PEMERINTAHAN YANG BERSIH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

PROVINSI JAWA TENGAH

UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK/2003 TAHUN 2003 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN TINGKAH LAKU HAKIM KONSTITUSI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

: PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK/2003 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN TINGKAH LAKU HAKIM KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan sarana

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

Bismillahirrahmanirrahim PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR RI Tentang RANCANGAN UNDANG-UNDANG OMBUDSMAN RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. berawal dari kekaisaran romawi yang mempunyai institusi Tribunal Plebis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

RANCAANPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Dalam Acara Deklarasi Pembangunan Zona Integritas. Menuju Wilayah Bebas Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

Program Sasaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada

Pengalaman Indonesia MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP PARLEMEN:

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

MAKALAH TRANSPARANSI PENGADILAN. Oleh: DR. IBRAHIM, S.H, M.H, LL.M.

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

Birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program pembangunan dan kebijakan pemerintah. Birokrasi harus lebih

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PERAN SOSIAL LSM DALAM ERA OTONOMI DAERAH

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mendiskripsikan fungsi NKRI. Menjelaskan tujuan NKRI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GOWA

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan Hukum yang dilaksanakan oleh Mahkamah Syar iyah Aceh tidak

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APA ITU DAERAH OTONOM?

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

ISSN : 0215-9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 PEMERINTAHAN YANG BERSIH Agus Razikin Dosen Politeknik Pratama Mulia Surakarta ABSTRAK Berawal dari tumbangnya sebuah rezim yaitu Orde Barn di negeri yang sekian lama membelenggu dan mencengkeram bangsa ini yang mengakibatkan kerusakan disegala sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, kepemimpinan, politik, budaya, agama bahkan Hak Azasi Mansusia, sehingga melemahkan posisi tawar masyarakat untuk melakukan kritik dan kontrol terhadap pemerintah, yang dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan dari kelemahan tersebut. Namun setelah sadar akan keterpurukannya mulailah masyarakat mendambakan suatu pemerintahan yang bersih yang terbebas dari KKN. Dengan jalan melakukan cek and balances untuk melaksanakan kontrol terhadap kinerja Pemerintah. Dari sekian lembaga yang menjadi pengawas dan pengontrol diharapkan ombusdman bisa menjawab harapan besar dari masyarakat untuk menuju terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa I. PENDAHULUAN Bukan hal yang mudah sebagai sebuah bangsa seperti Indonesia untuk bangkit dari sebuah keterpurukan guna membangun fondasinya kembali yang telah terporak porandakan oleh sebuah sistem yang membelenggu dan membungkamnya, menjadi sebuah bangsa yang demokratis. Selama empat dekade pemerintahan rezim orde baru bukan waktu yang singkat bagi sebuah rezim menancapkan kekuasaannya secara otoriter, sentralistik dan anti demokrasi yang telah mengakibatkan keterpurukan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu di bidang : ekonomi, pendidikan, sumber daya alam, kesehatan, kepemimpinan, politik, budaya, agama dan HAM. Rezim ini ditandai praktek KKN yang telah mengakar dan menjalar dalam semua lini dan sektor pemerintahan. Sehingga tidaklah mudah untuk begitu saja membangun kembali akibat dari keterpurukan itu tanpa adanya sebuah kesadaran utuh dari bangsa Indonesia untuk bangkit. Praktek KKN yang mengakibatkan keterpurukan bangsa ini antara lain disebabkan 123

