KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN DIVERSIFIKASI BBM KE GAS UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

PROGRAM DIVERSIFIKASI ENERGI MELALUI KONVERSI BBM KE BBG DAN KENDALA PERKEMBANGANNYA

SOSIALISASI PENGGUNAAN BBG UNTUK KENDARAAN DINAS/PRIBADI

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

RWUBLIK INDONESIA. MENERI EfJERGl PAN SUMBER DAYA MINERAL

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

-2- Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

ANALISIS MASALAH BBM

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK

Prospek BBG sebagai Bahan Bakar Pengganti Bensin

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bahwa dalam rangka pelaksanaan diversifikasi energi

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

UPAYA PERCEPATAN PROGRAM KONVERSI BBM KE BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA. Taryono

Capaian Industri Migas Semester I Tahun 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KONVERSI DARI BBM KE BBG UNTUK KENDARAAN. Agus Hartanto, Vita Susanti, Ridwan Arief Subekti, Hendri Maja Saputra, Estiko Rijanto, Abdul Hapid

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

Disampaikan pada Workshop Efisiensi Energi di Sektor Transportasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

FORUM ENERGIZING INDONESIA Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi Domestik untuk Ketahanan Energi Nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

DATA DAN INFORMASI MIGAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

Percepatan Diversifikasi Energi (BBM ke BBG) dalam Upaya Menjaga Ketahanan Energi Nasional

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NERACA GAS BUMI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SPBG DAUGHTER UNTUK MENUNJANG KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK KE GAS PADA SEKTOR TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

DIREKTORAT PEMBINAAN USAHA HILIR MIGAS

Regulasi Kebijakan Umum

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels (EPA, 2012)

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

Pidato Presiden RI tentang Pelaksanaan Penghematan Energi Nasional, Jakarta, 29 Mei 2012 Selasa, 29 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

Transkripsi:

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN DIVERSIFIKASI BBM KE GAS UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI Oleh: A. Edy Hermantoro Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Pada: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2013 Hilirisasi Industri Dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 12 Februari 2013 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. III. IV. KEBIJAKAN DAN SASARAN PENGELOLAAN MIGAS NASIONAL KONDISI MIGAS ALOKASI GAS BUMI UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI V. INFRASTRUKTUR VI. KEBIJAKAN HARGA GAS VII. PELUANG PERTUMBUHAN INDUSTRI OTOMOTIF ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

I. PENDAHULUAN ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat DASAR PEMIKIRAN a. Perpindahan penggunaan BBM ke bahan bakar gas harus dikerjakan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional baik jangka pendek maupun jangka panjang. b. Sumber daya minyak semakin menipis mendorong diversifikasi energi, serta mendukung penggunaan energi yang lebih bersih. c. Pemanfaatan gas untuk transportasi akan didorong sesuai dengan ketersediaan gas dan infrastruktur. d. Untuk pelaksanaan diversifikasi BBM ke gas, Pemerintah mendorong melalui percepatan pembangunan infrastruktur. e. CNG didahulukan untuk dimanfaatkan di daerah yang tersedia sumber gas bumi dan infrastruktur penyaluran. f. Berdasarkan Perpres No. 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan, i. Untuk pertama kali sampai dengan akhir tahun 2013, PT Pertamina (Persero) mendapat penugasan untuk melakukan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Gas berupa CNG (Pasal 7 ayat 1) ii. Penyediaan dan pemasangan Konverter Kit dilaksanakan oleh Badan Usaha melalui penugasan dari Menteri Perindustrian (Pasal 10 Ayat 1) iii. Untuk tahun 2012, pelaksanaan penyediaan dan pemasangan Konverter Kit dilaksanakan oleh Menteri ESDM berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian (Pasal 22)

TUJUAN PROGRAM DIVERSIFIKASI Diversifikasi pasokan energi untuk mengurangi ketergantungan nasional pada bahan bakar minyak Meminimalkan penyalahgunaan BBM bersubsidi TUJUAN Efisiensi Anggaran Pemerintah Mengurangi beban biaya bahan bakar pemilik kendaraan Menyediakan bahan bakar bersih, praktis dan efisien serta murah ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat STRATA SOSIAL PERSENTASE KELOMPOK RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI YANG MEMANFAATKAN BBM BERSUBDISI 100 Persentase Persentase Penyerapan Nilai Subsidi BBM Bersubsidi (%) 75 50 25 77% Bottom 25 % Top 25 % 25% masyarakat berpenghasilan bulanan tertinggi menikmati 77% BBM bersubsidi. 25% masyarakat berpenghasilan bulanan terendah menikmati 15% BBM bersubsidi. MAKA TERDAPAT KETIDAKSEIMBANGAN ALOKASI BBM BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT. 15% 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Persentase Strata Sosial (%) ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat Source : Susenas 2008 dan World Bank 2010

