Medication Errors - 2

dokumen-dokumen yang mirip
Defenition. The National Coordinating Council Medication Error Reporting Program (NCC MERP)

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aktivitas responden atau partisipan yang terencana, dilakukan secara aktif dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI LIMA APOTEK KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

SOP Pelayanan Farmasi Tentang Perencanaan dan Pemesanan Obat-obat High Alert

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesembuhan pasien (Kee dan Hayes, 2000). Menurut Kuntarti (2005) menyebutkan

7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

YANG DIBERIKAN SECARA REKTAL

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Pengantar Farmakologi

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

IMPLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN TERAPI OBAT (I)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESAIN SEDIAAN FARMASI

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

PETUNJUK PRAKTIKUM : KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI 5 APOTEK KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

Peran perawat dalam pemberian Obat Setiadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved.

Sediaan Parenteral Volume Besar Sediaan Parenteral Volume Kecil. 07/10/2013 follow

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

THE RELATION BETWEEN NURSE S KNOLEDGE LEVELS WITH RIGHT PRINCIPLE IMPLEMENTATION OF MEDICATION ON INJECTION ACTION AT RSUD WATES

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

Pengertian Persiapan:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

1.5 Metode Penelitian Tahapan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dibagi bebrapa tahapan, diantaranya:

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETAATAN PERAWAT DALAM PENERAPAN MEDICATION SAFETY DI BANGSAL MARWAH DAN ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Transkripsi:

Medication error Masalah dalam pemberian obat Pencegahan injury (error) pengobatan Tujuan, manfaat pemberian obat Standar obat Reaksi obat, faktor yang mempengaruhi reaksi obat Medication Errors - 2

Medication Errors (ME / kesalahan pengobatan) adalah semua kejadian yang dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih berada di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009). Medication Errors - 3

ME adalah peristiwa yang sesungguhnya dapat dicegah yang bisa menyebabkan atau mendorong kearah penggunaan obat yang tidak tepat atau keadaan yang membahayakan pasien pada hal medikasi dikendalikan oleh profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau konsumen. Peristiwa itu bisa terkait dengan praktek profesional, prosedur dan sistem peresepan; komunikasi, administrasi, edukasi, monitoring dan penggunaan. Medication Errors - 4

Kurangnya diseminasi pengetahuan, terutama para dokter (22%). Tidak cukupnya informasi mengenai pasien seperti halnya data uji laboratorium. Kesalahan dosis yang kemungkinan disebabkan tidak diikutinya SOP pengobatan (10%). Lupa (4. 9%). Kesalahan dalam membaca resep seperti tulisan tidak terbaca, interpretasi perintah dalam resep dan singkatan dalam resep (9%). Medication Errors - 5

Salah mengerti perintah lisan. Pelabelan dan kemasan nomenklatur yang membingungkan. Blok dari penyimpanan obat yang tidak baik. Masalah dengan standar dan distribusi. Asesmen alat penyampai obat yang tidak baik saat membeli dan penggunaan misalnya pada alat infus obat anti kanker. Gangguan ketegangan dan lingkungan kerja. Ketidaktahuan pasien. (Leape, et.al. 1995) Medication Errors - 6

Penelitian Bates (JAMA, 1995, 274; 29-34) menunjukkan peringkat kesalahan pengobatan: Tahap ordering (49%) Tahap administration management (26%) Tahap pharmacy management (14%) Tahap transcribing (11%) Medication Errors - 7

Omission error : Gagal menyerahkan dosis sesuai dosis yang diperintahkan. Wrong dose error : Jumlah medikasi yang diberikan berbeda dengan yang diminta lebih dari 17% (10% untuk injeksi). Unordered drug error : Medikasi tidak pernah diperintahkan untuk diberikan kepada pasien. Wrong form error : Dosis yang diberikan berbeda dengan bentuk atau sediaan yang diperintahkan. Medication Errors - 8

Wrong time error : Dosis obat diberikan 30 menit lebih awal dari waktu yang perintahkan atau lewat 30 menit dari waktu yang diperintahkan. Wrong route error : Obat diberikan tidak sesuai rute yang diperintahkan. Deteriorated drug error : Obat telah kadaluarsa atau integritas obat secara kimia atau fisika telah berubah. Wrong rate of administration error : Infus atau cairan intravena diberikan dengan laju yang tidak sesuai dengan yang diresepkan. Medication Errors - 9

Wrong administration technique error : contoh, mengoleskan alkohol pada tempat suntikan padahal obat yang akan disuntikkan belum dipersiapkan. Wrong dose preparation error : contoh, memberikan suspensi oral tanpa mengocok lebih dulu. Medication Errors - 10

Medication Errors - 11

Five Right Medications ( lima prinsip tepat ) Tepat pasien Tepat obat Tepat dosis Tepat waktu Tepat rute Medication Errors - 12

Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mengidentifikai kebenaran obat dengan mencocokan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat Klien berhak untuk menolak pengguaan sebuah obat Membedakan klien dengan dua nama yang sama Medication Errors - 13

Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika lebelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus di kembalikan ke bagian farmasi. Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama yang asing harus diperiksa nama generiknya bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generik atau kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya, bidan harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu bidan mengingat nama obat dan kerjanya. Medication Errors - 14

Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Medication Errors - 15

Bidan harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : tersedianya obat dan dosis obaat yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/kgbb/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh bidan lain. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu. Medication Errors - 16

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan Dosis obt harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan Medication Errors - 17

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang memiliki waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan Medication Errors - 18

Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan Menjadi tanggung jawab bidan untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat. Medication Errors - 19

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhasial. Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Medication Errors - 20

Parental. Kata ini berasal dari bahasa yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parental berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (parset/perinfus). Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mokusa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata. Medication Errors - 21

Rektal. Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar atau kejang (stesolid supp). Pembarian obat rektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. Inhalasi yaitu pemberian obat melaluisaluran pernafasan. Saluran pernafasn memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya. Medication Errors - 22