Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

FISIKA ATOM & RADIASI

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR ALUMINIUM, MANGAN, DAN SILIKON DALAM AIR SUNGAI CODE TERHADAP WAKTU SAMPLING DENGAN METODE AANC

PENGUKURAN TEBAL KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PADA PERMUKAAN TANAH SECARA IN SITU MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

PELURUHAN RADIOAKTIF

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM ABSTRAK

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP)

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

ANALISIS LAJU DOSIS GAMMA DI PERMUKAAN KOLAM REAKTOR TRIGA 2000 SEBAGAI FUNGSI TINGGI AIR PENDINGIN PRIMER

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

BAB II RADIASI PENGION

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI INTISARI

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

ASPEK KESELAMATAN RADIASI TEMPAT PENYIMPAN BAHAN BAKAR TERIRRADIASI DI BULKSHIELDING

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

Studi Cacahan Radiasi Sr-90 dan Am-241 untuk Beberapa Filter Rokok Komersial Menggunakan Detektor Geiger-Muller

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

PEMETAAN FLUKS NEUTRON PADA PUSAT TERAS PASCA PERGANTIAN BAHAN BAKAR REAKTOR KARTINI SKRIPSI

KIMIA (2-1)

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

IDENTIFIKASI LOGAM BERAT PADA AIR SUNGAI KALIGARANG MENGGUNAKAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON DENGAN PENAMBAHAN HNO 3

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Transkripsi:

Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Risprapti Prasetyowati (1), M. Azam (1), K. Sofjan Firdausi (1), Edi Trijono B.S (2) 1). Jurusan Fisika UNDIP 2). P3TM BATAN Abstract Determination of gamma dose after reactor shut-down around the kartini reactor core have beeb done. The measurement was done at the Lazy Susan (Rotary Rack) and outside the reflector wall which could be used as irradiation facility. Determination of gamma dose was carried out using wide range dosimeter consisting of a Geiger muller detector end a surveymeter. Detector was directed to outside wall reflector and lazy susan through the dry irradiation facility. Measurement was done after shut down for 3 hours with power of 1 kw and interval of ± 5 minutes. The resulting dose rate in reflector wall without neutron source was 1,2 to,2 kr/hour and cumulative dose in a 25 minute period was 2,21 krad. In reflector wall with neutron source was 6 to,2 kr/hour and cumulative dose in a 22 minute period was 2,25 krad. While in lazy Susan dose rate of 6 to 2 kr/hour and cumulative dose was 42,7 krad in 23 minutes decay. Gamma decay constant in reflector wall without neutron source was,8 per minute, with neutron source,13 per minute. While in lazy Susan gamma decay constant was,14 per minute. Keywords : dose, gamm, core and reflector, reactor Intisari Telah dilakukan penentuan dosis gamma di sekeliling teras reaktor Kartini setelah shut down. Pengukuran dilakukan pada fasilitas iradiasi lazy susan dan dinding luar reflektor yang diperkirakan akan dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas iradiasi gamma. Penentuan dosis gamma dilakukan dengan menggunakan dosimeter jangkau lebar yang terdiri dari detektor geiger muller dan surveymeter. Detektor diarahkan ke dinding luar reflektor dan lazy susan dengan melewatkan pada kolom fasilitas iradiasi kering. Pengukuran dilakukan setelah reaktor shut down dari beroperasi selama 3 jam pada daya 1 kw dengan selang waktu pengambilan data ± 5 menit. Diperoleh hasil laju dosis pada dinding reflektor tanpa sumber neutron dari 1,2 sampai,2 kr/jam dan dosis kumulatif sebesar 2,11 krad dalam 25 menit peluruhan. Pada dinding reflektor dengan sumber neutron dari 6 sampai,2 kr/jam dan dosis kumulatif sebesar 2,25 krad dalam 22 menit peluruhan. Sedangkan pada lazy susan diperoleh laju dosis dari 6 sampai 2 kr/jam dalam dan dosis kumulatif sebesar 42,7 krad dalam 23 menit peluruhan. Tetapan peluruhan gamma diperoleh pada dinding luar reflektor tanpa adanya sumber neutron sebesar,8 per menit dan dengan sumber neutron diperoleh sebesar,13 per menit. Sedangkan pada lazy susan diperoleh tetapan peluruhan gamma sebesar,14 per menit. Kata kunci : Dosis, Sinar Gamma, Teras, Reflektor, Reaktor. PENDAHULUAN Reaktor dengan daya maksimum 1 kw yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas iradiasi. Bahan bakar reaktor kartini adalah campuran homogen Uranium Zirkonium hidrida (UZrH 1.7 ) dengan uranium 8% yang diperkaya dengan 2 % U-235. U-235 merupakan bahan dapat belah apabila menyerap neutron akan membelah menjadi dua inti baru sambil melepaskan dua atau tiga neutron dan energi. Pada saat reaktor dalam keadaan operasi terjadi reaksi pembelahan inti yang menghasilkan nuklida produk fisi, neutron, dan energi. Sebagian dari energi yang dipancarkan adalah radiasi-. Ada dua macam radiasi- yang dihasilkan saat reaktor beroperasi 15

