Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN BANJIR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN SMA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

NASKAH SEMINAR INTISARI

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan variasi sekam padi dan semen sebagai filler, dapat disimpulkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER SEMEN DAN LAMA RENDAMAN TERHADAP SIFAT DURABILITAS DAN NILAI STRUKTURAL SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) ( AGUS RIYANTO *) dan TRI WAHYONO **) ) *) Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik UMS E-mail : ariyanto_ums @ yahoo.com **) Mahasiswa Teknik Sipil FT - UMS ABSTRAK Genangan air umumnya menimbulkan banyak kerusakan pada permukaan perkerasan jalan, akibat genangan lapis perkerasan aspal menjadi rapuh dan mudah mengelupas karena aspal teroksidasi dan tidak dapat mengikat agregat dengan baik. Terkait dengan hal di atas peneliti mencoba melakukan penelitian terhadap penggunaan filler semen portland pada campuran SMA. Penambahan filler semen diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap keawetan (durabilitas) dan nilai struktural campuran SMA. Metode yang digunakan adalah experiment yang dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan kadar aspal dengan variasi 5, 6, 7, 8, 9 %, setiap variasi dibuat 3 buah sampel. Dengan kadar aspal optimum sebesar 6,7 % dipakai pembuatan sampel dengan penambahan filler 1, 1,5, 2, 2,5, 3 % dan variasi rendaman 24 jam serta 3, 7, 14, 28 hari, selanjutnya dianalisis tingkat perubahan yang terjadi dari aspek durabilitas dan aspek struktural yang ada. Penambahan kadar filler semen secara umum meningkatkan nilai durabilitas dan nilai struktural campuran SMA. Hasil penelitian menunjukkan secara umum variasi filler semen memberikan kontribusi positip pada campuran SMA. Pada kadar filler 1, 1,5, 2, 2,5 % diperoleh sisa penurunan nilai stabilitas terhadap waktu rendaman seluruhnya sebesar 75 %, sehingga sifat durabilitas campuran SMA dapat dikatakan cukup durabel. Sisa penurunan nilai stabilitas pada kadar filler 3 % terhadap waktu rendaman 3, 7, 14 hari sebesar 75 %, tetapi terjadi penurunan pada rendaman 28 hari nilai durabilitas yang ada menjadi < 75 %, selanjutnya dua variabel, lama rendaman dan indeks penurunan stabilitas, tiap variasi kadar filler dicari hubungan korelasi dan regresinya. Hasil korelasi dan regresi menunjukkan adanya korelasi negatif antara dua variabel. Nilai struktural berdasarkan AASHTO 1986 untuk jalan luar kota diperoleh nilai a1 terendah (kadar filler 1 %, rendaman 28 hari) a1= 0,372 dengan nilai Smix=320.256,35 Psi. Nilai a1 untuk jalan dalam kota hasil terendah (kadar filler 1 %, rendaman 28 hari), a1 = 0,349 dengan nilai Smix 279.961,30 Psi. Kata kunci : AASHTO, Filler, Durabilitas, Nilai Struktural, SMA S-69

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang wilayahnya sebagian besar adalah lautan, keberadaan air sering kali menjadi masalah serius tatkala tidak ditangani dengan baik. Masalah air khususnya banjir pada musim penghujan / banjir rob masih tetap menjadi persoalan setiap tahunnya. Banjir sering kali merendam ruas jalan sampai beberapa lama, dan kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada struktur perkerasan jalan. Lama waktu genangan banjir juga menjadi ukuran penting sebagai kontribusi akan ketahanan dan keawetan sistim konstruksi jalan. Melihat fenomena ini, penulis bermaksud mengkaji keberadaan portland cement (PC) sebagai filler dalam mengatasi permasalahan durabilitas dan kondisi struktural bahan perkerasan jalan, sedang pemanfaatan filler tersebut akan diperuntukkan pada campuran SMA + S (Split Mastic Asphalt dengan bahan tambah serat selulosa). SMA ialah jenis bahan lapis permukaan bergradasi terbuka, tersusun atas split (agregat kasar dengan kadar tinggi, ± 75 %), Mastic Asphalt (campuran agregat halus, filler dan aspal dengan kadar relatif tinggi). Terkait dengan persoalan di atas penulis mencoba melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan filler portland cement (PC) dan lama rendaman terhadap durabilitas dan nilai struktural campuran SMA. PC dipilih dengan pertimbangan sifat hidraulis semen portland diharapkan dapat memberikan kontribusi yang relatip lebih baik karena pengaruhnya terhadap air dibandingkan jenis filler yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan bahan sebagai berikut, bahan pengikat, aspal keras penetrasi 60/70 (PT. Pertamina Cilacap), variasi 5%, 6%, 7%, 8%, 9% (dari total campuran agregat) untuk mencari kadar aspal optimum, agregat halus pasir Kaliworo, Klaten, agregat kasar berupa batu pecah dari Bantul, sedang filler semen portland merk Holcim, additive berupa serat selolusa jenis Roadcel 50 (PT. Olah Bumi Mandiri, Jakarta), konsepsi nilai struktural campuran ditinjau dengan menurut AASHTO 1986.

