Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Kreativitas. MIF Baihaqi

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS BELAJAR PADA ANAK BERBAKAT

BAB VII PERKEMBANGAN KREATIVITAS REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dapat diketahui dari hasil belajar yang diperoleh dan menjadi

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

PENDIDIKAN IPS: UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. hal dalam hidup manusia. Perkembangan yang terjadi memaksa manusia untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

Kata Kunci: komformitas, konvergensi, preparasi, inkubasi, iluminasi, verifikasi

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan berpikir kreatif sehingga mampu memecahkan permasalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam diri manusia juga semakin besar. Sewaktu bayi atau balita,

BAB II DASAR-DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-Kanak adalah salah satu. pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liliek Apriani Komala, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI KELAS XI AP V SMK NEGERI 1 GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK HERLINA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi

Pengaruh Kreativitas dan Minat Belajar Mahasiswa Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

Pelatihan Bahasa Rupa kepada Guru Sekolah Dasar untuk Mengembangkan Kreativitas dan Imajinasi Anak Noeratri Andanwerti 1

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI. paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya,

A. Konsep Kreativitas

PERAN RUANG DALAM MENUNJANG PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

Pembimbing I : Dr. Ir. Siti Rochimah, M.T. Pembimbing II : Abdul Munif, S.Kom., M.Sc. CANDRA ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN KREATIVITAS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK LABORATORIUM PG-PAUD UNIVERSITAS RIAU

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

Pengembangan Produk Kreatif sebagai Wadah Pengembangan Kreativitas Desain di PPPPTK Seni dan Budaya. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar,

PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity)

Kreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

Perkembangan Intelektual (0-15 Tahun)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB III METODE PENELITIAN. Quasy eksperimen merupakan desain perlakuan tunggal (one shot case study)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Ilmu Pengetahuan; Teknologi; dan Seni (IPTEKS), sehingga

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

(3) bercerita dengan menggunakan papan planel. PENGEMBANGAN KREATIVTTAS SISWA SD MELALUI KEGIATAN BERCERITA. Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Melalui kreativitas yang dimiliki, seseorang akan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan yang sangat penting pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya cipta sering disebut sebagai istilah untuk pengembangan potensi pada peserta didik. Materi pembelajaran berbasis kreativitas diharapkan dapat membekali peserta didik untuk dapat berfikir kreatif sebagai wujud pengembangan potensi dirinya dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Sebagai hasil pengembangan pembelajaran berbasis kreativitas, peserta didik akan mampu mengembangkan penguasaan pengetahuan, konsep dasar, proses pembuatan produk, dan memiliki apresiasi terhadap bidang yang digeluti dan terhadap produk yang dibuat. Selain itu memiliki sikap kreatif dan sikap antusias, serta memiliki kemampuan dalam memdesain produk. Pembelajaran tata busana yang berkaitan erat dengan aspek kreatifitas di antaranya adalah materi pembelajaran tata busana (konsep dasar busana, desain busana, proses pembuatan busana, desain hiasan busana, proses pembuatan desain hiasan busana), lenan atau elemen estetis interior, dan kriya tekstil (konsep dasar kriya tekstil,, desain kriya tekstil, proses pembuatan kriya tekstil, desain hiasan kriya tekstil, proses pembuatan dan desain hiasan kriya tekstil). Pengembangan materi pembelajaran tata busana berbasis kreativitas, selain dapat membekali peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya sekaligus menunjang berkembangnya pendidikan teknologi dan kejuruan, otomatis akan dapat menunjang berkembangnya industri kreatif yang kaya akan khasanah produk-produk kreatif di Nusantara. Kata kunci: pengembangan, pembelajatran tata busana, kreativitas, pendidikan teknologi dan kejuruan. 1. Pendahuluan a. Pengertian Kreativitas Howard Gardner (Alex Sobur, 1986:87) menyatakan bahwa kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil dan berarti bagi masyarakat. Kreativitas biasa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan produk baru. Produk ciptaan hasil kreativitas tidak harus berupa sesuatu yang baru tetapi dapat pula berupa gabungan kombinasi dari produk yang telah ada sebelumnya. Conny Semiawan (1990:8) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat hubungan hubungan baru antar data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan fluency (kelancaran), fleksibility (keluwesan) dan originality (orisinalitas) dalam berfikir dan berkemampuan untuk mengelaborasi sesuatu gagasan. Guilford (Dedi Supriadi, 1994:7) menjelaskan sifat kreativitas, yakni kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah, orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli tidak klise dan elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terinci. Kreativitas meliputi cirri-ciri kognitif seperti kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam pemikiran. Ciriciri afektif meliputi rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Ciri-ciri psikomotor mencakup bertanggungjawab, atau adanya pengikatan diri terhadap tugas (semangat dan motivasi) 285

