secara kreatif melalui upaya peningkatan produktivitas dan optimalisasi pendayagunaan sumber-sumber yang ada di sekitarnya. Melalui kompetensi profesional, dosen secara dinamis mengembangkan wawasan keilmuan, menghasilkan ilmu, seni, dan teknologi berdasarkan penelitian, dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dari hasil penelitian, dan pada akhirnya mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakatnya sebagai pemangku kepentingan. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Penguasaan dosen terhadap materi pelajaran dalam bidang ilmu tertentu secara luas diartikan sebagai kemampuan dosen untuk memahami tentang asal usul, perkembangan, hakikat dan tujuan dari ilmu tersebut. Sementara itu, penguasaan yang mendalam berarti kemampuan dosen untuk memahami cara dan menemukan ilmu, teknologi dan atau seni, khususnya tentang bidang ilmu yang diampunya. Dalam hal ini, dosen diharapkan menyadari tentang pentingnya: a). Memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang bidang ilmunya, dan terus menerus terpacu untuk mencari lebih banyak pengetahuan

Volume 2, Nomor 1. 46 yang berkenaan dengan bidang ilmunya. b). Bergabung dan mengukur diri di dalam kelompok atau asosiasi profesi, berpartisipasi aktif di dalamnya, sebagai wahana untuk mengembangkan diri secara profesional. c). Kemampuan menempatkan diri sebagai seseorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan bidang ilmu dan seninya, dan siapmengambil langkah inisiasi untuk pengembangan maupun pemecahan masalah. 2). Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian. Kemampuan ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan dosen tentang metodologi ilmiah, rancangan penelitian dan atau percobaan, serta kemampuan mengorganisasikan dan menyelenggarakan penelitian bidang ilmu mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, perancangan data dan alat yang akan digunakan, serta metode analisis yang mendasarinya. Selanjutnya dosen mampu menerapkan rancangan, metode dan analisis tersebut dalam melaksanakan penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Akhirnya semua itu dapat dituliskan dalam suatu laporan yang sistemik, bahkan dapat dikembangkan sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk pertemuan ilmiah dan atau jurnal ilmiah. 3). Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi. Dosen mampu mengembangkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang dapat diterapkan untuk kepentingan tertentu, misalnya berupa teknik, kiat, dan kebijakan. Seorang dosen seyogyanya mempunyai motivasi untuk menyebarluaskan temuan dan hasil penelitiannya itu. Oleh karena itu kemampuan dalam bidang ilmu, teknologi dan/atau seni yang berdasarkan penelitian seseorang dapat diukur dari kegiatan kesarjanaan dan menunjukkan kemampuan yang berkesinambungan dengan ketertarikan yang nyata terhadap kegiatan akademis dan intelektual. Hal itu nampak dari berbagai karyanya, antara lain, berupa penulis bersama (co-authorship), serta memberi sumbangan yang bermakna dalam hal-hal; kajian dan laporan yang bersifat kependidikan, makalah kajian telaah atau tinjauan (review), menulis buku ajar atau sebagian bab dalam suatu buku ajar, melayani kegiatan penyuntingan (editorial), pendayagunaan media elektronik dalam penyebaran hasil penelitian, surat kepada penyunting majalah ilmiah (journal), menyusun bahan sillabus berdasarkan hasil penelitiannya, serta mengelola pertemuan ilmiah khusus dan laboratorium. 4). Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menilai pengabdian kepada masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh lazimnya tak dapat langsung diterapkan, melainkan perlu dikembangkan lagi agar dapat diterapkan di kalangan masyarakat. Untuk itu seorang dosen yang profesional perlu mempunyai kemampuan untuk melakukan pengembangan sebagai bagian kelanjutan dari penelitian. Dalam hal ini, dosen diharapkan memiliki kemampuan melaksanakan rancangan penerapan tersebut baik dalam tingkat percobaan maupun dalam tingkat penyebaran secara masif. Hasil penerapan selanjutnya harus dapat dinilai oleh dosen untuk perbaikan lanjutan maupun sebagai bahan penelitian selanjutnya. Evaluasi dua arah tersebut memainkan peranan penting bagi pengembangan wawasan dan kompetensi dosen yang bersangkutan, serta mendorong terjadinya perbaikan ke arah optimalisasi danefisiensi yang memajukan teknologi masyarakat dan berdampak terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban. 3. Kompetensi Sosial a. Batasan, yaitu kemampuan melakukan hubungan sosial dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang pendidikan. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan. 2). Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas. 3). Kemampuan menghargai pendapat