a.konsepsi Split Mastic Asphalt (SMA) SMA (Split Mastic Asphalt) adalah salah satu jenis konstruksi hot mix bergradasi terbuka, yang tersusun atas split (agregat besar dengan kadar tinggi ± 75 %), mastic asphalt (campuran agregat sedang, filler dan aspal dengan kadar relatif tinggi), serta bahan additive yang dicampur di AMP (Asphalt Mixing Plant) dalam keadaan panas. Penelitian SMA difokuskan pada ukuran grading 0/11, yang biasanya untuk wearing course atau jalan baru, (Khairudin, 1990). Sifat-sifat SMA (Split Mastic Asphalt) antara lain : 1. Mampu melayani lalulintas berat. a. Stability Marshall : > 750 kg b. Flow Marshall : 2 4 mm 2. Tahanan terhadap oksidasi Lapis film aspal tebal : > 10 mikron 3. Lentur (flexible) Marshall Quotient (stability/ flow) 4. Tahan cuaca panas atau temperatur tinggi Titik lembek ( aspal + serat selulosa ) : > 60 C 5. Kedap air a. Rongga udara : 3-5 % b. Indeks perendaman : > 75 % (60 C ; 48 jam) 6. Aman untuk lalulintas (kesat) Nilai kekesatan : > 0,60 7. Tingkat keseragaman campuran tinggi a. Kadar agregat yang kasar : tinggi b. Viskositas aspal : tinggi Sifat-sifat tersebut berdasarkan tinjauan umum SMA, Bina Marga 1993. Untuk spesifikasi pemakaian SMA dapat dilihat pada Tabel. 1 dan Tabel. 2 berikut ini :

Tabel 1 Spesifikasi Campuran SMA Grading 0/ 11 No. SMA Grading 0/ 11 Agregat < 0,09 mm, berat (%) 8 to 13 1 > 2 mm, berat (%) 70 to 80 > 5 mm, berat (%) 50 to 70 > 8 mm, berat (%) > 25 > 11,2 mm, berat (%) < 10 Aspal 2 Jenis Pen 60-70 Pen 80-100 Kadar, % berat 6,50-7,50 Additive 3 Jenis serat selolusa Kadar 0,3 % terhadap total campuran Kriteria desain Marshall Pemadatan, (tumbukan) 2 x 75 Stabilitas min, (kg) 670 4 Kelelehan/ flow, (mm) 2-4 MQ, (kg/ mm) 190-300 Rongga dalam campuran, (%) 3-5 Rongga terisi aspal, (%) 76-82 Indeks perendaman 48 jam suhu 60 C, (%) >75 5 Tebal pengaspalan, (cm) 3-5 6 Derajat kepadatan, (%) > 97 Sumber : Bina Marga, DPU 1993. b. Spesifikasi gradasi Spesifikasi gradasi dalam penelitian ini menggunakan spesifikasi sesuai AASHTO T245-78 seperti yang ditunjukkan pada Tabel. 2 berikut : Tabel. 2 Spesifikasi SMA Grading 0/ 11 Ukuran Spesifikasi Spesifikasi Ideal Saringan (%) (%) 1/2 inch 100 100 3/8 inch 80-90 85 No. 4 55-75 65 No. 8 35-50 42,5 No. 16 25-40 32,5 No. 30 18-29 23,5