b. Tahapan Proses Kreativitas Wallas dalam S.C Utami Munandar (1983:78) mengemukakan tahapan kreativitas adalah: Tahap persiapan : Tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Pemikiran divergen sangat penting dalam tahap ini Tahap inkubasi : Tahap individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah, tidak memikirkan masalah secara dasar tetapi menyimpannya dalam alam prasadar Tahap iliminasi : Tahap timbulnya insight atau ahaerlebnis, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan ikut munculnya inspirasi atau gagasan baru Tahap verifikasi : Tahap idea atau kreasi baru diuji terhadap realitas. Pada atau tahap evaluasi tahap ini pemikiran kritis dan konvergen sangat diperlukan David Campbell (Mangunhardjana, 1986: 18) menambahkan tahap konsentrasi yaitu tahap memikirkan sepenuhnya permasalahan yang dihadapi. c. Sikap Kreatif Sikap merupakan salahsatu karakteristik psikologis dari kepribadian, begitu pula dengan sikap kreatif merupakan salah satu karakteristik dari kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif diartikan sebagai ungkapan khas atau unik, minat dan motivasi individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang mencerminkan cirri kreatifnya. Dedi Supriadi (1985:53), mengidentifikasi dua puluh empat ciri sikap kreatif, yaitu: 1) Terbuka terhadap pengalaman baru dan pengalaman tidak biasa 2) Fleksibilitas dalam berfikir merespons 3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi 5) Tertarik pada kegiatan kreatif 6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar 8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti 9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan 10) Percaya dan mandiri 11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas 12) Tekun dan tidak mudah bosan 13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14) Kaya akan inisiatif 15) Peka terhadap situasi lingkungan 286

16) Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan 17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik 18) Tertarik pada hal yang abstrak, kompleks, holistic dan mengandung teka-teki 19) Memiliki gagasan yang orisinal 20) Mempunyai minat yang luas 21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri 22) Kritis terhadap pendapat orang lain 23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik 24) Memiliki kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi d. Kriteria Kreatif Shapiro (Dedi Supriadi, 1994:12) mengemukakan bahwa tanpa ada kejelesan mengenai criteria kreativitas suatu kajian kreativitas patut diragukan keabsahan hasilnya. Criteria kreativitas diperlukan untuk mengidentifikasi rupa kreatif atau produk kreatif. Criteria kreativitas ditentukan oleh dimensi: Dimensi person : Criteria kreativitas yang identik dengan ciri-ciri kepribadian orang kreatif. Menurut teori ini orang-orang kreatif memiliki cirri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif Dimensi proses : Kreativitas menyangkut : Bagaimana seseorang dapat sampai pada suatu produk kreatif Proses apa yang dilaluinya Tahap-tahap apa yang dialaminya Dimensi produk : Produk merupakan hasil kreatvitas yang menunjukkan hasil perbuatan, kinerja, karya dalam bentuk barang atau gagasan. 2. Pembahasan Peserta didik yang kreatif dengan segala karakteristiknya berupaya untuk dapat menentukan pilihan, tidak monoton dalam bersikap dan berfikir dan tidak memilih persepsi lebih baik menjadi peserta didik yang baik daripada menjadi peserta didik yang kreatif. Belajar kreatif berhubungan erat dengan penghayatan terhadap pengalaman belajar yang sangat menyenangkan. Torrance dan Myers (Conny Semiawan, (987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah menjadi peka atau sadar akan masalah, kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsure yang tidak ada, ketidakharmonisan dan sebagainya, mengumpulkan informasi yang ada, membataskan kesukaran atau mengidentifikasikan unsure yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakannya dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya. Belajar kreatif dapat berlangsung secara sadar dalam suatu iklim yang menunjang pendayagunaan kreativitas. Untuk mendorong berfikir kreatif perlu diusahakan suasana terbuka terhadap gagasan baru. Lingkungan perlu diusahakan agar membantu menghilangkan hambatan untuk berfikir kreatif. Dalam iklim yang kreatif terdapat siswa dan guru, mahasiswa dan dosen, anak dan orang tua untuk 287

