BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan. Chaplin (dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut Spencer bahwa kemampuan merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi. Menurut Sudrajat (dalam Maryana, 2012: 15) antara kemampuan dan kata kecakapan memiliki hubungan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Arifin, 2009: 5) memberikan pengertian bahwa kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah ditentukan. Kemampuan pada hakekatnya adalah suatu kekuatan untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi tujuan tertentu. Kemampuan dapat didefinisikan sebagai ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kompetensi mendasar yang perlu dimiliki oleh seseorang yang mempelajari lingkup materi tertentu dalam suatu mata pelajaran dan pada jenjang tertentu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus dia lakukan Pengertian Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan berisi gambar. Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran. Menurut Mulyati (2007: 4.3) kegiatan membaca ada dua macam yaitu membaca dalam hati dan membaca bersuara. Membaca dalam hati menurut beliau adalah kegiatan membaca yang

2 hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir. Sedangkan membaca bersuara adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelomppok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapai. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 202) bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan maknadari apa yang tertulid dalam teks. Menurut Muda (2006: 72) Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis.. Sedangkan Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psiko linguisutik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbul tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan membaca kreatif. Menurut Nurgiyantoro (2012: 368) bahwa membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihyak lain melalui sarana lisan. Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis. Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal, yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa mengacu pada bahasa anak. Membaca sebagai suatu proses penciptaan makna terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungan tempat pembaca mengembangkan suatu kesadaran. Menurut Hamid (2012: 164) Membaca merupakan sebuah aktivitas yang bagi sebagian orang menjadi kegemaran dan sebagian yang lain menjadi sebuah kebosanan, apabila minat ini sudah tumbuh dan berkembang, dalam arti bahwa orang bersangkutan sudah mulai suka membaca, maka kebiasaan-kebiasaan membaca pun akan berkembang. Tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat dan mengembangkan kebiasaan membaca adalah di rumah, terutama karena kebiasaan kekeluargaan. Menurut Santoso (2007: 6.3) aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca

3 sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan. Dalam proses tersebut, pembaca mengintegrasikan antara informasi atau pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki Tujuan Membaca Secara umum pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Menurut Abidin (2012: 5) minimal ada tiga tujuan utama pembelajaran membaca gambar di sekolah, ketiga tujuan uatama tersebut adalah (1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, (2) mampu membaca dalam hati dengan kecapatan baca yang fleksibel, (3) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan. Sedangkan menurut Formiatno (2010:65) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah Untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan. Lebih lanjut Tarigan (2008: 9-11) mengemukakan beberapa tujuan membaca gambar yaitu: a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokok; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta. b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menari, masalah yang terdapat dalam cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide utama. c) Membaca untuk menemukan dan mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita. d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti apa cara mereka itu, apa yang diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

4 e) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi. f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil. Ini disebut membaca menilai atau mengevaluasi. Tujuan membaca secara umum yaitu Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak langsung. 1) Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri. 2) Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan utama. Jadi tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa membaca secara fleksibel pada dasarnya memiliki satu tujuan akhir bahwa membaca harus dilakukan guna mencapai suatu pemahaman Manfaat Membaca Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Menurut Formiatno (2010: 65) bahwa manfaat membaca gambar adalah untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah kita ketahui dan menambah wawasan. Kegiatan membaca mempunyai berbagai macam manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan membaca yaitu: 1. Peningkatan kecerdasan. 2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3. Penumbuhan keberanian. 4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Manfaat kegiatan membaca menurut Rahim (2008: 1) memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa yang akan datang. Manfaat lain adalah (1) sebagai media

