BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
TABEL KEGIATAN DI MASJID AGUNG DEMAK DALAM PENINGKATAN DAKWAH ISLAM. 1) Kegiatan harian NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU 1 Sholat berjamaah

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Tepus berada di sebelah selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. didefinisikan sebagai ruang ibadah, namun. pengkhususan, sebagai pusat kendali permukiman Tanean Lanjang

BAB IV ANALISIS SISTEM MARKETING TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH CALON ANGGOTA DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB V PEMBAHASAN. A. Efektifitas Remaja Masjid Al-Istiqomah Dalam Pembinaan Kehidupan. 1. Kegiatan Remaja Masjid Yang Mengarah Pada Kehidupan Beragama

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBINAAN ROHANI ISLAMUNTUK MENINGKATKAN PENGAMALAN AJARAN AGAMA ISLAM DI RS. ISLAM SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut :

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

Rahasia Manajemen Masjid Jogokaryan Yogyakarta

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Judul Redesain Masjid Darussalam Sebagai Tempat Ibadah dan Pusat Bisnis di Kampung Perhiasan Jayengan

1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP Kesimpulan

TAKMIR MASJID AL-MUHAJIRIN - TAMAN BOSTON RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN RINCIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN DAKWAH DI RUMAH SAKIT ISLAM PATI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

PROPOSAL PROGRAM BINA ANAK MUSLIM PEDALAMAN. Pembinaan Spiritual Kreatifitas dan Assertifitas Anak-Anak Muslim Pedalaman

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep spasial Lamin

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai pusat pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan Hakim (19 91) dimana ruang terbuka merupakan elemen

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

3 LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN PERIODE LIII TAHUN AKADEMIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB V KESIMPULAN. setelah seseorang divasektomi maka untuk selanjutnya ia tidak lagi dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Pengajian Rutinan Tafsir Al-Qur an

Laporan Pelaksanaan. Kegiatan Buka Puasa Bersama 1435H Masjid Al Muhajirin. Disusun Oleh: PRIFAM1435H

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

ANALISA KAPASITAS MUSHOLLA KHOIRUS SUBBAN

A. Kegiatan Terlaksana

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu aktor dalam perguruan tinggi karena

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I DESKRIPSI WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

PENGEMBANGAN KAMPUNG SANTREN GADINGKASRI

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

KETELADAN DARI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA SEBAGAI LINGKUNGAN HUNIAN YANG NYAMAN

BAB III PERSEPSI BURUH BATIK TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK DI KELURAHAN PRINGREJO KOTA PEKALONGAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. bersumber pada aspek, fragmen atau pada dimensi sosialnya. Di sisi lain, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

S A M B U T A N PADA UPACARA PERINGATAN HARI JADI BOGOR KE-534 TAHUN 2016 TINGKAT KABUPATEN BOGOR. 3 Juni 2016

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

Pernyataan Variabel Pendidikan Agama dalam Keluarga (X1)

KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. justru menciptakan efek-efek yang tidak diharapkan. Sifat ambigu dan kompleks yang

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali ditempuh adalah melalui ajakan, seruan atau himbauan yang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berbicara mengenai Kampung Kauman, tidak akan lepas dari identitasnya sebagai kampung santri. Dan dalam perkembangan permukimannya, kampung Kauman Surakarta membangkitkan sektor ekonomi dengan mengusung identitas sebagai kampung wisata batik. Keberadaan Kampung Kauman Surakarta tidak jauh dari Masjid Agung yang begitu penting dalam masa kejayaan Keraton Surakarta dan perkembangan agama Islam itu sendiri. Aktivitas keagamaan yang menonjol menjadi faktor utama dimunculkannya nama kampung santri dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap setting untuk melakukan aktivitas keagamaan tersebut. Dari serangkaian analisis yang dilakukan pada tesis ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Bagan 6.1 Sistem setting dan sistem aktivitas keagamaan di Kampung Kauman Surakarta 246