No. 50 13-23 18 No. 100 8-16 12 No. 200 4-12 8 Pan 0 0 (Sumber : Bina Marga, 1993) c. Bahan Penyusun SMA 1. Aspal semen (AC) dengan kualifikasi yang ditunjukkan pada Tabel 3 Adapun spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Spesifikasi Aspal No. Jenis Pemeriksaan Cara Pemeriksaan Persyaratan Penetrasi 60/70 Min Max Satuan 1 Penetrasi (25º C, 5 detik) PA 0301-76 60 79 0,1 mm 2 Titik Lembek PA 0302-76 48 58 º C 3 Titik Nyala PA 0303-76 200 - º C 4 Daktilitas (25º C, 5 cm/ menit) PA 0306-76 100 - cm 5 Jenis (25º C) PA 0307-76 1 - gr/cc Sumber : Bina Marga, DPU 1993. 2. Agregat Adapun spesifikasi agregat sedang dan halus dengan kualifikasi yang ditunjukkan pada Tabel 4, 5 berikut ini : Tabel 4. Spesifikasi Agregat Sedang No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi 1 Keausan dengan mesin Los Angles (%) maks 40 2 Kelekatan terhadap aspal (%) min 95 3 Absorbsi (%) maks 3 4 jenis (gr/cc) min 2,5 Sumber : Bina Marga, DPU 1993 Tabel 5 Spesifikasi Agregat Halus No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi 1 Sand Equivalent (%) min 50 2 Absorbsi (%) maks 5 3 jenis (gr/cc) min 2,5 Sumber : Bina Marga, DPU 1993.

3. Filler Filler adalah sekumpulan mineral agregat yang umumnya lolos saringan No. 200 yang mengisi rongga diantara partikel agregat. Berdasarkan persyaratan Bina Marga, filler harus memiliki persyaratan sebagai berikut : a. Material tidak menganding zat organik. b. Bersifat non plastis. c. Susunan butiran (gradasi) harus serapat mungkin. d. Lolos saringan no. 200. 4. Roadcel 50 Roadcel 50 adalah jenis serat selolusa yang berasal dari sel tumbuhan dipergunakan sebagai penstabil bagi penggunaan aspal dalam campuran aspal jalan, serta industri formula aspal. Di dalamnya terkandung permukaan minyak aktif, cepat tersebar secara merata dalam media aspal, serta membuat rendah dan menutup pecahan rongga yang seragam dalam campuran aspal. Dalam modul yang dikeluarkan oleh PT. Olah Bumi Mandiri (1995), untuk serat selolusa jenis Roadcel 50 terdapat spesifikasi fisik tersendiri yang dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6 Hasil Penelitian Roadcel 50 No. Jenis Penelitian Hasil Penelitian 1 Kandungan Selolusa 90% 2 Struktur Berserat Panjang 3 Panjang Serat (maksimum) 5000 Micrometer 4 Panjang Rata-rata Serat 1400 Micrometer 5 Diameter Rata-rata Serat 40 Micrometer 6 Kepadatan Kering 30 g/l 7 PH (1% Sol) 7 ± 1 8 Sisa Pembakaran (850 C/ 4 jam) 5% Sumber : PT. Olah Bumi Mandiri (1995) Pengertian Durabilitas : Durabilitas adalah kemampuan lapis keras untuk menahan terjadinya disintegrasi yang diakibatkan oleh pengaruh cuaca atau lalulintas, termasuk didalamnya adalah perubahan karakteristik aspal akibat pengaruh dari oksidasi dan penguapan. Pengertian nilai struktural : Nilai struktural campuran dinyatakan dalam koefisien kekuatan relatif atau modulus kekakuan, koefisien kekuatan relatif adalah merupakan ukuran kemampuan bahan lapis keras dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari perkerasan.

Koefisien ini ditetapkan secara empirik, sedang modulus kekakuan adalah hubungan antara tegangan dan regangan sebagai fungsi waktu, pembebanan dan juga temperatur. AASHTO 1986 menyebutkan bahwa koefisien relatif lapisan (a1) merupakan fungsi dari modulus kekakuan campuran. Modulus kekakuan campuran aspal distandarisasi pada temperature 68º F. Korelasi koefisien kekuatan relatif dengan modulus kekakuan tersebut berdasarkan hasil uji Van Tit et al (1986) Pengaruh Kadar Filler Semen Portland dan Lama Rendaman terhadap Sifat Durabilitas. Durabilitas campuran SMA dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran. Besar pori yang tersisa dalam campuran setelah pemadatan mengakibatkan durabilitas campuran menurun. Semakin banyak filler mengisi pori semakin menambah kepadatan dan kedap airnya campuran, selimut aspal tidak mudah teroksidasi dan durabilitas naik. Uraian di atas dapat dilihat jelas melalui Gambar 1. berikut ini : 120 Durabilitas (%) 100 80 60 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Kadar Filler (%) Gambar 1. Hubungan Kadar Filler dan Durabilitas Filler yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland. Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan bahan tambah gips. Dari sifat hidrolis semen yang dipakai sebagai filler diharapkan mampu meningkatkan ketahanan lapis perkerasan aspal saat terendam banjir pada rentang waktu tertentu. Nilai durabilitas dihitung dari prosentase nilai stabilitas dengan variasi waktu perendaman 3, 7, 14, 28 hari terhadap nilai stabilitas pada perendaman 1 hari (24 jam).

