Bab III Analisis Masalah III.1 Objek dan Tujuan Analisis III.2 Metode Analisis
|
|
- Doddy Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 36 Bab III Analisis Masalah Pada bab III akan ditetapkan objek analisis, tujuan analisis, dan metode yang digunakan untuk menganalisis objek. Analisis akan dilakukan dengan meninjau kembali sejumlah teori yang telah dijelaskan pada bab II. III.1 Objek dan Tujuan Analisis Objek yang dianalisis adalah construct atau elemen penyusun dari model yang akan dibangun. Tujuan dari proses analisis adalah untuk menetapkan construct. Constract ditetapkan dengan terlebih dahulu melihat gambaran umum pengelolaan kompetensi dosen dalam perguruan tinggi. Dari gambaran umum tersebut dapat dilihat aspek apa saja yang terlibat dalam pengelolaan kompetensi dosen dan bagaimana keterhubungan antar aspek. Aspek ini akan menjadi constract dari model yang akan dibangun pada bab IV, yang berupa Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. Method untuk membangun Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen adalah dengan menggunakan Perspektif Zachman dalam membangun Enterprise Architecture Framework. Tapi sebelum dapat menggunakan Perspektif Zachman sebagai method, maka harus ditunjukkan bahwa model yang akan dibangun pada penelitian ini memiliki kesesuaian dengan model yang dibangun Zachman. Oleh karena itu, akan dilakukan proses analogi antar Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen dengan Arsitektur Enterprise. Bila ditemukan kesesuaian antar kedua objek, maka akan digunakan teknik pengembangan Arsitektur Enterprise untuk mengembangkan Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. III.2 Metode Analisis Terdapat beberapa tahap yang akan dilakukan dalam menganalisis objek, dimana setiap tahap akan memberikan masukan untuk melaksanakan tahap selanjutnya.
2 37 III.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Kompetensi Dosen Pada Perguruan Tinggi Setiap perguruan tinggi memiliki visi dan misi yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan perannya sebagai sebuah wadah pembentuk dan penyebar ilmu pengetahuan. Untuk mewujudkan visi dan misi, pihak perguruan tinggi akan menurunkannya kedalam bentuk langkah-langkah konkret untuk dilaksanakan oleh para pihak pembantu. Setiap pihak akan melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi-fungsi pendukung tertentu, seperti yang terlihat pada gambar III.1. Gambar III.1 Perguruan Tinggi Dan Fungsi-fungsi Pendukungnya Salah satu bentuk fungsi pendukung yang diperlihatkan pada gambar III.1 adalah fungsi manajemen atau pengelolaan sumber daya manusia. Dosen merupakan salah satu bentuk sumber daya manusia pada perguruan tinggi. Aktivitas yang terkait didalam pengelolaan sumber daya manusia adalah rekrutmen, penilaian kinerja, pengembangan, perencanaan karir, dan pemberian penghargaan. Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh terhadap kondisi kompetensi dosen perguruan tinggi. Ini dikarenakan setiap proses pengambilan keputusan dari aktivitas pengelolaan sumber daya manusia didasarkan pada kompetensi yang dibutuhkan dan kompetensi yang dimiliki oleh individu. Informasi akan kebutuhan kompetensi dosen terdapat dalam model kompetensi. Melalui aktivitas pengelolaan sumber daya manusia, kompetensi seorang dosen dapat dipantau serta ditingkatkan. Artinya bahwa pengelolaan kompetensi dosen dapat dilakukan melalui pengelolaan aktivitas-aktivitas sumber daya manusia.
3 38 Bila ditinjau dari sisi keperluan pengelolaan kompetensi, maka keterhubungan antar aktivitas pengelolaan sumber daya manusia dengan kompetensi dosen adalah: 1. Rekrutmen Aktivitas manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kompetensi dosen yang tidak dapat dipenuhi dari dosen yang dimiliki perguruan tinggi 2. Pemberian penghargaan Aktivitas manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk memberikan motivasi bagi dosen agar terus meningkatkan prestasi kerja, yang juga berarti meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Caranya adalah dengan memberikan penghargaan atas hasil kerja yang dicapai 3. Perencanaan karir Aktivitas manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk mendorong dosen meningkatkan jenjang karirnya. Peningkatkan jenjang karir dengan sendirinya berdampak pada peningkatan kompetensi dosen. Karena untuk dapat menduduki suatu jabatan, diperlukan kompetensi tertentu yang sesuai dengan tugas yang harus dilaksanakan pada posisi jabatan tersebut. 4. Pengelolaan Kompetensi Dosen (Penilaian & Pengembangan) Aktivitas manajemen sumber daya manusia yang menitikberatkan pada proses menjaga kondisi kompetensi yang dimiliki dosen agar selalu relevan dengan kebutuhan kompetensi saat ini. Caranya adalah pengontrolan terhadap kompetensi yang dimiliki dosen yang dapat dilakukan melalui penilaian. Dari hasil penilaian dapat diketahui apakah perlu dilakukan pengembangan terhadap kompetensi dosen atau tidak. Pengembangan dapat berupa pelatihan, seminar, studi lanjut dan sebagainya. Pengelolaan kompetensi dosen juga dimaksudkan utuk menjaga agar kompetensi yang dimiliki para dosen perguruan tinggi selalu relevan dengan kebutuhan
4 39 kompetensi saat ini. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan global yang selalu mengalami perubahan, sehingga mengakibatkan perubahan atas kebutuhan kompetensi yang harus dipenuhi. Dengan memiliki kompetensi yang memadai maka seorang dosen dapat menampilkan performa secara maksimal dalam menjalankan tugasnya untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Model kompetensi yang terlihat pada gambar III.2 memuat daftar kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang dosen untuk menunjang pelaksanaan tugasnya. Gambar III.2 Kompetensi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Manusia Dari gambaran umum mengenai pengelolaan kompetensi dalam perguruan tinggi terlihat bahwa ada aspek-aspek yang memiliki pengaruh besar. Aspek-aspek tersebut adalah model kompetensi yang akan menjadi patokan dasar dalam menentukan relevan tidaknya kompetensi yang dimiliki para dosen. selain itu terdapat aktivitas-aktivitas manajemen sumber daya manusia yang memberi andil dalam memelihara dan meningkatkan kompetensi dosen. Kedua aspek akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab III.2.2 dan III.2.3. III.2.2 Bentuk Kompetensi Dosen dan Model Kompetensi Dosen Pada sub bab II.1 telah dipaparkan mengenai sejumlah definisi yang berhubungan dengan kompetensi dan model kompetensi. Bila dilihat dari pendefinisian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pendefinisian kompetensi dosen dan
5 40 model kompetensinya yang akan dibahas pada penelitian ini, seperti terlihat pada tabel III.1.