Risprapti Prasetyowati dkk Penentuan Dosis Gamma pada... yaitu radiasi- serentak dan radiasi- peluruhan hasil fisi. Sedangkan pada saat reaktor dalam keadaan shut down hanya terjadi peristiwa peluruhan dari produk fisi saja tanpa adanya fisi, Sehingga radiasi sinar- yang dihasilkan hanya berasal dari pelurahan nuklida produk fisi [1]. Intensitas- yang terukur bergantung pada kuat sumber- dalam bahan bakar dan jarak pengukurannya. Kuat sumber- dipengaruhi oleh tingkat burn up bahan bakar dan lama peluruhannya. Karena sebagian besar radiasi- berasal dari radioisotop dengan umur paro pendek ( << 1 jam ) maka pengaruh tingkat bur up U-235 dalam bahan bakar tidak tampak pada intensitas- produk fisi, bilamana reaktor baru saja shut down. Lama waktu peluruhan lebih berperan dalam menentukan intensitas- dari radioisotop produk fisi. Pada teras reaktor intensitas- dapat terukur pada kolom iradiasi. Inventaris terhadap intensitas- pada fasilitas iradiasi dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik pemanfaatan dosis gamma teras reaktor bila digunakan sebagai iradiator. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran laju dosis gamma pada lazy susan dan dinding luar reflektor dengan menggunakan dosimeter gamma jangkau lebar. Pengukuran ini ditujukan untuk karakteristik laju dosis gamma yang berasal dari teras reaktor setelah shut down pada operasi normalnya. Manfaat dari karakteristik ini adalah dapat diperoleh informasi batas waktu pemanfaatan dosis gamma teras reaktor setelah shut down jika digunakan sebagai iradiator. Pembelahan 235 U oleh neutron termal bisa terjadi lebih dari 4 cara yang berbeda untuk menghasilkan lebih dari 8 buah unsur hasil belah utama, mulai dari unsur dengan nomor massa 72 sampai 161. Besarnya tenaga yang dibebaskan dari satu inti atom 235 U pada pembelahan dengan netron termal rata-rata sebesar 2 MeV [2]. Untuk mendeteksi adanya sinar gamma digunakan detektor Geiger Muller yang kemudian diperoleh besaran dosis. Dosis serap didefinisikan sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu [3]. Secara matematis dosis serap (D) dirumuskan dengan de D (1) dm dengan de adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm. Turunan dosis serap terhadap waktu disebut laju dosis serap dirumuskan dengan persamaan dd D (2) dt Dari persamaan (2) dapat dicari besarnya dosis kumulatif, yakni jumlah dosis yang diterima suatu bahan selama waktu tertentu. Apabila medan radiasinya berubah sebagai fungsi waktu maka dosis kumulatif yang diterima adalah merupakan integral laju dosis terhadap lama waktu radiasi yang dapat dituliskan sebagai t D D( t) dt (3) Apabila medan radiasinya konstan terhadap waktu maka persamaan (3) dapat disederhanakan menjadi D D xt (4) dengan D adalah laju dosis dan t adalah lama waktu iradiasi. Apabila sumber radiasinya berasal dari kumpulan radioisotop umur paro pendek maka medan radiasi yang ditimbulkannya akan berubah sebagai fungsi waktu sehingga penghitungan dosis kumulatif harus diselesaikan dengan persamaan sebagai berikut m Dosis t n D n1 n (5) dengan t adalah perubahan waktu yang diperlukan untuk iradiasi bahan pada menit ke-n, [4]. D n adalah laju dosis pada menit ke-n 16

Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran langsung pada fasilitas irradiasi yaitu Lazy Susan dan Dinding luar reflector. Alat utama yang digunakan yaitu dosimeter jangkau lebar dan kolom fasilitas iradiasi. Adapun susunan peralatan penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Surveymete kabel kurang dari lima menit dan dilakukan berulang-ulang selama 2 jam pengukuran. HASIL dan PEMBAHASAN 1 Peluruhan laju dosis gamma 1.1 Peluruhan laju dosis dengan sumber neutron dari teras Dari hasil analisa diperoleh grafik peluruhan laju dosis gamma yaitu hubungan antara laju dosis gamma terhadap waktu peluruhan yang diperlihatkan pada gambar 2. lazy susan 2 T E R A S detektor reflektor Laju Dosis Gamma (krad/jam) 1.5 1.5 5 1 15 2 25 Waktu (menit) Gambar 1 Skema rangka penelitian Sebelum detektor digunakan dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan mengukur sisa radiasi gamma pada dinding luar reflektor yang masih tersisa pada pasca operasi sebelumnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran laju dosis gamma. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu setelah reaktor shut down sumber neutron diambil dari teras dan sumber neutron tidak diambil dari teras. Pengambilan sumber neutron ini berfungsi untuk menghasilkan laju dosis gamma tanpa teracuni neutron dan menghindari kerusakan detektor karena neutron yang masih dihasilkan oleh teras pada saat pasca shut down. Pengukuran dilakukan memasukkan detektor dan mengarahkan ke tempat yang akan diukur melalui kolom fasilitas iradiasi kering. Kemudian diamati dan dicatat besar laju dosis gamma maksimum yang terdeteksi oleh detektor dengan membaca skala pada surveymeter. Pengambilan data dilakukan selama Gambar 2. Grafik peluruhan laju dosis gamma pada dinding luar reflektor reaktor kartini dengan sumber neutron diambil dari teras diperoleh persamaan D t = 1,339 exp (,8) t. Dari grafik pada gambar 2, peluruhan gamma pada dinding luar reflektor dengan sumber neutron dikeluarkan dari teras diperoleh laju dosis dari mulai 1,2 KR/jam menjadi,2 KR/jam dengan waktu peluruhan 25 menit. Dapat dilihat bahwa laju dosis gamma turun secara exponensial terhadap waktu. Pada saat reaktor shut down terlihat jelas penurunan sangat cepat, Hal itu disebabkan radionuklida hasil fisi yang menghasilkan gamma setelah shut down mempunyai periode peluruhan pendek dengan umur paro sekitar 25 menit. Setelah 2 jam reaktor shut down laju dosis gamma cenderung menunjukkan skala yang konstan pada surveymeter yaitu.2 krad/jam, hal itu berarti gamma sudah hampir tidak bisa terukur. Pengambilan sumber neutron dari teras diharapkan untuk mendapatkan laju 17

