Metode pengujian lentur posisi tidur kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu dengan pembebanan titik ke tiga

dokumen-dokumen yang mirip
Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

Daftar Isi. Daftar Isi... i. Prakata... ii. Pendahuluan... iii

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Pd M Ruang lingkup

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III METODE PENELITIAN

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PEREKAT (251M)

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

SNI Standar Nasional Indonesia

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

BAB III LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

KUAT LENTUR DAN PERILAKU BALOK PAPAN KAYU LAMINASI SILANG DENGAN PAKU (252M)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan struktural yang dipilah masinal

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Cara uji modulus elastisitas batu dengan tekanan sumbu tunggal

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DAN RIGIDITAS RANGKA BATANG PAPAN KAYU

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Cara uji beban putus dan elongasi pada geotekstil dengan metode grab

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

1.2. Tujuan Penelitian 2

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUAT LENTUR DAN PERILAKU LANTAI KAYU DOUBLE STRESS SKIN PANEL (250M)

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Cara uji kuat keliman jahit atau ikat panas geotekstil

BAB III LANDASAN TEORI

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

III. DASAR PERENCANAAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB I. PENDAHULUAN. Garis perekat arah radial lurus. (c)

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kekuatan Tekan Sejajar Serat dan Tegak Lurus Serat Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri)

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

II. TEGANGAN BAHAN KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Laboratorium Mekanika Rekayasa

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

Tata Cara Pengujian Beton 1. Pengujian Desak

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Metode pengujian lentur posisi tidur kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu dengan pembebanan titik ke tiga 1 Ruang lingkup Metode pengujian ini mencakup penurunan keteguhan lentur dan modulus elastisitas posisi tidurkayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu yang dipilah secara masinal pada pengujianlentur posisi tidur dengan pembebanan ke titik tiga. 2 Acuan normatif ASTM D 198-1999 Methods of Static Tests of Timber in Structural Sizes ASTM D 4761, Standard test method for mechanical properties of lumber and structural woodbasedmaterial SNI 03-6881-2002, Tatacara evaluasi besaran izin untuk klasifikasi mutu kayu struktural SNI- 03-6850-2002, Metode pengukuran kadar air kayu dan bahan berkayu. 3 Istilah dan definisi 3.1 batas proporsional batas teoritis dimana kayu sudah tidak lagi bersifat elastis yaitu dapat kembali ke kondisi semula bila mendapatkan beban yang di dalam pengujian lentur ditunjukkan dengan penambahan defleksi yang mulai meningkat pada setiap penambahan beban yang sama. 3.,2 jarak tumpuan jarak teoritis dari tumpuan ke tumpuan reaksi-reaksi perletakan akhir dimana benda uji didukunguntuk mengakomodir beban lentur pada arah melintang. 3.3 kadar air keseimbangan kondisi kadar air pada kayu dimana kayu tidak kehilangan atau bertambah kadar airnya olehudara di sekitarnya. 3.4 lebar dimensi benda uji pada arah tegak lurus terhadap tumpuan dan juga tegak lurus terhadap arahbeban yang diberikan. 3.5 mesin uji suatu alat yang mengkombinasikan (1) reaksi rangka untuk menumpu benda uji, (2) mekanisme pembebanan untuk menerapkan beban pada kecepatan yang ditentukan, dan (3) suatu alat untuk mengukur gaya yang dapat dikalibrasi untuk memenuhi kebutuhan ketelitian yang disyaratkan. Page 1 of 7

