BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai prosensual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENTINGNYA PEMBINAAN KEGIATAN MEMBACA SEBAGAI IMPLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UCI SUGIARTI ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

Pezi Awram

Oleh Septia Sugiarsih

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI. pengupayaan ini akan mengakibatkan peserta diidk dapat mempelajari sesuatu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman, sekolah merupakan alternatif terbaik

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan aktivitas visual dan berfikir. Crawley dan Mountain mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB II KAJIAN TEORI. komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan modern. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI MEMBACA INTENSIF DI KELAS IV SD INPRES 1 PADENGO KABUPATEN POHUWATO MIKYA NAKI

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

INOVASI PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR MELALUI METODE GESTALT

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Membaca Pengertian Membaca

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB II Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga terciptalah masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK. Oleh I Ketut Artana. Pustakawan Utama Universitas Pendidikan Ganesha.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran puisi di sekolah sering menekankan pada teori-teori puisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan. Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan informasi yang kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual. Pengetahuan dasar yang sebelumnya telah dimiliki pembaca merupakan informasi yang tersimpan dalam memori otak/pikiran pembaca atau dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual. Kedua macam sumber informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan. http:// kristanto.blogspot.com. Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyibunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam katakata. Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas awal, yaitu SD kelas I, II dan III. Pendekatan membaca pada tahap awal ialah proses perseptual, yaitu 7

pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa, sedangkan proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Menurut Resmini, dkk (2006) hakikatnya aktivitas membaca terdiri dari dua bagian yaitu: a. Membaca sebagai proses mengacu pada aktifitas fisik dan mental b. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekwensi dari aktifitas yang dilalui pada saat membaca. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktifitas baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aspek sensori yaitu kemampuan untuk memahami symbol tertulis. 2. Aspek perceptual yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat. 3. Aspek schemata kemampuan menghubungakan tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada. 4. Aspek berfikir yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari. 5. Aspek afeksi yaitu aspek minat membaca yang berpengalaman terhadap kegiatan membaca. Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2005: 3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual dan merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi.

Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, karena dalam membaca tidak hanya melafalkan tulisan-tulisan, melainkan melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual, karena membaca adalah aktivitas menterjemahkan simbol-simbol bunyi (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Membaca sebagai proses berfikir, karena dalam membaca melibatkan aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi dan pemahan kreatif (Crawlet dan Mountain dalam Rahim, 2008: 2). Demikian pula sebaliknya, pengetahuan dasar yang telah dimiliki perlu dilanjutkan dengan kemampuan memahami informasi visual yang ada pada teks bacaan. Kemampuan penunjang lain yang perlu dimiliki pembaca yaitu kemampuan menghubungkan gagasan yang dimiliki dengan materi bacaan. Dalam kaitannya dengan pemahaman dan perekonstruksian pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalamanpengalaman baru. Seseorang akan gagap teknologi dan gagap informasi apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik (misalnya TV), juga dapat diikuti melalui media cetak dengan

cara membaca. Kedua macam media informasi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Media elektronik dapat diakses dengan cara yang lebih santai karena tinggal menonton suatu tayangan di TV. Kelemahannya, tayangan tersebut tidak dapat ditonton ulang apabila kita membutuhkan informasi tersebut. Media cetak yang diakses dengan cara membaca mempunyai kekurangan dari segi pembaca, yakni ketersediaan waktu yang kurang mencukupi dalam membaca, kurangnya kemampuan memahami teks bacaan, rendahnya motivasi dalam membaca, kurangnya kebiasaan membaca, dsb. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan media elektronik (misalnya TV), kegiatan membaca mempunyai kelebihan yakni teks bacaan tersebut dapat dibaca ulang apabila informasi dalam teks bacaan tersebut sewaktu-waktu diperlukan Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbedabeda bagi setiap orang. Ada yang mengatakan bahwa membaca adalah sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008: 46). Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang dilakukan di tingkat SD kelas I dan kelas II. Jika berpijak pada pandangan di atas, tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Tarigan (2008: 7) mengutip pendapat Hodgson menyebutkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis.

