JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal), Volume 2, Nomor 2, Pebruari 2014 Online di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

KONTRAK PERKULIAHAN 3. STANDAR KOMPETENSI

HUBUNGAN PAPARAN PARTIKEL DEBU KAYU DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI UD. SURYA ABADI FURNITURE, GATAK, SUKOHARJO

Peralatan Perlindungan Pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

Analisis Penerapan Keselamatan Kerja Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan Pendekatan Fault Tree Anlysis (FTA)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PAKERJA PELINTING ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

BAB I PENDAHULUAN. tenaga professional yang mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif. Masalah

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi pertanian dan juga maupun dari segala industri yang lainya. Julukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

EFFECTIVENESS OF EYE STRETCH TO REDUCE EYE TIREDNESS LEVEL ON FALSE EYELASH WORKERS IN PENGADEGAN VILLAGE, PENGADEGAN DISTRICT, PURBALINGGA REGENCY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGELASAN DI KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON SELATAN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WILAYAHKECAMATAN SAMPOLAWA Jl. UwebontoKel. Jaya Bakti Kec. Sampolawa

agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

Transkripsi:

Perbedaan Paparan Debu Pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum Dan Sesudah Pemasangan Local Exhaust Ventilation *) **) Ghaniysara *), Bina Kurniawan **), Baju Widjasena **) Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT The rice milling process gives rise to variety of hazard. Hazard identification in the rice milling in Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang shows that there is chemical hazard in the form of grain dust that is included in organic dust. Dust is hazard that negatively affect number one in causing occupational disease. Disease arising due to organic dust, among others, organic dust toxicity syndrome, farmer lung and asthma. Preliminary research in the rice milling in Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang shows that the workers often feel uncomfortable and have difficulty breathing while working because of the grain dust. Therefore, the control needs to be done to reduce dust exposure, namely the installation of local exhaust ventilation. The purpose of this research is to analyze the differences of dust exposure to rice milling workers in Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang before and after the installation of local exhaust ventilation. This is an experimental research with one group pretest posttest design. The population in this research is measurement results of dust exposure to rice milling workers in Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. The sample of this research is each four measurement results of dust exposure before and after the installation of local exhaust ventilation. Data analysis is conducted by comparing measurement results of dust exposure before and after the installation of local exhaust ventilation. The results showed that dust exposure after the installation of local exhaust ventilation dropped amounted to 0,5 mg/m 3, 0,3 mg/m 3 and 2,0 mg/m 3. The conclusion is the installation of local exhaust ventilation in rice milling Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang can reduce the dust exposure. Keywords : dust exposure, local exhaust ventilation, rice milling Bibliographies : 33, 1973-2013 98