LANDASAN HUKUM PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI (1) 1. Perpres 15 Tahun 2012 (Revisi Perpres 55/2005 dan Perpres 9/2006) a. Perubahan Konsumen Pengguna BBM Bersubsidi b. Pembatasan Penggunaan Jenis BBM Tertentu oleh pengguna secara bertahap c. Badan Pengatur melakukan pengaturan, pengawasan dan verifikasi terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pendistribusian Jenis BBM Tertentu bagi konsumen pengguna 2. Perpres 64 Tahun 2012 Tentang Penyediaan, Pendistribusian Dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan a. Pemerintah menugaskan kepada Pertamina (Persero) untuk penyediaan dan pendistribusian bahan bakar gas berupa CNG sampai dengan akhir tahun 2013 b. Pemerintah memberikan bantuan Konverter Kit dan pemasangannya secara gratis untuk angkutan umum 3. Surat Keputusan Menko Perekonomian No. KEP-14/M.EKON/03/2012 a. Koordinasi perumusan kebijakan pengendalian BBM Bersubsidi b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan pengendalian BBM Bersubsidi c. Koordinasi evaluasi kebijakan pengendalian BBM Bersubsidi 4. Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2012 a. Pengaturan penggunaan BBM di sektor Perikanan, tidak dibatasi tonase kapal b. Pembelian BBM dengan rekomendasi SKPD terkait LANDASAN HUKUM PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI (2) 5. Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2012 a. Pentahapan pembatasan penggunaan Bensin RON 88 dan Minyak Solar Mulai 1 Juni 2012 kendaraan dinas, Pemerintah Daera, BUMN dan BUMD di wilayah Jabodetabek tidak dibolehkan menggunakan BBM bersubsidi Mulai 1 Agustus 2012 kendaraan dinas, Pemerintah Daera, BUMN dan BUMD di wilayah Jawa, Bali tidak dibolehkan menggunakan BBM bersubsidi Mulai 1 September 2012 pelarangan penggunaan solar bersubsidi untuk angkutan barang pada kegiatan perkebunan dan pertambangan b. Pelarangan penggunaan BBM untuk penyediaan tenaga listrik 6. SE MESDM NO. 02 E/10/MEM/2012 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Jenis BBM Tertentu Untuk Kegiatan Perkebunan Dan Pertambangan a. Pengecualian pada usaha pertambangan kecil jenis tertentu b. Pengaturan penyediaan tangki timbun secara bersama

II. KEBIJAKAN DAN SASARAN PENGELOLAAN MIGAS NASIONAL KEBIJAKAN DAN TARGET PENGELOLAAN SUB SEKTOR MIGAS INDONESIA KEBIJAKAN MIGAS Jaminan Ketersediaan Migas Alokasi Pemanfaatan Migas Penetapan Harga Migas Pengusahaan Migas Non Konvensional Konservasi Produksi Migas Peningkatan Kapasitas Nasional Dalam Pengusahaan Migas KEBIJAKAN BAHAN BAKAR Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Bahan Bakar Kategorisasi Bahan Bakar Penetapan Harga Diversifikasi Bahan Bakar Standar Dan Mutu Bahan Bakar Penghematan BBM TARGET TAHUN 2025 Mempertahankan tingkat produksi minyak mentah sekitar 1 juta barel per hari; Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu 50% oleh perusahaan nasional; Terpenuhinya kebutuhan bahan baku industri & bahan bakar nasional secara mandiri; Penggunaan barang dan jasa nasional sebesar 91%; Penggunaan sumber daya manusia (SDM) Nasional sebesar 99%; Tercapainya keselamatan operasi migas tanpa kecelakaan & tanpa kegagalan operasi, serta tercapainya lingkungan tanpa gas suar bakar dan tanpa pembuangan limbah. 10

III. KONDISI MIGAS CADANGAN GAS BUMI INDONESIA (STATUS : 1 JANUARI 2012) NAD 7,08 NATUNA SUMATERA UTARA 1,23 50,27 KALIMANTAN SUMATERA TENGAH 9,28 16,65 PAPUA SUMATERA SELATAN 16,03 2,57 MALUKU 15,21 24,14 JAWA BARAT 2,98 JAWA TIMUR 5,26 SULAWESI CADANGAN GAS BUMI ( TSCF ) TERBUKTI = 103.35 TSCF POTENSIAL = 47.35 TSCF TOTAL = 150.70 TSCF

