RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

EFEKTIFITAS MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI KELURAHAN MARGOMULYO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

Rina Indah Agustina ABSTRAK

SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP) 2009 pada Kelompok Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

KATA PENGANTAR. Mudah-mudahan laporan ini bermanfaat. Terima kasih. Jakarta, 17 February 2003,

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice):

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

METODOLOGI PENELITIAN. yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terbukanya saluran

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai.

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). PKBI telah lama, yaitu sejak awal tahun 1970-an menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah remaja, antara lain ketidaktahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. Salah satu bentuk pelayanan kepada remaja adalah berbentuk youth center. Youth Center didirikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan remaja mengenali, memahami dan mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi. Pada tahun 2001 dengan bantuan dari United Nations Populations Fund (UNFPA), PKBI akan mengembangkan lagi beberapa Pusat Pelayanan Remaja di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Supaya dapat berfungsi secara tepat dan optimal maka pengelola Youth Center harus terlebih dulu mendefinisikan secara tepat kebutuhan, kondisi dan situasi, pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja. Needs assessment ini dilakukan untuk menjembatani kesenjangan informasi tentang kehidupan remaja dalam konteks kesehatan reproduksi. Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui (1) pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja SLTA dan Perguruan Tinggi; (2) kebutuhan dan harapan tentang strategi dan media KIE yang sesuai bagi remaja sebagai media komunikasi dan informasi, untuk kelompok umur 15 24 tahun, baik yang berada di sekolah, maupun bekerja di pabrik maupun industri kecil; (3) kebutuhan dan harapan akan lokasi, pelayanan, dan personnel Youth Center dan (4) mendapatkan informasi tentang latar belakang dan karakteristik psikologi, sosial dan ekonomi remaja SLTA dan Perguruan Tinggi serta pekerja pabrik. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai masukan dalam rangka merancang dan melaksanakan proyek agar sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan dan keinginan remaja yang menjadi sasaran (target group), misalnya bagaimana merancang suatu Pusat Pelayanan Remaja yang bersahabat, menentukan stasiun radio lokal yang akan dilibatkan dalam proyek, menentukan lokasi yang efektif untuk menyebarkan materi KIE, dan lain-lain. Penelitian dilaksanakan di lima kota, yakni Kupang di Nusa Tenggara Timur, Palembang di Sumatera Selatan, Singkawang di Kalimantan Barat serta Cirebon dan Tasikmalaya di Jawa Barat. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 2.479 orang yang terdiri dari orang muda berusia 15-24 tahun. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian Ringkasan Eksekutif-1

terdahulu, liputan media massa, serta dokumen-dokumen penting seperti Pedoman Proyek milik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara berstruktur yaitu dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara serta Focus Group Discussion dengan menggunakan pedoman diskusi. Temuan-temuan penting penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan dasar responden tentang kesehatan reproduksi tidak memadai. Tingkat pengetahuan yang rendah disebabkan sumber informasi utama tentang pengetahuan dasar kesehatan reproduksi adalah teman (52,67%) yang tidak mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup tentang kesehatan reproduksi. 2. HIV/AIDS adalah jenis IMS yang paling dikenal responden (72,77%). Jenis IMS lain yang juga banyak dikenal adalah Sifilis dan Gonorhoe. Pengetahuan responden tentang cara penularan PMS dan HIV/AIDS cukup baik. Sumber informasi tentang IMS dan HIV/AIDS sebagian besar berasal dari media cetak dan elektronik (68,88%). Sumber lain adalah lingkungan pergaulan. Pengetahuan responden tentang cara pencegahan PMS dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang benar dengan mitos yang keliru. Sebagian besar responden menjawab tidak melakukan hubungan seks (65,2%) sebagai cara untuk mencegah terjadinya penularan. Cara lain yang juga dikenal adalah menggunakan kondom. 3. Sebagian besar responden tidak setuju dilakukannya aborsi karena dianggap sebagai tindakan yang sangat berdosa karena tidak sesuai dengan ajaran agama dan tidak berperikemanusiaan (60,52%). Hal ini didukung dengan temuan lain, yaitu 63,44% responden (dari 227 orang responden yang telah melakukan hubungan seksual) menjawab akan meneruskan kehamilan dan menikah. Akan tetapi, sebanyak 23,79% (dari n=227) justru memilih untuk melakukan aborsi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak setuju terhadap tindakan aborsi, namun kebutuhan terhadap hal tersebut secara riil ada, terutama jika seseorang dihadapkan pada kehamilan yang tidak dikehendaki. 4. Menurut sebagian besar responden, alasan orang melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah karena pengaruh lingkungan (58,14%), tidak taat pada agama, tidak ada bimbingan dari orangtua dan karena kebutuhan biologis. Sebagian responden juga berpendapat bahwa orang melakukan hubungan seksual sebelum menikah untuk membuktikan cintanya kepada pacar (15,85%). Lagi-lagi ini menunjukkan persepsi yang keliru tentang pacar dan cinta. 5. Sebagian besar responden mulai berpacaran pada usia antara 15-17 tahun, sebagian lagi mulai pacaran pada usia yang relatif muda, yaitu antara usia 12-14 tahun Ringkasan Eksekutif-2

