STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK ISLAMIYAH DARUSSALAM BABAKAN KABUPATEN CIREBON SUNENGSIH ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

Kata kunci : Iklim, Iklim Organisasi, Litwin & Stringer

STUDI MENGENAI GAMBARAN HARDINESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

STUDI KORELASI MENGENAI SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 3 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONFORMITAS DALAM KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP TERBUKA FIRDAUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG BERWIRAUSAHA. Kelly Yo Filla

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI BAGIAN JARINGAN PLN AREA BANDUNG DAN SEKSI TEKNIK PLN RAYON BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi seperti saat ini. (Rudiono, 2010)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PSYCHOLOGICAL CAPITAL PADA SISWA KELAS XII SMA DAN SEDERAJAT DI WILAYAH KECAMATAN JATINANGOR SHABRINA SYFA ABSTRAK

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KECAMATAN JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

STUDI MENGENAI GAMBARAN SENSE OF COMMUNITY PADA PEMAIN GAME ONLINE YANG TERGABUNG DALAM GUILD/CLAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

Penerapan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN TAHAP PLANNING ORIENTASI MASA DEPAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Studi Korelasional Mengenai Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Feedback yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia yang serba modern dan kehidupan yang semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan sikapnya (afektif) serta keterampilannya (psikomotorik). pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Republik

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

ANALISIS FAKTOR DISIPLIN SEKOLAH YANG MEMPENGARUHI HASIL MENGGAMBAR PROPORSI TUBUH IDEAL WANITA DEWASA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 10 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PENALARAN MORAL PADA REMAJA USIA TAHUN DALAM MELAKUKAN PERILAKU MENYONTEK DI SMA NEGERI X JAKARTA ARFIANTY ANDARYANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Produktif Di Smk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

GAMBARAN GOAL MECHANISM AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MEMILIKI IPK TINGGI DAN AKTIF BERORGANISASI AGUS SUHENDRA

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK ISLAMIYAH DARUSSALAM BABAKAN KABUPATEN CIREBON SUNENGSIH ABSTRAK SUNENGSIH. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas XI SMK Islamiyah Darussalam Babakan Kabupaten Cirebon. Motivasi belajar merupakan kekuatan dari dalam diri siswa yang dapat meningkatkan dan menurunkan kekuatan dan usaha siswa untuk bertingkah laku dalam belajar. Motivasi belajar mendorong siswa untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran motivasi belajar pada siswa kelas XI SMK Islamiyah Darussalam Babakab Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel sebanyak 68 siswa kelas XI SMK Islamiyah Darussalam. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada teori Motivation of Learning dari De Cecco & Crawford (1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57% responden termasuk pada motivasi belajar rendah. Berdasarkan tiap aspek dari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, faktor arousal (kesiapsiagaan) memiliki skor rendah (83%), faktor expectancy (usaha siswa untuk mencapai harapan) memiliki skor rendah (60%), faktor incentive (usaha belajar siswa untuk mencapai tujuan) memiliki skor rendah (66%), namun sebaliknya pada aspek punishment (kedisiplinan) responden memiliki skor tinggi (69%). Simpulannya, siswa kelas XI SMK Islamiyah Darussalam memiliki motivasi belajar yang rendah, hal ini dapat dilihat dari usaha yang ditampilkan siswa dalam belajar di sekolah. Kata kunci: Motivasi Belajar

PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar tercapainya harapan dari pendidikan nasional ini perlu adanya sumber daya manusia atau generasi muda yang cerdas dan berkualitas dalam menghadapi persaingan global. Kemajuan teknologi yang sangat cepat serta perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia kerja. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pendidikan. Salah satu hal yang penting dalam program pendidikan pemerintah adalah penyelenggaraan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun serta pendidikan SMA atau SMK untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. Sekolah Menengah Atas (SMA) mempunyai tujuan yaitu menciptakan atau menyiapkan peserta didik agar mempunyai kemampuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai tujuan yaitu mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: 20. 2003).

Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Pendidikan kejuruan melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (http://repository.usu.ac.id). Oleh sebab itu, dalam hal ini generasi muda diharapkan agar dengan adanya pendidikan dapat menjadi modal dan bekal untuk masa depannya dalam menghadapi tantangan zaman dan persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini. Dari sini terlihat bahwa siswa SMK dituntut untuk lebih cepat dalam menghadapi persaingan di dunia kerja. Sehingga siswa SMK harus mampu menambah kemampuan bersaingnya dalam dunia kerja dengan bekal 3 tahun belajar di SMK. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi mereka, karena mereka masih berada pada usia remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak, baik bentuk badan ataupun cara berpikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Usia remaja sangat rentan dengan keadaan lingkungan dan pergaulan. Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan zaman dan teknologi. Perkembangan teknologi tidak berarah pada perubahan yang positif justru menjadikan remaja menuju pada hal-hal negatif yang membentuk pribadi dan motivasi yang kurang baik bagi remaja (Gita, 2011). Remaja merupakan calon penerus bangsa yang artinya remaja dituntut untuk mampu mengembangkan diri dan mencapai cita-cita demi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Remaja dalam hidupnya akan berusaha mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai potensi yang

dimiliki remaja merupakan bekal bagi dirinya dalam menghadapi masa depan. Kehidupan remaja di masa depan merupakan salah satu sumber perhatian remaja khususnya remaja sekolah menengah atas/kejuruan. Hurlock (1999) mengemukakan bahwa remaja pada sekolah menengah atas/kejuruan sudah mulai memikirkan berbagai hal yang akan di hadapi di masa depan. Oleh karena itu, remaja akan berusaha mempersiapkan dirinya dengan baik demi tercapainya kehidupan yang dicita-citakan. Salah satu hal yang menjadi pusat perhatian remaja mengenai kehidupannya di masa depan yaitu berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang nantinya ingin ditekuni. Hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja yakni mempersiapkan diri untuk sekolah dan bekerja (Havighurts, dalam Hurlock, 1999). Oleh karena itu, pada remaja sangat di perlukan motivasi yang tinggi dalam belajar agar apa yang menjadi tujuan baik secara nasional maupun tujuan dirinya tercapai dan mampu bersaing secara global. Namun kenyataannya banyak siswa SMK yang tidak menunjukkan adanya motivasi belajar yang tinggi, bahkan sebaliknya, kebanyakan siswa SMK menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Seperti di salah satu SMK yang berada di Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon yakni SMK Islamiyah Darussalam Babakan Cirebon terlihat bahwa motivasi belajar siswa-siswinya tersebut kurang terbangun dengan baik, masih banyak siswa yang kurang memiliki kesadaran akan kewajibannya dalam belajar di sekolah. SMK Islamiyah Darussalam adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. Sekolah Menengah Kejuruan Islamiyah Darussalam memiliki dua jurusan, yakni jurusan Administrasi Perkantoran (AP) dan Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Visi misi dari SMK Islamiyah Darussalam ini adalah terwujudnya pendidikan yang efektif dan disiplin untuk membentuk siswa cerdas, beriman dan bertaqwa serta kompetitif. Sedangkan misinya adalah menciptakan susasana belajar yang religious, aktif, kreatif dan produktif. Meningkatkan budaya kerja yang produktif dilandasi

kekeluargaan dan kebersamaan. Menghasilkan lulusan yang memiliki kepribadian mandiri, jujur, ulet, dan berakhlakul karimah. Menghasilkan lulusan yang kompeten dibidangnya sehingga dapat bersaing di perguruan tinggi, di dunia kerja dan berwirausaha. Visi misi ini akan terwujud salah satunya harus ditunjang dengan motivasi belajar yang tinggi dari siswa, dan kesadaran siswa akan pentingnya belajar di sekolah. Peneliti melakukan wawancara kepada 3 siswi kelas XI Administrasi Perkantoran (AP), 3 siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan TKR SMK Islamiyah Darussalam, dan 3 orang guru pada tanggal 30 April 2015 dan tanggal 6 Mei 2015. Dari hasil wawancara tersebut, peneliti melihat beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa siswa-siswi tersebut kurang termotivasi dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Idealnya dalam mengikuti kegiatan belajar siswa akan memahami bahan yang dipelajari dan berperan aktif dalam kegiatan belajar agar kegiatan belajar mengajar di sekolah berjalan dengan optimal. Siswa yang memiliki motivasi rendah akan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah, tidak memiliki ketertarikan terhadap materi pelajaran yang di berikan guru, perilaku yang terlihat seperti lebih acuh tak acuh pada proses pembelajaran di kelas, berbincang dengan temannya saat guru menerangkan, tidak mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, bahkan hingga siswa belajar di dalam kelas tanpa persiapan apa-apa dan kurang aktif dalam pembelajaran. Tentu belajar tidak hanya dilihat dari hasil akhir saja, tetapi dari proses dan usaha-usaha yang dilakukan siswa yang berlangsung dari awal hingga akhir. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dari suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari latihan yang mendapat penguatan (De Cecco & Crawford, 1977). Jadi, individu dapat dikatakan telah menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan perilaku.

