DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) KOANG

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) BOTOL DAN TEKSTUR

DOKUMENTASI PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) WADAH

DOKUMENTASI PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) AYAM

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

DOKUMENTASI PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) ITIK

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK CETAK (MODEL BEBAS) ABSTRAK

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

Olah rasa dengan teknik pijit/pinch dalam berkreasi melalui media tanah liat

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

KISI-KISI UKG 2015 KRIYA KERAMIK

STUDI TENTANG DESAIN ORNAMEN KERAMIK DI INDUSTRI KERAMIK RUMAHAN DINOYO KOTA MALANG

Standar Kompetensi guru

PEMBENTUKAN KERAMIK DENGAN TEKNIK JIGGER JOLLEY

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah suatu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasar pada paparan hasil dan temuan penelitian, makna perubahan bentuk

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kharissa Probosiwi, 2013

KAKTUS SEBAGAI SIMBOLISASI DIRI DALAM KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo.

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

TOPENG TRADISIONAL SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

EKSPLORASI IMAJINASI MASA KECIL PADA TEKO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB V PENUTUP. simple dan classic memberikan kesan tersendiri. stoneware sukabumi dengan menambahkan waterglass agar tanah cepat

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

BAB V PENUTUP. memahami, dan mendalami untuk sebuah tujuan menciptakan suatu karya. keramik seni. Terwujudnya karya keramik dengan bentuk figur babi

Kerajinan Fungsi Hias

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Teknik Penciptaan Boneka Pertunjukkan Keramik Tokoh Tokoh

PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN SENI GRAFIS CETAK TINGGI BAHAN ALAM: UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN DESAIN DAN PRODUKSI KRIA KERAMIK

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Seni Budaya X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

SILABUS PEMBELAJARAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

SESELET BALI. Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si

Aspek-Aspek Karya Seni Rupa

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB 1 SENI RUPA TIGA DIMENSI

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

3. Karakteristik tari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

BAB I PENDAHULUAN. Seni merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian

SILABUS PEMBELAJARAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: HOME SWEET HOME Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

SILABUS PEMBELAJARAN

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

Transkripsi:

DOKUMENTASI KARYA SENI RUPA (KRIYA KERAMIK) KOANG Judul : Koang Media : Tanah Liat (Keramik) Ukuran : 34 X 33 X 6,5 Cm. Teknik : Cetak Tahun : 2009 Dibuat Oleh: Nama : B Muria Zuhdi NIP : 19600520 198703 1 001 Jurusan/Program Studi : Jurusan Pendidikan Seni Rupa/Program Studi Seni Rupa Golongan/Jabatan : IVa/ Pembina Fungsional/Akademik : Lektor Kepala Bidang Ilmu/Mata Kuliah : Pendidikan Seni Rupa/Seni Kriya Fakultas/Universitas : FBS/ Universitas Negeri Yogyakarta Keterangan: Dipamerkan di Gedung PLA FBS UNY pada Pameran Nasional Seni Rupa Dosen Alumni dan Mahasiswa (DAM) dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda dengan tema Semangat Sumpah Pemuda dalam Spirit Cipta Seni Rupa tanggal 27 30 Oktober 2009 1

KOANG (Karya Kriya Keramik) Tulisan ini untuk mendeskripsikan karya kriya keramik yang dipamerkan pada Pameran nasional Seni Rupa Dosen Alumni dan Mahasiswa (DAM) dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda dengan tema Semangat Sumpah Pemuda dalam Spirit Cipta Seni Rupa Tanggal 27 30 Oktober 2009 Oleh: Drs. B Muria Zuhdi, M.Sn. NIP. 19600520 198703 1 001 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 2