6 41 Tabel III.1 Ikhtisar Tentang Pendefinisian Kompetensi Dosen Definisi Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Kompetensi merupakan sebuah pola terukur dari pengetahuan, keahlian, kemampuan, perilaku, dan karakteristik lain. Definisi Menurut Kamus LOMA kompetensi merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja berupa sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Definisi Menurut L. M. Spencer dan S. M. Spencer Kompetensi merupakan karakteristikkarakteristik utama seorang individu berupa motive, traits, selfconcept (kompetensi tersembunyi), dan knowledge, skill (kompetensi terlihat). Definisi Menurut Richard A. Voorhees Kompetensi merupakan kombinasi dari ketrampilan, kemampuan dan pengetahuan. Sikap karakteristis membentuk pengalaman pembelajaran berbeda tiap Pengalaman pembelajaran membentuk dan untuk orang. keahlian dan pengetahuan. Definisi Menurut UU RI Tentang Guru Dan Dosen dan Buku Pedoman Dirjen Dikti Kompetensi dosen adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Dikelompokkan menjadi kompetensi pedagogik, profesional, individu, sosial. Definisi Menurut PT. JamSosTek Persero Kompetensi dikelompokkan menjadi: i. Core competency, merupakan pondasi yang menjadi dasar seluruh aktivitas organisasi dan harus dimiliki oleh seluruh karyawan tanpa terkecuali. ii. Role competency, merupakan kompetensi yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan fungsi dan peran dalam kelompok pekerjaan. Ikhtisar Definisi Kompetensi Dosen Kompetensi dosen adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu dimiliki seorang dosen. Kompetensi dikelompokkan berdasarkan core competency, role competency, dan functional competency (hard competency dan soft competency)
7 42 Tabel III.1 Ikhtisar Tentang Pendefinisian Kompetensi Dosen (lanjutan) NOAA Kamus LOMA Spencer R. A. Voorhees UU RI,Dirjen Dikti PT. JamSosTek Ikhtisar Fungsi dan perannya berupa manajerial, officer, dan administrasi. iii.functional competency, merupakan kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan suatu fungsi, posisi, atau peran dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan rumpun atau sub rumpun jabatan. Functional competency dikelompokkan lagi berdasarkan hard competency yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan, serta soft competency yang terdiri dari sikap dan perilaku. Kompetensi juga akan dikelompokkan berdasar kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
8 43 Tabel III.1 Ikhtisar Tentang Pendefinisian Kompetensi Dosen (lanjutan) NOAA Kamus LOMA Spencer R. A. Voorhees UU RI,Dirjen Dikti PT. JamSosTek Ikhtisar Kompetensi Kompetensi Kriteria yang Dibutuhkan Harus dimiliki, Diperlukan untuk dibutuhkan memungkinkan biasanya untuk dihayati, dan dikuasai menunjang individu untuk pekerja untuk dimiliki menyelesaikan dosen dalam tugasnya dalam menampilkan mencapai kinerja pekerja suatu pekerjaan. menjalankan tugas menjalankan Tri pekerjaan atau yang superior. superior dan keprofesionalan Dharma tanggung jawab secara sukses. memberikan dampak Perguruan Tinggi kinerja yang superior. Model kompetensi Model kompetensi Model kompetensi kompetensi pedagogik, Model kompetensi adalah adalah suatu adalah daftar kompetensi adalah daftar sekumpulan rangkaian kompetensi kepribadian, kompetensi yang kompetensi kompetensi yang yang kompetensi perlu dimiliki yang penting bagi umumnya profesional, dan dosen untuk dibutuhkan kinerja yang ditemukan kompetensi sosial menunjang untuk superior dari pada para diturunkan lagi pelaksanaan memenuhi sebuah sebuah pekerjaan pekerja dengan atau sekelompok performa menjadi sejumlah sub kompetensi. tugasnya. pekerjaan. pekerjaan. kinerja yang maksimal.
9 44 Berdasarkan jenis pengelompokan kompetensi dari PT. JamSosTek, dinyatakan bahwa terdapat 3 bentuk pengelompokan kompetensi, yaitu core competency, dan role competency, functional competency. PT. JamSosTek juga menetapkan pengelompokan berdasarkan soft competency dan hard competency, yang bentuknya sama dengan pengelompokan kompetensi tersembunyi dan kompetensi terlihat yang didefinisikan Spencer. Sedangkan Dirjen Dikti mencoba mengelompokkan kompetensi dosen berdasarkan pengelompokan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Bila dipetakan antara bentukbentuk pengelompokan kompetensi tersebut untuk menunjang pelaksanaan tugas dosen dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat maka akan didapatkan bentuk pendefinisian kompetensi dosen yang pada penelitian ini akan ditetapkan sebagai model kompetensi dosen. Core Competency Core competency merupakan kompetensi inti yang seharusnya dimiliki oleh setiap dosen untuk menunjang pelaksanaan tugas utamanya untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam melaksanakan tugasnya, dosen perlu memenuhi kewajibannya yang tercakup dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengajaran. Dibidang pendidikan, seorang dosen melaksanakan kewajibannya untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pengajaran kepada anak didiknya. Melalui bidang pendidikan pula, dosen diharapkan dapat memberikan andil dalam mencerdaskan masyarakat sehingga bisa meningkatkan nilai kehidupannya. Melalui penelitian, selayaknya dosen terus berinovasi melakukan temuan-temuan baru tentang ilmu pengetahuan. Dengan begitu dosen dapat terus memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut memberi sumbangan pengetahuan pada dunia luas. Hasil dari penelitian kemudian dapat diterapkan pada lingkungan masyarakat. Selain dapat melihat relevansi dari penerapan bidang keilmuan dosen dalam lingkungan masyarakat, bidang pengabdian juga bermanfaat dalam mempercepat proses peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat.
10 45 Dalam menjalankan kewajibannya yang tercakup dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen memerlukan dukungan kompetensi tertentu. Menurut Dirjen Dikti, kompetensi yang sebaiknya dimiliki dosen untuk menunjang pelaksanaan tugasnya dapat dikelompokkan kedalam: 1. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang harus dimiliki seorang dosen yang berhubungan dengan pedagogik adalah: a) Kemampuan merancang pembelajaran, dosen diharapkan memiliki kemampuan tentang proses pengembangan mata kuliah dalam kurikulum, pengembangan bahan ajar, serta perancangan strategi pembelajaran. Sub kompetensinya terdiri dari: i. Menguasai berbagai perkembangan dan isu dalam sistem pendidikan. ii. Menguasai strategi pengembangan kreatifitas. iii. Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar dan pembelajaran. iv. Mengenal mahasiswa secara mendalam. v. Menguasai beragam pendekatan belajar sesuai dengan karakteristik mahasiswa. vi. Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. vii. Mengembangkan mata kuliah dalam kurikulum program studi. viii. Mengembangkan bahan ajar dalam berbagai media dan format untuk mata kuliah tertentu. ix. Merancang strategi pemanfaatan beragam bahan ajar dalam pembelajaran. x. Merancang strategi pembelajaran mata kuliah. xi. Merancang strategi pembelajaran mata kuliah berbasis ICT. b) Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dosen diharapkan memiliki kemampuan mengenal mahasiswa (karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa), ragam teknik dan metode pembelajaran,
11 46 ragam media dan sumber belajar, serta pengelolaan proses pembelajaran. Sub kompetensinya terdiri dari: i. Menguasai keterampilan dasar mengajar. ii. Melakukan identifikasi karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa. iii. Menerapkan beragam teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan pembelajaran. iv. Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar dalam pembelajaran. v. Melaksanakan proses pembelajaran yang produktif, kreatif, aktif, efektif, dan menyenangkan. vi. Mengelola proses pembelajaran. vii. Melakukan interaksi yang bermakna dengan mahasiswa. viii. Memberi bantuan belajar individual sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. c) Kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran, dosen diharapkan memiliki kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan menggunakan alat dan proses penilaian yang sahih dan terpercaya. Sub kompetensinya terdiri dari: i. Menguasai standar dan indikator hasil pembelajaran mata kuliah sesuai dengan tujuan pembelajaran. ii. Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penilaian pembelajaran. iii. Mengembangkan beragam instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran. iv. Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan. v. Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. vi. Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar mahasiswa.
12 47 vii. Menganalisis hasil penilaian hasil pembelajaran dan refleksi proses pembelajaran. viii. Menindaklanjuti hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. d) Kemampuan memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dosen sebaiknya memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian pembelajaran serta penelitian bidang ilmu, mengintegrasikan temuan hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran dari sisi pengelolaan pembelajaran maupun pembelajaran bidang ilmu. Sub kompetensinya terdiri dari i. Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penelitian pembelajaran (instructional research) dalam berbagai aspek pembelajaran. ii. Melakukan penelitian pembelajaran berdasarkan permasalahan pembelajaran yang otentik. iii. Menganalisis hasil penelitian pembelajaran. iv. Menindaklanjuti hasil penelitian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. 2. Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi ini akan mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional. Sub kompetensinya terdiri dari: a) Empati (empathy): Meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar. b) Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. Menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka.