Risprapti Prasetyowati dkk Penentuan Dosis Gamma pada... dosis gamma yang tanpa teracuni oleh neutron sehingga nantinya dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas irradiasi gamma tanpa adanya neutron. Karena adanya neutron dapat memberikan efek terjadinya aktivasi yang dapat merubah konfigurasi inti (transmutasi inti yang merubah sifat bahan). 1.2 Peluruhan laju dosis dengan sumber neutron bukan dari teras Hasil selanjutnya grafik peluruhan laju dosis dengan sumber neutron tidak diambil dari teras yang ditampilkan pada gambar 3. Laju Dosis Gamma (kr/jam) 1 8 6 4 2 5 1 15 2 25 Waktu (menit) Reflektor Lazy Susan Gambar 3, grafik peluruhan laju dosis gamma pada pinggir reflektor reaktor kartini dengan persamaan 1. D t = 1,977 exp (,13)t pada dinding luar reflektor dan 2. D t = 4,458 exp (,14)t pada lazy susan. Dari grafik pada gambar 3, didapat laju peluruhan pada dinding luar reflektor yaitu mulai dari 1,2 kr/jam menjadi,2 kr/jam dengan waktu peluruhan selama 23 menit. Dan pada lazy susan diperoleh laju peluruhan dari 6 kr/jam menjadi 2 kr/jam selama waktu peluruhan 22 menit. Hasil laju dosis pada dinding luar reflektor 1/1 kali dari fasilitas iradiasi lazy susan. Hal itu disebabkan oleh karena pengaruh sifat perisai radiasi oleh bahan reflektor. Lazy susan terletak dibagian dalam reflektor yang lebih dekat dengan teras daripada luar dinding reflektor. Reflektor terbuat dari grafit yang mempunyai koefisien absorbsi radiasi gamma sehingga intensitas gamma semakin berkurang secara exponensial setelah melewati bahan yang memiliki ketebalan dan koefisien absorbsi tertentu. Jadi semakin tebal grafit, laju dosis akan semakin turun. Interaksi gamma (serapan gamma) juga terjadi pada komponenkompnen dalam terasyang terdapat dummy yang terbuat dari grafit dan bahan bakar yang terbungkus oleh stainless stell yang dapat menyerap intensitas gamma. Dari kedua gambar 2 dan 3 terlihat bahwa laju peluruhan grafik pada gambar 2 yaitu pada dinding luar reflektor dengan sumber neutron dikeluarkan dari teras tampak lebih cepat dibandingkan dengan grafik peluruhan pada dinding luar reflektor dengan sumber neutron tidak dikeluarkan dari teras. Hal itu karena pada gambar 3, waktu pengambilan data laju dosis langsung dilakukan selang 2 menit setelah shut down. Sedangkan pada gambar 2, diperlukan selang waktu 15 menit setelah shut down karena pengambilan sumber neutron AmBe pada teras (F 17), sehingga kehilangan data peluruhan gamma sekitar 15 menit. Sedangkan dari kedua grafik pada dinding luar reflektor juga terlihat bahwa laju gamma pada selang waktu 15 menit setelah reaktor shut down memiliki nilai yang hampir sama sehingga kemungkinan besar bahwa pengambilan sumber neutron hanya sedikit mempengaruhi besar laju dosis gamma tetapi untuk tujuan pembuatan fasilitas irradiasi gamma maka sumber neutron harus dikeluarkan terlebih dahulu. 2. Dosis Kumulatif Gamma Dari besarnya laju dosis gamma dapat dihitung dosis kumulatifnya yaitu dengan cara mengintegralkan laju dosis terhadap waktu pengambilan data. Pada dasarnya dosis kumulatif adalah jumlah keseluruhan dosis yang diterima suatu bahan selama waktu tertentu. 18

Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 2.1 Dosis kumulatif dengan sumber neutron dari teras Grafik dosis kumulatif pada dinding luar reflector dengan sumber neutron dikeluarkan dari teras dapat ditampilkan pada gambar 4. Dosis Kumulatif (krad) 5 4 3 2 1 Reflektor Lazy Sausan Dosis Kumulatif (krad) 2.5 2 1.5 1.5 5 1 15 2 25 Lama Waktu (menit) Gambar 4. Grafik dosis kumulatif pada dinding luar reflektor Reaktor Kartini Dosis kumulatif yang diperoleh pada dinding luar reflector dengan sumber neutron diambil dari teras sebesar 2,11 krad selama waktu peluruhan 25 menit. Pada gambar 4 terlihat dosis kumulatif semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Sehingga semakin lama waktu penyinaran maka dosis yang terkandung pada bahan akan semakin tinggi. Besarnya dosis gamma hasil pengukuran merupakan dosis yang berasal dari radiasi gamma campuran berbagai radionuklida hasil pembelahan inti dengan netron termal. Waktu paruh yang dimiliki oleh radionuklida hasil fisi sebagian besar berumur pendek sehingga menghasilkan laju radiasi yang tinggi. 2.2 Dosis kumulatif dengan sumber neutron bukan dari teras Dosis kumulatif pada dinding luar reflektor dan lazy susan dengan sumber netron tidak dikeluarkan dari teras ditampilkan pada gambar 5. 5 1 15 2 25 Lama waktu (menit) Gambar 5 Grafik dosis kumulatif pada dinding luar reflektor Reaktor Kartini Dosis kumulatif yang diperoleh pada grafik gambar 5, pada dinding luar reflector sebesar 2,25 krad dengan lama waktu peluruhan 22 menit. Sedangkan pada lazy susan diperoleh dosis kumulatif sebesar 4,72 krad selama waktu peluruhan 23 menit Dari gambar 5, diperoleh bahwa besar dosis kumulatif lazy susan lebih besar dari dinding luar reflektor. Sehingga untuk penyediaan dosis gamma pasca shut down pada lazy susan jauh lebih besar, namun bila dibandingkan dengan penyediaan tempat diluar dinding reflektor lebih besar daripada lazy susan. Sehingga rongga pada dinding luar reflektor dapat dimanfaatkan untuk sample yang lebih besar yang nantinya dapat dioperasikan dari atas tangki reaktor. Dan untuk mendapatkan dosis kumulatif yang lebih besar dapat dilakukan dengan cara mengiradiasi berulang terhadap pada sampel yang sama. Lama waktu yang paling efektif untuk mengiradiasi suatu sampel dengan gamma setelah shut down pada reaktor kartini adalah kurang dari 5 menit. Terlihat pada grafik peluruhan laju dosis bahwa pada saat waktu lebih dari 5 menit laju dosis mulai menurun dan menunjukkan nilai yang hampir konstan sehingga penambahan dosis kumulatif yang dapat diterima suatu bahan hanya sedikit. Selain itu juga diketahui bahwa radiasi gamma hasil pembelahan dengan 19