(14,63%), bahkan ada yang mulai pacaran sebelum usia 12 tahun (6,94%). Perilaku berpacaran para responden sangat bervariasi, mulai dari yang hanya mengobrol sampai yang sudah melakukan hubungan seksual. Responden yang melakukan hubungan seksual saat berpacaran berjumlah 14,73%. Sebagian besar responden berpacaran di rumah (61,54%), di sekolah atau kampus, di tempat rekreasi, bioskop, tempat bekerja, di rumah teman dan di rumah saudara. Sebagian kecil ada yang berpacaran di rumah kos dan sebagian kecil lainnya berpacaran di hotel/motel/losmen. Jumlah responden yang pernah melakukan hubungan seksual adalah 227 orang (16,46%). Kebanyakan melakukannya dengan pacar (74,89%). Ada juga yang melakukannya dengan pekerja seks, teman, perek dan ada sebagian kecil (1,34%) yang melakukannya dengan saudara. Frekuensi melakukan hubungan seksual, ada yang hanya melakukannya satu kali saja, ada juga yang, secara rutin melakukannya antara 1-2 kali sebulan (46,26%), 1 sampai 2 kali seminggu. Beberapa orang responden bahkan ada yang melakukannya setiap hari. Alasan responden melakukan hubungan seksual pertama kali karena suka sama suka atau dilandasi cinta (68,72%), ada yang karena ingin tahu rasanya, melakukannya karena pengaruh obat, melakukannya karena terpaksa, dan sebagian kecil (6,17%) ada yang melakukannya karena alasan ekonomi. 6. Sebagian besar responden (61,64%) pernah menggunakan media pornografi. Jenis-jenis media pornografi yang banyak digunakan responden adalah film (VCD) 70,59%. Selain itu juga ada yang menggunakan majalah, foto dan internet. Hampir setengah jumlah responden (44,67%) pernah melakukan onani. Onani/masturbasi sebagian besar dilakukan oleh responden laki-laki dengan frekuensi yang bervariasi mulai dari melakukannya satu kali saja sampai ada yangmelakukannya lebih dari satu kali sehari. 7. Dari 227 orang responden yang sudah berhubungan seksual, hanya 91 orang (40,09%) yang menggunakan alat kontrasepsi. Sebagian besar (59,91%) justru tidak menggunakan alat kontrasepsi karena merasa tidak nyaman, tidak mau repot, tidak ada pikiran untuk menggunakannya, merasa malu dan sulit untuk mendapatkannya. 8. Jenis alat kontrasepsi dan cara KB yang paling dikenal responden adalah kondom (70,39%). Jenis lain yang juga dikenal adalah pil, spiral dan susuk. Sedangkan cara-cara tradisional dan mitos yang diyakini dapat mencegah terjadinya kehamilan adalah minum jamu (59,65%), loncat-loncat setelah bersenggama, berjongkok setelah bersenggama dan makan nanas muda. Tempat pelayanan kontrasepsi yang paling banyak diketahui responden adalah Rumah Sakit, Dokter/Bidan dan Puskesmas. Ringkasan Eksekutif-3

9. Jika hubungan seksual yang dilakukan membuahkan kehamilan, sebagian besar responden (64,44%) memilih untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan cara meneruskan kehamilannya dan menikah. (23,79%) memilih untuk melakukan aborsi. Ada juga responden yang memilih untuk melarikan diri dari tanggungjawab, menyatakan bersikap masa bodoh, dan ada pula yang memilih untuk memberikan anak kepada orang lain untuk diadopsi. 10. Pengertian keluarga yang dimiliki responden cukup bervariasi. Sebagian besar responden (72,98%) memahami keluarga dalam bentuk keluarga batih (nuclear family), ada juga yang memahami keluarga sebagai bentuk keluarga luas (extended family). 11. Untuk melangsungkan pernikahan, pertimbangan utamanya lebih pada kesiapan ekonomi (49,42%). Pertimbangan lain adalah kesiapan mental dan mencapai umur tertentu dan kesiapan fisik. Usia ideal untuk menikah bagi laki-laki adalah antara usia 24-26 tahun (35,16%) sedangkan bagi perempuan adalah antara 24-26 tahun (41,84%). Namun ada juga yang menyebutkan bahwa usia ideal bagi perempuan untuk menikah adalah sebelum usia 18 tahun (2,68%). 12. Waktu yang paling tepat untuk mempunyai anak, tergantung kepada kesepakatan antara suami istri (47,84%). Ada yang berpendapat bahwa mempunyai anak dapat ditunda beberapa saat setelah menikah dan ada juga yang berpendapat segera setelah menikah. Namun yang berpendapat bahwa mempunyai anak sebaiknya setelah siap secara ekonomi hanya sebagian kecil. 13. Suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sedangkan merawat, mendidik dan mengasuh anak lebih menjadi tanggungjawab istri. Sebagian besar responden (34,66%) berpendapat bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada hak dan kewajibannya yang berbeda. Laki-laki mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah (public sector), sedangkan perempuan berkewajiban untuk mendidik, merawat dan mengasuh anak-anak (domestic sector). Yang menjawab bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan hanya secara fisik sebesar 24,2%; 5,66% responden tidak tahu perbedaan antara laki-laki dan perempuan. 14. Jenis media yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah televisi dan radio (38,4%). Sebagian lainnya senang membaca majalah, koran dan buku. Waktu yang paling banyak untuk menggunakan media informasi, sebagian besar adalah pada waktu sore dan malam hari. 15. Acara radio yang paling disukai responden adalah talk show & musik (72,44%), acara interaktif (27%). Sedangkan acara talk show (tanpa selingan musik) dan iklan layanan masyarakat kurang digemari. Ringkasan Eksekutif-4