5 rekreatif; (2) media aktualisasi diri; (3) media informatif; (4) media penambah wawasan; (5) media untuk mempertajam penalaran; (6) media belajar suatu keterampilan, (7) media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual. Selain manfaat membaca di atas, adajuga mnfaat membaca yang lain yaitu: 1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. 4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. 5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. 6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. 7) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat membaca adalah dapat menjernihkan pikiran dan dapat lebih mudah mengingat informasi. Oleh karena kegiatan membaca mempunyai berbagai manfaat dalam kehidupan, maka kegiatan membaca perlu dilatihkan secara intensif dalam pembelajaran di sekolah, utamanya dari jenjang SD Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca Menurut Nutthal (dalam Yunus Abidin 2012 : 13) mengemukakan beberapa prinsip umum pengajaran membaca. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Hal ini berarti pembelajaran membaca tidak bisa dilakukan secara sporadic melainkan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut adalah: a. Memberanikan anak membaca b. Mendorong anak membca c. Menjejaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membca. d. Modeling membaca: mendemonstrasikan cara-cara yang dibutuhkan anak dalam membaca. e. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan

6 2. Kemampuan baca anak tidak sapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan. 3. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui intraksi antara guru dan kelas. 4. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak berintraksi dengan teks. 5. Pembelajaran harus dilakukan dalam atmosfer kelas kondusif. 6. Pembelajaran haruss dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. 7. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan berorientasi kedepan, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca yang dapat digunakan dalam menghadapi berbagai jenis bacaan baik untuk saat ini maupun pada jenjang pendidikan selanjutnya. 8. Pahamilah bahwa pada dasarnya harus ada dua jenis kemampuan membaca yang harus baca mendalam diajarkan yakni kemampuan insentif (kegiatan baca yang memfokuskan pada satu teks tertentu dengan tujuan agar siswa tidaksekedar memahami makna bacaan tetapi mengetahui bagaimana bagaimana makna dibentuk dari sebuah bacaan) dan kemampuan membaca ekstensif (kegiatan baca yang dilakukan dengan membaca berbagai teks guna mendapat pemahaman yang luas suatu isi bacaa) Langkah-langkah Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses dan produk. Proses membaca mencakup aspek: 1. Proses membaca Menurut Burns dkk (dalam Farida Rahim 2008: 12-14) proses membaca terdiri atas Sembilan aspek yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan symbol-simbol grafis melalui indra penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara visual diantara symbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk memprensentasikan bahasa lisan. Kegiatan berikutnya adalah tindakan perceptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata sampai

7 pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang masuk ke otak. Ketika seseorang membaca, otak menerima gambaran kata-kata kemudian mengungapkannya dari halaman cetak berdasarkan pengalaman membaca sebelumnya dengan objek, gagasan, atau emosi yang diprensentasikan. 2. Produk membaca Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi konstruksi pembaca melalui integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan dalam teks. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluruh aspek proses pembaca Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Faktor yang dapat mempengaruhi siswa malas dalam membaca gambar menurut Formiatno (2010: 67) yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. faktor dari luar itu adalah buku yang dibaca anak dan tidak sesuai dengan kemampuan anak dalam mencerna. Adapun faktor dari dalam yaitu anak merasa lelah, mata capai, mengantuk, badan tidak sehat, konsentrasi pada bacaan lain dan mungkin tidak ada minat untuk membaca. Sedangkan menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008: 16-19) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca meliputi: 1. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. 2. Faktor Intelektual Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz (dalam rahim, 2008: 17) sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. 4. Faktor Psikologis Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan

8 penyesuaian diri. Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, misalnya motivasi dari diri sendiri,faktor dari lingkungan keluarga,kesesuaian bahan bacaan,pengetahuan tentang tata cara membaca, pengetahuan dan pengalaman seseorang yang dimiliki sebelumnya. Namun sebagai pendidik harus dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak, untuk dapat digunakan sebagai sumber belajar agar dapat memotivasi anak untuk membaca, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca anak Pengertian Membaca Permulaan Dalam membaca permulaan hal-hal yang perlu dilakukan siswa adalah membaca permulaan dengan nyaring suku kata, kata, dan kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. Menurut Depdikas (2009: 6) bahwa membaca nyaring adalah membaca dengan suara yang keras dan jernih, tetapi bukan berteriak. Dalam pembicaraan tentang membaca nyaring, Kelas 1 diasumsikan belum bisa membaca. Tahap ini merupakan tahap awal belajar membaca. Jadi, suku kata yang dipilih diusahakan suku kata yang bentuknya mirip atau berdekatan agar siswa dapat membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain. Adapun yang dimaksud dengan lafal adalah cara pengucapan. Lafal atau cara pengucapan setiap suku kata haruslah tepat. Biasanya suku kata-suku kata yang sedaerah artikulasi bunyinya hampir sama. Zuchdi dan Budiasih (dalam Saputra, 2012: 11) mendefinisikan membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Selanjutnya Abbas (dalam Saputra, 2012: 13) menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluative, dan kreatif dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Ampuni (dalam Pratiwi dan Sugiyanto, 2007: 153) memaknai membaca sebagai proses kognitif yang kompleks untuk mengolah

9 isi bacaan, yang bertujuan untuk memahami ide-ide dan pesan-pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian dari pengetahuannya. Sukartiningsih (2004: 52) menjelaskan bahwa membaca permulaan adalah kemampuan membaca pada tahap keberwacanaan. Menurut Darmiyati dan Budiasih (dalam Saputra, 2012: 18) membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut. a. Pramembaca, pada tahap ini siswa dikerjakan: (1) sikap duduk yang baik, (2) cara meletakkan/ menempatkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara membalik halaman buku yang tepat, dan (5) melihat/ memperhatikan gambar atau tulisan. b. Membaca, pada tahap ini siswa diajarkan: (1) lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru, (2) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai pada 14 huruf). Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau simbol bunyi dan menyuarakannya sebagai dasar anak dalam pembelajaran membaca berikutnya. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding. Proses recoding yaitu proses fisik yang berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjadi suatu rangkaian bunyi dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat bermakna. Proses decoding merupakan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi, melalui proses decoding gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasikan, diuraikan kemudian diberi makna. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis Syarat-syarat Membaca Permulaan Syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan membaca adalah:

10 1) Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis. 2) Penguasaan kosakata untuk memberi arti 3) Kemampuan memasukkan makna. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa Tujuan Membaca Permulaan Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan yaitu agar Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran Hakekat Metode SAS

11 Pengertian Metode SAS Metode SAS adalah suatu metode pembelajaran membaca permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar membaca dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Menurut Supriyadi (dalam Santoso, 2011) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur struksur analitik sintetik. Berdasarkan pendapat diatas metode SAS lebih menekankan pada pendekatan membaca permulaan melalui cerita bergambar yang mengarah pada menulis kartu, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, yang bertujuan mempermudah siswa membaca berdasarkan kartu huruf, kata dan kalimat yang telah terbentuk dalam struktur kalimat atau kata yang bermakna. Metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut : 1. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan 2. Analitik yaitu melakukan proses penguraian 3. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula Disamping itu juga, metode SAS memiliki langkah kerja yang panjang, sehingga secara logis ketidak efektifan ini disebabkan oleh prosedur yang panjang ini. Ada dua anggapan dasar yang diduga sebagai faktor kendala, yaitu : (1) prosedur yang panjang dan berulang menyebabkan verbalisme, (2) prosedur yang panjang dan berulang dapat menyebabkan kebosanan, baik pada siswa maupun pada guru. Berdasarkan dari masalah yang diduga disebabkan oleh metode SAS ini, maka melalui penelitian ini dilakukan simplifikasi terhadap prosedur metode menjadi tiga langkah kerja, yaitu : (1) tahap orientasi, (2) tahap analisis dan sintetik, dan (3) tahap latihan sintetis kata-kata dan kalimat-kalimat baru. Prosedur penggunaan metode SAS dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : a. Merekam bahasa siswa b. Menampilkan gambar sambil bercerita c. Membaca gambar d. Membaca gambar dengan kartu kalimat e. Membuat kalimat secara structural (S) f. Proses analitik (A) g. Proses sintetik (S)