Jurnal Sosiologi DILEMA karena : lemahnya posisi tawar (bargaining position) masyarakat dalam melakukan kritik dan kontrol bersamaan dengan semakin melemahnya peran kontrol lembaga-lembaga politik perwakilan rakyat (DPR). Melemahnya peran DPR dalam mengartikulasikan kepentingan rakyat yang diwakilinya, semakin menempatkan rakyat jauh dari harapan untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya diterimanya secara optimal dari pemerintah, termasuk dalam memperoleh pelayanan publik yang baik Dalam banyak hal masyarakat selalu diposisikan menjadi penonton dari praktek penyimpangan yang dilakukan para pejabat publik. Apalagi pada saat yang bersamaan berada pada kondisi yang mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Situasi seperti inilah yang menjadikan masyarakat apatis terhadap pemerintah (penguasa). Sikap apatis yang telah meluas dikalangan masyarakat ini menyebabkan melemahnya kontrol publik terhadap kinerja pemerintah. Akibatnya kinerja pemerintah semakin menguntungkan pihakpihak tertentu saja, sedang masyarakat bawah tidak memperoleh perlindungan hukum dan politik. Terjadilah diskriminasi dalam pelayanan publik. Dampak dari sistem pemerintahan yang demikian tersebut bisa kita lihat pada banyaknya pengabaian hak-hak rakyat termasuk dibidang HAM, ekonomi, sosial dan 124 budaya. Situasi yang sudah lama berlangsung ini perlu untuk segera di cari jalan keluarnya II. PEMBAHASAN Tidak berlebihan jika masyarakat mendambakan sebuah pemerintahan yang bersih dari KKN, serta berorientasi pada pemihakan terhadap kepentingan publik. Gambaran suatu pemerintahan yang dikatakan baik dan bersih adalah apabila memenuhi azas umum pemerintahan yang baik yaitu : 1. Azas kecermatan formal yaitu cermat dalam mempersiapkan serta mengeluarkan keputusan institusi yang bersangkutan bersikap jujur dengan mempertimbangkan semua fakta yang relevan kepentingan para pihak termasuk pihak ketiga. 2. Azas fairplay yang mengeluarkan keputusan tidak bersikap menghalanghalangi kesempatan orang yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang menguntungkan baginya. 3. Azas pertimbangan berarti bahwa keputusan pejabat publik harus disertai dengan pertimbangan yang memadai. Pertimbangan yang didukung oleh faktafakta yang benar dan revelan. Pertimbangan putusan tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang telah dipublikasikan, tidak bersifat umum maupun konkrit.

ISSN : 0215-9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 4. Azas kepastian hukum formal, artinya mengandung kejelasan dan tidak samarsamar 5. Azas kepastian hukum material, artinya keputusan dari pejabat publik yang bersifat membebani tidak boleh diberlakukan secara surut 6. Azas kepercayaan, apabila suatu keputusan telah menimbulkan harapan-harapan dengan janji/rencana maka janji semacam itu tidak boleh diingkari. Kepercayaan dapat ditimbulkan dengan pemberlakuan kebijakan yang sama dalam kurun waktu yang cukup lama 7. Azas persamaan, hal atau keadaan yang sama diperlukan secara sama pula. Keadaan tersebut harns sama relevansinya artinya relevan dari segi kepentingan yang akan diperhatikan dengan pengeluaran keputusan yang bersangkutan 8. Azas kecermatan material artinya bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak melebihi keuntungan/manfaat yang diperoleh dengan adanya keputusan pejabat publik yang bersangkutan. 9. Azas keseimbangan, ada keseimbangan antara sanksi yang diterapkan dengan bobot pelanggaran yang dilakukan landasan yuridis mengenai pemerintahan yang bersih terdapat pada : 1. Pasal 2 Tap MPR No VII/MPR/2001 tentang rekomendasi arah kebijakan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. 2. UU No 26 th 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme Gambaran pemerintahan yang bersih di atas perlu segera dilembagakan secara formal. Namun sesuai dengan asas Negara yang berdasarkan hukum (rechtsaat), maka diperlukan suatu mekanisme yang menjamin berfungsinya prinsip chek and balances prinsip ini dapat diembankan pada suatu lembaga yang relative baru yaitu Lembaga Ombudsman yang merupakan perwakilan kepentingan rakyat yang dipercayakan terhadap pejabat lembaga ini Adanya kontrol terhadap kinerja pemerintahan amat dibutuhkan dan bernilai amat penting. Karena dari pengalaman selama ini pemerintah sebagai penerima amanat dari rakyat dan sebagai pelayan rakyat justru mengabaikan hal tersebut. Yang terjadi adalah penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan kemauan penguasa. Kenyataan itulah yang menempatkan kontrol sebagai sesuatu yang sangat strategis berdasarkan beberapa alasan. Pertama, kontrol 125

