ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

RELEVANSI PIDANA KERJA SOSIAL DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

ANALISIS HUKUMAN KEBIRI UNTUK PELAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DITINJAU DARI PEMIDANAAN DI INDONESIA

ABSTRAK. ANALISIS PUTUSAN BEBAS PADA PERKARA NOMOR : 241/Pid.B/2011/PN.Mgl TENTANG TINDAK PIDANA KESUSILAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI MENGGALA.

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

PIDANA KERJA SOSIAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMIDANAAN DI INDONESIA

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

KAJIAN YURIDIS PIDANA DENDA TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DIBAWAH UMUR

PELAKSANAAN PERADILAN ANAK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) Oleh WINDU ADININGSIH

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya. Untuk adanya pertanggungjawaban

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM NO.13/PID.B/2011/PN. MARISA TENTANG TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DI LAKUKAN OLEH ANAK DI KOTA MARISA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP KASUS ASUSILA PADA ANAK. Sulasmin Hudji. Pembimbing I : Dr. Fence M. Wantu, SH.,MH

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMIDANAAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA MENGEKSPLOITASI EKONOMI ATAU SEKSUAL ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan No.13/Pid.B/2011/PN.

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

P U T U S A N. NOMOR 382 /Pid.Sus/2013/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

KEBIJAKAN DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PELACURAN SESUAI DENGAN PERDA KOTA DENPASAR NO. 2 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

P U T U S A N Nomor : 358/PID/2011/PT-MDN.-

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

P U T U S A N Nomor : 100/Pid.Sus/2013/PT.Bdg. PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI ANAK TANPA SUMPAH MENURUT KUHAP

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

ANALISIS YURIDIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU PIDANA YANG DIANCAM DENGAN KETENTUAN PIDANA YANG MEMILIKI KETENTUAN ANCAMAN MINIMAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan bangsa dan juga merupakan sumber daya manusia (SDM) secara terus-menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

PERSPEKTIF KRIMINOLOGI DALAM MENGKAJI PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Di INDONESIA

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK. A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

[

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS

P U T U S A N. Umur / Tgl. Lahir : 16 Tahun / 22 Januari 1998

ANALISIS MENGENAI SINGKRONISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SEBAGAI PENGGANTI PIDANA PENJARA

Dea Arsyandita dan Edy Herdyanto. Abstrak

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pokok primary

JURNAL PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMALSUAN SURAT (STUDI PUTUSAN NOMOR 53/PID.B/2015/PN.MTR)

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban diperlakukan seolah. barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual kembali.

ABSTRAK. Kata kunci : Penerapan sanksi pidana bagi anak, tindak pidana persetubuhan.

TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGATURAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala yang biasa dan bersifat umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Yang

P U T U S A N. Nomor : 266/PID.SUS/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PIDANA TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

P U T U S A N NOMOR : 32 / PID.SUS.Anak / 2014 / PT- Mdn. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

JURNAL KARYA ILMIAH PENERAPAN PIDANA TERHADAP PEREMPUAN DALAM TINDAK. PIDANA NARKOTIKA (Studi di Pengadilan Negeri Mataram)

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

P U T U S A N. Nomor : 140/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 22/Pid.Sus/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N NOMOR : 09/PID/2013/PT.KT.SMDA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

JURNAL PERTIMBANGAN HUKUM OLEH HAKIM DALAM PUTUSAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN)