DESKRIPSI KARYA A. Judul Karya: "Koang" Karya dua dimensi dari tanah liat (Keramik) Ukuran: 34 X 33 X 6,5 cm. B. Konsep Penciptaan Kesenian topeng dapat ditemukan diberbagai belahan dunia. Topeng, mungkin termasuk salah satu diantara peninggalan budaya manusia tertua. Ada bukti-bukti orang telah memakai topeng jauh sebelum orang bisa mengolah tanah, dan tentu saja sebelum orang menemukan logam dan menempanya. Di Indonesia, topeng merupakan salah satu hasil seni budaya bangsa yang dewasa ini masih dapat kita jumpai. Di berbagai daerah topeng, mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda karena tiap daerah memiliki adat-istiadat dan kepercayaan yang berbeda. Perbedaan itu antara lain topeng yang difungsikan sebagal perwujudan, pemujaan, bekal kubur, perlengkapan busana tari, dan lain-lain. Topeng pada awalnya digunakan untuk menyembunyikan identitas asli pemakainya bukan untuk memerankan tokoh tertentu dalam sebuah lakon (Murgiyanto, 1982:52). Topeng atau kedok sebenarnya merupakan gambar, oleh pembuatnya dianggap mempunyal kekuatan gaib yang dapat menolak suatu bahaya yang datang dari luar dirinya. Kekuatan ini diperoleh melalui penggambaran yang aneh, menakutkan/seram, dan jenaka. Penggambaran topeng dari wajah manusia itu, dianggap mempunyai kekuatan sakti, lebih-lebih pada bagian matanya (Hoop, 1949: 10 1). Tradisi seni topeng di Indonesia sudah turun-temurun dari generasi ke generasi. Bentuk topeng tersebut merupakan penggambaran karakter atau perwatakan. Topeng dengan tipe watak yang manis, digunakan untuk raja yang halus atau seorang putri, tipe keras untuk raja yang gagah, tipe galak menakutkan untuk peran raksasa, tipe lucu untuk peran pengiring raja, tipe tua untuk peran resi atau dewa, dan sebagainya. Topeng Jawa berbentuk kecil dan realistik. Fungsi topeng dan pertunjukan topeng Ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan ekpresi seni, bukan dilandasi unsur religi, merupakan upaya untuk menggambarkan tipologi perwatakan (Sedyawati, 1993:6-7) Persentuhan budaya antar kelompok masyarakat mengakibatkan terjadinya perubahan budaya (Haryono 2002: 1). Dalam tata kehidupan modem sekarang ini, terjadi pergeseran dan 3

perkembangan topeng, baik yang menyangkut corak, bentuk maupun fungsinya. Oleh Karena itu, dalam penciptaan topeng tidak hanya terbatas pada bentuk tradisional (klasik) saja, melainkan juga pada pengembangan bentuk sebagai kreasi baru. Topeng bentuk baru ini mulai mengesampingkan pola-pola tradisional, dan semata mata untuk kepentingan komersial (ekonomi) maupun untuk kepentingan ekspresi pribadi. Hal terakhir yang disebut merupakan upaya pemanfaatan topeng baik primitif, tradisional (klasik) sebagai sumber inspirasi penciptaan karya-karya yang berpihak 'mengabdi' pada kepentingan estetik muni yang bersifat personal. Topeng disebut juga dengan kedok, raket, tapel, tapuk, anapuk, paket dan sebagainya. Dalarn buku yang berjudul Perkembangan Topeng Bali sebagai Seni Pertunjukan dijelaskan bahwa kata topeng berasal dari kata "tup" yang berarti tutup. Karena gejala bahasa yang disebut formatif form (pembentukan kata), kata "tup" ditambah saja dengan kata "eng" yang kemudian menjadi "tupeng". Tupeng kemudian mengalami beberapa. perubahan sehingga menjadi topeng (Bandem, 1976:1). Topeng, sebagai seni budaya warisan leluhur bangsa Indonesia sangat menarik untuk dijadikan sumber inspirasi penciptaan karya-karya keramik seni. Pada sempatan ini saya ingin menciptakan karya-karya keramik yang berujud topeng dekoratif, yaitu keramik yang dibuat untuk kepentingan estetik murnii yang tidak berhubungan sama sekali dengan kepentingan kegunaan (fungsi praktis). Keinginan untuk membuat karya topeng keramik dekoratif ini sejalan dengan pemikiran dan realitas yang berkembang menyangkut pergeseran fungsi keramik yang dahulunya dibuat hanya untuk kepentingan kugunaan praktis bergeser menjadi keramik hias dan keramik ekspresif. Berkaitan dengan perkembangan fungsi keramik ini Soedarso SP. (1997:-) mengungkapkan: Pada mulanya, keramik sebenamya merupakan salah satu jenis karya seni rupa terapan (aplied art), namun dalam perkembangan terakhir, banyak keramik lahir sebagai ekpresi murni, yang dasar penciptaannya samata-mata untuk kebutuhan ekspiesi. Keramik yang merupakan bidang garapan kriya, telah menemukan ruang yang lapang untuk berekspresi. Karya keramik pada kenyataannya dapat berupa benda pakai, benda hias atau karya seni individual (keramik-ekpresi). Pada kehidupan nyata banyak ditemukan karyakarya kriya yang pada awal pembuatannya tidak diniatkan untuk menjadi karya seni, karena karya itu demikian 'indah' dan sayang apabila digunakan serta lebih bernilai sebagai 'benda 4