PENDAHULUAN Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung amat pesat, baik industri formal maupun informal. Namun, jumlah pekerja di sektor informal masih jauh lebih besar bila dibandingkan dengan formal. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Pebruari 2013 jumlah pekerja sektor formal sebanyak 45,6 juta orang (39,98%), sementara jumlah pekerja sektor informal sekitar 68,4 juta orang (60,02%). 1 Industri informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, usaha-usaha di luar sektor modern atau formal yang mempunyai ciri-ciri sederhana, skala usaha relatif kecil serta umumnya belum terorganisir dengan baik seperti industri rumah tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. 2 Persoalan utama higiene perusahaan dan kesehatan kerja di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan adalah lokasi dan beroperasinya perusahaan yang biasanya berada di daerah rural (pedesaan), sehingga higiene dan kesehatan pedesaan langsung mempengaruhi keadaan higiene dan kesehatan masyarakat petani dan pekebun serta masyarakat kehutanan. Selain itu tenaga kerja menghadapi risiko aneka penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja serta perlunya penyesuaian terhadap perkembangan cara kerja dan proses produksi dengan menggunakan teknologi baru. Penyakit paru yang disebabkan oleh jamur terdapat pada pekerja yang mengerjakan pengolahan bahan organis, misalnya penyakit Aspergillosis paru pada pekerja yang memproses gandum. Demikian juga alergi, misalnya grain asthma sering diderita oleh pekerja pertanian. 3 Higiene lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungannya. Tujuan higiene lingkungan kerja adalah menerapkan teknologi di lingkungan kerja, sehingga paparan zat berbahaya baik kimia, fisika, biologik atau ergonomi bisa diperkecil atau diminimalkan. 4 Salah satunya dengan pemasangan exhaust fan sebagai upaya pengendalian lingkungan kerja. 5 Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol bahaya lingkungan kerja pada sumbernya demi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan yang kotor dan tekanan suhu yang ekstrim akan mengalami kecenderungan kecelakaan, gangguan kapasitas kerja dan kapasitas mental, kepuasan kerja rendah dan produktivitas yang tidak maksimal. 4 Penggilingan padi berfungsi untuk menghilangkan sekam dan lapisan aleuron dari biji beras, sebagian mapun seluruhnya, agar menghasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pemecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras. 6 Dalam proses penggilingan tersebut, timbul berbagai potensi bahaya yang mengancam pekerja, antara lain debu dan kebisingan. Debu merupakan bahaya terbanyak kedua setelah kebisingan berdasarkan jumlah paparan pada pekerja. Namun, debu merupakan bahaya yang berdampak negatif nomor satu dalam menyebabkan penyakit akibat kerja. 7 Hasil identifikasi bahaya di penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa terdapat paparan debu terhadap pekerja penggilingan padi tersebut. Paparan debu timbul dari hasil samping rice polisher machine, yaitu bekatul, yang pembuangannya belum diatur dengan baik. Bekatul yang dibiarkan menumpuk beterbangan saat tertiup angin dan mencemari 99

udara pada ruangan. Hal tersebut menyebabkan timbulnya paparan debu terhadap pekerja. Pekerja mengeluh sering merasa tidak nyaman dan mengalami kesulitan bernapas akibat keberadaan debu tersebut. Namun, pekerja enggan untuk memakai masker karena merasa tidak nyaman. Menurut hierarki pengendalian potensi bahaya, terdapat upaya pengendalian yang lebih efektif bila dibandingkan dengan pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu dengan pemasangan local exhaust ventilation. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan paparan debu pada pekerja penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sebelum dan sesudah pemasangan local exhaust ventilation. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dimana peneliti melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada variabel dependen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan one group pretest posttest, yaitu melakukan observasi sebelum dan sesudah perlakuan. Rancangan one group pretest posttest tidak memiliki kelompok pembanding atau kelompok kontrol. 8 Populasi dalam penelitian ini berupa hasil pengukuran paparan debu pada pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah masingmasing empat hasil pengukuran paparan debu baik sebelum maupun sesudah pemasangan local exhaust ventilation. Pengukuran akan dilakukan masing-masing satu hari. Oleh karena titik pengukuran hanya dua titik, maka peneliti membagi waktu pengukuran menjadi dua bagian, yaitu pagi dan siang, sehingga diperoleh empat hasil pengukuran. HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum Pemasangan Local Exhaust Ventilation Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum Pemasangan Local Exhaust Ventilation Waktu Titik B1 (mg) B2 (mg) V (m 3 f C ) t (menit) (m 3 /menit) (mg/m 3 ) Pagi Siang Rata-rata 6,5 Nilai Minimal 5,3 Nilai Maksimal 7,3 52,2 51,2 52,6 52,2 0,15 60 5,3 6,7 51,6 51,4 52,1 52,5 0,15 60 6,7 7,3 Keterangan : B1 : Berat filter blangko sebelum pengambilan sampel (mg) B2 : Berat filter blangko setelah pengambilan sampel (mg) V : Volume udara pada waktu pengambilan sampel (m 3 ) t : Waktu pengukuran (menit) 100