PUTUSAN BEBAS DAN PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PIDANA

2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang

P U T U S A N. Nomor 20/Pid.Sus-Anak/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.) ABSTRACT : Oleh : Ida Ayu Vera Prasetya A.A. Gede Oka Parwata Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana This paper aims to determ ine the legal considerations for judges in decisions that impose criminal punishment against the accused under A rticle 81 paragraph (2) of The A ct Law Indonesian Republik No.23 in 2002 on The Protection of Children and not A rticle 287 paragraph (1) of The Criminal Code. This paper is a normative legal research by using comparative approach to the statute. By outlining A rticle 81 paragraph (2) of The A ct Law Indonesian Republik No.23 in 2002 on The Protection of Children and A rticle 287 paragraph (1) of The Criminal Code will be found elements of the sexual crime of intercourse happens then all elem ents are connected with criminal cases intercourse against minors, then it transpired legal considerations judges prefer choosing A rticle 81 paragraph (2) of The A ct Law Indonesian Republik No.23 in 2002 on The Protection of Children to punish the defendant. Keywords : The legal considerations, Criminal punishment, The criminal cases intercourse againts minors ABSTRAK : Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hukum bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan sehingga menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berdasarkan Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan bukan Pasal 287 ayat (1) KUHP. Makalah ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan pendekatan perbandingan terhadap undang undang. Dengan menguraikan Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta Pasal 287 ayat (1) KUHP akan ditemukan unsur unsur tindak pidana persetubuhan yang terjadi kemudian seluruh unsur tersebut dihubungkan dengan kasus tindak pidana persetubuhan terhadap anak di bawah umur, maka diketahuilah pertimbangan hukum hakim lebih memilih Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak untuk menghukum terdakwa. Kata Kunci : Pertimbangan hukum, Pemidanaan, Tindak pidana persetubuhan anak di bawah umur 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagaimanapun seorang anak tidak sama dengan orang dewasa karena anak memiliki sistem penilaian kanak kanak yang menampilkan martabat anak sendiri dan kriteria norma tersendiri, sebab sejak lahir anak sudah menampakan ciri ciri dan tingkah laku karakteristik yang mandiri, memiliki kepribadian yang khas dan unik. 1) Oleh karena hal tersebutlah, anak sering menjadi korban dari tindak pidana persetubuhan di bawah umur. Tindak pidana persetubuhan adalah tindakan memasukkan kemaluan laki -laki ke dalam kemaluan perempuan yang pada umumnya menimbulkan kehamilan, dengan kata lain bilamana kemaluan itu mengeluarkan air mani di dalam kemaluan perempuan. 2) Jadi betapa malangnya nasib anak anak Indonesia apabila menjadi korban dari perbuatan keji tersebut, maka dari itu sudah seharusnya pelaku dari tindak pidana tersebut mendapatkan pemidanaan yang setimpal dengan perbuatannya. Mengingat pemidanaan memiliki tujuan yakni untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri, membuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan kejahatan, dan membuat penjahat tertentu menjadi tidak mampu melakukan kejahatan yang lain seperti penjahat yang dengan cara cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi. 3) Pada Studi Kasus berdasarkan Putusan No.85/PID.SUS/2014/PN.DPS., disebutkan bahwa terdakwa yang berusia 29 tahun melakukan tindak pidana persetubuhan anak di bawah umur kepada korban yang masih berusia 14 tahun dengan cara mendesak serta merayu korban. Perbuatan itu terjadi di tempat kos terdakwa dan sebelumnya, terdakwa pun pernah melakukan tindak pidana persetubuhan tersebut sebanyak empat kali. Berdasarkan hal tersebut Jaksa menjatuhkan dua dakwaan, dakwaan pertama berdasar pada Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sedangkan dakwaan kedua berdasar pada Pasal 287 ayat (1) KUHP, tetapi diantara kedua dakwaan 1) Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Cetakan Pertama, Refika Aditama, Bandung, hal.6. 2) Andi Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana 1, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hal.339. 3) P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2010, Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal.11. 2

tersebut Hakim akhirnya memilih menjatuhkan pidana berdasarkan dakwaan kedua, yaitu pada Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak berdasarkan Putusan No.85/PID.SUS/2014/PN.DPS. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa secara yuridis pertimbangan hukum bagi hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan sehingga menjatuhkan pemidanaan berdasarkan pada Pasal 81 ayat 2 UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan bukan Pasal 287 ayat 1 KUHP. II. ISI 2.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif. Digunakannya metode penelitian tersebut, oleh karena terjadi konflik norma diantara Pasal 81 ayat (2) UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menjatuhkan pidana penjara kepada terdakwa paling lama 15 tahun dan Pasal 287 ayat (1) KUHP hanya menjatuhkan pidana penjara selama lamanya 9 tahun. 2.2. Hasil Pembahasan 2.2.1. Analisa yuridis pertimbangan hukum Hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan berdasarkan Pasal 81 ayat 2 UU RI No.23 Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak Bunyi Pasal 81 UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa : (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 3

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengan orang lain. Analisa yuridis berdasarkan Pasal 81 UU RI No.23 Tahun 2002 menyatakan bahwa: 1) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur setiap orang, yakni Terdakwa; 2) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya, yakni terdakwa dengan cara mendesak serta merayu korban melakukan tindak pidana persetubuhan tersebut; 3) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur usia di bawah umur atau belum dewasa, yakni korban berusia 14 tahun. Bunyi Pasal 287 KUHP menyatakan bahwa : (1) Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya atau harus patut disangkanya bahwa umur perempuan itu belum cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara selama lamanya 9 tahun. (2) Penuntutan hanya dilakukan kalau ada pengaduan, kecuali kalau umurnya perempuan itu belum sampai 12 tahun atau jika ada salah satu hal yang tersebut pada Pasal 291 dan 294. Analisa Yuridis berdasarkan Pasal 287 KUHP menyatakan bahwa : 1) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur barang siapa, yakni Terdakwa; 2) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur usia di bawah umur atau belum dewasa, yakni korban berusia 14 tahun; 3) Dalam kasus tersebut terpenuhi unsur belum waktunya untuk kawin, yakni bahwa usia korban yang masih 14 tahun tersebut belum waktunya untuk kawin. III. KESIMPULAN Berdasarkan Studi Kasus Putusan NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS., bahwa pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan 4

dengan memilih putusan pemidanaan berdasarkan pada Pasal 81 ayat 2 UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan bukan Pasal 287 ayat 1 KUHP adalah karena unsur pada Pasal 81 ayat 2 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak paling membuktikan bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap anak di bawah umur tersebut, yakni unsur dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain. Sedangkan unsur yang ada pada Pasal 287 ayat 1 KUHP kurang membuktikan bahwa telah terjadi tindak pidana tersebut, oleh karena unsur tersebut hanya mengarah kepada pelaku tindak pidana serta korban saja dan bukan tindak pidananya. DAFTAR PUSTAKA Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang, 2010, Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Lampiran Putusan NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS. Soetodjo, Wagiati, 2006, Hukum Pidana A nak, Cetakan Pertama, Refika Aditama, Bandung. Zainal Abidin Farid, Andi, 2007, Hukum Pidana 1, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta. Kitab Undang Undang Hukum Pidana, oleh R. Soesilo, 1956, Politeia, Bogor. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 5