Anderson (dalam Tarigan, 2008: 7) menyebutkan bahwa dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi recording and decoding proses. Pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan bahasa tulisan yang menjadi bunyi yang bermakna. Makna bahasa inilah yang memberikan manfaat kepada pembaca. Sedangkan Klein, (dalam Rahim, 2005: 3) mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses (2) membaca adalah strategis, membaca merupakan interaktif, membaca merupakan suatu proses informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca dalam membentuk makna. Tarigan (dalam Rahim, 2005: 3), mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Klein, dkk (dalam Rahim, 2005: 4) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: a. Membaca merupakan suatu proses Merupakan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna. b. Membaca adalah strategis Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.

Anak yang berkembang dalam membaca, perbendaharaan katanya menjadi bertambah dan cara pemahamannya akan berlangsung dengan mudah dan cepat. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi maka hal-hal yang tersurat dan yang tersirat tidak dapat tertangkap atau dipahami dan proses membacanya tidak terlaksana dengan baik. c. Membaca merupakan interaktif Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan memenuhi beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Crawley dan Mountain, (dalam Rahim, 2005: 2) bahwa membaca sebagai proses visual untuk menerjemahkan simbol-simbol tertulis kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Hodgson (dalam Tarigan, 2007: 7) mengemukakan pengertian membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulisan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses yang melibatkan penglihatan, ingatan, pemikiran, kecerdasan, dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan melalui media kata-kata. 2.1.1 Tujuan Membaca Kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang tentu memiliki tujuan tertentu. Namun pada dasarnya membaca memiliki dua tujuan. Yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum membaca adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi dari sumber yang dibaca. Dan secara khusus Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa membaca memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts). 2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik yang baik atau menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ideide utama (reading for mains ideas) 3) Membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan (reading for sequence or organization)

4) Membaca untuk mengetahui serta menemukan mengapa para tokoh merasakan. Membaca ini disebut membaca untuk Menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inferensi) 5) Membaca untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak bisa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengelompokkan (Reading For Classify) 6) Membaca untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menilai (Reading To Evalue) 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. Membaca seperti ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (Reading For Compare On Contrsts) Sedangkan menurut Rahim (2008:11) mengutip pendapat Balnton dkk (1966) menyebutkan tujuan membaca meliputi: 1) Kesenangan; 2) Menyempurnakan membaca nyaring; 3) Mengggunakan strategi tertentu; 4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; 5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; 6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; 7) Mengkonfirmasi atau menolak prediksi; 8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberpa cara lain

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Pembelajaran membaca di sekolah dasar (SD) menadi bagian penting dari bahasa Indonesia. Syafi ie (dalam Hairudin, 2007:3-32) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan antara lain: 1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal, 2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring dan menyerap informasi dari bacaan, serta 3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan. Tujuan membaca secara umum, adalah mengerti dan memahami makna atau arti yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan mengerti dan memahami makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, maka dapat menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah yang tertuang di dalamnya. Membaca saangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan membaca kita dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan yang ditulis atau dituangkan dalam bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat kabar, majalah, ataupun dalam media tulis. Menurut Buletin Pusat Kemajuan Studi (dalam Widya Mariana, 2003:11) orang dalam melakukan aktivitas membaca pasti memiliki tujuan tertentu di antaranya: 1) Mencari informasi khusus. Bahan bacaan berupa ensiklopedi, kamus, buku petunjuk, dll. 2) Memperoleh ide-ide pokok bacaan/memperoleh gambaran singkat tentang isi bacaan. Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dll.

3) Memperoleh pemahaman serta mengingat isi bacaan. Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dll. 4) Rekreasi atau kesenangan. Bahan bacaannya berupa novel, komik, cerpen, roman, dll. Secara umum pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Menurut Abidin (2012: 5) minimal ada tiga tujuan utama pembelajaran membaca disekolah, ketiga tujuan uatama tersebut adalah (1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, (2) mampu membaca dalam hati dengan kecapatan baca yang fleksibel, (3) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan. Sedangkan menurut Formiatno (2010:65) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah Untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa membaca secara fleksibel pada dasarnya memiliki satu tujuan akhir bahwa membaca harus dilakukan guna mencapai suatu pemahaman. 2.1.2 Manfaat Membaca Kegiatan membaca mempunyai berbagai macam manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Manfaat kegiatan membaca menurut Rahim (2008: 1) memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih

mampu menjawab tantangan hidup pada masa yang akan datang. Manfaat lain adalah (1) sebagai media rekreatif; (2) media aktualisasi diri; (3) media informatif; (4) media penambah wawasan; (5) media untuk mempertajam penalaran; (6) media belajar suatu keterampilan, (7) media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual. 2.1.3 Kegiatan Membaca Untuk mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan, guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saa baca dan pasca baca dalam pembejaran membaca. Beberapa tehnik lebih umum dan mencakup lebih dari satu kegiatan, dalam satu pembelajaran. Berikut ini dijelaskan berbagai kegiatan yang bias dilakukan dalam prabaca, saat baca, dan pascabaca. Menurut Burn (dalam Rahim, 2008: 100) sebagai berikut: 1. kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan schemata siswa yang berhubungan dengan topic bacaan. Pengaktifan schemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif. 2. Kegiatan saat baca setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca (during reading). Beberapa strategi dan kegiatan bissa digunakan dalam saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Akhirakhir ini perhatian banyak dicurahkan pada penggunaan strategi metakognitif siswa selama membaca.

3. Kegiatan pasca baca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya kedalam schemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. 2.1.4 Jenis-jenis Membaca Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam. Tujuan yang kompleks merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenisjenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas: 1) Membaca yang Bersuara Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup: a) Membaca nyaring dan keras Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain. b) Membaca Teknik Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:

1) Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi. 2) Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur. 3) Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh. c) Membaca Indah Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra. 2) Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati) Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakupi: membaca teliti. membaca pemahaman. membaca ide, membaca kritis, membaca telaah bahasa, membaca skimming, dan membaca cepat. Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi. Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu: 1. Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata. 2. Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi. Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok. Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuangbuang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan. 2.1.5 Pengertian Membaca Nyaring Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang (Tarigan dalam Yuniardi, 2007:23). Menurut Widodo (2009:14) membaca nyaring seringkali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Disamping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa

Indonesia tidak boleh diabaikan. Siswa harus dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda-beda pada bagianbagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang bernada biasa. Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini dipihak yang berkepentingan dalam kegiatan pembaca. Menurut Tarigan (2008:22) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepatagar pendengar dan membaca dapat menangkap

informasi yang disampaikan oleh penulis, baik berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah: 1) menggunakan ucapan yang tepat, 2) menggunakan frasa yang tepat, 3) menggunakan intonasi yang wajar, 4) dalam posisi sikap yang baik, 5) menguasai tanda-tanda baca, 6) membaca dengan terang dan jelas, 7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, 8) membaca dengan tidak terbata-bata, 9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, 10) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, 11) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, 12) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri. Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa membaca nyaring menuntut berbagai keterampilan. Daftar keterampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring (Tarigan, 2008:25). Menurut Tarigan (2008:25)berikut ini adalah keterampilan membaca nyaring yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu: 1) Mempergunakan ucapan yang tepat, 2) Mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata), 3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami, 4) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti: titik (.), koma (,), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!).

2.1.6 Tujuan Membaca Nyaring Menuru Ellis (dalam Rahim, 2008: 124) tujuan umum membaca nyaring adalah pemahaman, menhasilkan siswa yang lancar membaca. Salah satu kegiatan yang bisa membantu untuk mencapai tujuan umum tersebut ialah sering membacakan cerita dan mendiskusikannya dengan siswa. Untuk pembaca pemula, guru yang membacakan cerita untuk siswa merupakan suatu model mengajar yang bagus, karena merupakan kegiatan berbagai pengalaman yang menyenangkan dan memberikan kesempatan yang bagus untuk mendiskusikan materi bacaan dengan siswa. 2.1.7 Pengertian Model Talking Stick Untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu model sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 13) berpendapat bahwa Model pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan siatuasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Model digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Salah satu model dalam pembelajaran adalah model Talking Stick. Menurut Suprijono (2013: 109) bahwa pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan model Talking Stick merupukan salah satu model yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick merupukan salah satu model yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Menurut Agus, (2009: 109)