f : Kecepatan udara (m 3 /menit) C : Paparan debu (mg/m 3 ) Tabel 4.1. menunjukkan hasil pengukuran paparan debu pada pekerja penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sebelum pemasangan local exhaust ventilation dengan menggunakan alat personal dust sampler. Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata paparan debu sebelum pemasangan local exhaust ventilation sebesar 6,5 mg/m 3. Paparan debu terendah adalah 5,3 mg/m 3,yaitu paparan debu terhadap operator polisher machine pada waktu kerja pagi hari. Sedangkan paparan debu tertinggi adalah 7,3 mg/m 3, yaitu paparan debu terhadap operator milling machine pada waktu kerja siang hari. Pengukuran paparan debu sebelum pemasangan local exhaust ventilation dilakukan pada tanggal 2 Nopember 2013. Pengukuran pada pagi hari dilakukan selama menit, yaitu pada pukul 09.52 hingga pukul 10.22 untuk operator milling machine dan pukul 09.55 hingga pukul 10.25 untuk operator polisher machine. Selama menit, terdapat empat karung besar padi yang digiling. Hasil pengukuran menunjukkan angka 5,3 mg/m 3 pada operator polisher machine dan 6,7 mg/m 3 pada operator milling machine. Pengukuran paparan debu pada siang hari dilakukan selama 60 menit dengan delapan karung besar padi yang digiling. Pengukuran pada operator milling machine dimulai pukul 13.22 hingga pukul 14.22, sedangkan paparan debu pada operator polisher machine diukur pada pukul 13.25 hingga pukul 14.25. Hasil pengukuran siang hari lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil pengukuran pagi hari, yaitu 6,7 mg/m 3 pada operator polisher machine dan 7,3 mg/m 3 pada operator milling machine. Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sesudah Pemasangan Local Exhaust Ventilation Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sesudah Pemasangan Local Exhaust Ventilation Waktu Titik B1 (mg) B2 (mg) V (m 3 f C ) t (menit) (m 3 /menit) (mg/m 3 ) Pagi Siang Rata-rata 5,8 Nilai Minimal 4,8 Nilai Maksimal 6,7 50,5 50,3 50,8 50,8 0,063 25 4,8 6,7 50,8 50,5 51,2 50,9 0,063 25 6,4 5,3 Keterangan : B1 : Berat filter blangko sebelum pengambilan sampel (mg) B2 : Berat filter blangko setelah pengambilan sampel (mg) V : Volume udara pada waktu pengambilan sampel (m 3 ) t : Waktu pengukuran (menit) f : Kecepatan udara (m 3 /menit) 101

C : Paparan debu (mg/m 3 ) Hasil pengukuran paparan debu pada pekerja penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sesudah pemasangan local exhaust ventilation dengan menggunakan alat personal dust sampler ditunjukkan pada tabel 4.2. diatas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata paparan debu sesudah pemasangan local exhaust ventilation sebesar 5,8 mg/m 3. Paparan debu terendah adalah 4,8 mg/m 3, yaitu paparan debu terhadap operator polisher machine pada waktu kerja pagi hari. Sedangkan paparan debu tertinggi adalah 6,7 mg/m 3, yaitu paparan debu terhadap operator polisher machine pada waktu kerja siang hari. Namun, hasil pengukuran paparan debu siang hari pada operator polisher machine dianggap tidak valid karena pada saat pengukuran dilakukan terjadi mati listrik yang menyebabkan local exhaust ventilation tidak berfungsi. Pengukuran paparan debu sesudah pemasangan local exhaust ventilation dilakukan pada tanggal 4 Nopember 2013. Pengukuran pada pagi hari dilakukan selama 25 menit karena hanya terdapat tiga karung besar dan satu karung kecil padi yang digiling. Pukul 09.37 hingga pukul 10.02 dilakukan pengukuran pada operator milling machine. Sedangkan paparan debu pada operator polisher machine diukur pada pukul 09.38 hingga pukul 10.03. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa paparan debu pada operator polisher machine adalah sebesar 4,8 mg/m 3 dan pada operator milling machine sebesar 6,4 mg/m 3. Pada pukul 14.26 hingga pukul 14.56, dilakukan pengukuran pada operator milling machine. Kemudian disusul dengan pengukuran pada operator polisher machine pada pukul 14. hingga pukul 15.00. Selama menit, empat karung besar padi digiling. Hasil pengukuran pada operator milling machine menunjukkan hasil 5,3 mg/m 3. Lima menit sebelum berakhirnya pengukuran paparan debu pada operator polisher machine terjadi mati listrik yang menyebabkan local exhaust ventilation tidak berfungsi. Hal tersebut menjadikan hasil pengukuran paparan debu pada operator polisher machine tidak valid dan tidak dapat digunakan sebagai data penelitian. Perbedaan Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum dan Sesudah Pemasangan Local Exhaust Ventilation Tabel 4.3. Perbedaan Paparan Debu pada Pekerja Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sebelum dan Sesudah Pemasangan Local Exhaust Ventilation Waktu Titik Sebelum Sesudah Selisih 5,3 mg/m 3 4,8 mg/m 3 0,5 mg/m 3 Pagi 6,7 mg/m 3 6,4 mg/m 3 0,3 mg/m 3 Siang 7,3 mg/m 3 5,3 mg/m 3 2,0 mg/m 3 Oleh karena hasil pengukuran paparan debu siang pada operator polisher machine sesudah pemasangan local exhaust ventilation tidak valid, maka hanya diperoleh tiga pasang data penelitian, yaitu paparan debu pagi pada operator polisher machine dan milling machine serta paparan debu siang pada operator milling machine. Dari tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai paparan debu sesudah pemasangan local exhaust ventilation. 102