CBM RESOURCES BASIN SUMBER DAYA CBM & POTENSIAL SHALE GAS RESOURCES (TCF) Central Sumatra 52.50 Ombilin 0.50 South Sumatra 183.00 Bengkulu 3.60 Jatibarang 0.80 Barito 101.60 Pasir/Asem 3.00 Kutai 80.40 Berau 8.40 North Tarakan 17.50 Southwest Sulawesi 2.00 Total 453.30 Conventional Reserve Vs Unconventional Resources (TCF) 574 SHALE GAS POTENTIAL 153 453,3 KLASAFET FORMATION Unconventional Resources 87% CBM Shale Gas Conventional PEMANFAATAN GAS BUMI DOMESTIK TAHUN 2012 City Gas 0% Electricity (PLN) 21% Own Used 14% Trader (PGN) 20% Industry 42% POTENTIAL MARKET FOR UNCONVENTIONAL RESOURCES (CBM = 453 TCF and SHALE GAS = 574 TCF) Plant 3% Total Pemanfaatan Gas Domestik: 3.543 MMSCFD

IV. ALOKASI GAS BUMI UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI ALOKASI GAS BUMI UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI TAHUN 2012 NO. LOKASI PRODUSEN GAS 1. 2. 3. Jabodetabek Surabaya, Gresik dan Sidoarjo Palembang VOLUME (MMSCFD) Pertamina EP 10,10 Medco E&P Indonesia 2,00 PT PHE ONWJ 4,00 Perusahaan Gas Negara 5,00 JOB Talisman Jambi-Merang 2,00 TOTAL 23,10 PHE WMO 5,20 Santos (Madura Offshore) Pty Ltd. 5,00 TOTAL 10,20 Pertamina EP 1,35 Sarana Pembangunan Palembang Jaya Penandatanganan MOU telah dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 0,85 TOTAL 2,20 TOTAL KESELURUHAN 35,50

KEBUTUHAN GAS UNTUK DIVERSIFIKASI BBM KE CNG MMSCFD WILAYAH TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Jawa-Bali (CNG hanya Jawa) 33,3 42,3 82,0 Sumatera 2,2 2,2 2,2 Kalimantan - - - Sulawesi - - - Maluku dan Papua - - - Total 35,5 44,5 84,2 Catatan: 1 MMSCFD gas bumi dapat dimanfaatkan untuk 1000 kendaraan dengan perkiraan penggunaan 30 liter/hari. Dengan demikian ketersediaan gas tersebut di atas dapat dimanfaatkan oleh 35.500 kendaraan untuk tahun 2012. III. INFRASTRUKTUR

1. SISTEM PIPA DISTRIBUSI GAS BUMI INFRASTRUKTUR Pemanfaatan gas untuk sektor transportasi saat ini terkendala oleh terbatasnya jaringan pipa distribusi gas di daerah-daerah yang memiliki aktivitas transportasi tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengalokasikan anggaran tahun 2013 sebesar Rp 237,425 Milyar untuk membangun pipa distribusi gas terintegrasi untuk keperluan pemanfaatan gas sektor transportasi. 2. STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR GAS (SPBG) Dengan jumlah alokasi gas yang disediakan, tidak mampu diserap oleh SPBG yang ada saat ini, sehingga terjadi idle gas yang tidak dapat dimanfaaatkan Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengalokasikan anggaran tahun 2013 sebesar Rp 237,425 Milyar untuk membangun SPBG terintegrasi untuk keperluan pemanfaatan gas sektor transportasi. 3. KONVERTER KIT Diperlukan kesiapan kendaraan yang dilengkapi konverter kit agar dapat memanfaatkan ketersediaan gas. Kementerian ESDM telah menginisiasi kegiatan pembagian dan pemasangan konverter kit untuk kendaraan umum dan Pemerintah. Dengan terbitnya Perpres 64 Tahun 2012 maka pengaturan, pengawasan dan verifikasi terhadap pelaksanaan kegiatan pemasangan konverter kit dilakukan oleh Menteri Perindustrian KENDARAAN BERBAHAN BAKAR GAS DAN SPBG CNG/LGV ( status Juni 2012) Wilayah Jenis Pengguna Jumlah Kendaraan Jumlah SPBG CNG LGV CNG LGV Jakarta, Jawa Barat dan Banten Surabaya & Sidoarjo Kendaraan Dinas - 300 Angkot 150 - Taxi 2.314 46 Taxi Eksekutif - 1.193 Busway 433 - Angkot 440 - Taxi 800-11 11 2 - Palembang Angkutan Umum 666 + 200-5 - TOTAL 5.003 1.539 18 11

