PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PEMBUNUHAN BERENCANA Studi Kasus Perkara Nomor : 273/Pid.B/2011/PN.PDG 1 Alfathly Gezano, 1 Syafridatati, 1 Rianda Seprasia 1 Jurusan, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail: alfathly.g3zano@gmail.com ABSTRACT Consideration of judges in applying the ceiminal provisions referring to the juridical considerations, facts trial, witness tetimony, the existing evidence and the judge s conviction. The crime of murder court decision based on the article violated the defendant as provided in Article 340 of the Criminal Code. The formulation of the problem is 1) How is the consideration of the judge in a criminal verdict against the crime of murder that occured in the region of Padang District Court of Class IA and 2) How does the application of the law to the crime of murder in the territory of the State Court Class IA Champaign. This research method is the juridical sociological research using qualitative analysis. It is shown that the consideration of the judge in determining a verdict in the criminal court had been based on legal facts were revealed in either trial testimony of victims, witness, defendant testimony, and physical evidence that resonable doubt in court. So the judge s rulling in applying the criminal verdict against AS are appropriate and prudent, because the judge has to consider the aggravating and mitigating factors defendant. The application of criminal law imposed by the judge is the death penalty. The implementation of this decision has fulfilled the requirements of Article 340 of the Criminal Code wich defendant found guilty of the crime of murder. Keyword : Consideration Judge, Murder, Crime, Decision Pendahuluan Seiring kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan bahkan multikompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan 1
norma dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma. dengan norma dan dapat menimbulkan tindak pidana Terhadap perilaku yang sesuai seperti penganiayaan, norma (hukum) yang berlaku tidak menjadi masalah, akan tetapi terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat saat ini sering dijumpai perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan merugikan masyarakat, salah satunya adalah perilaku dendam yang tidak sesuai dengan norma dan dapat pengeroyokan, dan bahkan memicu terjadinya pembunuhan berencana yang dilakukan oleh seseorang sehingga dapat menimbulkan kematian atau hilangnya nyawa seseorang. Menurut Andi Hamzah dan A. Sumangalipu dalam bukunya yang berjudul PIDANA MATI DI INDONESIA, balas dendam atau pembalasan (revenge) adalah seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan malapetaka pada orang lain, menurut alasan tujuan pembalasan ini, wajib menderita menimbulkan masalah tindak sama dengan yang telah pidana dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dendam merupakan salah satu perilaku yang tidak sesuai ditimpakan kepada orang lain. Di dalam masyarakat primitif, tujuan pemidanaan lebih menonjol aspek pembalasan ini 2
sering terjadi, akibat perbuatan seseorang yang mengakibatkan tuntutan pembalasan terhadap orang lain, bahkan kesalahan tersebut dipertanggung jawabkan oleh kelompok atau clan. Pada Buku II Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. terhadap kejahatan Mengenai menghilangkan menghilangkan nyawa orang dapat dilihat dalam Pasal 338 KUHP dan Pasal 340 KUHP yang menyebutkan : Pasal 338 KUHP yang menyebutkan bahwa : Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 340 KUHP yang menyebutkan bahwa : Barangsiapa dengan sengaja nyawa orang lain terutama dalam pembunuhan berencana, dendam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perbuatan tersebut, hal itu dapat dipahami dari bunyi atau unsurunsur Pasal 340 KUHP, ada kata dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu yang jelas-jelas adanya keterkaitan konflik antara pelaku dengan korban. Pada umumnya, para pakar hukum mengatakan bahwa 3