Dengan melakukan pengujian Marshall maka diperoleh nilai durabilitas suatu campuran yang ditunjukkan oleh nilai r (indeks penurunan stabilitas) dan R (faktor kehilangan stabilitas) yang persamaannya adalah sebagai berikut : Si Si t r = Ti t Ti rxs R = 100 (1) (2) dengan : r = Indeks penurunan stabilitas (% per jam). Si = % stabilitas 24 jam terhadap rendaman 24 jam (%). Si + t = % stabilitas yang ditinjau terhadap rendaman 24 jam (%). Ti = Waktu perendaman 24 jam. Ti + t = Waktu perendaman yang ditinjau. S R = Nilai stabilitas pada perendaman 24 jam (kg) = Faktor kehilangan stabilitas (kg/jam). Bina Marga mensyaratkan bahwa sisa nilai penurunan stabilitas akibat perendaman yang ditinjau terhadap perendaman 24 jam harus 75 % untuk dinyatakan awet (durable). Pengaruh Kadar Filler Semen Portland terhadap Nilai Struktural SMA. Campuran SMA merupakan campuran yang tersusun dari agregat, bahan ikat aspal dan tambahan serat selolusa serta filler dengan prosentase dan jenis tertentu, setelah dicampur dan dipadatkan secara benar akan mempengaruhi karakteristik campuran dan nilai strukturalnya. Material filler semen portland yang digunakan mempunyai sifat hidrolis dan menambah daya ikat antar agregat setelah terjadi reaksi akibat bercampur atau direndam dalam air. Penambahan filler semen membuat campuran menjadi cenderung kaku, ditambah sehingga meningkatkan nilai Smix dan nilai koefisien kekuatan relatif (a1). Pernyataan di atas dapat dilihat jelas melalui Gambar.2. berikut ini :

0.50 0.45 Nilai Struktural 0.40 0.35 0.30 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Kadar Filler (%) Gambar 2. Hubungan Kadar Filler dan Nilai Struktural Nilai struktural dapat dinyatakan dalam : a. Modulus kekakuan (mix stiffness/ Smix). b. Koefisien kekuatan relatif (a1). Teori kekakuan atau stiffness yang dikemukakan oleh Brown and Brunton (1984), menyebutkan bahwa nilai struktural lapis keras lentur dapat dinyatakan dengan modulus elastis campuran agregat aspal. Modulus elastis ini digunakan untuk menyatakan suatu nilai tegangan dibagi regangan pada temperatur dan lama pembebanan tertentu akibat pengaruh beban dinamis lalulintas kendaraan. Nilai modulus kekakuan campuran agregat aspal ditentukan oleh : 1. Modulus kekakuan aspal. 2. Proporsi perbandingan aspal dan agregat. Koefisien kekuatan relatif adalah merupakan ukuran kemampuan bahan lapis keras dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari perkerasan. Koefisien kekuatan relatif (a1) : Menurut AASHTO 1986 disebutkan bahwa koefisien relatif lapisan (a1) merupakan fungsi dari modulus kekakuan campuran. Modulus kekakuan campuran aspal distandarisasi pada temperature 68º F. Hubungan nilai koefisien kekuatan relatif dan modulus elastisitas dapat dilihat pada Gambar III.3.