pajang', maka karya kriya itu telah menjadi karya seni. Sejalan dengan kenyataan itu Widagdo (1999:2) mengatakan: Kriya dan seni murni tumbuh dari pohon ilmu seni, dari cabang seni dengan ranting yang berbeda. Meskipun rantingnya berbeda, kriya yang bermutu tinggi dengan kualitas "craptmanship" yang unggul dan mutu estetis prima, dan bila kehadiran kriya ini nilainya sudah melebih aspek gunanya, karya kriya dapat menjadi karya seni,... Di depan telah disebutkan bahwa. keramik topeng yang akan dibuat adalah topeng dekoratif. Pengertian dekoratif ialah sebuah karya yang memiliki daya (unsur) (menghias yang tinggi atau dominan (Susanto, 2002:30) Kata dekoratif sendiri mengandung arti "penuh dengan hiasan ornamen", akan tetapi pembuatan topeng dekoratif ini tidak dimaksudkan untuk membuat hiasan, melaikan lebih ditujukan untuk kepentingan ekspresi personal yang domain pembuatannya adalah 'kebaruan' sesuai dengan cita rasa estetik masa kini (kontemporer). Estetika kontemporer dalam konteks seni murni selalu menuntut kebaruan dalam setiap penciptaan karya-karyanya. (Bastomi, 1992:46). Oleh karena itu, orientasi penciptaan keramik- ekspresi ini akan berupaya menghadirkan mlai-nilai baru dengan pemanfaatan tradisi seni topeng masa lampau yang ditrapsformasikan sedemikian rupa dalam wujud keramik seni (ekspresi) dengan dilandasi eksplorasi bentuk, tekstur, dan warna. Kebaruan itu tidak terlepas pada acuan keunikan yang karakteristik, spesifik dan bercitra etnik sesuai dengan kedalaman dan pengalaman yang saya miliki selama menggauli seni Seni, dalam pengertian yang paling sederhana adalah usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita bisa menemukan kesatuan atau "harmoni dalam hubungan bentuk-bentuk dari kesadaran persepsi kita (Read, 2000:1-2). Pada kesempatan ini, keindahan yang akan dihadirkan dalam penciptaan topeng dekoratif, salah satunya adalah dengan upaya penerapan hiasan (ornamen) yang raya yang merupakan jiwa (tradisi) kekriyaan di masa lampau yang terus perlu dijaga dan terus ditumbuh kembangkan sebagai bagian dari ciri khas keunggulan bangsa. Berkaitan dengan ini Takdir Alisjahbana yang di kutip oleh Claire Holt (2000:320-321) pada tahun 60-an pernah menulis sebagal berikut: Ketrampilan-ketrampilan arstistik tradisional Indonesia, pengertiannya tentang bentuk serta warna, serta warna tambahannya yang unik tentang pemikiran semuanya dapat dipergunakan untuk memberi hidup ideal-ideal serta nilai-nilai abstrak dari masa 5

baru, walaupun penggunaan-pengunaan ini bisa menjadi sangat berbeda dari dan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai serta citacita masa lampau... Berdasarkan ungkapan di atas, maka segala kemungkinan dalam menggali dan mengembangkan kekriyaan dapat ditempuh hingga pada batas-batas yang dapat diterima. oleh masyarakat (-pendukung)-nya. Selanjutnya Takdir Sjahbana mengatakan bahwa di dalam bidang seni, rentang dari eksperimen adalah sangat besar. Ada begitu banyak ketrampilan, gaya, serta bahan yang diwariskan dari kebudayaan lama yang dapat diubah pada penggunaan yang berhasil di dalam kebudayaan baru (Holt, 2000:320-321). Nilai kebaruan yang coba dikedepankan dalam 'proyek penciptaan topeng keramik dekoratif ini antara lain adalah unsur material, teknik pembentukan dan teknik dekorasi serta bentuk atau perwujudannya. Dari segi material dapat dikemukakan bahwa pembuatan topeng dengan menggunakan tanah liat (keramik) adalah merupakan hal yang baru. Dengan kata lain penggunaan tanah liat dalam pembuatan topeng keramik belum banyak dilakukan oleh pekriya. Topeng di masa lalu biasanya dibuat dari bahan kayu dengan teknik pengerjaan diraut dan diukir (Prayitno, 1990:3). Oleh karenannya, pernbuatan topeng keramik merupakan tantangan yang dapat memberikan berbagai kemungkinan dalam perwujudannya yakni menyangkut bentuk, teknik, dan tata artitisnya. Dari segi teknik pembentukan topeng yang menggunakan bahan kayu tentu berbeda dengan bahan tanah liat, karena karakter bahan kayu yang relatif keras hanya mungkin dikerjakan dengan cara dikurangi (diukir atau diraut). Adapun penggunaan bahan tanah liat dengan karakternya yang lunak (plastis) memberikan banyak kemungkinan teknik pembentukan sejalan dengan teknik-teknik yang ada dalam dunia keramik. Dalam membuat keramik dikenal teknik pembentukan pijit (pinching), pilin (coil), lempeng (slab building), Putar (wheel Throwing), cetak, dan bebas (modeling) (Tim Penyusun, 1993:64-85). Pada dasarnya teknik pembentukan keramik dapat dibagi kedalam 2 golongan besar yaitu teknik pembentukan dengan tangan dan teknik pembentukan dengan mesin. Teknik dengan tangan merupakan cara yang populer untuk menghasilkan bentuk-bentuk fungsional dan dekoratif. Teknik pembentukan dengan mempergunakan mesin dapat dilakukan dengan alat pemutar/mesin yang digerakan oleh tangan/kaki yaitu pembentukan dengan teknik putar, maupun yang digerakan oleb tenaga listrik misalnya teknik putar listrik (Astuti, 1997:32-33). Ada juga teknik pembentukan dengan mesin yang dilakukan dengan cara di tekan/pres untuk membuat benda-benda yang biasanya berbangun tidak silinder. Teknik pembentukan dengan 6