hukum pidana perlu menjaga ketentuan-ketentuan hukum agar selalu dipatuhi oleh masyarakat, mengatur tentang perbuatanperbuatan yang diancam pidana bagi yang melanggarnya. Penjatuhan pidana sebagai suatu nestapa kepada pelanggar hanya merupakan obat terakhir (ultimum remedium), yang hanya dijalankan jika usaha-usaha lain seperti pencegahan sudah tidak berjalan. Penjatuhan sanksi bagi yang melanggar hukum pidana, salah satunya yang paling berat ialah pidana mati, Masalah pidana mati ini telah diperdebatkan ratusan tahun lamanya oleh para sarjana hukum pidana dan para ahli melanggar hak asasi manusia. Landasan hukum pidana mati dalam ketentuan hukum pidana Indonesia terdapat didalam Pasal 10 KUHP, dimana jelas disebutkan salah satu bentuk hukum pidana pokok adalah pidana mati. Sampai sekarang penegak hukum tentap menjadikan dasar hukum untuk menuntut dan memutus seseorang yang dianggap pantas dijatuhkan hukuman mati. Sekitar tahun 2011 silam masyarakat kota Padang dikejutkan dengan berita pembunuhan terhadap salah satu mahasiswi Universitas Swasta di kota Padang. Kejadian tersebut berawal dari si pelaku yang kriminologi. Begitu juga saat meminta melakukan hubungan sekarang, pro dan kontra masalah pidana mati terus bergulir, karena dianggap intim dengan pacarnya, tetapi ditolak oleh korban dengan menepis tangan si pelaku dengan 4
keras, dan si korban mengatakan merupakan asas yang harus sesuatu yang membuat si pelaku diprioritaskan dalam merasa dendam kepada korban. Saat itu si pelaku dendam dan berencana menghabisi nyawa si korban dengan mengambil sulo yang berada di rumah si pelaku. Sesampainya di belakang korban, pelaku langsung memukul pundak si korban hingga pingsan. Saat itu si pelaku memperkosa si korban, akan tetapi si korban tersadar dan melakukan perlawanan, langsung saja si pelaku melayangkan sulo tersebut ke wajah korban. Korban meninggal dan jasadnya diletakkan di bawah batang kelapa yang ditutupi daun kelapa dan daun-daun kering. Sebagai konsekuensi ketentuan-ketentuan hukum, pembangunan. Asas kesadaran hukum berarti menyadarkan setiap warga untuk selalu taat kepada hukum, disamping itu mewajibkan pula bagi negara beserta aparatnya untuk menegakkan dan menjamin berlakunya kepastian hukum di Indonersia. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalalah : 1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di Wilayah Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus maka asas kesadaran hukum 5
Perkara Pidana Nomor :273/Pid/B/2011/PN.PDG)? Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus Perkara 2. Bagaimana penerapan hukum Pidana Nomor terhadap terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah Pengadilan Negeri Klas IA Padang (Studi Kasus Perkara Pidana Nomor :273/Pid/B/2011/PN.PDG)? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan hukum terhadap terjadinya tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah Pengadilan Negeri Klas I.A :273/Pid/B/2011/PN.PDG). Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penulisan ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu metode pendekatan masalah melalui peraturan dan teori yang ada kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau fakta yang ada di masyarakat. Selain itu juga Padang (Studi Kasus Perkara menggunakan literatur-literatur Pidana Nomor kepustakaan, juga melakukan :273/Pid/B/2011/PN.PDG). 2. Untuk mengetahui putusan pidana yang dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana di Wilayah penelitian lapangan di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. Data ini diperoleh melalui penelitian di lapangan dengan 6
cara wawancara (Interview) dilakukan dengan wawancara yaitu dengan 3 (tiga) orang semi terstruktur dan terarah Hakim di Pengadilan Negeri dengan mengajukan Klas IA Padang. Data Sekunder diperoleh dari Pengadilan Negeri Klas IA Padang, yaitu berupa berkas perkara dalam bentuk putusan dan data lainnya dirasa perlu dalam penulisan ini. Dalam pengumpulan data sebanyak yang bermanfaat untuk penulisan ini ditempuh dengan cara : a. Studi dokumen atau bahan perpustakaan yaitu alat pengumpul data yang dilakukan melalui data tertulis, data diperoleh langsung dari lapangan berupa data tertulis seperti dokumen-dokumen. b. Wawancara untuk memperoleh data yang pertanyaan kepada Hakim di Pengadilan Negeri Klas IA Padang. Dari bahan-bahan dan data yang diperoleh dari data primer maupun dari data sekunder kemudian setelah terkumpul data tersebut dianalisa secara kualitatif, sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut ketentuan putusan hakim sering pula disebut putusan pengadilan yang dalam, hal ini dapat terlihat dalam Pasal 1 ayat (11) KUHAP berbunyi: Putusan Pengadilan adalah 7
pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undangundang ini. Karena itu putusan yang dijatuhkan oleh hakim didasarkan pada bukti faktafakta hukum yang terungkap dalam persidangan. Sehubungan dengan putusan tersebut menurut ketentuan Pasal 183 Undang- bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya. Putusan hakim merupakan faktor penting dalam menyelesaikan perkara pidana, karena merupakan puncak dari pada pergelaran perkara di pengadilan, untuk itu hakim dalam menjatuhkan amar putusan haruslah mengedepankan sikap kehati-hatian, agar putusanya benar-benar mencerminkan rasa keadilan bagi mereka yang berperkara. Undang Nomor 8 Tahun 1981 Sebagaimana diketahui tentang Hukum Acara Pidana menyebutkan : Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa hakim memiliki tiga bentuk putusan yang dalam sidang pengadilan yakni, putusan bebas (vrisjpraak) dapat diambil jika salah satu unsur pasal yang didakwakan tidak terbukti, putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van alie rechtsvervolging) jika 8
perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum tetapi perbuatan alternatif atau subsidair. Timbulnya bentuk surat dakwaan ini seiring dengan tersebut bukanlah merupakan perkembangan dibidang tindak pidana, dan putusan pemidanaan (veroordeling) jika semua unsur dakwaan dapat diungkap fakta-faktanya dalam pengadilan. Menurut penulis surat kriminalitas yang semakin variatif baik dalam bentuk atau jenis kejahatannya. Misalnya terdakwa diduga melakukan pembunuhan, maka dakwaan Kesatunya : primair dakwaan yang disusun oleh JPU pembunuhan berencana, telah memenuhi syarat formal dan materiil seperti surat dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf a subsidair pembunuhan biasa, lebih subsidair penganiayaan yang mengakibatkan orang mati. Dakam dakwaan keduanya dan huruf b Undang-Undang primair mencuri dengan Nomor 8 Tahun 1981 tentang pemberatan, subsidairnya Hukum Acara Pidana. Dalam pencurian biasa, begitu Perkara No. selanjutnya. 273/Pid.B/2011/PN.PDG, JPU telah menyusun dakwaan dalam bentuk kombinasi, maksudnya pengabungan antara dakwaan komulatif dengan dakwaan Terdakwa dalam kasus ini berdasarkan surat dakwaan dan tuntutan JPU, di kenakan melanggar ketentuan Pasal 340 KUHP, dimana perbuatan 9
terdakwa telah memenuhi unsurunsur sebagai berikut : nyawa korban Mawar, adalah besi sulo sepanjang 50 cm diameter 16mm, maka siapapun dapat mengira bila besi tersebut dipukul dan Unsur barang siapa; Bahwa tentang unsur kesatu yaitu Barangsiapa, oleh pembuat Undang-undang adalah orang atau manusia, sebagai pendukung hak dan kewajiban yang dapat bertanggung jawab atas perbuatannya secara hukum. Unsur dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu; Bahwa unsur kedua yaitu Dengan Sengaja terhadap unsur tersebut pengadilan berpendapat dan berkesimpulan telah terbukti dengan alasan sebagai berikut; 1. Bahwa alat yang dipakai oleh terdakwa menghilangkan ditusukkan ketubuh manusia pasti berakibat kematian 2. Bahwa dari banyaknya pukula dan tusukan yang dilakukan terdakwa terhadap tubuh korban Mawar, seperti dimuat dalam surat Visum et Refertum, maka siapapun juga memperkirakan berakibat kematian 3. Bahwa dilihat dari tempat luka ditubuh korban Mawar, sebagai akibat dan tusukan besi sulo yang dilakukan terdakwa, terdapat beberapa luka terbuka pada daerah wajah, kepala, dada, lengan, punggung, perut, dan beberapa luka lecet, memar, 10