Structural Layer Coefficient, a1 for Asphalt Concrete Surface Course Elastic Modulus, EAC (Psi),of Asphalt Concrete (at 68º F) Gambar 3 Hubungan antara nilai modulus elastisitas dengan nilai koefisien kekuatan relatif lapisan permukaan.(sumber : AASHTO, 1986). METODE PENELITIAN 1. Asal bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas agregat, aspal dan bahan tambah (Gambar 4) berasal dari : a. Agregat kasar (CA dan MA) berupa batu pecah diambil Cepogo Boyolali. b. Agregat pasir berasal dari Kaliworo Klaten. c. Filler yang digunakan adalah semen portland merk Holcim dengan variasi kadar filler 1 %; 1,5 %; 2 %; 2,5 %; 3 %. d. Aspal yang digunakan adalah jenis aspal keras AC 60-70 dari PT. Pertamina, Cilacap variasi kadar aspal 5%, 6%, 7%, 8%, 9% untuk penentuan KAO. e. Bahan tambah yang dipakai adalah serat selolusa jenis Roadcel 50 produksi PT. Olah Bumi Mandiri, Jakarta.

Gambar 4 Bahan Penelitian 2. Persyaratan dan pengujian bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diuji di laboratorium untuk mendapatkan bahan penelitian yang memenuhi spesifikasi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium bahan perkerasan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan menggunakan peralatan untuk tes aspal, agregat dan campuran aspal agregat. Penelitian ini dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini Bagan Alir Penelitian Bagan alur penelitian dan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini : Tahap I Persiapan Pengujian Bahan Agregat Sedang Agregat Halus Aspal Filler 1. Keausan 2. jenis dan absorbsi 3. Kelekatan thd. aspal 4. Analisa saringan 1. jenis dan absorbsi 2. Sand equivalent 3. Analisa saringan 1. Penetrasi 2. Titik lembek 3. Titik. Nyala dan titik. Bakar 4. jenis 5. Daktilitas 1. Gradasi 2. Jenis Tidak Spesifikasi Ya Tahap II

Rancangan Benda Uji Spesifikasi SMA Grading 0/11 Kadar Aspal = 5%, 6%, 7%, 8%, 9%. Serat Roadcel 50 = 0,.3 % (dari total Campuran) Pengujian Marshall Stability, Flow, MQ Density,VFWA, VMA, VITM Kadar Aspal Optimum Tahap III Benda Uji : Kadar aspal optimum Serat selolusa (roadcel 50) = 0.3 % Variasi filler semen portland = 1 %; 1,5 %; 2 %; 2,5 %; 3 %. Perendaman Sample : 24 jam, 3 hari, 7 hari, 14 hari, 28 hari Pengujian Marshall Nilai Durabilitas Nilai Struktural Tahap IV Gambar 5. Bagan Selesai Alir Penelitian Hasil penelitian dan pembahasan : a.hasil penelitian : 1. Agregat Hasil pengujian agregat dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut ini : Tabel 7 Hasil Pengujian Agregat Sedang No. Jenis Pemeiksaan Spesifikasi Hasil 1 Keausan dengan mesin Los Angles (%) Max 40 37,86 2 Kelekatan terhadap aspal (%) Min 95 96,2 3 Penyerapan terhadap air (%) Max 3 2,94 4 jenis (gr/cc) Min 2,5 2,67

Tabel 8 Hasil Pengujian Agregat Halus (Sumber : Hasil Penelitian) No. Jenis Pemeiksaan Spesifikasi Hasil 1 Sand Equivalent (%) Min 50 71,7 2 Penyerapan terhadap air (%) Max 5 2,24 3 jenis semu (gr/cc) Min 2,5 2,73 (Sumber : Hasil Penelitian) 2. Aspal Hasil pengujian aspal ditunjukkan pada Tabel 9 berikut : Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Aspal. No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi (AASHTO) Hasil 1 Penetrasi (0,1mm) 60-70 67,8 2 Daktilitas (mm) Min 1000 mm (putus) 1395 3 Titik Lembek (ºC) 48-58 50,75 4 Titik Nyala (ºC) Min 200 277 5 Jenis (gr/cc) 1-1,3 1 (Sumber : Hasil Penelitian) 3. Filler Hasil pemeriksaan filler dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini : Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Filler No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil 1 Lolos Saringan No. 200 Min 85 % 100% 2 Jenis 3,15 gr/cc (ASTM) 3,15 gr/cc (Sumber : Hasil Penelitian) Dari pengujian bahan disimpulkan bahwa bahan yang dipakai memenuhi spesifikasi / persyaratan teknis. a. Perencanaan komposisi agregat (Mix Design) untuk kadar aspal optimum total campuran agregat =1200 gr, variasi kadar aspal = 5 %, 6 %, 7 %, 8 %, 9 % dan roadcel 50 = 0,3 % dari total campuran agregat. Secara lengkap komposisi bahan ditunjukkan pada Tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Komposisi Bahan untuk Kadar Aspal Optimum. Kadar Aspal Roadcel Campuran Aspal Roadcel Agregat CA(%) MA(%) FA(%) 20,5 35 44,5