mesin pada umumnya digunakan untuk membuat benda-benda keramik pakai/guna (Fungsional Praktis). Disamping kedua macam teknik ini masih ada altematif lain yaitu teknik pembentukan dengan cetakan gips. Teknik inilah yang menjadi pilihan dalam membuat topeng keramik dekoratif. Alasan dipilihnya teknik cetak gips adalah untuk medapatkan hasil keramik yang ketebalannya relatif sama, sehingga memberikan 'keamanan/keselamatan' dalam proses pengeringan dan pembakaran. Selain itu, apabila masih saja terjadi kerusakan dalam proses pengeringan dan pembakaran, maupun 'kegagalan' dalam pemberian engobe ataupun gelasir, maka cetakan gips dapat digunakan lagi hingga menghasilkan karya yang optimal sesuai dengan kehendak penulis. Teknik dekorasi untuk topeng kayu biasanya diberi omamen dengan teknik ukir atau raut dan diberi warna cat. Adapun teknik dekorasi untuk topeng yang menggunakan bahan dasar tanah liat (keramik) akan memberikan banyak kemungkinan seperti ditoreh, ditempel, atau peluang teknik yang kompleks (bervariasi). 1. Rancangan Penciptaan Karya keramik Uraian berikut akan menjelaskan secara berurutan rancangan penciptaan karya topeng a. Rancangan Bentuk Dari segi bentuk atau perwujudan topeng keramik ini akan dibuat bebas, tidak terikat dengan bentuk-bentuk topeng primitif maupun tradisional-klasik. Topeng keramik yang akan diciptakan diupayakan menampakan citra etnik nusantara dengan mengolah atau pemberian ornamen yang raya yang diterapkan utamanya pada bagian jamang ( mahkota) b. Rancangan Bahan dan Teknik Pembuatan Tanah liat yang akan digunakan dalam pembuatan topeng keramik adalah tanah liat earthenware. Pertimbangan yang mendasar digunakannya tanah earthenware ialah suhu bakar yang hendak dicapai dalam pembuatan topeng ini tidak lebih dari 1200ºC. Oleh kerenanya tanah jenis earthenware sudah memadai untuk kepentingan penciptaan karya topeng keramik ini. Teknik pembuatan yang akan digunakan adalah teknik cetak tuang dengan cetakan tunggal. Cetakan tidak dibuat dalam keadaan final (selesai/sempuma), melainkan dibuat 7