dan terbuka pada bagian tubuh korban. Maka siapapun dapat memperkirakan bahwa perbuatan tersebut berakibat kematian. Unsur menghilangkan nyawa orang lain Bahwa tentang unsur ketiga dengan direncanakan terlebih dahulu terhadap unsur tersebut tergambar dalam : 1. Pengakuan terdakwa dipersidangan dan cukup lama bagi terdakwa untuk tidak membunuh korban Mawar dengan besi sulo tesebut; 2. Pengakuan terdakwa tersebut dikuatkan oleh keterangan saksi-saksi seperti Rum menyatakan bahwa benar anaknya Mawar telah meninggal akibat pukulan dan tusukan dari benda tajam, dan dikuatkan pula oleh saksisaksi lainnya; dihubungkan dengan hasil rekonstruksi dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dibuat oleh penyidik, terdapat tenggang waktu yang cukup lama bagi terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban Mawar atau tidak, pada saat terdakwa hendak memukul kepala korban Mawar terdapat tenggang waktu yang 3. Berdasarkan hasil Visum et Refertum yang menyimpulkan bahwa korban telah meninggal akibat pukulan dan tusukan benda keras; Berdasarkan analisis penulis, maka penulis berpendapat bahwa penerapan hukum pidana materil pada perkara ini yakni Pasal 340 KUHP telah sesuai dengan peraturan perundang- 11
undangan yang berlaku. Dakwaan yang digunakan oleh JPU yang semulanya memakai 2. Pertimbangan Hakim dalam menerapkan ketentuan pidana mati terhadap pelaku tindak dakwaan kombinasi, namun dalam tuntutannya telah dapat pidana berencana pembunuhan Perkara membuktikan dakwaan kesatu primair, maka dengan demikian dakwaan subsidair tidak dipertimbangkan lagi dan No.273/Pid/B/2011/PN.PDG telah sesuai menurut ketentuan hukum yang berlaku, dimana Hakim telah sekaligus dikesampingkan. mempertimbangkan dengan Kesimpulan Berdasarkan uraian penulis di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan hukum pidana oleh Majelis Hakim dalam Perkara No.273/Pid/B/2011/PN.PDG., kepada terdakwa Abu Santiang yang didakwa, di tuntut, dan di putus melanggar Pasal 340 KUHP sudah tepat, karena telah memenuhi unsur-unsur pasal dimaksud. baik dari pertimbangan yuridis, fakta-fakta yang terungkap di persidangan, keterangan saksi-saksi, alat bukti yang sah dan meyakinkan, serta kebijaksanaan Hakim yang mendukung dan sanksi pidana yang jatuhkan pada perkara tersebut diatas sudah maksimal, sehingga dapat menimbulkan efek jera dan memberikan rasa takut bagi terpidana pada khususnya, 12
dan khalayak pada umumnya, sebagaimana fungsi pidana pada mestinya. 2. Kepada setiap kaum Hawa agar dapat menjaga dan tidak mudah percaya kepada kaum Adam terhadap janji manis dan Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penulisan skripsi ini adalah : 1. Penulis mengharapkan kepada segenap aparat penegak hukum agar setiap pelaku kejahatan sekiranya ditindak dengan tegas dan diberikan sanksi yang bujuk rayu yang di berikan. 3. Penulis berharap agar tidak adanya pengajuan banding serta kasasi dalam perkara tindak pidana pembunuhan atau yang menyebebkan hilangnya nyawa orang lain. 4. Kepada aparatur hukum agar dapat memberikan sosialisasi kepada setiap warga yang dominan tidak mengetahui hukum secara tertulis, yang setimpal serta mampu bertujuan untuk membuat pada pelaku tindak pidana jera berdasarkan pada memberitahukan eksistensi atas berlakunya hukum serta sanksi atau ketentuan-ketentuan keterangan korban dan saksisaksi sehingga keputusan hakim dapat memenuhi keadilan. pidana yang ada dan berlaku di Indonesia. 5. Agar setiap warga Indonesia peduli atas sesama dan saling 13
menghormati dalam Lilik Mulyadi, 2006, Hukum Acara menjalani kehidupan seharihari, agar tidak timbul gejalagejala yang menyebabkan terjadinya tindak pidana, khususnya tindak pidana pembunuhan. Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung Moeljatno, 1993, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Adami Chazawi, 2000, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Raja Grafindo Persada, Malang. Andi Hamzah dan Sumangalipu A, 1984, Pidana Mati Di Indonesia Di Masa Lalu, Pompe dan Tjeenk Willink, 1982, Handboek Van Het Nederlandse Strafrecht, Zwolle, Ghalia Indonesia, Bandung. Soerjono Soekamto, 1997, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, Kini Dan Di Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta. Andi Hamzah, 1985, Tata Tentram Kerta Raharja, Ghalia Indonesia, Jakarta Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta. 14