13 48 c) Berpandangan positif terhadap diri sendiri, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. Mempunyai harga diri dan integritas diri yang baik, disertai dengan tuntutan dan harapan yang realitis (positif) terhadap diri. d) Genuine/authenticity: Bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan terbuka mudah dilihat orang lain. e) Berorientasi kepada tujuan: Senantiasa komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Semua perilaku yang tampil berorientasi pada tujuan. 3. Kompetensi profesional, merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran dan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang keilmuannya secara luas dan mendalam. Termasuk juga keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. a) Penguasaan materi pelajaran dan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam. b) Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian. c) Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi. d) Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat. 4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama dosen, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sub kompetensinya terdiri dari: a) Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan. b) Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas. c) Kemampuan menghargai pendapat orang lain. d) Kemampuan membina suasana kelas.
14 49 e) Kemampuan membina suasana kerja. f) Kemampuan mendorong peran serta masyarakat. Bila dipetakan antara kewajiban seorang dosen dalam menjalankan kewajiban pendidikan, penelitian, dan pengajaran beserta dukungan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakannya maka akan didapatkan pemetaan seperti pada tabel III.2. Tabel III.2 Pemetaan Core Competency Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan (dalam tugasnya sebagai seorang pengajar) Penelitian Pengabdian pada masyarakat Dukungan Kompetensi Yang Dibutuhkan Pedagogik, Profesional, Individu, Sosial Profesional, Individu, Sosial Profesional, Individu, Sosial Role Competency Bila definisi dari role competency diadopsi untuk pengelompokan kompetensi dosen, maka pengelompokan kompetensinya akan dipilah berdasarkan peran dosen dalam kelompok pekerjaan tertentu. Misalnya peran sebagai rektor, pembantu rektor, dekan, atau ketua jurusan. Bila dilihat peran-peran tersebut sesuai dengan jalur karir untuk jabatan struktural dalam perguruan tinggi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa role competency untuk kompetensi dosen berisi tentang daftar kompetensi yang dibutuhkan seorang dosen untuk menunjang pelaksanaan tugas dalam jabatan struktural tertentu. Sesuai dengan yang telah disebutkan pada ruang lingkup penelitian bahwa pembahasan tentang kompetensi tidak akan mencakup role competency, maka pada penelitian ini role competency tidak akan dibahas lebih dalam. Functional Competency Dalam pendefinisian functional competency, kelompok kompetensi ini harus dimiliki oleh seorang pekerja sesuai dengan suatu rumpun atau sub rumpun jabatan atau sesuai dengan suatu fungsi. Bila dilihat, seorang dosen melaksanakan tugasnya dalam rumpun ilmu tertentu. Hal inilah yang menyebabkan cakupan
15 50 pengetahuan yang dimiliki dosen dapat berbeda-beda sesuai dengan rumpun ilmu yang didalaminya. Contohnya seorang dosen dalam rumpun ilmu Sastra Jepang dituntut untuk memiliki penguasaan Bahasa Jepang yang baik. Hal ini tidak berlaku untuk dosen dalam rumpun ilmu Manajemen. Karena dasar pengetahuan yang tercakup dalam rumpun ilmu Sastra Jepang dan Manajemen memang berbeda. Sehingga kompetensi berupa pengetahuan yang harus dikuasai seorang dosen juga akan berbeda, disesuaikan dengan rumpun ilmu yang didalaminya. Dalam perguruan tinggi, suatu rumpun ilmu diwadahi dalam satu program studi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa functional competency untuk kompetensi dosen berisi tentang daftar kompetensi berupa pengetahuan apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang dosen sesuai dengan rumpun ilmu yang dalam hal ini diwakili oleh program studi. Dalam functional competency, terdapat pengelompokan hard competency/kompetensi terlihat dan soft competency/kompetensi tersembunyi. Hard competency terdiri dari pengetahuan dan keahlian sedangkan soft competenc terdiri dari sikap, perilaku dan motif diri. Pada kompetensi dosen, hard competency terdiri dari kompetensi pedagogik yang mencakup keahlian seorang dosen dalam mengelola pembelajaran peserta didik serta kompetensi profesional yang mencakup pemahaman mendalam atas pengetahuan sesuai rumpun ilmu tertentu. Sedangkan soft competency terdiri dari kompetensi kepribadian serta kompetensi sosial yang akan mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen dan cara berinteraksi dengan mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat. Untuk dosen yang berada pada rumpun ilmu yang sama, maka kebutuhan akan soft competency untuk kompetensi kepribadian dan sosial akan sama. Kebutuhan akan hard competency untuk kompetensi pedagogik juga akan sama. Ini dikarenakan kebutuhan akan cara dosen membawa diri atau berkepribadian, cara dosen bersosialisasi, serta cara pengelolaan pembelajaran peserta didik akan sama untuk setiap dosen dengan latar belakang rumpun ilmu apapun. Sedangkan kebutuhan akan hard competency untuk kompetensi profesional akan berbeda pada setiap rumpun ilmu. Ini dikarenakan cakupan pengetahuan yang perlu
16 51 didalami dosen akan berbeda untuk setiap rumpun ilmu. Selain itu, kompetensi pedagogik dari hard competency, serta kompetensi kepribadian dan sosial dari soft competency telah tercakup dalam core competency. Sedangkan kompetensi profesional dari hard competency, walaupun juga telah disebutkan dalam core competency tapi tidak dijelaskan dengan rinci cakupan pengetahuan yang harus dikuasai dosen. Dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan definisi functional competency, yang sesuai untuk mewakili kompetensi dosen pada jenis pengelompokan ini adalah hard competency untuk kompetensi profesional. Lebih khususnya lagi mengenai cakupan pengetahuan apa saja yang seharusnya dimiliki seorang dosen sesuai dengan rumpun ilmunya. Untuk memiliki, kompetensi ini tidak berarti seorang dosen harus memiliki seluruh cakupan pengetahuan dalam rumpun ilmunya. Tapi cukup bidang pengetahuan tertentu yang didalaminya saja. Pengelompokan berdasarkan Functional Competency seperti yang terlihat pada tabel III.3. Tabel III.3 Pemetaan Functional Competency Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan (dalam tugasnya sebagai seorang pengajar), Penelitian, Pengabdian pada masyarakat Dukungan Hard Competency Sesuai Rumpun Ilmu Tertentu Profesional (cakupan pengetahuan sesuai kerangka pengetahuan pada rumpun ilmu tertentu) Dari pengelompokan kompetensi dosen berdasarkan core competency dan functional competency, maka bila seluruh pengelompokan kompetensi disatukan akan didapatkan pendefinisian kompetensi dosen yang dimaksudkan pada penelitian ini. Penyatuannya dapat dilihat pada tabel III.4. Dan bila dilihat lagi pendefinisian model kompetensi, maka dapat dinyatakan bahwa kompetensi dosen yang termuat pada tabel III.4 merupakan model kompetensi dosen.