12 Pada dasarnya metode SAS dapat mengembangkan landasan berfikir analisis, dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya, sedangkan berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar. Teknik pelaksanaan metode SAS ialah keterampilan memilih kata, kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata, pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-nempel kata-kata yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat dan membacanya Langkah-langkah Metode SAS Menurut Gunarso (2010: 9) metode SAS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap 1: (Struktur) Guru menyusun struktur kalimat lengkap yang terdiri dari subyek predikat-obyek dan keterangan ( SPOK ) 2. Tahap 2: (Analisis) Bertujuan agar siswa memahami arti suatu kalimat, kemudian diuraikan menjadi kata, suku kata, sampai dengan huruf (analisis). Disamping itu siswa menghafal dan melafalkan huruf-huruf yang membangun kata dan kalimat tsb. 3. Tahap 3: (Sintesis) Siswa diminta menyusun huruf-huruf menjadi suku kata, kata dan kalimat semula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap hafalan dan struktur dari hasil proses pada tahap selanjutnya. Contoh: Petani menanam padi Petani menanam padi Pe ta ni me na nam pa di P e t a n i m e n a n a m p a d i Pe ta ni me na nam pa di Petani menanam padi Petani menanam padi Kelebihan dan Kekurangan Metode SAS Menurut Massofa (dalam Setyani, dkk, 2011: 4) bahwa metode SAS memiliki kelebihan dan

13 kekurangannya, antara lain: 1. Kelebihan Metode SAS a. Metode ini dapat sebagai landasan berfikir analisis. b. Metode ini akan dapat cepat membantu siswa membaca pada kesempatan berikutnya c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan benar. 2. Kelemahan Metode SAS a. Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajaran harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntunan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini. b. Kurang praktis c. Membutuhkan banyak waktu d. Membutuhkan alat peraga 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian Susilowati dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan menentukan membaca permulaan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan metode SAS. Kemampuan anak mengenal konsep membaca permulaan berdasarkan kategorisasi pada awal (pre-test), tidak ada seorang anak pun yang berada pada BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Lima orang anak atau 33,3 % berada pada kategori MDP (Masih Dalam Proses) dan 10 orang anak atau 66,6 % berada pada kategori BT (Belum Terlihat), sedangkan berdasarkan hasil post test, kemampuan anak mengenal membaca permulaan mengalami peningkatan yaitu yang berada pada kategori BSH (Berkembang Sesuai Harapan) sebanyak 14 orang atau 93,3 % pada kategori MDP (Masih Dalam Proses) hanya satu orang atau 6,6% dan yang berada pada kategori BT (belum Terlihat) tidak ada atau 0%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semua anak mengalami peningkatan dalam kemampuan menentukan bilangan. Hal ini terjadi karena melalui pembelajaran dengan menggunakan metode SAS, proses pembelajaran lebih menyenangkan, menarik sehingga anak-anak semakin termotivasi dan aktif untuk mengikuti proses pembelajaran. Setyani, dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Metode SAS (Struktural Analitik

14 Sintetik) dalam peningkatan membaca permulaan di kelas I Sekolah Dasar mengemukakan bahwa penggunaan langkah-langkah metode SAS dapat berjalan dengan baik dan meningkatkan membaca permulaan siswa kelas I SD. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Jika menggunakan metode SAS, maka kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN 3 Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.4 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75% dari seluruh siswa kelas I SDN 3 Bulango Ulu yang dikenai tindakan mampu membaca permulaan.