Hasil perbandingan antara paparan debu sebelum dan paparan debu sesudahmenunjukkan bahwa terjadi penurunan sebesar 0,5 mg/m 3 pada paparan debu pagi operator polisher machine, 0,3 mg/m 3 pada paparan debu pagi milling machine dan 2,0 mg/m 3 pada paparan debu siang operator milling machine. Penurunan paling kecil terjadi pada paparan debu operator milling machine pagi hari, yaitu sebesar 0,3 mg/m 3. Perbedaan yang cukup signifikan terlihat antara paparan debu siang pada operator milling machine sebelum dan sesudah pemasangan local exhaust ventilation, yaitu sebesar 2,0 mg/m 3. KESIMPULAN 1. Rata-rata paparan debu pada pekerja penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sebelum pemasangan local exhaust ventilation sebesar 6,5 mg/m 3. 2. Rata-rata paparan debu pada pekerja penggilingan padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang sesudah pemasangan local exhaust ventilation sebesar 5,8 mg/m 3. 3. Terdapat penurunan sebesar 0,5 mg/m 3 pada paparan debu pagi operator polisher machine, 0,3 mg/m 3 pada paparan debu pagi operator milling machine dan 2,0 mg/m 3 pada paparan debu siang operator milling machine. Saran Bagi Pemilik Penggilingan Padi Pregolan Desa Jetis Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang 1. Mengganti sumber arus listrik local exhaust ventilation, misal menggunakan dinamo, agar tidak bergantung pada listrik konvensional sehingga ketika listrik konvensional padam local exhaust ventilation tetap dapat digunakan. 2. Melakukan perawatan rutin terhadap local exhaust ventilation, misal melakukan pembersihan komponen local exhaust ventilation satu bulan sekali. Bagi Penelitian Selanjutnya Membuat rancangan local exhaust ventilation yang berbeda yang dinilai lebih efektif untuk menurunkan paparan debu sehingga perbedaan yang dihasilkan lebih signifikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Maesaroh. Angka Pengangguran Berkurang di Indonesia. (Online), (http://www.jabarmedia.com/2013/05/a ngka-pengangguran-berkurang-diindonesia/, diakses tanggal 21 Juli 2013). 2. Effendi, Fikri. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Jurnal. Cermin Dunia Kedokteran Nomor 36, 2002. 3. Suma mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto, 2009. 4. Heru Subaris dan Haryono. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press, 2008. 5. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Higiene Industri Keselamatan Lingkungan. Jakarta, 2005. 6. Damardjati, D. S. Struktur Kandungan Gizi Beras. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1988. 7. Suryanto, Naik. Pengaruh Pengendalian Paparan Debu pada Pekerja Pensortiran Daun Tembakau di PT X Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009. 8. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. 103