RENCANA PEMBANGUNAN SPBG CNG TAHUN 2012 2014 (Berdasarkan Rancangan Permen ESDM Tentang Pentahapan Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Gas Yang Diperuntukkan Bagi Kendaraan Bermotor Untuk Transportasi Jalan Berupa Compressed Natural Gas Tahun 2012 2014) Wilayah Jenis SPBG Existing 2012 Tambahan 2012 Tambahan 2013 Tambahan 2014 TOTAL Jabodetabek Banten Jawa Barat Jawa Timur Sumatera Selatan Sumatera Utara Jambi Riau Kep. Riau Kalimantan Timur Online/Mother station 12 1 6-19 Daughter station - - - - 0 Mobile Refueling Unit - - 8-8 Online/Mother station 1-1 - 2 Daughter station - - - - 0 Online/Mother station 2 - - - 1 Daughter station - - - - 0 Online/Mother station 2 2 - - 4 Daughter station 1 2 - - 3 Mobile Refueling Unit - - - 3 3 Online/Mother station 2 - - - 2 Daughter station 3 - - - 3 Mobile Refueling Unit - - - 2 2 Online/Mother station - - - 1 1 Daughter station - - - 3 3 Online/Mother station - - - 1 1 Daughter station - - - 3 3 Online/Mother station - - - 1 1 Daughter station - - - 3 3 Online/Mother station - - - 1 1 Daughter station - - - 3 3 Online/Mother station - - 2 1 3 Daughter station - - 4 2 6 TOTAL 23 5 21 24 73 Keterangan: *) Dari 23 SPBG Existing di Tahun 2012, yang beroperasi: - Jakarta 6 SPBG - Jawa Barat 0 SPBG - Palembang 1 SPBG - Banten 0 SPBG - Jawa Timur 1 SPBG IV. KEBIJAKAN HARGA

KEBIJAKAN HARGA GAS Kebijakan harga gas untuk sektor transportasi seyogyanya dapat mengakomodasi keekonomian di sisi kegiatan hulu migas dan memperhatikan daya beli masyarakat. Kementerian ESDM dalam menetapkan harga bahan bakar gas untuk sektor transportasi menggunakan basis formula gas. FORMULA HARGA JUAL GAS UNTUK TRANSPORTASI KE MASYARAKAT Harga jual Bahan Bakar Gas yang digunakan untuk transportasi ditetapkan sesuai formula sebagai berikut : Harga jual = HCTP + Biaya Pengangkutan Gas + lnvestasi + O&M + Margin SPBG + Pajak dimana : a. HCTP adalah harga di titik penyerahan, bisa di well head maupun plan gate pipa hulu; b. Biaya Pengangkutan Gas adalah biaya pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi; c. lnvestasi adaiah biaya untuk pembangunan SPBG dan infrastruktur pendukungnya, dimana untuk tahun 2012 dan 2013 didanai dari APBN; d. O & M adalah biaya pengoperasian dan pemeliharaan SPBG dan infrastruktur pendukungnya antara lain biaya tenaga kerja dan biaya langganan listrik; e. Margin SPBG adalah besarnya keuntungan pengoperasian SPBG; f. Pajak adalah pajak bahan bakar untuk kendaraan bermotor.

INSENTIF YANG DIBERIKAN UNTUK MENDORONG PENINGKATAN PEMANFAATAN GAS Insentif Dengan Mengatur Harga Gas Di Hulu dengan pengaturan harga gas di hulu sebesar 4,72 USD/MMBTU dimungkinkan harga BBG ke konsumen sebesar Rp.3.100,-/lt (harga tersebut dimaksudkan masyarakat tertarik untuk menggunakan gas) Insentif Pemberian Subsidi telah dibahas dengan Kementerian Keuangan dimungkinkan adanya subsidi sebesar Rp.1500,-/lt, namun masih terdapat kendala karena Kementerian Keuangan berkeinginan menggunakan metode Dry Out BBM subsidi V. PELUANG PERTUMBUHAN INDUSTRI OTOMOTIF

SKEMA IDEAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR TRANSPORTASI (Kendaraan Bensin) JENIS KENDARAAN JENIS PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Roda4 Mobil dinas, mobil pribadi, taksi eksekutif BBM Non Subsidi Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Taksi Angkutan Umum (termasuk UMKM) Konverter Kit LGV CNG Roda2 dan3 BBM Subsidi SKEMA IDEAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR TRANSPORTASI (Kendaraan Diesel) JENIS KENDARAAN JENIS PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Roda4 Mobil dinas, mobil pribadi, Solar Non Subsidi Kendaraan Berbahan Bakar Solar Angkutan Umum Penumpang (termasuk UMKM) Solar Subsidi > Roda4 Konverter Kit/Dedicated CNG LNG

SKEMA IDEAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS Berdasarkan skema ideal penggunaan bahan bakar gas untuk transportasi maka peluang industri otomotif akan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan kendaraan mobil dinas, mobil pribadi, angkutan umum penumpang dan kendaraan niaga yang berbasis bahan bakar gas. www.esdm.go.id