3.6 panjang bentang jarak teoritis dari tumpuan ke tumpuan reaksi-reaksi perletakan akhir dimana benda uji didukung untuk mengakomodir beban lentur pada arah melintang. 3.7 pembebabanan titik ke tiga suatu kondisi terlentur di mana dua titik beban terletak pada 1/3 panjang bentang (lihat lampiran). 3.8 tinggi dimensi benda uji pada arah tegak lurus terhadap tumpuan dan sejajar dengan arah beban yang diberikan. 4 Pengertian dan penggunaan 4.1 Metode pengujian ini menyediakan prosedur yang dapat diterapkan pada kondisi lapangan yang sesungguhnya seperti di pabrik dimana benda uji tidak dalam kondisi kadar air keseimbangan. 4.2 Data yang dihasilkan melalui metode ini dapat digunakan sebagai berikut: 4.2.1 Menghasilkan sifat kekuatan dan kekakuan untuk populasi yang diwakili oleh bahan yang akan diuji (yaitu satu kelas, kombinasi dari beberapa kelas, jenis tertentu, kelompok jenis atau contoh uji yang teridentifikasi maupun tidak). 4.2.2 Untuk menegaskan validitas sifat kekuatan dan kekakuan populasi yang diwakili oleh bahan yang akan diuji. 4.2.3 Untuk mengetahui pengaruh parameter-parameter yang mempengaruhi sifat kekuatan dan kekakuan bahan seperti kadar air, temperatur, ukuran dan letak mata kayu atau miring serat. 4.3 Prosedur-prosedur yang dipilih berkaitan dengan metode-metode pengujian ini harus didokumentasikan seluruhnya pada laporan untuk menginformasikan korelasi dengan hasilhasil pengujian yang diperoleh melalui penggunaan prosedur pengujian biasa sebagaimana yang tercantum dalam ASTM D-198-1999. 5 Persyaratan 5.1 Persyaratan umum Mesin uji yang digunakan harus dikalibrasi dan memenuhi ketentuan ketelitian yang dipersyaratkan. 5.2 Persyaratan teknis 5.2.1 Alat uji a Alat uji yang memenuhi ketentuan pembebanan dan penurunan modulus elastisitas sebagaimana terlihat pada Gambar 1. b Alat pembebanan dan tumpuan, termasuk plat beban yang lebarnya paling sedikit memenuhi luasnya benda uji. c Panjang plat beban dari alat pembebanan tidak kurang dari satu setengah tinggi benda uji. d Bila hanya modulus elastisitas yang akan dihitung, ketentuan tentang plat beban dapat diabaikan. Page 2 of 7

e Rol dan sumbu yang terdapat pada alat uji harus dipasang sedemikian rupa sehingga menjamin minimasi gaya aksial yang timbul pada benda uji. f Benda uji harus mendapatkan dua beban terpusat yang terletak pada jarak yang sama dari penyangga. g Bila sistem yang digunakan dalam pengukuran modulus elastisitas adalah penambahan beban, beban awal harus mencukupi untuk membuat benda uji bersentuhan dengan tumpuan dan terletak sedemikian rupa secara baik namun masih dapat bergerak yang menghasilkan defleksi yang terukur dengan tepat. h Penambahan beban harus menghasilkan defleksi minimum 0.0125 mm. i Deflektometer harus sesuai dengan sistem penambahan beban. j Defleksi pada sistem tumpuan harus diukur apakah dapat diabaikan atau dapat digunakan sesuai kalibrasi. k Defleksi dapat diukur sebagai pergeseran alat pembebanan mesin uji. Defleksi ditetapkan sebagai rata-rata defleksi pada titik beban. 5.2.2 Keakuratan a Titik beban harus terletak dalam jarak maksimum 3 mm dari titik yang ditentukan. b Alat pengukur gaya harus mengukur beban dengan ketelitian kurang dari + 1,0 % daribeban pada beban-beban sama atau di atas 4450 N. Sedangkan untuk beban dibawah 4450 N ketelitian harus kurang dari 45 N. c Alat pengukur defleksi harus mengukur defleksi dengan ketelitian kurang dari + 2,0 % untukdefleksi dari defleksi-defleksi sama atau di atas 4 mm. Sedangkan untuk defleksi di bawah 4mm ketelitian kurang dari 0.025 mm. 5.2.3 Benda uji a Bila evaluasi pengaruh perubahan muka melintang kayu dilakukan secara obyektif, dimensi benda uji adalah dimensi kayu di pasaran. b Panjang benda uji minimum adalah panjang jarak tumpuan sebesar 17 25 kali tinggi benda uji ditambah dengan panjang tertentu yang dapat menjamin benda uji tidak selip pada saat pengujian. c Standar jarak tumpuan adalah 32 kali tinggi untuk nominal ukuran kayu 38 mm, untuk rasio lain diijinkan sepanjang perubahan yang ada akibat pembebanan tercatat dengan baik. 5.2.4 Pengkondisian a Benda uji dapat diuji pada kondisi kadar air, temperatur atau perlakukan yang dikehendaki. b Bila temperatur pengujian kurang dari 7oC atau lebih dari 32oC maka temperatur pengujian harus dilaporkan. 6 Pelaksanaan pengujian a. Ukur dan catat dimensi dan kadar air melintang benda uji pada bagian tengah atau bagian lain yang lebih mewakili dan lakukan untuk setiap benda uji. b. Ukur dimensi sampai nilai mendekati 1 mm Page 3 of 7