orang lain 4). Kemampuan membina suasana kelas. 5). Kemampuan membina suasana kerja. 6). Kemampuan mendorong peran serta masyarakat. 4. Kompetensi Kepribadian a. Batasan, yaitu sejumlah nilai, komitmen, dan etika professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional. b. Sub Kompetensi, meliputi: 1). Empati (empathy), meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar. 2). Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki, menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka. 3). Berpandangan positif terhadap diri sendiri, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki, mempunyai harga diri dan integritas diri yang baik, disertai dengan tuntutan dan harapan yang realitis (positif) terhadap diri. 4). Genuine (authenticity), bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan terbuka mudah dilihat orang lain. 5). Berorientasi kepada tujuan, senantiasa komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Semua perilaku yang tampil berorientasi pada tujuan. Data Dosen Indonesia Mengacu pada data yang dirilis oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), dalam situs http://evaluasi.or.id/ (upload terakhir tanggal 26 Desember 2009), diketahui rekapitulasi data dosen nasional (di seluruh perguruan tinggi resmi di seluruh Indonesia) dalam kategori jenis kelamin (PNS dan non PNS), berdasarkan jenjang jabatan akademik dosen (PNS dan non PNS), dan berdasarkan jenjang pendidikan dosen (PNS dan non PNS). Data statistik dosen nasional tahun 2009, berdasarkan jenjang pendidikannya (status PNS dan non PNS), terdiri atas dosen jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak 93.272 (53,78) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak 80.169 (46,22) (Tabel 1). Dari Tabel 1, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-1 menempati rangking tertinggi, yaitu 85.429 (49,26) (Gambar 1). TABEL 1: DATA DOSEN NASIONAL (PNS DAN NON PNS) BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total PTN 0 0 55 329 1.382 19.100 32.340 8.668 61.874 Kopertis I 2 0 379 377 149 7.526 2.060 64 10.557 Kopertis I 0 0 116 171 76 4.827 1.750 63 7.003 I Kopertis I II 1 0 388 134 368 8.606 7.032 1.055 17.584 Kopertis I V 0 1 241 381 181 10.068 5.429 565 16.866 Kopertis 0 0 22 119 64 2.725 2.877 344 6.151 V Kopertis 0 0 183 410 148 5.596 3.204 231 9.772 VI Kopertis 0 1 270 504 264 8.666 6.674 559 16.938 VII Kopertis 0 1 66 94 42 3.558 1.504 68 5.333 VIII Kopertis I 0 0 75 131 94 6.065 2.097 112 8.574 X Kopertis 1 0 99 222 89 3.531 1.576 93 5.611 X Kopertis 0 0 55 102 23 2.983 1.198 46 4.407 XI Kopertis XII 0 2 13 16 2 2.178 540 20 2.771 Total 4 5 1.962 2.990 2.882 85.429 68.281 11.888 173.441 Jumlah Sumber: http://evaluasi.or.id/, diakses tanggal 26 Desember 2009 90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 4 5 1962 2990 2882 85429 68281 11888 D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 1: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL (PNS DAN NON PNS) BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) Volume 2, Nomor 1. 47