saling menerima dan saling menghargai. Dukungan positif dari pendidik, orang tua dan pengasuh akan menimbulkan dorongan dalam diri peserta didik untuk berfikir kreatif. Mengidentifikasi kreativitas bagi orang kreatif dapat menggunakan tes kreatif. Tes kreatif digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan dalam berfikir kreatif. Beberapa jenis tes kreatif di antaranya alternate uses, tes of divergent thinking, creativity test for children, Torrance test of creative thinking, creativity asessessment pocket dan tes kreativitas verbal. Tes kreativitas berbeda dengan tes intelegensi terutama pada criteria jawaban. Tes intelegensi menguji kemampuan berfikir memusat atau konvergen, sehingga pilihan jawaban yang dibutuhkan benar atau salah. Tes kreativitas mengukur kemampuan berfikir menyebar atau divergen dan tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kualitas respons seseorang diukur dan sejauhmana memiliki keunikan dan berbeda dari kebanyakan orang. Tes kreativitas yang digunakan untuk melihat tingkat pengembangan kreativitas dalam pembelajaran tata busana yaitu test divergent thinking yang merupakan indicator aspek kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi, serta test divergent feeling yang merupakan indicator aspek mengambil resiko, kesenangan akan kompleksitas, rasa ingin tahu dan imajinatif. Kemampuan seseorang dalam mewujudkan potensi dan mengembangkan kreativitasnya dibutuhkan suatu upaya yang mendukung. Upaya tersebut dapat dimulai dari kondisi dan situasi yang menyenangkan baik di lingkungan rumah maupun lingkungan di sekolah. Tidak adanya kondisi dan situasi yang baik akan menghambat perkembangan kreativitas. Factor social yang ada di masyarakat sering pula menjadi hambatan bagi perkembangan kreativitas. Kondisi keluarga terutama orang tua yang kurang mendukung bagi perkembangan kreativitas dapat dilihat dari perlakuan yang diberikan. Elizabeth B. Hurlock (Meitasari, 1990:29) berpendapat tentang beberapa kondisi rumah yang tidak menguntungkan kreativitas, yaitu membatasi eksplorasi, keterpaduan waktu, dorongan kebersaman keluarga, membatasi khayalan, peralatan bermain yang sangat terstruktur, orang tua yang konservatif, orangtua yang terlalu melindungi dan disiplin yang otoriter. Kondisi kelas juga mempengaruhi perkembangan kreativitas. Apabila tidak menguntungkan, kondisi ini dapat menghambat rangsangan kreativitas yang disediakan dalam lingkungan rumah yang baik. Kondisi kelas yang mengganggu kreativitas yaitu kelas dengan jumlah murid sangat besar yang menuntut disiplin kaku, tekanan kuat pada proses menghafal, larangan terhadap apa yang tidak sesuai dengan yang orisinal, acara kegiatan kelas yang terjadwal ketat, disiplin keras dan otoriter, dan keyakinan para pendidik bahwa peserta didik yang kreatif lebih sulit ditangani dan pekerjaan mereka sukar dinilai diabandingkan pekerjaan anak biasa. Kondisi yang meningkatkan kreativitas adalah waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan yang merangsang, hubungan antar insani yang tidak positif, cara mendidik, kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kondisi lingkungan yang bersifat memupuk kreativitas adalah keamanan dan kebebasan psikologis. Keamanan psikologis dapat diciptakan apabila pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya mereka baik dan mampu. Kebebasan psikologis dapat dirasakan apabila orang tua dan guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan bebas. 3. Kesimpulan Kreativitas dapat menjadi motor dan motivator terhadap kemampuan seseorang untuk dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya. Banyak hal dan kondisi yang mempengaruhi kondisi kreativitas seseorang. Kreativitas tidak bersifat stabil namun dinamis dan dapat diupayakan dari waktu ke waktu. Tidak ada situasi terlambat untuk terus mengembangkan kreativitas. Kreativitas yang di upayakan dalam kondisi baik akan dapat mendorong terciptanya kemampuan menghasilkan produk kreativf baik berupa barang maupun gagasan yang inovatif berdasarkan kenyataan yang telah ada ataupun modifikasinya. Keanekaragaman produk kreatif yang tercipta dapat mendorong berkembangnya keanekaragaman dalam produk kreatif sebagai hasil belajar kreatif. 288

Belajar kreatif merupakan salah satu strategi yang diperdalam dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan. Pendidikan teknologi dan kejuruan menuntut kreatifitas yang kuat dalam kesinambungan kegiatannya. Terciptanya kemajuan teknologi dan kemajuan bidang kejuruan erat kaitannya dengan perkembangan kreatifitas individu. Kreatifitas individu mendorong terciptanya industry kreatif yang semarak sebagai hasil belajar kreatif. Daftar Pustaka Conny Semiawan, (1991), Menghubungkan Perolehan dan Persyaratan Kerja, IKIP Bandung: Mimbar Pendidikan No. 3/X/1991. Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK, Alfabeta, Bandung. Elizabeth Hurlock, (1993), Perkembangan Anak Jilid II, Erlangga, Jakarta Moch. Surya, (1979), Pengaruh Faktor-faktor Non-intelektual terhadap Gejala Berprestasi Kurang, Disertasi, IKIP Bandung, tidak diterbitkan. S.C. Utami Munandar, (1985), Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Aanak Sekolah: Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua, Gramedia, Jakarta. The Liang Gie, (1995), Cara Belajar yang Efisien Jilid II, Liberty, Yogyakarta. 289

290