17 52 Tabel III.4 Model Kompetensi Dosen Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan (dalam tugasnya sebagai seorang pengajar) Core competency Hard Soft competency competency Pedagogik Kepribadian, Sosial Penelitian Profesional Kepribadian, Sosial Pengabdian pada masyarakat Profesional Kepribadian, Sosial Functional competency Hard competency Profesional (cakupan pengetahuan sesuai kerangka pengetahuan pada rumpun ilmu tertentu) Profesional (cakupan pengetahuan sesuai kerangka pengetahuan pada rumpun ilmu tertentu) Profesional (cakupan pengetahuan sesuai kerangka pengetahuan pada rumpun ilmu tertentu) Dalam penerapan model kompetensi dosen pada penelitian ini, yang akan digunakan hanya untuk kompetensi penunjang tugas dalam bidang pendidikan saja. Sedangkan untuk kompetensi sebagai penunjang tugas dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tidak digunakan. Bila kompetensi dosen khusus untuk bidang pendidikan diturunkan lagi seperti yang didefinisikan oleh Dirjen Dikti, maka akan terdapat sejumlah sub kompetensi dalam setiap kelompok kompetensinya, seperti terlihat pada tabel III.5. Tabel III.5 Jumlah Sub Kompetensi Untuk Setiap Kelompok Kompetensi Kelompok Kompetensi Jenis Kompetensi Core Competency Hard Competency Pedagogik 4 Soft Competency Kepribadian 5 Functional Competency Jumlah Sub Kompetensi Sosial 4 Hard Competency Profesional Sesuai penetapan cakupan Ilmu Penjelasan lebih rinci dari setiap sub kompetensi pada masing-masing kelompok kompetensi dapat dilihat pada tabel III.6.
18 53 Tabel III.6 Model Kompetensi Dosen Dengan Jabaran Sub Kompetensi Kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan (dalam tugasnya sebagai seorang pengajar) Core competency Functional competency Hard competency Soft competency Hard competency Pedagogik: a) Kemampuan merancang pembelajaran b) Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran c) Kemampuan menilai dan pembelajaran d) Kemampuan memanfaatkan proses hasil hasil untuk meningkatkan kualitas pembelajaran penelitian Kepribadian: a) Empati (empathy) yaitu meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar. b) Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki. c) Berpandangan positif terhadap diri sendiri, nilai dan potensi diri. d) Genuine/authenticity: Bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan terbuka e) Berorientasi kepada tujuan: komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Sosial: a) Kemampuan menghargai keragaman sosial b) Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien, jelas c) Kemampuan menghargai pendapat orang lain d) Kemampuan membina suasana kelas. Profesional: Penguasaan materi pelajaran dan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam, sesuai kerangka pengetahuan pada rumpun ilmu tertentu Pada model kompetensi dosen yang dijelaskan disini, penetapan dari sub kompetensi masih dapat dikembangkan oleh pihak perguruan tinggi. Pengembangannya dapat berupa penambahan ataupun pengurangan sub kompetensi. Dengan demikian pihak perguruan tinggi dapat mengakomodir kebutuhan spesifiknya akan bentuk-bentuk lebih khusus dari kompetensi dosen, disesuaikan dengan kondisi lingkungan pihak perguruan tinggi. III.2.3 Pengelolaan Kompetensi Dosen Kompetensi merupakan sesuatu yang bersifat dinamis, artinya keadaannya tidak selalu tetap. Keadaan kompetensi yang dinamis disebabkan karena kondisi
19 54 lingkungan yang memanfaatkan kompetensi juga berubah-ubah. Dampaknya adalah seorang dosen harus selalu meningkatkan kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Tentunya diperlukan suatu proses pengelolaan yang baik sehingga kompetensi seorang dosen akan selalu relevan dengan kondisi lingkungan. Sesuai dengan pendefinisian tentang aktivitas-aktivitas manajemen pada sub bab II.2.1, maka aktivitas-aktivitas tersebut juga akan diterapkan dalam mengelola kompetensi dosen. Dengan kata lain, bentuk pengelolaan kompetensi dosen akan diorganisir berdasarkan urutan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan perlu ditetapkan sasaran dan tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan pengelolaan kompetensi dosen. Sasaran dari pengelolaan kompetensi dosen adalah untuk memelihara agar kompetensi yang dimiliki oleh dosen dapat selalu relevan dengan tuntutan kebutuhan lingkungan. Caranya adalah melakukan sejumlah tindakan yang berhubungan dengan upaya menjaga relevansi kompetensi dosen dengan kebutuhan kompetensi saat ini. Tindakan yang perlu dilakukan berupa: a) Menyiapkan model kompetensi yang akan dijadikan standar dalam menentukan kompetensi yang harus dimiliki dosen. b) Merumuskan sejumlah aktivitas pengelolaan kompetensi dosen yang termuat pada aktivitas-aktivitas pengelolaan sumber daya manusia. Sebelum memfokuskan pembahasan pada pengelolaan kompetensi dosen, maka terlebih dahulu akan dijelaskan secara umum mengenai aktivitas-aktivitas pengelolaan sumber daya manusia dengan memfokuskan pada kepentingan peningkatan kompetensi dosen. Aktivitas-aktivitas tersebut seperti yang diperlihatkan pada gambar III.3.
20 55 Gambar III.3 Aktivitas-aktivitas Pengelolaan Sumber Daya Manusia Keterangan dari setiap proses pada gambar III.3 adalah: i. Keterangan Proses 1 Pengelolaan model kompetensi dosen merupakan proses untuk menetapkan dan mengelola model kompetensi dosen. Dalam menetapkan model kompetensi dosen, akan digunakan masukan dari pihak perguruan tinggi juga dari pengaruh perkembangan lingkungan eksternal. Bila terdapat permintaan akan kompetensi baru yang datang dari kebutuhan lingkungan eksternal, maka akan dilakukan pembaruan terhadap model kompetensi dosen. Model kompetensi dosen akan dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas pengelolaan sumber daya manusia. ii. Keterangan Proses 2 Dalam rangka menjaga relevansi dari kompetensi yang dimiliki dosen perguruan tinggi agar dapat selalu mengikuti kebutuhan kompetensi saat ini, maka perlu dilakukan pengontrolan atas kompetensi dosen. Pengontrolan dilakukan dalam satu periode tertentu. Bila ditemukan terdapat gap atau kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki dosen dengan
21 56 standar kompetensi yang telah ditetapkan, maka dapat dilakukan tindakan tertentu untuk mengatasi gap tersebut. iii. Keterangan Proses 3 dan 4 Berdasarkan kebutuhan akan dosen yang berkompeten dibidangnya, maka dilakukan rencana penyediaan SDM. Penyediaan SDM bisa dari pemberdayaan dosen lama. Hal ini dilakukan apabila kebutuhan akan kompetensi dapat dipenuhi oleh dosen yang terdapat pada perguruan tinggi. Tapi bila kompetensi yang dibutuhkan tidak didapat dari dosen yang ada, maka perlu diadakan perekrutan dosen baru. Perekrutan dimulai dengan memberikan pengumuman tentang adanya lowongan pekerjaan. Kemudian akan diterima datadata dari para pelamar. Dari data tersebut, akan dilakukan penyeleksian berkas pelamar, dan seleksi lainnya pada tingkat perguruan tinggi. Seleksi kemudian dilanjutkan untuk tingkat program studi. Disini program studi muncul sebagai wadah dosen serumpun ilmu. Baik seleksi tingkat perguruan tinggi maupun program studi, keduanya memerlukan input berupa model kompetensi untuk melihat standar kompetensi yang harus dipenuhi calon dosen. Hasil akhirnya adalah calon dosen yang telah lulus seleksi sesuai dan memenuhi standar kompetensi diterima dan dilakukan penempatan kerja. iv. Keterangan Proses 5 Perencanaan jenjang karir membantu dosen dalam memberikan jalur yang jelas untuk mencapai target atau sasaran karir tertentu. Dalam setiap kenaikan jenjang karir tentunya akan didapatkan peningkatan kompetensi yang dimiliki dosen. Karena untuk dapat menduduki suatu posisi yang lebih tinggi dibutuhkan keahlian yang tentunya akan lebih dibandingkan posisi dibawahnya. Penilaian atas kelayakan seorang dosen untuk mendapatkan kenaikan jenjang karir juga dapat