Khusus dosen berstatus PNS, data statistik dosen nasional berdasarkan jenjang pendidikannya, terdiri atas dosen jenjang pendidikan D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak 23.680 (34,50) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak 44.957 (65,50) (Tabel 2). Dari Tabel 2, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-2 menempati rangking tertinggi, yaitu 35.992 (52,44) (Gambar 2). TABEL 2: DATA DOSEN NASIONAL PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D- 1 D- 2 D- 3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total PNS PTN 0 0 55 324 1.252 18.235 31.016 8.430 59.312 PNS DPK 0 0 1 0 10 551 292 13 867 Kopertis I PNS DPK 0 0 0 0 1 281 339 20 641 Kopertis II PNS DPK 0 0 0 1 68 278 492 86 925 Kopertis III PNS DPK 0 0 0 0 15 406 591 106 1.118 Kopertis IV PNS DPK 0 0 0 0 4 220 481 66 771 Kopertis V PNS DPK 0 0 1 2 3 339 482 47 874 Kopertis VI PNS DPK 0 0 0 4 15 447 1.020 95 1.581 Kopertis VII PNS DPK 0 0 2 8 3 326 346 19 704 Kopertis VIII PNS DPK 0 0 0 0 3 295 447 39 784 Kopertis IX PNS DPK 0 0 1 0 3 134 268 26 432 Kopertis X PNS DPK 0 0 0 0 0 198 173 13 384 Kopertis XI PNS DPK Kopertis XII 0 0 1 0 0 193 48 2 244 Total 0 0 61 339 1.377 21.903 35.995 8.962 68.637 Sumber: http://evaluasi.or.id/, diakses tanggal 26 Desember 2009 40000 35000 35995 dosen jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S-1 sebanyak 68.592 (67,09) dan dosen dengan jenjang pendidikan S-2 dan S-3 sebanyak 33.650 (32,91) (Tabel 3). Dari Tabel 2, juga dapat diketahui bahwa dosen dengan jenjang pendidikan S-1 menempati rangking tertinggi, yaitu 62.661 (61,29) (Gambar 3). TABEL 3: DATA DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Kategori D- D- D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 Total 1 2 Dosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 BHMN Dosen PTS 2 0 378 377 139 6.975 1.768 51 9.690 Kopertis I Dosen PTS 0 0 116 171 75 4.546 1.411 43 6.362 Kopertis II Dosen PTS 1 0 388 133 300 8.328 6.540 969 16.659 Kopertis III Dosen PTS 0 1 241 381 166 9.662 4.838 459 15.748 Kopertis IV Dosen PTS 0 0 22 119 60 2.505 2.396 278 5.380 Kopertis V Dosen PTS 0 0 182 408 145 5.257 2.722 184 8.898 Kopertis VI Dosen PTS 0 1 270 500 249 8.219 5.654 464 15.357 Kopertis VII Dosen PTS 0 1 64 86 39 3.232 1.158 49 4.629 Kopertis VIII Dosen PTS 0 0 75 131 91 5.770 1.650 73 7.790 Kopertis IX Dosen PTS 1 0 98 222 86 3.397 1.308 67 5.179 Kopertis X Dosen PTS 0 0 55 102 23 2.785 1.025 33 4.023 Kopertis XI Dosen PTS Kopertis XII 0 2 12 16 2 1.985 492 18 2.527 Total 4 5 1.901 2.646 1.375 62.661 30.962 2.688 102.242 Sumber: http://evaluasi.or.id/, diakses tanggal 26 Desember 2009 70000 60000 62661 Jumlah 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 0 0 61 339 GAMBAR 2: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (SUMBER: DIOLAH SENDIRI) Khusus dosen berstatus Non PNS, data statistik dosen nasional berdasarkan jenjang pendidikannya, terdiri atas 1377 21903 D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 8962 Jum lah 50000 40000 30000 20000 10000 0 4 5 1901 2646 1375 30962 D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 3: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) 2688 Volume 2, Nomor 1. 48

Jika dibandingkan antara dosen nasional PNS dan dosen nasional non PNS, berdasarkan data Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat diketahui bahwa jumlah dosen PNS lebih kecil dibandingkan jumlah dosen non PNS. Berdasarkan jenjang pendidikan dosen, jumlah dosen nasional non PNS jenjang pendidikan S-1 jauh lebih besar daripada jumlah dosen PNS jenjang pendidikan S-1 (Tabel 4, Gambar 4). TABEL 4: PERBANDINGAN DATA DOSEN NASIONAL PNS & NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN Katego ri D-1 D-2 D-3 D-4 Profe si S-1 S-2 S-3 Total 21.90 35.99 0 0 61 339 1.377 3 5 8.962 68.637 PNS 0,00 0,00 0,04 0,20 0,80 12,70 20,87 5,20 39,80 1.90 2.64 62.66 30.96 102.24 Non 4 5 1 6 1.375 1 2 2.688 2 PNS 0,00 0,00 1,10 1,53 0,79 36,13 17,85 1,55 58,95 Nasion al 4 5 1.96 2 2.99 0 2.882 85.42 9 68.28 1 11.88 8 173.44 1 Volume 2, Nomor 1. 49 Jumlah 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 (Sumber: Diolah sendiri) D-1 D-2 D-3 D-4 Profesi S-1 S-2 S-3 GAMBAR 4: GRAFIK JUMLAH DOSEN NASIONAL NON PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN (Sumber: Diolah sendiri) Problem Menuju Dosen Profesional Pemahaman atas ketentuan tersebut di atas, bahwa seseorang adalah dosen profesional jika telah memiliki sertifikat profesional, dan untuk dapat disertifikasi, seorang dosen harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: 1. Berstatus sebagai dosen tetap pada suatu lembaga pendidikan tinggi resmi (Catatan: perlu ditegaskan di sini bahwa perguruan tinggi yang dimaksud harus resmi, mengingat tidak sedikit lembaga yang menamakan perguruan tinggi, namun sesungguhnya tidak resmi atau ilegal). 