1. Sistem setting dan sistem aktivitas keagamaan yang ada di Kampung Kauman Surakarta Gambar di atas menunjukkan sistem aktivitas dan sistem setting yang ada pada Kampung Kauman Surakarta. Ada beberapa poin penting yang menjadi penjelasan mengenai bagan di atas, yaitu: a. Adanya hirarki yang terjadi pada sistem setting dan sistem aktivitas keagamaan di Kampung Kauman Surakarta. Jika digambarkan dalam sebuah piramida hirarki akan menjadi sebagai berikut: Masjid Agung Langgar dan Fasilitas Umum Rumah dan bangunan lainnya Gambar 6.1 Hirarki dalam sistem setting dan sistem aktivitas keagamaan di Kampung Kauman Surakarta Hirarki tersebut menandakan adanya tingkat kepentingan ruang. Untuk kegiatan berskala kecil, dilakukan di rumah tinggal dan bangunan lainnya. Kegiatan tersebut lebih banyak dilakukan oleh warga sekitar dan juga lebih banyak yang bersifat mingguan. Dalam beberapa kegiatannya, mampu mengubah teritori privat sebuah rumah tinggal menjadi semi publik. Untuk kegiatan berskala sedang, dilakukan di langgar dan fasilitas umum yang ada di Kampung Kauman Surakarta. Kegiatan tersebut lebih banyak dilakukan oleh warga Kauman dan juga warga dari luar Kauman. Kegiatan yang dilakukan lebih banyak bersifat harian dan mingguan serta beberapa diantaranya mampu mengubah teritori publik menjadi semi publik. Semakin kegiatan tersebut dilakukan pada hirarki paling tinggi dengan skala besar (kota), yakni Masjid Agung Surakarta, maka pelaku 247

kegiatannya semakin banyak dan melibatkan orang orang dari luar Kauman. Kegiatan yang dilakukan juga mampu mengubah teritori publik menjadi semi publik. b. Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh pelaku pria lebih banyak di Masjid Agung, sedangkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh pelaku wanita lebih banyak di rumah rumah penduduk. c. Pelaku kegiatan keagamaan yang berasal dari luar Kampung Kauman Surakarta memiliki keterikatan tempat yang besar. Hal itu disebabkan karena mereka pernah tinggal di Kampung Kauman, sehingga masih ingin melakukan aktivitas keagamaan yang sudah rutin sebelumnya. d. Sistem setting untuk kegiatan keagamaan di Kampung Kauman bersifat temporal, mereka melakukannya secara bergiliran dari satu tempat ke tempat yang lain berdasarkan waktu dilaksanakannya kegiatan. Hal ini terjadi karena semakin banyak rumah atau tempat yang membuka diri untuk kegiatan keagamaan, namun sebenarnya pelaku kegiatan orang orang yang kurang lebih sama. e. Di tengah identitasnya saat ini yang merupakan Kampung Wisata Batik Kauman, ternyata aktivitas keagamaannya masih terus berjalan dan berkembang. Beberapa showroom batik pun memberikan toleransi ruang untuk melakukan aktivitas keagamaan. Hal ini cukup menggambarkan kegiatan perekonomian dan keagamaan di Kampung Kauman bisa berjalan beriringan. 2. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang dari sistem setting dan sistem aktivitas keagamaan tersebut terbagi dalam beberapa jenis aktivitas, antara lain: a) Kegiatan di Masjid Agung Surakarta Kegiatan yang terjadi di Masjid Agung Surakarta lebih bersifat tahunan. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan sholat lima waktu berjama ah, sholat Jum at, kegiatan Ramadhan, kegiatan Hari Besar Islam, Takbiran, Jamuro, Halal bihalal, sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Dari data sampel yang diperoleh dari lokasi berwarna kuning seperti gambar di bawah ini 248