22 57 dilakukan dengan membandingkan kompetensi yang dimiliki dosen saat ini dengan standar kompetensi yang seharusnya dimiliki dosen untuk jabatan tertentu. Standar kompetensi tersebut dimuat dalam model kompetensi. v. Keterangan Proses 6 Pemberian penghargaan dimaksudkan untuk memberikan kompensasi atas prestasi kerja dosen. Dengan sendirinya, pemberian penghargaan akan membantu meningkatkan prestasi dan motivasi kerja, yang pada akhirnya juga memberikan dorongan bagi dosen untuk meningkatkan kompetensinya. Pemberian penghargaan dilakukan setelah adanya proses penilaian terhadap kelayakan seorang dosen untuk menerima penghargaan. Seperti pada proses 5, penilaian terhadap kelayakan penerimaan penghargaan juga bisa mendapatkan tambahan input dari hasil perbandingan kompetensi yang dimiliki dosen saat ini dengan standar kompetensi pada model kompetensi dosen. Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia yang akan dibahas lebih lanjut dan digunakan pada model pengelolaan kompetensi dosen hanya untuk proses 1 dan proses 2. Karena proses 3, 4, 5, 6 bukan proses utama dalam pengelolaan kompetensi dosen, melainkan sebagai proses yang memanfaatkan data dari hasil pengelolaan kompetensi dosen. Proses 3,4,5, dan 6 juga turut memberikan peran dalam mendukung terpeliharanya keadaan kompetensi dosen agar selalu relevan dengan standar kompetensi. Tapi perannya tidak dirasakan secara signifikan. Pemaparan lebih lanjut mengenai proses 1 dan 2 seperti pada gambar III.4 dan III.5 i. Proses 1 Langkah awal dari keseluruhan pengelolaan kompetensi dosen adalah mendefinisikan standar kompetensi yang akan dijadikan patokan dalam menilai kompetensi dosen. Standar tersebut
23 58 termuat dalam model kompetensi dosen. Dalam membangun standar kompetensi dibutuhkan masukan informasi dari perguruan tinggi berupa visi, misi, sasaran perguruan tinggi serta tugas dosen. Cakupan pengetahuan dari setiap rumpun ilmu juga diperlukan untuk mendefinisikan kompetensi pengetahuan apa saja yang perlu dikuasai oeh seorang dosen. Begitupun permintaan akan kebutuhan kompetensi dari lingkungan eksternal yang juga harus terakomodir dalam model kompetensi dosen. Selain itu, kondisi lingkungan eksternal yang sering mengalami perubahan menyebabkan kebutuhan akan kompetensi juga ikut berubah. Perubahan kebutuhan kompetensi harus dapat terakomodir dalam model kompetensi dosen melalui proses pembaharuan model. Proses pengelolaan model secara utuh terlihat pada gambar III.4. Gambar III.4 Pengelolaan Model Kompetensi Dosen ii. Proses 2 Pada setiap periode tertentu, akan dilakukan pemantauan terhadap kompetensi yang dimiliki para dosen. Tujuannya adalah untuk melihat relevansi akan kompetensi yang dimiliki dosen dengan kebutuhan kompetensi saat ini. Pemantauan
24 59 dilakukan dengan terlebih dahulu menilai kompetensi dosen. Proses penilaian akan dilakukan melalui pembandingan kompetensi yang dimiliki dosen saat ini dengan standar kompetensi yang seharusnya dimiliki dosen, yang tertuang dalam model kompetensi. Bila dari hasil penilaian didapatkan bahwa terdapat kompetensi yang belum dimiliki dosen, maka selanjutnya diambil langkah-langkah pengembangan. Langkah pengembangan dapat dilakukan melalui pendidikan lanjutan, seminar lokakarya, atau pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dosen yang masih belum terpenuhi. Bentuk pendidikan lanjutan, seminar lokakarya, atau pelatihan bisa diadakan sendiri oleh pihak perguruan tinggi. Bisa juga melalui mengikuti pendidikan lanjutan, seminar lokakarya, atau pelatihan yang diadakan oleh lembaga-lembaga atau asosiasi-asosiasi pendidikan lainnya. Proses lain yang dilakukan adalah membuat laporan mengenai dosen dengan kompetensi yang dimilikinya saat ini. Laporan ini bermanfaat bagi pihak top manajemen dari perguruan tinggi untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pengelolaan kompetensi dosen yang telah dilakukan. Bila ternyata hasil dari proses pengelolaan masih dirasakan kurang maksimal, maka akan diambil langkah-langkah perbaikan. Keseluruhan proses pengelolaan terlihat pada gambar III.5. Gambar III.5 Pengelolaan Kompetensi Dosen
25 60 2. Pengorganisasian Pada tahap pengorganisasian, akan dipaparkan mengenai pembagian wewenang kepada pihak-pihak yang akan terkait dengan pengelolaan kompetensi dosen. a) Pihak pertama adalah lingkungan eksternal. Pihak lingkungan luar perguruan tinggi yang menjadi alasan atas timbulnya kondisi dinamis dari kompetensi dosen. Ini dikarenakan kebutuhan lingkungan luar atas produk perguruan tinggi yang kerap kali mengalami perubahan. Dan karena dosen merupakan salah satu aspek pendukung bagi perguruan tinggi, maka dibutuhkan dosen yang berkompeten untuk menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan lingkungan luar. Pada model yang akan dibangun, pihak pertama tidak dimasukkan karena pengaruh yang ditimbulkan oleh pihak pertama terhadap pengelolaan kompetensi dosen tidak dirasakan secara langsung. b) Pihak kedua yaitu perguruan tinggi. Pihak yang dalam model pengelolaan kompetensi dosen muncul sebagai top manajemen, mempunyai wewenang untuk meletakkan landasan dan memberikan arahan atas pembentukan dan pengelolaan kompetensi dosen. Pihak ini akan menyusun strategi yang oleh level selanjutnya akan dilaksanakan dalam bentuk langkah kongkret. c) Pihak ketiga adalah divisi sumber daya manusia. Dalam model yang dibangun, divisi ini digambarkan bertugas untuk menjalankan proses-proses utama pengelolaan kompetensi dosen. Divisi ini akan menjadi perantara untuk mengalirkan maksud dan tujuan pengelolaan kompetensi dosen dari pihak eksekutif, supaya dapat tersampaikan dan terlaksana pada dosen yang bernaung dalam wadah dosen serumpun ilmu. d) Pihak keempat adalah wadah dosen serumpun ilmu. Dalam model yang dibangun akan terlihat bahwa wadah ini merupakan tempat mengkoordinasikan dosen beserta kompetensi yang dimilikinya. Bersama dengan divisi sumber daya manusia, pihak wadah dosen
26 61 serumpun ilmu bertugas untuk mewujudkan maksud dan tujuan pihak eksekutif dalam mengelola kompetensi dosen dalam tahap implementasinya. Selain itu, melalui pengelolaan kompetensi dosen dapat membantu wadah dosen serumpun ilmu untuk memenuhi kebutuhan akan kompetensi dosen dalam pekerjaan tertentu. Contohnya, kebutuhan memenuhi kuota mengajar, membimbing penulisan ilmiah mahasiswa, pembawa materi seminar atau pelatihan, dan sebagainya. 3. Kepemimpinan Memimpin meliputi mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi yang dilakukan top manajemen kepada divisi sumber daya manusia serta dosen yang terhimpun dalam wadah dosen serumpun ilmu untuk menjalankan perannya dalam pengelolaan kompetensi dosen. 4. Pengendalian Pada tahap ini akan dilakukan pengontrolan terhadap pelaksanaan pengelolaan kompetensi dosen. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah tindakan pengelolaan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Hasil yang diharapkan adalah kompetensi dosen yang relevan dengan kebutuhan kompetensi yang tertuang pada model kompetensi dosen. Bentuk pengontrolan adalah berupa penilaian kompetensi yang dimiliki dibandingkan dengan standar kompetensi yang terdapat pada model kompetensi dosen. Penilaian akan dilakukan dalam satu periode tertentu. Hasil penilaian digunakan untuk memutuskan langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam rangka pengelolaan kompetensi dosen. III.2.4 Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Pengelolaan atau manajemen merupakan sebuah proses untuk mengurus dan menyelenggarakan suatu kegiatan secara terpadu. Pengelolaan dilakukan dengan maksud untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengelolaan kompetensi dosen merupakan proses penyelenggaraan dan pengurusan aspek-aspek diri dari seorang dosen yang dapat menunjang pemenuhan tugasnya. Pengelolaan dimaksudkan
