BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S T O P T U B E R K U L O S I S

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB II KAJIAN TEORI. Peluang suatu kejadian adalah jumlah bobot semua titik sampel dalam A.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Kp. Kebon kelapa RT 06/04 Desa Cimandala, Kec. Sukaraja, Bogor Hari / Tanggal : Senin, 7 November 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II. Tinjauan Pustaka

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM:

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALAM KEPERAW A A W T A AN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAGI PENDERITA TBC/TUBERCULOSIS DI KOTA BANDUNG. yakni menyerang berbagai organ tubuh (Wahyu, 2008, h.2).

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti pada kelenjar getah bening, ginjal, jantung, dan lain sebagainya (Danusantoso, 2000). Tuberkulosis primer pada anak balita disebabkan karena penyakit atau infeksi yang menyerang paru. Infeksi ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis yang bernama Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang berwarna merah yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada saat pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Basil ini tidak dapat bertahan hidup lama, cepat mati jika terkena sinar matahari secara langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (healthblogtbcanak.blogspot.com). Mycobacterium Tuberkulosis ini ditularkan dari orang perorang melalui jalan pernapasan. Pada umumnya, penularan tuberkulosis berasal dari orang dewasa yang positif tuberkulosis dimana batuk atau percikan ludahnya bertebaran di udara. Percikan ludah ini mengandung basil tuberculosis dan bila seorang anak menghirup udara yang mengandung basil tersebut akan berkembangbiak perlahan- lahan dan menyebabkan kelainan pada paru- paru (Somantri, 2008). Daya penularan tuberkulosis dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari paru. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seorang terinfeksi

tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2001). 2. Gejala Tuberkulosis Primer Gejala tuberkulosis primer dimulai anak batuk selama lebih dari 30 hari dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau, demam atau suhu tubuh meningkat hingga 40 0 C, berkeringat malam tanpa alasan tertentu, penurunan aktivitas, susah bernapas, nyeri dada, nafsu makan kurang sehingga berat badan anak menurun. Penurunan berat badan anak disebabkan karena metabolisme dalam tubuh meningkat sehingga tubuh membutuhkan energi lebih, akan tetapi karena nafsu makan anak menurun maka asupan energi dalam tubuh berkurang sehingga berat badan anak menurun (Laban, 2002). 3. Etiologi Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya tuberkulosis primer: a. Faktor Infeksi Penularan tuberkulosis primer dapat melalui 4 cara, yaitu: 1. Batuk orang dewasa Saat orang dewasa batuk atau bersin, sejumlah tetesan cairan (ludah) tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita tuberkulosis paru, maka tetesan tersebut mengandung kuman. Jika disekitar orang tersebut terdapat orang dewasa atau anak-anak yang pada saat itu kekebalan tubuhnya menurun maka dengan mudah akan terinfeksi atau tertular 2. Makanan atau susu Anak- anak bisa terinfeksi tuberkulosis dari susu atau makanan, dan infeksi bisa terjadi mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung tuberkulosis dari sapi (bovine TB), bila sapi di daerah tersebut menderita tuberkulosis dan susu tidak direbus

sebelum diminum. Bila hal ini terjadi, infeksi primer terjadi pada usus, atau terkadang pada amandel. 3. Melalui kulit Kulit yang utuh ternyata tahan terhadap tuberkulosis yang jatuh diatas permukaannya. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, tuberkulosis dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang ditemukan pada paru. 4. Keturunan dari ibu Apabila seorang ibu yang sedang hamil menderita tuberkulosis maka sudah pasti anaknya positif menderita tuberkulosis (medlinux.blogspot.com). b. Faktor Lingkungan Lingkungan yang tidak sehat, gelap dan lembab akan mendukung perkembangbiakan basil Mycobacterium Tuberkulosis. Seperti diketahui basil tuberkulosis merupakan BTA (Basil Tahan Asam) yang dapat berkembangbiak apabila ada di ruangan yang gelap dan lembab, akan mati jika terkena sinar matahari secara langsung. Jadi kebersihan lingkungan perlu diperhatikan. c. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan yang kaya zat gizi. Ekonomi juga menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi penyebab penularan tuberkulosis primer. Seorang ibu dengan perekonomian rendah maka untuk mencukupi makanan bergizi untuk tumbuh kembang anak susah, sehingga mereka hanya memberi makanan apa saja tanpa mengetahui nilai gizinya. Padahal kita tahu bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit (Harun, 2002).