Jurnal Sosiologi DILEMA memungkinkan partisipasi langsung rakyat dalam setiap tahap penyelenggaraan kekuasaan. Kedua, kontrol memungkinkan rakyat untuk mencegah segala kemungkinan buruk yang menyimpang dari aspirasi rakyat. Ketiga, kontrol memungkinkan rakyat untuk memastikan bahwa jalannya pemerintahan sesuai dengan prinsip dan akan mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki oleh rakyat. Tanpa adanya kontrol, maka penguasa akan cenderung lalai dan korup. Dengan adanya reformasi sekarang ini, sesungguhnya posisi lembaga-iembaga Negara sedang menguat, demikian juga dengan posisi rakyat, Namun yang amat disayangkan menguatnya posisi-posisi tersebut tidak diikuti oleh kualitas dan kapasitas dari anggota lembaga-iembaga Negara. Justru banyak kita lihat berbagai kasus yang melibatkan anggota lembaga Negara tersebut, sehingga berakibat menempatkannya pada posisi legitimasi yang terendah, sebagai contoh : kasus pembangunan gedung JEC, Asuransi Gate dikalangan sejumlah anggota DPRD DIY selain kasus pesangon sebagai rekayasa kekuasaan untuk kepentingan sesaat Kurang optimalnya fungsi pengawasan yang selama ini dilakukan oleh lembagalembaga pengawasan yang telah ada kemudian mengilhami pembentukan lembaga pengawas ekstemal yang independent dan bebas dari campur tangan kepentingan pihak mana pun. Tetapi mempunyai akses serta berpengaruh terhadap struktur birokrasi pemerintahan juga lembaga kenegaraan. Lembaga ini memiliki kewenangan mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Lembaga ini bemama Ombusdman yang memiliki fungsi : a. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran supremasi hukum serta menghormati HAM b. Meningkatkan integritas moral dari Keprofesionalan aparat penegak hukum termasuk kepolisian RI c. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah dan terbuka, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tetap menjunjung tinggi azas keadilan dan kebenaran. III. KESIMPULAN Dari uraian singkat di atas yang urgen dewasa ini adalah bagaimana menyiapkan infra dan supra struktur pemerintahan yang bebas dari beban masa lalu. Yaitu pemerintahan yang memiliki sistem birokrasi yang transparan, terkontrol, dan berpihak pada spirit keadilan. Keberpihakan pada spirit keadilan ini lebih difokuskan pada penciptaan mekanisme 126

ISSN : 0215-9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 perlindungan hak-hak rakyat termasuk hak untuk memperoleh pelayanan publik yang baik, bersih dan tidak diskriminatif. Dalam kerangka inilah Lembaga Ombusdman penting diletakkan dalam kerangka pemikiran diatas yang mampu menjalankan fungsi kontrol secara persuasif aktif terhadap jalannya pemerintahan agar tetap berada dalam sistem dan mekanisme yang transparan dengan spirit pengabdian pada penghormatan atas hak -hak rakyat. DAFTARPUSTAKA Laode Ida (2000), Otonomi Daerah, Demokrasi Lokal dan Clean Goverment, Pusat Studi Pengembangan Kawasan, (Jakarta) Ahmad Syahrizal, SH,MH (2006), Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara, Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi, Jakarta Drs Musni Umar, SH, M.Si (2004) Korupsi Musuh Bersama, Lembaga Pencegah Korupsi Jimly Asshiddiqie (2004), Menjaga Denyut Konstitusi, Konstitusi Press 127

Jurnal Sosiologi DILEMA 128