Dalam proses belajar, motivasi merupakan dorongan terkuat dalam melancarkan proses belajar, karena tanpa adanya motivasi belajar maka kegiatan belajar menjadi kurang efektif. Agar peranan motivasi lebih optimal maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui tetapi juga harus diterapkan dalam kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran siswa dapat menemukan hal yang mendukung ataupun menghambat dalam pencapaian belajarnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses motivasi belajar siswa. Kesadaran diri akan kebutuhan pendidikan bagi masa depan merupakan hal yang sangat mempengaruhi bagi kelancaran proses belajar. Motivasi yang timbul pada diri peserta didik merupakan salah satu faktor terpenting, karena tanpa adanya motivasi belajar maka tidak akan mungkin terjadi proses belajar yang efektif. Dikatakan belajar efektif apabila dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Motivasi belajar itu sendiri adalah kekuatan dari dalam diri siswa yang dapat meningkatkan dan menurunkan kekuatan dan usaha siswa untuk bertingkah laku dalam belajar. Individu dalam bertingkah laku senantiasa dipengaruhi oleh motivasinya yang akan memberikan dorongan atau arahan terhadap tingkah laku yang di keluarkannya. Motivasi akan memberi alasan mengapa individu meningkatkan atau menurunkan tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan sumber kekuatan siswa dalam belajar, usaha siswa dalam belajar yang ditunjukkan dalam tampilan belajarnya (De Cecco & Crawford, 1977, dalam Lulu, 2002). Menurut Sardiman (1996, dalam Larasati 2009), salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya pendidikan seseorang dalam proses belajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar merupakan motif yang penting dimiliki oleh siswa yang dibuktikan dengan adanya usaha yang mengarah pada aktivitas belajar, kekuatan dari dalam diri siswa yang dapat meningkatkan dan menurunkan kekuatan dan usaha siswa tersebut

dalam bertingkah laku dalam belajar (De Cecco & Crawford, 1977). Dalam hal ini, seberapa tinggi atau rendahnya motivasi belajar yang ditunjukkan oleh seseorang akan terlihat dari bagaimana usaha yang ditunjukkannya dalam belajar. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimental. Penelitian non eksperimen adalah telaah empirik sistematis dimana peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang menutup kemungkinan manipulasi (Kerlinger, 1990). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berfokus dalam menggambarkan atau menjelaskan fenomena, kegiatan, atau suatu situasi yang terjadi (Christensen, 2006). Penelitian deskriptif yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian non eksperimental kuantitatif adalah penelitian tipe deskriptif yang memiliki tujuan untuk menjelaskan secara akurat atau menggambarkan situasi tertentu atau fenomena (Christensen, 2006). Partisispan Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel penelitian, subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian. Jumlah responden yang dijaring menjadi populasi sasaran adalah seluruh siswa kelas XI SMK Islamiyah Darussalam yang memenuhi karakteristik yang telah ditentukan, yaitu sebanyak 58 siswa. Pengukuran Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan konsep Motivasi Belajar dari De Cecco & Crawford (1977) yang di kembangkan oleh Anandiasari (2002) berdasarkan tingkah laku yang muncul pada siswa ketika belajar,