(%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 5 0,3 1200 60 3,6 1136,4 233,0 397,7 505,7 6 0,3 1200 72 3,6 1124,4 230,5 393,5 500,4 7 0,3 1200 84 3,6 1112,4 228,0 389,3 495,0 8 0,3 1200 96 3,6 1100,4 225,6 385,1 489,7 9 0,3 1200 108 3,6 1088,4 223,1 380,9 484,3 (Sumber : Hasil Analisa) b. Kadar Aspal Optimum (KAO) Pengujian propertis Marshall menggunakan alat Marshall Test (Stabilitas, Flow, VIM, VFWA serta Marshall Quotient) untuk dapat menentukan kadar aspal optimumnya (Gambar 6) VFWA VIM Flow Stabilitas Marshall Quotient 5 6 7 8 9 6,3 7,0 Kadar Aspal (%) 6,7 % Gambar 6. Penentuan Kadar Aspal Optimum (6,7 %) c. Perencanaan komposisi agregat dengan kandungan filler untuk tinjauan nilai struktural dan durabilitas. Campuran dengan kadar aspal optimum 6,7 % dan tambahan serat roadcel 0,3 % terhadap berat campuran dengan variasi kadar filler semen portland 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; 3% direndam selama 24 jam dan 3, 7, 14, 28 hari dibutuhkan sebanyak 3 sampel untuk masing-masing variasi. Komposisi agregat dengan kandungan filler untuk tinjauan nilai struktural dan durabilitas dapat dilihat pada Tabel 12. berikut :

Tabel.12. Komposisi bahan dengan kandungan filler untuk tinjauan nilai struktural dan durabilitas. Kadar Aspal Optimum Roadcel Campuran Aspal Roadcel Agregat CA(%) MA(%) FA(%) Filler (%) 20,5 35 43,5 1 (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 6,7 0,3 1200 80,4 3,6 1116,0 228,8 390,6 485,5 11,2 Kadar Aspal CA(%) MA(%) FA(%) Filler (%) Roadcel Aspal Optimum Campuran Roadcel Agregat 20,5 35 43 1,5 (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 6,7 0,3 1200 80,4 3,6 1116,0 228,8 390,6 479,9 16,7 Kadar Aspal CA(%) MA(%) FA(%) Filler (%) Roadcel Aspal Optimum Campuran Roadcel Agregat 20,5 35 42,5 2 (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 6,7 0,3 1200 80,4 3,6 1116,0 228,8 390,6 474,3 22,3 Kadar Aspal CA(%) MA(%) FA(%) Filler (%) Roadcel Aspal Optimum Campuran Roadcel Agregat 20,5 35 42 2,5 (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 6,7 0,3 1200 80,4 3,6 1116,0 228,8 390,6 468,7 27,9 Kadar Aspal CA(%) MA(%) FA(%) Filler (%) Roadcel Aspal Optimum Campuran Roadcel Agregat 20,5 35 41,5 3 (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) 6,7 0,3 1200 80,4 3,6 1116,0 228,8 390,6 463,1 33,5

b. Pembahasan 1. Kontribusi filler dan lama rendaman terhadap sifat durabilitas Sifat durabilitas suatu campuran ditunjukkan dengan nilai r (indeks penurunan stabilitas) dan R (faktor kehilangan stabilitas), berdasar penelitian variasi kadar filler semen 1, 1,5, 2, 2,5, 3 % dari total campuran dan lama rendaman 24 jam, 3, 7, 14, 28 hari diperoleh nilai r dan R seperti yang terlihat pada Gambar 7 9 berikut ini : 130 Rendaman 24 jam Nilai Sisa Stabilitas (%) 110 90 70 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kadar Filler (%) Rendaman 3 hari Rendaman 7 hari Rendaman 14 hari Rendaman 28 hari Batas Minimum Durabilitas terhadap lama rendaman 24 jam Gambar 7. Hubungan Kadar Filler dan Nilai Sisa Stabilitas terhadap Lama Rendaman.