d. Pelayanan Kesehatan Adanya penyakit tuberkulosis primer yang semakin tinggi prevalensi di Indonesia maka pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan oleh pemerintah, melihat penderita penyakit tersebut adalah anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan perawatan intensive. Apabila tingkat pelayanan kesehatan tidak optimal maka akan mempengaruhi penyembuhan tuberkulosis primer dan bila tingkat pelayanan kesehatan bekerja secara optimal maka laju peningkatan penyakit tuberkulosis primer dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini tidak lepas pula dari peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi segala macam penyakit agar tidak terjadi angka kematian anak yang tinggi (Depkes RI, 2001). 4. Patofisiologi Penularan tuberkulosis primer terjadi karena batuk atau percikan ludah yang mengandung basil Mycobacterium Tuuberkulosis bertebaran di udara, kemudian terhirup oleh anak yang pada saat itu sistem imunitas dalam tubuhnya menurun sehingga mudah terinfeksi. Basil tersebut berkembangbiak perlahan-lahan dalam paru sehingga menyebabkan kelainan paru. Basil ini bila menetap di jaringan paru, ia akan tumbuh dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag. Basil juga dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain yang nantinya bisa menyebabkan tuberkulosis hati, ginjal, jantung, kulit dan lain-lain (UKK PP IDAI, 2005). Bersamaan dengan itu, sebagian kuman akan dibawa melalui cairan getah bening ke kelenjar getah bening yang terdekat disamping bronkus. Dari kedua tempat tersebut, kuman akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 hingga 8 minggu akan muncul daerah kecil di tengah-tengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang mati (perkijuan) yang dikelilingi sel-sel kekebalan tubuh yang makin membesar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru dan kelenjar getah bening ini dikenal sebagai tuberkulosis primer (Harun,

2002). Basil Mycobacterium Tuberculosis ini dapat bertahan selama 1-2 jam pada suasana lembab dan gelap, sebaliknya akan mati jika terkena sinar matahari. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2001). 5. Pengobatan a. Terapi obat Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan serta menurun risiko penularan. TABEL 1 JENIS OBAT DAN DOSIS OBAT TUBERKULOSIS PRIMER Jenis Obat BB BB BB 5-10 kg 10-20 kg 20-33 kg Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg Pirasinamid 200 mg 400 mg 800 mg ( Berdasarkan rekomendasi IDAI, dalam Harun, 2002). Selain terapi obat yang digunakan dalam proses penyembuhan tuberkulosis anak, yang tidak kalah penting berperan dalam proses penyembuhan adalah terapi diit. Selama perawatan untuk mencapai kesembuhan terapi diit yang diberikan adalah tinggi protein untuk membantu penyembuhan dan tinggi energi untuk mengembalikan berat badan menjadi normal (Misnadiarly, 2006). b. Terapi Diit Macam diit : Diit Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) Bentuk : Makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.

Tujuan diit : (i) Memberikan makanan yang tinggi energi dan tinggi protein secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai gizi optimal, (ii) Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh terutama paru-paru, (iii) Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Syarat diit : (i) Tinggi energi atau 100-120 kkal/kg BB untuk mencapai berat badan ideal, (ii) Tinggi protein 2-3 gr/kg BB untuk menggantikan sel-sel yang rusak, (iii) Cukup mineral dan vitamin, (iv) Makanan mudah cerna, (v) Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat, (vi) Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-kue manis dan gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu makan (PERSAGI dalam Penuntun Diit Anak, 2003). 6. Pencegahan Terapi pencegahan penyakit tuberkulosis pada anak bisa melalui berbagai cara: 1. Membuat diagnosa dan mengobati tuberkulosis pada orang dewasa dengan tujuan meminimalkan resiko penularan penyakit tuberkulosis terhadap orang lain terutama anak- anak. 2. Memperkuat pertahanan tubuh anak terhadap tuberkulosis dengan jalan memperbaiki gizi anak sehingga daya tahannya lebih kuat dan memberi pengebalan aktif buatan dengan vaksin BCG (Misnadiarly, 2006). B. Asupan Energi Asupan energi merupakan banyaknya zat gizi energi yang dikonsumsi rata-rata satu hari dibandingkan dengan kebutuhan untuk mencapai kebutuhan normal. Energi dibutuhkan oleh individu untuk mempertahankan kehidupannya, menunjang proses pertumbuhan, serta untuk melakukan aktivitas sehari- hari. Karbohidrat, protein, dan lemak pada makanan merupakan sumber energi bagi kebutuhan tubuh. Kebutuhan energi bayi dan

anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa, karena pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 tahun pertambahan umur kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan (PERSAGI dalam Penuntun Diit Anak, 2003). TABEL 2 KATEGORI ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN Keterangan Asupan Energi dan Protein (%) Defisiensi tingkat berat < 70 Defisiensi tingkat sedang 70 79 Defisiensi tingkat ringan 80 89 Normal 90 119 Diatas kecukupan >119 (Sumber Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2002 dalam Almatsier, 2002). 1. Kebutuhan Energi Untuk menghitung kebutuhan energi pasien tuberkulosis primer yaitu menggunakan rumus Nelson yaitu: a. 50% untuk MB atau 55 kkal/kg BB sehari. Setiap kenaikan suhu tubuh sebesar 1 derajat celcius menyebabkan kenaikan MB sebesar 10%. b. 10% untuk SDA c. 12% untuk pertumbuhan d. 20-25% untuk aktifitas fisik e. 10% terbuang untuk feses (PERSAGI dalam Penuntun Diit Anak, 2003). C. Asupan Protein Asupan protein merupakan banyaknya zat gizi protein yang dikonsumsi rata-rata satu hari sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai kebutuhan normal. Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap

organisme. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2002). Kebutuhan protein bagi anak dalam keadaan sakit atau ada infeksi pada paru diberikan 2-3 gr/kg BB untuk memperbaiki sel-sel yang rusak dan mengganti jaringan yang telah rusak terutama pada organ paru. Protein mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut : 1. Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh 2. Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak dan mati 3. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan metabolisme serta antibodi yang diperlukan 4. Memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh 5. Sumber energi (Penuntun Diit Anak, 2003). D. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan, penyimpanan, dan penggunaan makanan. Menurut Robinson dan Weigglei (1988) satus gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang dihubungkan dengan penggunaan makanan didalam tubuh. Menurut Supariasa dkk, (2002) Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam variabel tertentu. Variabel-variabel yang digunakan untuk menentukan status gizi selanjutnya disebut sebagai Indikator Status Gizi (Almatsier, 2002). Penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung diantaranya menggunakan data antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung melalui survei konsumsi makanan, statistik vital, faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi sedangkan faktor tidak langsung meliputi pendapatan, pendidikan, sanitasi lingkungan dan pengetahuan gizi. Pengukuran status gizi berdasarkan antropometri menggunakan nilai Z-score dengan indeks sebagai berikut : 1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh selain itu merupakan parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur begitu juga sebaliknya. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan (Supariasa, 2002). TABEL 3 KLASIFIKASI STATUS GIZI DENGAN INDEKS Z-SCORE BB/U Kategori Cut of point BB lebih > 2.0 SD Normal -2.0 SD s/d +2.0 SD BB kurang < -2.0 SD BB sangat kurang <-3.0 SD (Sumber Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 2000 dalam Supariasa, 2002). 2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002).

TABEL 4 KLASIFIKASI STATUS GIZI DENGAN INDEKS Z-SCORE TB/U Kategori Cut of point Tinggi > 2.0 SD Normal -2.0 SD s/d +2.0 SD Pendek <-2.0 SD Sangat Pendek (stunted) <-3.0 SD (Sumber Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 2000 dalam Supariasa, 2002). 3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, 2002). TABEL 5 KLASIFIKASI STATUS GIZI DENGAN INDEKS Z-SCORE BB/TB Kategori Cut of point Gemuk >2.0 SD Normal -2.0 SD s/d +2.0 SD Kurus (wasted) <-2.0 SD Sangat kurus <-3.0 SD (Sumber Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 2000 dalam Supariasa, 2002).

E. Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi Dalam masa pertumbuhan dan memenuhi kebutuhan tubuh untuk mencapai status gizi yang optimal, pemberian makanan yang mengandung zat gizi seimbang merupakan langkah yang tepat. Makanan yang kaya zat gizi berasal dari bahan makanan yang diantaranya mengandung sumber energi dan protein tinggi. Tingkat asupan energi dan protein sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang terutama pada anak-anak dimana masih dalam masa pertumbuhan. Asupan energi diperlukan tubuh sebagai zat tenaga dan asupan protein diperlukan sebagai zat pembangun bagi tubuh, keduanya berperan penting dalam tubuh untuk mengetahui status gizi seseorang yang dapat diukur dengan berbagai macam pengukuran antropometri (Supariasa, 2002). Berdasarkan penelitian Suryadi (2001) mengatakan bahwa semakin tinggi asupan energi yang masuk dalam tubuh maka status gizi anak dengan ganguan infeksi pada paru akan lebih baik dan semakin tinggi asupan protein yang dikonsumsi dalam tubuh maka status gizi anak penderita tuberkulosis akan lebih baik. Semakin tinggi asupan energi dan protein yang dikonsumsi penderita tuberkulosis anak selain mempengaruhi status gizi juga berpengaruh pada kesembuhan, anak yang status gizinya baik maka akan sembuh lebih cepat daripada anak yang status gizinya kurang akibat asupan energi dan protein yang defisit. Hal ini menunjukkan bahwa asupan energi dan protein sangat berpengaruh pada proses kesembuhan tuberkulosis primer.

F. Kerangka Teori Faktor Infeksi Etiologi Faktor Lingkungan Faktor Ekonomi Faktor Pelayanan Kesehatan TB primer Asupan energi protein Status gizi Pelayanan kesehatan Meninggal Sembuh Kerangka Konsep GAMBAR 1: KERANGKA TEORI Asupan energi Status Gizi Asupan protein GAMBAR 2 : KERANGKA KONSEP G. Hipotesis 1. Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi penderita Tuberkulosis Primer. 2. Ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi penderita Tuberkulosis Primer.