27 62 untuk memaksimalkan kompetensi yang dimiliki dosen melalui peningkatan secara berkesinambungan serta memaksimalkan pemberdayaannya. Pengelolaan kompetensi dosen bisa dilakukan melalui pengelolaan beberapa proses atau aktivitas yang terdapat dalam proses manajemen sumber daya manusia. Untuk dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana pengelolaan kompetensi dosen yang sebaiknya dilakukan oleh pihak perguruan tinggi, maka perlu dibuat sebuah Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. Arsitektur akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai aspek-aspek yang berhubungan dengan pengelolaan kompetensi dosen, dan keterhubungan antar setiap aspek. Melalui Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen, maka strategi perguruan tinggi dapat diwujudkan sampai pada tahap implementasi. Untuk menyajikannya menjadi bentuk panduan kerja yang terstruktur maka Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen akan ditampilkan dalam sebuah framework. Framework adalah sebuah struktur konseptual yang dimaksudkan untuk membantu memberikan panduan dalam membangun sesuatu. Contohnya adalah Framework Zachman yang merupakan sebuah struktur logis yang memberikan gambaran secara komprehensif atas sebuah enterprise dengan dukungan teknologi tapi tetap tidak terikat atas suatu perangkat bantu atau metode tertentu dalam menerapkan teknologi. Bila dilihat pengertian framework dan arsitektur, serta bila kedua kata dihubungkan dengan konsep pengelolaan kompetensi dosen maka dapat diartikan bahwa Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen merupakan sebuah panduan kerja yang memberikan gambaran menyeluruh mengenai elemen-elemen pendukung serta hubungan antar elemen yang dibutuhkan dalam pengelolaan kompetensi dosen. III.3 Analogi Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Dengan Arsitektur Enterprise Objek yang akan dirancang dan dibangun dalam penelitian adalah pengelolaan kompetensi dosen. Pembangunan Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen akan dilakukan dengan menggunakan method pengembangan Arsitektur Enterprise.
28 63 Agar dapat menggunakan method pengembangan Arsitektur Enterprise untuk mengembangkan Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen, maka harus dapat ditunjukkan bahwa kedua arsitektur mempunyai kesesuaian. Pada sub bab III.3.1 sampai sub bab III.3.5 akan dilakukan proses analogi dengan mengikuti langkahlangkah seperti yang telah dijelaskan pada sub bab II.6. Analogi merupakan sebuah proses untuk menunjukkan bahwa Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen dan Arsitektur Enterprise merupakan dua hal yang berkesesuaian. Dengan begitu maka method untuk membangun sebuah Arsitektur Enterprise dapat diterapkan dalam membangun Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. III.3.1 Representation Building Dalam menentukan representasi (sumber dan target) dari apa yang akan dianalogikan, maka perlu dilihat sumber permasalahan yang akan dibahas. Permasalahannya adalah bagaimana membangun sebuah alat bantu yang dapat digunakan oleh pihak perguruan tinggi untuk memecahkan masalah pengelolaan kompetensi dosen. Berdasarkan permasalahan pengelolaan kompetensi dosen, maka ditetapkan target analogi sebagai Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. Dari penjelasan mengenai kompetensi dosen dan bagaimana bentuk pengelolaannya dalam perguruan tinggi, maka dapat dibuat ikhtisar mengenai Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. 1. Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen merupakan sebuah gambaran menyeluruh tentang proses pengelolaan kompetensi dosen, beserta komponen-komponennya dan keterhubungan antar setiap komponen. 2. Tujuan dari pembangunan Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen adalah untuk memberikan kerangka kerja bagi pihak perguruan tinggi untuk menjalankan proses pengelolaan kompetensi dosen. Arsitektur juga bisa membantu pihak perguruan tinggi dalam menghadapi perubahan dari pengaruh lingkungan eksternal. 3. Komponen-komponen pendukung arsitektur terdiri dari visi, misi, dan struktur organisasi, rencana strategis perguruan tinggi, proses bisnis pengelolaan kompetensi dosen, model kompetensi dosen.
29 64 Untuk merancang Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen diperlukan teknik atau cara untuk membangun arsitektur. Dalam dunia Teknologi Informasi, ada sejumlah alat bantu yang biasa digunakan untuk mengembangkan Arsitektur Enterprise. Alat bantu pengembangan Arsitektur Enterprise diharapkan juga dapat digunakan untuk mengembangkan Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen. Berdasarkan pemilihan alat bantu pengembangan, maka sumber dari proses analogi ditetapkan sebagai Arsitektur Enterprise. Pada sub bab II.3 telah dipaparkan sejumlah definisi tentang Arsitektur Enterprise. Ikhtisar dari sejumlah definisi Arsitektur Enterprise seperti pada tabel III.7. Tabel III.7 Ikhtisar Tentang Arsitektur Enterprise Definisi Menurut Marc Lankhorst, dll. keterhubungan secara menyeluruh dari prinsip, metode, dan model-model yang digunakan dalam mendesain dan merealisasikan struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi, dan infrastruktur. Tujuan: memberikan gambaran mengenai esensi bisnis dari enterprise untuk dijadikan kerangka kerja dalam mencari solusi dari berbagai permasalahan Komponen pendukung: prinsip, metode, modelmodel dari proses bisnis, sistem informasi, struktur organisasi,, infrastruktur Definisi Menurut Brian P. Creswick Perancangan enterprise merupakan sebuah proses yang mengarah pada pengembangan, implementasi, perawatan, dan penggunaan dari sebuah blueprint Tujuan: sebagai kerangka kerja untuk mengarahkan bagaimana elemen IT berinteraksi dengan fungsi pada level strategis dan bisnis untuk menyelesaikan misi dari organisasi Komponen pendukung: blueprint mengenai infrastruktur IT Definisi Menurut CIO Council Arsitektur Enterprise merupakan sebuah aset informasi strategis mendasar, yang mendefinisikan misi, informasi dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai misi, dan proses transisi untuk menerapkan teknologi baru dalam rangka merespon perubahan misi bila diperlukan Tujuan: menjadi dasar dalam proses transisi dari arsitektur dasar yang sedang berjalan pada perusahaan (as-is) menjadi arsitektur target yang ingin dicapai perusahaan (tobe) Komponen Pendukung: arsitektur teknologi dasar, arsitektur teknologi baru
30 65 Dari definisi-definisi Arsitektur Enterprise pada tabel III.7, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Arsitektur Enterprise merupakan gambaran menyeluruh dari sebuah enterprise, yang terdiri dari komponen-komponen pendukung eksistensi sebuah enterprise dan hubungan antar tiap komponen. 2. Tujuan dari Arsitektur Enterprise adalah untuk memberikan kerangka kerja dalam pengelolaan enterprise, dengan dukungan penuh dari teknologi untuk mencapai strategi bisnis enterprise. 3. Arsitektur Enterprise juga dapat dijadikan kerangka kerja dalam menghadapi perubahan lingkungan, apalagi jika dilihat dari perkembangan teknologi yang sangat cepat. 4. Komponen pendukung Arsitektur Enterprise terdiri dari modelmodel yang menggambarkan proses bisnis, sistem informasi, dukungan infrastruktur teknologi, struktur organisasi. III.3.2 Retrieving Langkah selanjutnya dalam proses analogi adalah menilai apakah terdapat kemiripan antara sumber analogi dan target analogi. Untuk melihat adanya kemiripan, akan dianalisis sejumlah aspek yang dimiliki oleh sumber dan target analogi berdasarkan penjelasan dari sub bab III.1 dan III.2. Arsitektur Enterprise merupakan bentuk pendefinisian misi, informasi dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai misi, dan proses transisi untuk menerapkan teknologi baru dalam rangka merespon perubahan misi bila diperlukan. Arsitektur Enterprise juga bisa dianggap sebagai sebuah kerangka kerja yang menjelaskan dan mengarahkan bagaimana elemen IT berinteraksi dengan fungsi pada level strategis dan bisnis dengan pihak-pihak terkait beserta tugasnya pada setiap level. Semuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari organisasi. Arsitektur Enterprise terdiri dari dokumen-dokumen seperti gambargambar, diagram, dokumen tekstual, standar-standar atau model. Keseluruhan dokumen berisi penjelasan mengenai proses bisnis, struktur organisasi, sistem informasi, dan dukungan infrastruktur teknologi yang diperlukan oleh organisasi.