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan 2.1.1.1. Pengertian Membaca Permulaan Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE SKIMMING DI KELAS V SDN BULANGITA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE SKIMMING DI KELAS V SDN BULANGITA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE SKIMMING DI KELAS V SDN BULANGITA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO Avontrisno Junus Engi 1, Dr. Hj Rusmin Husain 2, Dra. Dajani Suleman,M.Hum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: a) Keterampilan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Fahrurrozi MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Fahrurrozi Abstrak, Pengajaran membaca di SD dibagi dalam dua tahapan, yaitu: membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman, pemerintah telah menetapkan suatu acuan baru tentang tujuan pendidikan untuk diterapkan demi terciptanya sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting karena menjadi salah satu Lampiran 18. Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan Siswa pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II 162 Lampiran 19. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Sintetik (SAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Peningkatan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MIS Sinoutu Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Muslimin, Muh. Tahir, dan Idris Patekkai Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rofi udin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 31) mengatakan bahwa membaca merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. Rofi udin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 31) mengatakan bahwa membaca merupakan BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (2002: 14) membaca didefinisikan secara singkat sebagai interaksi pembaca terhadap pesan tulis. Di pihak lain,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999), 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999), menjelaskan hasil belajar merupakan hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar bagi perkembangan bangsa suatu negara. Melalui. pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya suatu zaman maka semakin menuntut baiknya suatu pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk memahami pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa membaca adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut Paud merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Membaca 2.1.1.1 Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS MEMBACA UNTUK MENULIS Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Membaca 1.Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, seseorang dapat memberikan informasi atau menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis

Sri Sunarti. Sri Sunarti SD Negeri 1 Pakis Upaya Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 1 Pakis Kecamatan Kradenan Tahun Pelajaran 2017/2018 Sri Sunarti srisunartipks1@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis Menulis adalah sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang, apapun bentuknya. Mendengar kata menulis tidak banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam referensi kriteria yang efektif atau penampilan terbaik dalam pekerjaan pada 2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Definisi Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan (Chaplin dalam Maryana, 2012:

Lebih terperinci

Pezi Awram

Pezi Awram 315 PROBLEMATIKA MEMBACA CEPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Pezi Awram Pezi.awram@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini disusun untuk menjelaskan problema apa saja dalam membaca cepat khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan kita untuk selalu belajar. Proses belajar yang efektif adalah membaca. Slogan membaca adalah jendela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Ernawati Setiawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi manusia. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh kehidupan yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD Pertiwi Laboro Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Bahasa merupakan saran yang efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Membaca Nyaring 2.1.1 Pengertian Membaca Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa(bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di tengah kehidupan yang semakin global. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di tengah kehidupan yang semakin global. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah di bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca dan keterampilan menyimak sering kali secara bersama-sama dan tunjang menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai alat komunikasi, bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Membaca 2.1.1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. kemampuan ini dunia akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di

BAB II KAJIAN TEORI. baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. kemampuan ini dunia akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 1 Dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar bagaimana berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Suparno & Mohamad Yunus menyatakan menulis sangat bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa perlu memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik, agar apa yang disampaikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa salah satu pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Pembelajaran bahasa sangat bermanfaat bagi siswa, karena dengan berbahasa siswa diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara dalam hal ini menyampaikan pesan merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang utama dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai media interaksi penulis dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berbicara, melihat, mendengar, dan lain sebagainya. 11. keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, dan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI. berbicara, melihat, mendengar, dan lain sebagainya. 11. keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, dan kemampuan BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca 1. Keterampilan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Tahapan membaca merupakan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Membaca untuk Menulis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Membaca adalah suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi. BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan 1. Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan terdapat proses yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya, yaitu proses belajar dan proses mengajar yang saling

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah

BAB I PENDAHULUAN. Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsepsi Membaca dan Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca. Membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan ke dalam cetakan (huruf-huruf). Pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran keterampilan berbahasa, sesuai namaya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan bahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya 1.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia selain aspek mendengarkan, berbicara, membaca adalah keterampilan menulis. Menulis dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam meningkatkan penguasaan dan penggunaan bahasa Indonesia secara baik, benar, terarah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) dewasa ini cukup menggembirakan. Hal itu tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih Merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak ( Spodek dan Saracho, 1994). 2 cara : Langsung Menguhubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya Tidak langsung Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan itu merupakan kesatu-an yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

Lebih terperinci