menunjukkan kuatnya faktor aksesibilitas. Jarak yang dekat membuat pelaku melakukan aktivitas keagamaannya di Masjid Agung. Akan tetapi area yang diberi warna oranye, juga tetap melakukan kegiatan tahunan di Masjid Agung. Faktor makna menjadi faktor yang kuat pengaruhnya karena mereka percaya dengan keberkahan dan pahala yang diperoleh ketika melakukan aktivitas aktivitas tahunan di Masjid Agung. Gambar 6.2 Gambaran mengenai faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang di Masjid Agung b) Kegiatan di Langgar dan Fasilitas Umum Kegiatan yang terjadi di Langgar dan juga fasilitas umum lebih bersifat harian dan mingguan. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan sholat lima waktu berjama ah, sholat Jum at, pengajian tafsir, pengajian umum, pengajian fiqih, tadarus Al Qur an, TPA, dan belajar tajwid. Dilihat dari tatanan setting setiap langgar membentuk cluster. Yang mana mengelompok satu sama lain mewadahi aktivitas pelaku di sekitarnya. Dari gambar di bawah ini, terlihat bahwa mayoritas pelaku memanfaatkan ruang untuk aktivitasnya di langgar adalah karena faktor aksesibilitas. Yakni faktor jarak yang dekat secara waktu tempuh dan juga persepsi visual. Selain itu, dipengaruhi juga faktor sosialitas dan kenyamanan. Sosialitas di sini adalah bentuk kegiatan secara berkelompok saling 249

mengajak satu sama lain. Sedangkan kenyamanan di sini adalah kenyamanan dengan lingkungan yang sudah mereka kenal sebelumnya. Gambar 6.3 Gambaran mengenai faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang di Langgar dan fasilitas kampung c) Kegiatan di rumah tinggal dan bangunan lainnya Kegiatan yang terjadi di rumah tinggal dan bangunan lainnya lebih bersifat mingguan. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan pengajian tafsir, pengajian fiqih, pengajian tajwid dan pengajian umum. Dari ilustrasi gambar di bawah ini, terlihat bahwa penggunanaan ruang didominasi oleh kelompok kelompok kecil yang berasal dari Kauman, dari luar Kauman yang memiliki keterikatan tempat maupun dari luar Kauman yang tidak memiliki keterikatan tempat. Faktor yang paling besar berpengaruh adalah sosialitas dan kenyamanan. Di mana mereka melakukan kegiatan secara berkelompok karena ajakan teman, tetangga, maupun para pedagang. Kenyamanan di sini adalah kesesuaian pelaku terhadap materi yang diberikan, serta pembicara atau pengajar di setiap aktivitas pengajian. 250

Gambar 6.4 Gambaran mengenai faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang di rumah tinggal dan bangunan lainnya 6.2 Saran Setelah penulis melakukan penelitian di lapangan kemudian mengolah data dan melakukan analisis secara mendalam maka diharapkan: 1. Nantinya akan menjadi pertimbangan pemerintah kota dalam program perbaikan fasilitas sebuah kampung, karena Kauman merupakan salah satu Kampung Kota di Surakarta. Sehingga dalam program perbaikan dan peningkatan kualitas kampung diutamakan pada potensi yang dimiliki. Dalam hal ini, Kampung Kauman memiliki potensi yang besar dan erat kaitannya dengan aktivitas keagamaan sehingga setting - setting yang kerap digunakan untuk aktivitas keagamaan di atas bisa lebih diperhatikan. Hal ini diharapkan mampu diprioritaskan untuk menunjang dan membangun identitas Kauman sebagai kampung santri, sebagaimana sejarahnya dahulu. 2. Sistem aktivitas keagamaan yang cukup padat di Kauman tersebut selama ini mayoritas dimanfaatkan oleh penduduk yang berasal atau tinggal di luar Kauman. Warga Kauman yang kebanyakan adalah 251

pendatang tidak terlalu banyak melakukan aktivitas keagamaannya di Kampung Kauman. Untuk itu diperlukan adanya sosialisasi yang lebih lagi, supaya dari warganya sendiri bisa memanfaatkan seting yang ada untuk meningkatkan aktivitas keagamaan di Kampung Kauman. Selain itu untuk regenerasi dalam hal pelestarian, sebaiknya ada sosialisasi lebih untuk kegiatan keagamaan bagi remaja di Kampung Kauman Surakarta. 3. Penulis menyadari kalau dalam penulisan maupun penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan penyempurnaan untuk penelitian serupa. Adapun bentuk dari penyempurnaan itu bisa berupa penelitian yang lebih mendalam mengenai setting dan aktivitas keagamaan dengan membandingkan antara Kampung Kauman yang ada di beberapa daerah di Jawa. Sehingga bisa mendapatkan karakter masing masing Kampung Kauman dan juga benang merah dari aktivitas serta setting satu tempat dengan yang lain. 252