Talking Stick adalah model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya. Model talking stick ini berupa pemberian pertanyaaan kepada siswa. Talking stickmerupakan pendekatan pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Model ini diharapkan siswa akan lebih meningkat aktivitasnya dalam melakukan kegiatan belajar (Gunawan 2003:195). Adapun kelebihan model pembelajaran talking stick ini adalah: 1) Menguji kesiapan siswa. 2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat. 3) Agar lebih giat dalam belajar. Menurut Suherman (2006:84) sintaks pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan sebuah tongkat b. Guru membagikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada buku pegangannya. c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut

harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru e. Guru memberikan kesimpulan f. Evaluasi, Yaitu berupa tes lisan dan refleksi g. Penutup Model Talking Stick memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain: a. Kelebihan : a) Menguji kesiapan siswa b) Melatih siswa memahami materi dengan cepat c) Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai) b. Kelemahan : a) Membuat senam jantung. b) Membuat sisiwa tegang, c) Ketakutan akan pertanyaan yang akan di berikan oleh guru Berdasarkan penerapan model diatas diharapkan siswa mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan dengan kelebihan serta kekurangan model tersebut di harapakan siswa mampu pula menikmati proses belajar mengajarnya. 2.1.8 Manfaat Talking Stick Adapun manfaat Talking Stick adalah sebagai berikut: 1. Agar siswa terlatih dalam mengemukakan pendapat. 2. Agar siswa memahami materi dengan cepat.

3. Ketika digunakan metode talking stick ini siswa tidak tegang dalam mengikuti pembelajaran pada saat guru menyampaikan materi. 2.1.9 Pengertian Talking Stick Menurut Suprijono (2013: 109) bahwa pembelajaran dengan Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Menurut Agus, (2009: 109) Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode Talking Stick adalah metode yang melibatkan siswa secara aktif melalui penugasan awal untuk mempelajari materi terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pertanyaan dari guru dengan memberikan tongkat selanjutnya siswa menjawa. 2.1.10 Penerapan Model Talking Stick Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh

kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, salah satunya dapat dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran talking stick. Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka alasan utama pemilihan model talking stick karena selama proses pembelajaran berlangsung sesudah guru menyajikan materi pelajaran, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diberikan, agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada saat talking stick berlangsung. Mengingat dalam talking stick, hukuman dapat diberlakukan, misalnya siswa disuruh menyanyi, berpuisi, atau hukuman-hukuman yang sifatnya positif dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran dengan model talking stick murni berorientasi pada aktivitas individu siswa yang dilakukan dalam bentuk permainan. 2.1.11 Langkah-langkah Pembelajaran Model Talking Stick Model talking stick ini secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat mengerjakan soalsoal semaca itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan siswa tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru sebaiknya segera mengoreksi dan

memberikan evaluasi pada pekerjaan siswa. Selanjutnya segera mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif karena siswa dapat segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal. Talking stick merupakan pendekatan pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Langkah-langkah pembelajaran dengan model mode talking stick menurut Ulfi Dwi Prasetyani (2010:31) yaitu: 1) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca an mempelajari materi pelajaran. 3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wawancara. 4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan. 5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaaan dari guru. 6) Guru memberikan kesimpulan. 7) Guru memberikan evaluasi/penilaian. 8) Guru menutup pembelajaran.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran metode Talking Stick dalam kegiatan belajar sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Irfatul Aini, 2010 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII di SMPN 1 Singosari. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78,5 meningkat menjadi 81.4 atau sekitar 3.56 %, dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode talking stick belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau sekitar 6.43%. Winda Rukmana. 2009. Dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan hasil belajar melalui metode talking stick pada siswa kelas III SDN 3 Dambalo.

Permasalahan dalam penelitian adalah rendahnya hasil belajar bentuk daun pada siswa kelas III SDN 3 Dambalo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar melalui metode talking stick pada siswa kelas III SDN 3 Dambalo tahun pelajaran 20092010. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas III SDN Dambalo. Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Dambalo. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa observasi selama proses pembelajaran berlangsung, hasil observasi aktivitas guru dan siswa, hasil evaluasi siswa serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan yang diperoleh siswa pada observasi awal hanya sejumlah 5 orang atau sebesar 22.73%, pada siklus I menunjukkan skor rata-rata perolehan siswa sebesar 68,18% dengan ketuntasan sebesar 54.55%. Pada siklus II menghasilkan skor rata-rata perolehan siswa sebesar 80 dengan ketuntasan 90.91%. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu dalam penelitian ini terletak pada lokasi dan masalah yang diteliti. Sedangkan persamaannya adalah menggunakan metode Talking Stick.