2. Telah bekerja sekurang-kurangnya dua tahun. 3. Jabatan akademik sekurang-kurangnya Asisten Ahli. PNS Non PNS 4. Kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S2 dari Program Studi Pasca Sarjana terakreditasi. 5. Mempunyai beban akademik sekurangkurangnya 12 sks per semester dalam dua tahun terakhir di perguruan tinggi di mana ia bekerja sebagai dosen tetap (Catatan: tugas tambahan dosen sebagai pejabat struktural di lingkungan perguruan tinggi diperhitungkan SKS-nya sesuai aturan yang berlaku). 6. Memenuhi persyaratan minimal empat jenis kompetensi, yaitu pedagogik, profesional, sosial, serta kepribadian, dan harus mengembangkannya secara berkelanjutan. Pembahasan selanjutnya adalah difokuskan pada upaya memenuhi salah satu persyaratan sertifikasi dosen, yaitu dosen dapat disertifikasi jika memiliki jenjang pendidikan minimal S-2. Untuk menyederhanakan alur logika, beberapa asumsi juga digunakan, yaitu: 1. Masa kerja dosen, jabatan akademik dosen, beban akadmeik dosen, serta persyaratan minimal pada empat jenis kompetensi terpenuhi. 2. Data dosen yang diacu bersumber dari situs resmi yang dikelola oleh Ditjen Dikti, yaitu http://evaluasi.or.id/) sehingga bersifat valid dan up to date, dan dosen yang dimaksud merupakan dosen tetap pada lembaga perguruan tinggi yang resmi 3. Setiap dosen mengajar sesuai dengan bidang ilmunya. 4. Target sertifikasi sebagai bukti dosen profesional adalah akhir tahun 2014, sehingga tersisa waktu 4 tahun 5. Rata-rata lama studi lanjut jenjang S-2 adalah 2 tahun dan 4 tahun untuk S-3. 6. Dosen dengan jenjang pendidikan D-1, D-2, D- 3, dan Profesi memiliki tanggungjawab sendiri untuk menyelesaikan studi hingga jenjang S-1 atau D-4. Berikut adalah identifikasi problematika yang muncul terkait dengan fokus pembahasan menuju dosen profesional dengan asumsi-asumsi yang digunakan tersebutdi atas, yaitu: 1. Jumlah dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau lebih rendah masih sangat besar. Berdasarkan data statistik dosen nasional, diketahui bahwa saat ini terdapat sejumlah 93.272 dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau kurang, terdiri atas 23.680 dosen PNS dan 68.592 dosen non PNS. Jumlah ini akan menjadi problem besar, tidak hanya bagi dosen yang bersangkutan, namun juga menjadi problem bagi institusi perguruan tinggi di mana dosen tersebut mengabdikan dirinya, dan

tentu juga akan menjadi problem besar bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam kondisi yang paling ekstrim, jika dosen tersebut tidak memperoleh solusi untuk mengikuti jenjang pendidikan S-2, maka efeknya mereka tidak bisa disertifikasi. Hal ini berarti mereka tidak akan bisa memperoleh sebutan dosen profesional. Problem ini tentu tidak bisa hanya dibebankan pada individu-individu dosen, perlu campur tangan pihak lembaga perguruan tinggi di mana dosen mengabdikan dirinya (sesuai pasal 71 ayat (2) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen), dan juga pihak Pemerintah sebagai institusi tertinggi di negara ini yang memperoleh amanat untuk melaksanakan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemerintah memiliki kewajiban untuk membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat (sesuai pasal 71 ayat (1) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 2. Ketersediaan anggaran untuk studi lanjut minim. Ketersediaan anggaran juga menjadi problem bagi upaya menuju dosen profesional. Studi lanjut bagi dosen dengan jenjang pendidikan S-1 atau yang lebih rendah menjadi sangat penting dan harus mendapat perhatian khusus, agar tidak timbul petaka besar bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam perhitungan kasar, jika rata-rata kebutuhan biaya studi lanjut S-2 adalah Rp. 50.000.000,-, maka diperlukan dana (bisa diperoleh dari berbagai sumber) lebih dari Rp. 4,6 trilyun hanya untuk memenuhi syarat minimal jenjang pendidikan dosen. Tawaran beasiswa studi lanjut S-2 dan S-3 dari pemerintah dan dari luar negeri juga tidak begtu saja menyelesaikan problem ini. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan peluang beasiswa tersebut. Faktor usia, bidang studi, dan sejumlah faktor lainnya menjadi problem sehingga peluang beasiswa yang ada sulit diperoleh. Anggaran pendidikan dalam APBN tahun 2010, yaitu sebesar Rp 195,6 triliun (http://www.indonesia.go.id/), rupanya belum dapat mengatasi problem ini. Sedangkan pemerintah sebenarnya memiliki kewajiban untuk memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian dosen pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat (sesuai pasal 71 ayat (3) UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). 3. Kapasitas program studi terbatas. Sekalipun peluang studi lanjut dosen bisa diperoleh dari dalam negeri dan luar negeri, namun peluang ini tidak begitu saja dapat menyelesaikan masalah. Pemilihan sebuah perguruan tinggi untuk studi lanjut bukanlah hal yang mudah. Seorang dosen harus mempertimbangkan banyak hal untuk dapat menentukan apakah akan melanjutkan studi di perguruan tinggi di dalam negeri dan luar negeri. Ketika dosen sudah memutuskan untuk studi di dalam negeri misalnya, maka problem yang dihadapi berikutnya adalah keterbatasan kapasitas program studi yang dituju. Bahasa, keluarga, waktu, dan dana umumnya merupakan faktor yang melemahkan keinginan dosen untuk studi lanjut di luar negeri. 4. Kebijakan lokal di institusi perguruan tinggi yang kurang kondisif. Semakin banyak jumlah dosen yang memiliki jenjang pendidikan S-2 dan S-3, pada gilirannya akan mampu meningkatkan kualitas sebuah program studi di perguruan tinggi. Sekalipun demikian, sebuah institusi perguruan tinggi memiliki kebijakan lokal yang disesuaikan dengan arah dan kebijakan institusi, serta situasi dan kondisi di masing-masing institusi. Di antara kebijakan tersebut, seringkali dapat menimbulkan problem, termasuk kebijakan mengenai studi lanjut dosen, antara lain: a. Kebijakan masa kerja minimal untuk dapat studi lanjut. b. Senioritas dosen untuk menentukan dosen yang berhak studi lanjut. c. Minimnya dukungan anggaran studi lanjut dosen. d. Keharusan mengabdi setelah selesai studi lanjut, dosen yang baru saja menyelesaikan studi lanjut, biasanya tidak bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sebelum mengabdi dalam jangka waktu tertentu terlebih dahulu. e. Beberapa perguruan tinggi masih menerapkan kebijakan rekrutmen calon dosen dari lulusan jenjang S-1 dengan alasan bisa dibentuk sesuai dengan kebutuhan institusi, baru kemudian diijinkan studi lanjut setelah institusi yakin tentang kinerja dosen yang direkrut. Kebijakan ini dapat menimbulkan problem karena dosen yang direkrut tersebut jelas tidak bisa memenuhi syarat untuk disertifikasi. f. Beberapa perguruan tinggi masih menerapkan kebijakan rekrutmen calon dosen dari lulusan jenjang S-1 dengan Volume 2, Nomor 1. 50

alasan meminimalkan anggaran untuk gaji dosen. Kebijakan ini dapat menimbulkan problem bagi perguruan tinggi yang memiliki anggaran dana yang terbatas, karena akhirnya juga harus menyediakan anggaran untuk studi lanjut dosen. KESIMPULAN Dosen profesional sangat dibutuhkan oleh setiap program studi di perguruan tinggi. Keberadaan dosen profesional menjadi penting demi menjamin dan meningkatkan kualitas, dan keberlanjutan penyelenggaraan pendidikan. Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa secara nasional (PNS dan non PNS) masih terdapat 93.272 (53,78) dosen dengan jenjang pendidikan D-1, D-2, D-3, D-4, Profesi, dan S- 1, sehingga tidak bisa disertifikasi. Kondisi ini memerlukan upaya dan perhatian serius dari berbagai pihak untuk mendorong dan mengatasi problem yang mendesak, yaitu harus memiliki jenjang pendidikan minimal S-2 agar dapat disertifikasi. Problem lain yang terkait adalah ketersediaan anggaran untuk studi lanjut yang minim, kapasitas program studi yang sesuai bidang ilmu yang terbatas, dan adanya berbagai kebijakan lokal di institusi perguruan tinggi yang seringkali kurang kondusif untuk studi lanjut dosen. DAFTAR PUSTAKA, 2009, http://evaluasi.or.id/, diakses tanggal 26 Desember 2009., 2009, http://www.indonesia.go.id/, diakses tanggal 26 Desember 2009. DEPDIKNAS RI, 2005, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN. DEPDIKNAS RI, 2007, PERATURAN MENDIKNAS RI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI DOSEN Depdiknas RI, 2009, Buku I, Naskah Akademik Panduan Sertifikasi Dosen, Jakarta. Volume 2, Nomor 1. 51