16. Media yang efektif menurut responden untuk mempromosikan acara Pusat Pelayanan remaja adalah melalui media elektronik dan media cetak (terutama majalah). 17. Sebagian besar responden (51,08%) senantiasa mengatasi persoalan yang dihadapi seorang diri. Jika mereka merasa tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi, maka paling banyak meminta bantuan kepada teman (47,69%). Ini menunjukan bahwa belum ada tempat yang youth friendly dan comfortable bagi responden untuk menyampaikan masalahnya. 18. Hanya 23,42% responden yang menyatakan pernah menggunakan jasa pelayanan Pusat Pelayanan Remaja. Meskipun baru sebagian kecil saja responden yang sudah pernah menggunakan jasa Pusat Pelayanan Remaja, namun sebagian besar responden, yaitu sebanyak 94,56% yang menyatakan bahwa mereka membutuhkan suatu Pusat Pelayanan Remaja untuk membantu mereka mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi sehari-hari. Kecilnya jumlah responden yang menggunakan jasa pelayanan Pusat Pelayanan Remaja bukan disebabkan karena tidak ada kebutuhan namun karena kurang dikenalnya Pusat Pelayanan Remaja itu sendiri. 19. Jenis pelayanan Pusat Pelayanan Remaja yang paling dibutuhkan responden adalah konsultasi psikologis (75,65%). Sisanya menyatakan butuh informasi tentang masalah remaja dan pelayanan medis. 20. Pengelola Pusat Pelayanan Remaja yang disukai responden adalah profesional seperti psikolog, dokter dan lain-lain (64,41%), pengelola dewasa yang berjiwa muda, serta melibatkan remaja itu sendiri. Lokasi yang dianggap ideal bagi suatu Pusat Pelayanan Remaja adalah aksesibilitasnya. Selanjutnya tata ruang yang dianggap ideal, hal utama yang harus diperhatikan adalah kebersihan, memberikan rasa betah kepada para pengelola dan remaja yang datang, menimbulkan rasa nyaman dan betah berada di Pusat Pelayanan Remaja. Ruangan konsultasi dan pelayanan medis dibuat tersendiri, dengan pintu yang dapat ditutup. Tembok sebaiknya dicat dengan warna-warna lembut agar tercipta suasana damai dan sesuai dengan selera remaja. Sirkulasi udara perlu diperhatikan supaya ruangan tidak pengap. 21. Dari wawancara dengan Sampel Kelompok B diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tahu tempat-tempat yang memberikan pelayanan kepada remaja, termasuk remaja yang sudah melakukan hubungan seksual. 22. Kegiatan peer education yang digemari responden adalah diskusi kelompok, ceramah dan pelatihan. Sedangkan kegiatan yang kurang diminati adalah seminar. 23. Jenis pelayanan konsultasi yang disukai remaja adalah tatap muka, yang dipilih oleh 66,11% responden. Ringkasan Eksekutif-5

24. Beraneka macam pelayanan yang dibutuhkan para responden adalah Konseling, Kursus komputer, Pengembangan hobby/bakat remaja, Pelayanan Kesehatan serta Penyediaan Komputer/ Warnet/Internet. 25. Jenis pelayanan kesehatan yang paling dibutuhkan responden adalah pemeriksaan kesehatan umum (72,44%). Sisanya menyebutkan bahwa mereka membutuhkan tes IMS/HIV, konsultasi gizi, tes kehamilan, pelayanan kontrasepsi dan imunisasi. 26. Informasi yang perlu ditambahkan dalam Booklet Youth Center adalah informasi tentang lapangan kerja (57%), alamat lembaga yang menyalurkan dana beasiswa (23%) serta nomor telephone penting (20%) Ringkasan Eksekutif-6