globalnva saja, dengan pengertian detail topeng pada bagian hidung, mata, mulut, dan ornamennya dibuat kemudian. c. Rancangan Dekorasi Dekorasi yang akan dikenakan pada topeng keramik ini meliputi ornamentasi dan glasir. Dimaksud dengan ornametasi ialah penerapan ornamen pada topeng keramik dengan teknik tempel dan gores yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan susunan ornamen yang menarik sesuai dengan bentuk keseluruhannya. Adapun yang dimaksud dengan dekorasi glasir adalah penerapan glasir (lapisan gelas dengan oksida warna) yang sesuai. dengan karakter bentuk keramik topeng yang akan diwujudkan. 2. Pengujudan Karya dibawah ini. Proses pengujudan dan karya topeng keramik secara berurutan akan diuraikan a. Penyiapan desain Proses pembuatan desain dilakukan dengan diawali membuat alternatif sket-sket. Kemudian dari sket-sket yang dibuat itu dipilih sket vang terbaik untuk diwujutkan menjadi karya. b. Pembutan karya Pengujudan karya dimulai dengan membuat model terlebih dahulu, kemudian diteruskan dengan membuat cetakan dengan gips. Setelah cetakan gips jadi, sebelum digunakan cetakan harus dikeringkan terlebih dahulu dengan lemari pengering. Setelah cetakan gips kering, kemudian dilakukan proses lanjutan pembutan topeng keramik ini dengan pencetakan topeng dengan teknik cetak tuang. Setelah topeng jadi (diambil dari cetakan), baru kemudian diberi ornamen tempel dan gores, serta dibuat detailnya (mulut, hidung, mata, dan bagian-bagian lainnya yang memang perlu dibuat detailnya). Setelah selesai pemberian ornamen dan pengerjaan detail bagian wajah, dilanjutkan dengan pengeringan, dan kemudian diteruskan pembakaran biscuit. Selesal pembakaran biscuit, diteruskan dengan pekerjaan penerapan glasir dengan cara dikuas dan disemprot dengan spraygun. Pekerjaan akhir adalah pembakaran gelasir pada suhu 1150'C. 8

c. Hasil Karya Judul : Koang Media : Tanah Liat (Keramik) Ukuran : 34 X 33 X 6,5 Cm. Teknik : Cetak Tahun : 2009 3. Penjelasan Karya Topeng keramik yang diciptakan memiliki jamang yang besar, yang diilhami oleh bentuk tudung (Tutup) kepala. Tudung ini kemudian direka bentuknya menjadi bidang-bidang yang lebar sehingga dapat diberi dekorasi ornamen yang raya. Tudung adalah pelindung kepala yang biasa dikenakan oleh masyarakat tradisional diberbagai wilayah nusantara. Warna glasir coklat memberikan kesan akrab dan natural. Ornamen pilin geometrik ditampilkan dengan dasaran warna yang lebih terang agar ornamen tersebut hadir menonjol. 4. Penyajian karya Karya seni berjudul "KOANG" diciptakan dan dipamerkan pada Pameran Nasional Seni Rupa DAM 90 (Dosen, Alumni dan Mahasiswa) Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY pada tangal 27 30 Oktober 2009, di gedung Pusat Pelayanan Akademik (PLA) FBS UNY 9

DAFTAR PUSTAKA Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Bandem, I Made dan Rembang, I Nyoman. 1976. Perkembungan Topeng Bali sebagai Seni Pertunjukan. Denpasar: Pernerintah Daerah Tingakat I Bastomi, Suwaji. 1992, Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press Haryono, Timbul. 2002. "Terminologi dan Perwujudan Seni Kriya Masa Lalu dan Masa Kini Sebuah Pendekatan Historis-Arkeologis". Makalah Seminar Internasional Seni Rupa 2002 PPs ISI Yogyakarta. Yogyakarta Holt, Claire. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Alih Bahasa R.M. Soedarsono. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Nugoho, Adhi. 1999. "Kriya Indonesia, sebuah wilayah Sumber Inspirasi yang Tak Terbatas" dalam Konperensi Tahun Kriya dan Rekayasa 1999. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 26 November 1999. Prayitno, Aming. 1990. "Seni Topeng dan Pengembangannya". Katalog Pameran Topeng Klasik dan Kreasi Baru. Yogyakarta-. Taman Budaya 10-15 Januari 1990 Read, Herbert. 2000. Seni Arti dan Problematiknya, (Terjernahan Soedarso Sp.). Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sedyawati, Edi. 1993. Topeng dalam Budaya. Jakarta: PT. Gramedia. Soedarso Sp., 2000. "Revitalisasi Seni Rakyat dan Usaha Memasukkannya Kedalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Jurnul Pinisi. Edisi Khusus Jum. Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa Kumpulan IstilahSeni Rupa. Yogyakarta". Kanisius. Wdagdo,1999. Pengembangan Disain Bagi Peningkatan Kria". Makalah dalam Konperensi Tahun Kria dan Rekayasa 1999. Bandung: ITB, TgI 26 Nov. 1999 Van der Hoop. A N.J.Th.a.Th., 1949. Indonesische Siermotieven. cn Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Watenschappen, t.k. 10