c. Ukur kadar air sesuai SNI 03-6850-2002, metode pengukuran kadar air kayu dan bahan berkayu. d. Persiapkan alat uji hingga bagian memanjang kayu tidak menyebabkan adanya bias akibat cacat, atau adanya bias perletakan benda uji pada penyangga sebagai mana yang ditentukan sebelumnya e. Letakkan benda uji sedemikian rupa sehingga bagian kayu yang berada di luar tumpuan seimbang antara satu bagian dengan lainnya, bila kekuatan kayu juga diukur atau tidak perlu ada penyeimbangan bila hanya untuk mengukur modulus elastisitas, bila salah satu bagian sangat panjang harus diberi beban agar stabil. f. Atur kecepatan pembebanan sebagai berikut: 1) bila digunakan untuk menguji kekuatan dan modulus elastisitas dengan beban menerus, bebani benda uji dengan kecepatan pembebanan yang menyebabkan benda uji rusak pada waktu 1 menit atau dengan defleksi benda uji 75 mm/menit. Hasil pengujian tidak dapat diterima apabila kerusakan terjadi kurang dari 10 detik atau lebih dari 10 menit. 2) bila digunakan untuk menguji modulus elastisitas dengan penambahan beban, berikan beban awal terlebih dulu, bebani dengan kecepatan yang tinggi dan ukur defleksi dengan cepat untuk menghindari adanya rangkak. g. Dapatkan data beban-defleksi sesuai dengan ketelitian yang ditentukan. h. Catat beban maksimum yang terjadi, bila dilakukan pengujian kekuatan; i. Rekam kerusakan yang terjadi tergantung pada tujuan pengujian; j. Hitung modulus elastisitas dan kuat lentur mutlak dengan rumus sebagai berikut: dimana: E = modulus elastisitas (MPa) P = beban pada balok pada batas proporsional (N) L = panjang bentang (mm) b = lebar benda uji (mm) h = tinggi benda uji (mm) = defleksi pada sumbu netral reaksi dan tengah balok pada batas proporsional (mm) di mana ólt = kuat lentur mutlak (MPa) P = beban maksimum (N) Page 4 of 7

7 Pelaporan Laporan pengujian sekurang-kurangnya mencantumkan: a. Deskripsi tentang alat uji termasuk gambar detail, jarak tumpuan, dan alat pengukur defleksi, b. Deskripsi prosedur kalibrasi, frekwensi dan catatannya c. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar air d. Kecepatan pengujian dan pengaturan kecepatan yang dilakukan e. Perletakan benda uji pada arah memanjang dan pemilihan muka tarik. f. Data pengukuran beban-defleksi untuk perhitungan modulus elastisitas. g. Deskripsi tentang populasi yang diambil contohnya, termasuk letak geografis, jenis atau kelompok jenis, geometri benda uji, kelas atau kombinsi kelas, perlakukan terhadap benda uji. h. Deskripsi contoh uji termasuk banyaknya contoh uji, pengkondisian, temperatur benda uji pada saat pengujian dan benda uji yang gagal pada waktu pengujian. i. Data benda uji termasuk kelas mutu, dimensi penampang irisan yang sesungguhnya, kadar air, data beban-defleksi, beban maksimum, waktu benda uji rusak, lokasi dan uraian kerusakan. j. Detail penyimpangan yang terjadi. Gambar 1 Pengujian lentur muka lebar dengan pembebanan titik ke tiga Page 5 of 7

8 Bibliografi ASTM D 9 Terminology Relating to Wood ASTM D 2915 Practice for Evaluating Allowable Properties for Grades of Structural Lumber ASTM D 4442 Test Methods for Direct Moisture Content Measurement of Wood and Wood Base Materials ASTM E 4 Practices for Force Verification of Testing Machines ASTM E 6 Terminology Relating to Methods of Mechanical Testing ASTM E 177 Practice for Use of the Terms Precision and Bias in ASTM Test Methods Page 6 of 7

Lampiran A (Informatif) Daftar nama dan lembaga 1 Pemrakarsa Puslitbang Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. 2 Penyusun Page 7 of 7