31 66 Sedangkan pada konsep Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen, arsitektur dimaksudkan sebagai sebuah gambaran utuh mengenai pengelolaan kompetensi dosen dan dapat dijadikan kerangka kerja oleh pihak perguruan tinggi dalam rangka pelaksanaan pengelolaan kompetensi dosen. Arsitektur melibatkan peran dari sejumlah pihak yang akan memberikan pandangan mereka tentang bagaimana seharusnya bentuk pengelolaan kompetensi dosen. Arsitektur juga terdiri dari sejumlah dokumen-dokumen pendukung mengenai visi, misi, struktur organisasi, dan rencana strategis perguruan tinggi, proses bisnis, standarisasi tertentu yang digunakan sebagai masukan dalam pembentukan kompetesi dosen, serta model kompetensinya. Dari sejumlah aspek yang dimiliki oleh sumber dan target, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesamaan yang dimiliki kedua objek analogi, yaitu: 1. Keduanya sama-sama merupakan blueprint tentang pendefinisian secara lengkap dan sistematis mengenai sistem yang akan dibangun atau dikelola, serta mendefinisikan bagaimana caranya mengoptimalkan proses bisnisnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Keduanya sama-sama terdiri dari sejumlah pihak yang mempunyai peran dalam rangka menurunkan strategi organisasi menjadi level implementasi. 3. Keduanya sama-sama terdiri dari komponen-komponen pendukung berupa gambar-gambar, diagram, dokumen tekstual, standar, model dan lainnya. Seluruh komponen pendukung menggambarkan kondisi yang sedang berjalan dan yang diinginkan serta bagaimana caranya mencapai tujuan yang ditetapkan. 4. Keduanya sama-sama dapat dijadikan kerangka kerja dalam menghadapi dan mengakomodir perubahan yang terjadi didalam sistem.
32 67 III.3.3 Mapping Untuk lebih memperjelas kemiripan yang dimiliki oleh sumber dan target analog, maka akan dilakukan pemetaan satu ke satu dari struktur sumber dan target analogi seperti yang diperlihatkan pada tabel III.8. Tabel III.8 Pemetaan Satu-Ke-Satu Berdasar Struktur Kedua Objek Analogi Elemen Pembanding Definisi Aspek Pendukung Tujuan Arsitektur Enterprise Sebuah arsitektur atau rancangan yang memberikan gambaran menyeluruh dari enterprise serta cara pemberdayaannya secara optimal Informasi strategis perusahaan, teknologi pendukung, proses bisnis enterprise, sumber daya manusia Untuk membantu dalam pengelolaan enterprise dengan memberikan kerangka kerja pengelolaan berupa Enterprise Architecture Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Sebuah arsitektur atau rancangan yang memberikan gambaran menyeluruh dari pengelolaan kompetensi dosen serta cara pemberdayaannya secara optimal Model kompetensi, aktivitasaktivitas pengelolaan kompetensi dosen, sumber daya manusia Untuk membantu dalam pengelolaan kompetensi dosen dengan memberikan panduan pengelolaan berupa Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Selain pemetaan satu-ke-satu dari strukturnya, pada tabel III.9 juga dilakukan pemetaan terhadap kedua objek analogi bila dilihat dari segi pendefinisian berdasarkan bentuk 5W1H (What, Where, Who, When, Why, How). Tabel III.9 Pemetaan Satu-Ke-Satu Berdasarkan Pendefinisian 5W1H Elemen Arsitektur Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Pembanding Enterprise What Data Model kompetensi, data dosen dan kompetensinya How Proses bisnis enterprise Aktivitas-aktivitas pengelolaan pengelolaan kompetensi dosen Where Lokasi Pelaksanaan Cakupan peran Pelaksanaan When Jadwal pelaksanaan Jadwal pelaksanaan Who Pelaksana proses Peran pihak pengelolaan kompetensi dosen bisnis Why Motivasi Alasan pengelolaan kompetensi dosen
Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kompetensi merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan pencapaian kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi pekerja termasuk sifat, motif-motif,
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Pembentuk Kompetensi Dalam Organisasi (Sumber : Widodo, 2003)
8 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendefinisian Tentang Kompetensi Dosen Sampai saat ini telah ada beberapa pendefinisian mengenai kompetensi dan berbagai macam aspek yang terkait dengan pengelolaannya. Pada
Lebih terperinciPerancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen
69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah
Lebih terperinciPERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang
PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang
Lebih terperinciVisi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.
1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah
Lebih terperinciPERANCANGAN FRAMEWORK ARSITEKTUR PENGELOLAAN KOMPETENSI DOSEN BERDASARKAN PERSPEKTIF ZACHMAN (Studi Kasus : Universitas Komputer Indonesia) TESIS
PERANCANGAN FRAMEWORK ARSITEKTUR PENGELOLAAN KOMPETENSI DOSEN BERDASARKAN PERSPEKTIF ZACHMAN (Studi Kasus : Universitas Komputer Indonesia) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Industri yang semakin pesat dan maju, memaksa perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap bertahan dalam persaingan global
Lebih terperinciMANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG
MANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG LEMBAGA PENJAMINAN MUTU INTERNAL AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I : PENDAHULUAN A. Visi...