0,050 Indeks Penurunan Stabilitas (%/ jam) 0,000-0,050-0,100-0,150 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kadar Filler (%) Rendaman 3 hari Rendaman 7 hari Rendaman 14 hari Rendaman 28 hari Gambar 8. Hubungan Kadar Filler dan Indeks Penurunan Stabilitas (r) terhadap Lama Rendaman. 0.500 Faktor Kehilangan Stabilitas (Kg/ jam) 0.000-0.500-1.000 Rendaman 3 hari Rendaman 7 hari Rendaman 14 hari Rendaman 28 hari -1.500 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Kadar Filler (%) Gambar 9. Hubungan Kadar Filler dan Faktor Kehilangan Stabilitas (R) terhadap Lama Rendaman. Berdasarkan Gambar 7 9 di atas menunjukkan secara umum variasi filler semen 0,5 3,5 %, memberikan kontribusi terhadap sifat durabilitas campuran SMA karena nilai stabilitas yang ada masih > 75 % stabilitas awal,

terutama untuk masa rendaman < 28 hari (Gambar 7), berdasarkan (Gambar 8) ternyata variasi kadar filler 2,0 2,5 % untuk variasi rendaman 3 7 hari adalah kondisi yang optimal dalam mewujudkan terjadinya indeks penurunan stabilitas dan berdasarkan (Gambar 9) kadar filller 2,0 2,5 % adalah kondisi optimal dalam mewujudkan faktor kehilangan stabilitas dengan masa rendaman yang diterima adalah sampai 7 hari saja. Untuk lebih meyakinkan analisis di atas dilakukan analisis korelasi dan regresi terhadap aspek durability, ditetapkan bahwa x adalah lama perendaman (dependent variable) yakni 24 jam, selanjutnya y adalah indeks penurunan stabilitas. Perhitungan regresi diambil pada kadar filler 1 % yang dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini : Tabel 13.Analisa Korelasi dan Regresi pada Kadar Filler 1 %. No. Lama Rendaman (jam) Log x Indeks Penurunan Stabilitas (%) Log y x X 0 Y Y0 X 0 2 Y0 2 X0.Y0 1 24 1.380 100 2 1.905 4 2.760 2 72 1.857-0.132-0.879 3.450 0.773-1.633 3 168 2.225-0.123-0.910 4.952 0.828-2.025 4 336 2.526-0.071-1.149 6.382 1.320-2.902 5 672 2.827-0.015-1.824 7.994 3.327-5.157 10.817 99.659-2.762 24.683 10.248-8.957 (Sumber : Hasil Perhitungan) r ' r ' n. x n 2 0 x0. y0 x0. 2 ( x0 ). n y0 5.24,683 10,817 = -0.8912 2. 2 y 0 ( 5.( 8,957) (10,817.( 2,762)) y 5.10,248 ( 2,762) 0 ) 2 2 Perhitungan analisa korelasi dan regresi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14. berikut ini :

Tabel 14. Nilai r No. Kadar Filler (%) 1 1-0.8912 2 1,5-0.8758 3 2-0.8517 4 2,5-0.7403 5 3-0.7641 (Sumber : Hasil Perhitungan) Berdasarkan Tabel 14 di atas, didapatkan nilai r adalah negatif dan mendekati -1, ini menunjukkan adanya korelasi negatip yang signifikan antara veriabel lama rendaman (jam) dan indeks penurunan stabilitas (%). r' 2. Kontribusi filler terhadap nilai struktural campuran SMA menurut AASHTO 1986 a. Perhitungan modulus kekakuan Bitumen (Sbit) Besarnya nilai kekakuan bitumen diperoleh dengan menggunakan formula dari Ullidtz. Ilustrasi perhitungan kekakuan bitumen diasumsikan : l = Panjang tapak roda = 25 cm, t = Suhu permukaan = 37º C V = Kecepatan kendaraan = 60 km/jam (luar kota) dan 40 km/jam (dalam kota) dan Pi = 67,8 mm b. Perhitungan modulus kekakuan campuran (Smix) Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dibuat Gambar 10 dan 11 sebagai berikut ini :