dan hasilnya direview oleh expert. Data kuesioner adalah kumpulan informasi yang diperoleh melalui jawaban-jawaban responden terhadap sejumlah pertanyaan tertulis yang isinya menyangkut suatu topik yang sedang diteliti atau perlu diketahui. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup, namun ada beberapa dari data penunjang yang pertanyaannya merupakan pertanyaan terbuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang pilihan jawabannya sudah dibatasi atau ditetapkan oleh peneliti sedemikian rupa, sehingga kemungkinan jawaban dari setiap responden sudah bisa diperkirakan. HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis mengenai motivasi belajar pada siswa Kelas XI SMK Islamiyah Darussalam, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Sebagian besar siswa kelas XI SMK Islamiyah Darussalam (57%) memiliki motivasi belajar yang rendah. Dari 58 partisipan penelitian ini, sebanyak 33 orang (57%) termasuk pada kategori motivasi belajar rendah. Sedangkan 25 orang lainnya (43%) termasuk pada kategori motivasi belajar tinggi. 2. Berdasarkan aspek arousal, sebanyak 48 responden (83%) memiliki kesiapsiagaan yang rendah. Sedangkan 10 lainnya (17%) memiliki kesiapsiagaan yang tinggi dalam belajar. 3. Pada aspek expectancy, sebanyak 35 responden (60%) memiliki usaha yang rendah dalam meningkatkan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan 23 lainnya (40%) memiliki usaha yang tinggi dalam meningkatkan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. 4. Pada aspek incentive, sebanyak 38 siswa (66 %) memiliki usaha yang rendah dalam meningkatkan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Sedangkan 20 siswa lainnya (34%) memiliki usaha yang tinggi dalam meningkatkan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

5. Pada aspek punishment, sebanyak 40 siswa (69%) menunjukkan tingkah laku kedisiplinan yang baik atau tinggi. Sedangkan 18 lainnya (31%) menunjukkan tingkah laku kedisiplinan yang rendah. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan; Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Aditama. Anandiasari, Lulu. 2002. Hubungan Antara Persepsi Siswa SMF tentang Tuntutan-Tuntutan di Kelas 3 dengan Motivasi Belajar Siswa. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran: Skripsi yang Tidak Dipublikasikan. Atkinson, Rita L. (1996). Hilgard s Introduction to Psychology 12 th edition. USA: Harcourt Brace College Publisher. Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology: Tenth Edition. USA: Pearson Education, Inc. De Cecco, J.P. & Crawford, W. (1977). The Psychology of Learning and Intruction. 2 nd edition. New Delhi Prentice-Hall. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. Departemen Dalam Negeri. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung Gage, N.L. & Berliner, D.C (1984). Educational Psychology. Bostom: Houghtom Mifflin Company. Jayanti, Gita. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Pengasuhan Orang Tua pada Siswa Kelas XI yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi di Sekolah Menengah Atas Negeri X Tanggerang. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran: Skripsi yang Tidak Dipublikasikan. Kaplan, Robert M. & Denis P. Saccuzzo. 2001. Psychological Testing, Priciples, Applications, and Issues. USA : Wadsworth Kerlinger, N. Fred. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral diterjemahkan oleh Simatupang Landang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Larasati, Tresna. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Belajar pada Pemain Angklung. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran: Skripsi yang Tidak Dipublikasikan. Morgan, C.T. (19886). Introduction to Psychology. Singapore: Mc. Graw-Hill International.

Rauf, Abdur. Dr. (1976). Texbook of Educatinal Psychology. New Delhi: Light & Life Publishers. Santrock, John W. 2010. Adolescence 13 th ed. New York : McGraw Hill Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Seifert, Kelvin. (1983). Educational Psychology. Bostom: Houghtom Mifflin Company. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Winkel, W.S. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo. Woolfolk, Anita. E. (1998). Educational Psychology. 7 th edition. Boston: Allyn and Bacon. Sumber Internet: http://eprints.uny.ac.id/7941/3/bab%202%20-07501241024.pdf. Diakses pada tanggal 15 Februari 2015 pukul 19.30 WIB. http://eprints.uny.ac.id/7941/3/bab%202%20-07501241024.pdf. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015 pukul 15.40 WIB. http://digilib.uinsby.ac.id/9216/7/bab2.pdf. Diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 10.05 WIB. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35032/5/chaptr%20i.pdf. Diakses pada tanggal 13 November 2015 pukul 20.05 WIB. http://digilib.uinsby.ac.id/9766/4/bab%202.pdf. Diakses pada tanggal 13 November 2015 pukul 21.05 WIB.