Lebih terperinciManual Mutu Akademik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Manual Mutu Akademik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Revisi : 1 Tanggal : 31 Maret 2015 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Unit Penjaminan Mutu Fakultas Pertanian Disetujui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 akan dijelaskan pendahuluan dari penelitian tugas akhir ini yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan
Lebih terperinciKKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018
BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi setiap orang. Pendidikan dianggap sebagai suatu kebutuhan yang wajib
Lebih terperinciManual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO
Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO Revisi : 1 Tanggal : 10 Desember 2010 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Gugus Jaminan Mutu FP Disetujui oleh : Dekan FP Kode DAFTAR
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal, terdapat dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat manusia. Pendidikan harus selalu progresif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Karena dengan pendidikan yang baik dapat menciptakan Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selanjutnya dalam tesis ini oleh penulis disingkat STP Bandung, dahulu dikenal dengan nama National Hotel Institute (NHI
Lebih terperinciSIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018
SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 1 Pendahuluan 2 Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem pendidikan di Indonesia, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada
Lebih terperinciSTANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisa perancangan sistem adalah framework Zachman yang akan dijabarkan dalam masing-masing kolomnya yang terdiri dari What,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Muhammad Iwan Priyadana NIM : 5201409021 Prodi. : Pendidikan Teknik Mesin FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciManual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10
Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 3 1.2 Tujuan 3 Halaman BAB 2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni: SMK adalah
Lebih terperinciDEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL MUTU AKADEMIK
DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL MUTU AKADEMIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru - FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciSTANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi. Melalui teknologi dan sistem informasi organisasi dapat memperoleh keunggulan strategis dalam
Lebih terperinciManual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG. Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved
Manual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved Manual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG MMA.UPM-FE-UNISMA.01 Revisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berlakunya kurikulum 2013 dengan tujuan peningkatan pada pendidikan maupun kualitas pembelajaran yang diterapkan para pendidik di sekolah. Hal ini merupakan
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010 TENTANG PANDUAN UMUM PENYUSUNAN KURIKULUM 2010 PROGRAM STUDI JENJANG SARJANA DI UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang
Lebih terperinciRENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) 2015-2028 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Rencana Induk Pengembangan (RIP) Fakultas Farmasi
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN
STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Jelaskan mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program
Lebih terperinciKopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun
Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA Tahun 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembahasan isu-isu strategis dan analisis situasi dalam penyusunan rencana strategis (Renstra) Kopertis Wilayah
Lebih terperinciMANUAL MUTU AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
MANUAL MUTU AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2010 MANUAL MUTU AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Kode
Lebih terperinciBAB V PENUTUP BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan dari penerapan Zachman Framework yang telah dilakukan pada perusahaan PT.Berdikari Indo Super Grosir Cianjur. V.1.1. Kolom What Pada bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu wadah dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi persaingan global.
Lebih terperinciMANUAL PELAKSANAAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG
MANUAL PELAKSANAAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG LEMBAGA PENJAMINAN MUTU INTERNAL AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I : PENDAHULUAN A. Visi...
Lebih terperinciKONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI
PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Lebih terperinciRASIONAL. 1. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. 2. Tuntutan penyediaan SDM bermutu yang
RASIONAL 1. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. 2. Tuntutan penyediaan SDM bermutu yang mampu menghadapi dan mengantisipasi berbagai dampak perubahan semakin
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN
RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN 2013 2022 SK: 062/SK.Kap/JTM/FT/UP/VII/2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II VISI DAN
Lebih terperinciBAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan yang dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian pada bab satu, dapat disimpulkan beberapa temuan pokok dari penelitian ini. 1. Diagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nasional, pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum menyatakan Pendidikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum menyatakan Pendidikan Nasional adalah usaha sadar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Universitas Airlangga
Lebih terperinciPendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul
Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul Panduan Penulisan Rencana Implementasi Daftar Isi Daftar Isi Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Tujuan Error! Bookmark not defined. Kebutuhan dan Penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua kesuksesan. Guru merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Soft Skills dalam pendidikan adalah suatu hal yang harus dicermati bersama oleh semua pihak mulai dari struktur teratas yakni kementerian pendidikan dan kebudayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat
Lebih terperinciII. Rangkuman Eksekutif
II. Rangkuman Eksekutif Konsistensi dan relevansi antara visi, misi, tujuan, dan sasaran yang dirumuskan UPI dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang dijabarkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,
Lebih terperinciKinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan nasional.karena dengan pendidikan yang baik dapat menciptakan Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam penyusunan penelitian ini membutuhkan berbagai macam data untuk di analisis lebih lanjut. Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
Lebih terperinciSISTEM MEMORI ORGANISASI SEBAGAI PENDUKUNG PENGELOLAAN BEBAN KERJA DOSEN
SISTEM MEMORI ORGANISASI SEBAGAI PENDUKUNG PENGELOLAAN BEBAN KERJA DOSEN SULARTOPO 1), AGUS WIBOWO 2), PAULUS HARTANTO 3) Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer 1), 2) Sistem Komputer STEKOM Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan manajemen pembelajaran atau pengelolaan pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.
Lebih terperinciMANUAL MUTU AKADEMIK PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
MANUAL MUTU AKADEMIK PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016 i TIM PENYUSUN
Lebih terperinciBab III Analisa dan Kerangka Usulan
Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan
Lebih terperinciMANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia, yakni masalah pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
Lebih terperinciS.O.P PENJAMINAN MUTU TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN DOKUMEN LEVEL Standar Operating Procedure S.O.P. SPMI 008
S.O.P PENJAMINAN MUTU TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN DOKUMEN LEVEL KODE Standar Operating Procedure S.O.P. SPMI 008 JUDUL PENJAMINAN MUTU TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN AREA SPMI TANGGAL DIKELUARKAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) merupakan faktor yang sangat strategis tidak hanya berperan membantu mempercepat, mempermudah, dan meningkatkan akurasi proses-proses akademik dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang
8 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengelolaan Soft Skills Siswa Pengelolaan adalah proses penataan kegiatan yang akan dilaksanakan melalui fungsi-fungsi manajemen tentu gunanya sebagai tolak ukur untuk menentukan
Lebih terperinciPENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA. OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR)
PENINGKATAN PROFESIONALISME DOSEN DI ERA MEA OLEH: Sri Haryati (FKIP-UNTIDAR) Seminar Semester Genap Sub Unit Korpri di Magelang Tanggal 28 Juli 2016 1 Ringkasan Dalam Abad Ke-21 ini, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi
Lebih terperinciSTANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 01 UNGARAN Standar Isi Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup beberapa disiplin ilmu pengetahuan. Tujuan dari perguruan
Lebih terperinciBAB I MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS ISLAM MALANG
BAB I MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS ISLAM MALANG A. Kebijakan Umum 1. Program bidang akademik di Universitas Islam Malang diarahkan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka panjang yang dilandasi motif ekonomi untuk menghasilkan nilai-nilai tambah dan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan lokomotif sebuah bangsa dalam menjawab tantangan global, baik dalam sektor ekonomi, sosial, politik maupun perkembangan informasi dan keilmuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN
PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN
KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 34 SEMARANG
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 34 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Tri Setyo Budi Raharjo NIM : 2601409109 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PEMBELAJARAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No : STD/SPMI/A.03 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-10 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN undiknas, 2016 all rights reserved
Lebih terperinciSTANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG SPMI-UMP SM 03 09 PALEMBANG 2O13 Standar KEMAHASISWAAN 1 Standar Penilaian Pendidikan Sistem Penjaminan Mutu Internal
Lebih terperinciMANUAL MUTU UNIVERSITAS BINA. DARMA Tgl. Berlaku : 9 Juni 2003
VISI Menjadi salah satu universitas yang unggul dalam pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan lingkungan dan budaya akademik yang mendorong kreatifitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Untuk
Lebih terperinciMANUAL PENINGKATAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG
MANUAL PENINGKATAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG LEMBAGA PENJAMINAN MUTU INTERNAL AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... i BAB I : PENDAHULUAN A. Visi...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem
Lebih terperinciManual Mutu Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Manual Mutu Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya MM.GJM-FK-UB.01 Revisi : - Tanggal : 27 November 2007 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan Bidang Akademik Disetujui oleh : Dekan FK Unibraw
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Nomor 129/SK/R/V/2013 Tentang PEDOMAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Nomor 129/SK/R/V/2013 Tentang PEDOMAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Menimbang : a. Bahwa Statuta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun manajemen informasi. Kompleksitas dan perubahan eksternal
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu perusahaan apapun bentuk dan tujuan perusahaannya (Rivai&Sagala, 2009). Peran SDM juga sedemikian pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum
Lebih terperinci