850000 Rendaman 1 hari V=40 km/jam Rendaman 1 hari V=60 km/jam Stiffness Mix (Psi) 700000 550000 400000 250000 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kadar Filler (%) Rendaman 3 hari V=40 km/jam Rendaman 3 hari V=60 km/jam Rendaman 7 hari V=40 km/jam Rendaman 7 hari V=60 km/jam Rendaman 14 hari V=40 km/jam Rendaman 14 hari V=60 km/jam Rendaman 28 hari V=40 km/jam Rendaman 28 hari V=60 km/jam Gambar 10. Hubungan Smix terhadap variasi kadar filler semen dan lama rendaman. Koefisien Kekuatan Relatif (a1) 0,500 0,450 0,400 0,350 0,300 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Kadar Filler (%) Rendaman 1 hari V=40 km/jam Rendaman 1 hari V=60 km/jam Rendaman 3 hari V=40 km/jam Rendaman 3 hari V=60 km/jam Rendaman 7 hari V=40 km/jam Rendaman 7 hari V=60 km/jam Rendaman 14 hari V=40 km/jam Rendaman 14 hari V=60 km/jam Rendaman 28 hari V=40 km/jam Rendaman 28 hari V=60 km/jam Gambar 11. Hubungan Koefisien Kekuatan Relatif (a1) terhadap variasi kadar filler semen dan lama rendaman. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa penambahan kadar filler semen dapat meningkatkan nilai Smix dan a1 meningkat. Hal ini disebabkan penambahan filler semen (1 3,5 %) membuat rongga dalam campuran

semakin berkurang, sehingga kepadatan dan kerapatan campuran menjadi meningkat dan kekakuan campuran semakin tinggi dan nilai struktural meningkat, dan kondisi rendaman yang masih memberikan batas nilai baik adalah pada rendaman sampai 7 hari karena nilai struktural a1 masih di atas 0,4 ; dengan rentang kadar filler 2,5 3,0 % adalah kondisi yang tidak begitu beresiko terhadap penurunan niali a ataupun S mix karena faktor rendaman yang lama sampai 28 hari niscaya masih memenuhi syarat Kesimpulan dan saran : Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh filler semen dan lama rendaman terhadap sifat durabilitas secara umum masih positip karena nilai stabilitas yang ada > 75 % stabilitas awal 2. Variasi kadar filler 2,0 2,5 % dengan masa rendaman 3 hari relatip masih aman dan masa rendaman yang masih dapat diterima adalah sampai 7 hari 3. Secara umum kadar filler semen dapat meningkatkan nilai Smix dan nilai struktural a1, Hal ini disebabkan penambahan filler semen (1 3,5 %) membuat rongga dalam campuran semakin berkurang sehingga kepadatan dan kerapatan campuran menjadi meningkat dan kekakuan campuran semakin tinggi. 4. Kondisi rendaman yang masih aman adalah pada rendaman sampai 7 hari karena nilai struktural (a1) masih di atas 0,40. 5. Rentang kadar filler semen 2,5 3,0 % adalah kondisi yang baik terhadap penurunan nilai a ataupun S mix karena faktor rendaman yang lama sampai 28 hari niscaya masih memenuhi syarat Saran Pemakaian filler semen yang lebih besar dari 3 % perlu dipertimbangkan secara seksama terhadap kerentanan terhadap cracking karena nilai kekakuannya tinggi disamping harga konstruksi perkerasan menjadi mahal

DAFTAR PUSTAKA ------- 1986, AASHTO Guide For Design Of Pavement Structures Freddy L Roberts et al., 1991, Hot Mix Asphalt Materials, Mixture, Design and Construction, First Edition, NAPA Education Foundation Lanham, Maryland Hutama Prima, PT, 2002, Perencanaan Campuran Asphalt Emulsi Bergradsi Rapat (Dense Graded Emulsion / DGEM), Cilacap Khairudin, A., 1990, Pengkajian Pemanfaatan Teknologi SMA dengan Serat Selolusa Sebagai Bahan Tambah di Indonesia, DPU, Dirjen Bina Marga. ------- 1990, The Shell Bitumen Hand Book Subagyo, P., Djarwanto, 2005, Statistika Induktif, Edisi 5, BPFE Yogyakarta. Supranto, 2005, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ke-5, Erlangga, Jakarta. Tjokrodimulyo, K., 1995, Bahan Bangunan, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada. Widodo, S., 2006, Perencanaan Campuran Aspal Dingin Menggunakan Aspal Emulsi Rapid Setting, Lembaga Penelitian UMS