Risprapti Prasetyowati dkk Penentuan Dosis Gamma pada... neutron termal mempunyai waktu paruh sekitar 25 menit sehingga waktu iradiasi yang paling efektif adalah saat reaktor mulai shut down sampai dengan 2 sampai 3 kali waktu paruh dari peluruhan gamma. 3 Penentuan tetapan peluruhan Dari hasil grafik peluruhan gamma dapat ditentukan tetapan peluruhan () gamma yaitu pada luar dinding reflektor tanpa adanya sumber neutron sebesar,8 per menit. dan dengan sumber neutron sebesar,13 per menit. Sedang pada lazy susan diperoleh sebesar,14 per menit. Dalam penelitian ini tetapan peluruhan () gamma dipengaruhi oleh besarnya energi gamma yang dihasilkan dari radionuklida hasil fisi pada teras. Setiap radionuklida memiliki yang berbeda-beda, Sehingga yang dihasilkan dari teras reaktor merupakan campuran dari berbagai radionuklida hasil fisi. Dari penelitian diperoleh besarnya pada dinding luar reflektor tanpa sumber neutron lebih besar dari pada dengan sumber. Hal itu karena pada reaktor yang baru shut down masih ada neutron sisa yang dapat menimbulkan pembelahan fisi lagi walaupun hanya sedikit. Dari pembelahan itu dapat menghasilkan radionuklida baru yang mengakibatkan peluruhan gamma sehingga akan menambah besarnya energi gamma yang terukur oleh detektor. Dari penambahan gamma maka akan bertambah besar. Sedangkan besarnya pada dinding luar reflektor dan lazy susan pada waktu pengambilan data dalam waktu yang sama diperoleh lazy susan lebih besar. Hal itu karena letak dari lazy susan lebih dekat dengan teras sehingga penyerapan energi oleh reflektor grafit relatif sedikit dibandingkan dengan letak dari dinding reflektor yang lebih jauh dari teras, sehingga gamma yang terukur dalam lazy susan lebih besar sehingga akan mempengaruhi besarnya. KESIMPULAN Berdasarkan pada pengukuran dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Setelah reaktor shut down dari operasi 1 kw selama 3 jam diperoleh laju dosis gamma meluruh dengan cepat pada luar dinding reflektor yaitu mulai dari 1,2 kr/jam menjadi,2 kr/jam dan dosis kumulatif sebesar 2,11 krad dalam waktu 25 menit dengan sumber neutron dikeluarkan dari teras dan 6 kr/jam menjadi,2 kr/jam dan dosis kumulatif sebesar 2,25 krad dalam waktu 22 menit tanpa sumber neutron dikeluarkan dari teras. Pada fasilitas iradiasi lazy susan laju dosis gamma 6 kr/jam menjadi 2 kr/jam dan dosis kumulatif sebesar 42,7 krad dalam waktu 23 menit. 2. Diperoleh tetapan peluruhan gamma yaitu pada luar dinding reflektor tanpa adanya sumber neutron sebesar,8 per menit. dan dengan sumber neutron sebesar,13 per menit. Sedang pada lazy susan diperoleh sebesar,14 per menit. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Edi Tri BS, Sofia dan seluruh staf bidang Reaktor BATAN Yogyakarta yang telah membantu penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Prayoto., 1978. Pengantar Teori Reaktor. Teknik Nuklir. UGM : Yogyakarta [2] Syarif., 22. Reaksi Pembelahan. Puslitbang Teknologi Maju Badan Tenaga Nuklir Nasional : Yogyakarta [3] Chember, H., 1987. Introduction to Health Phisics 2 nd edition. Pergamon Press : New York 2

Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 [4] Trijono, E.B., 22. Analisis Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini. Presentasi Ilmiah peneliti muda. P3TM-BATAN : Yogyakarta. 21