BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

bbab I PENDAHULUAN arti penting pekerjaan dan keluarga sesuai dengan situasi dan kondisi di

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1Konsep dan Teori Gender

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

#### Selamat Mengerjakan ####

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Eksistensi Perempuan dalam Pembangunan yang Berwawasan Gender

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

2. Teoretisasi Gender

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah, namun peran wanita tidak dinilai cukup sukses bila keberhasilan membangun karir tidak dibarengi kesuksesan mengelola rumah tangga (Irvanus, 2002). Wanita disosialisasikan untuk berperan sebagai istri dan ibu. Mereka disiapkan menjadi makhluk yang patuh dan tidak asertif. Mungkin dari sinilah berawal bahwa wanita bekerja di luar rumah hanyalah sekedar menjalankan pekerjaan dan bukan berkarir seperti pria. Persepsi arti penting peran pekerjaan dan keluarga dari pentingnya pekerjaan, orang tua, dan pasangan diukur oleh komitmen pekerjaan, komitmen orang tua, komitmen pasangan, nilai pekerjaan, nilai orang tua, dan nilai pasangan. Tiga kelompok muncul dari persepsi ini yaitu Profil A (mengutamakan keluarga), Profil B (mengutamakan pekerjaan), dan Profil C (keluarga dan pekerjaan sama penting). Komitmen dan nilai-nilai wanita mengenai orang tua dan peran pasangan akan lebih tinggi dibanding pria. Begitu juga sebaliknya nilai-nilai dan kesanggupan untuk peran pekerjaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. 8

Nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia dewasa ini berbaur antara nilai-nilai tradisional dan modern. Dalam peran pekerjaan dan keluarga, pria biasanya sebagai peran penyedia dan wanita lebih ke peran keluarga. Saat ini banyak wanita berperan ganda, peran ganda wanita yang ideal menuntut tugas seorang ibu rumah tangga (orang tua) sekaligus wanita karir. Keseimbangan ini harus diakui merupakan kendala utama bagi wanita bekerja. Banyak alasan wanita bekerja, selain karena tuntutan akan kebutuhan kehidupan juga karena peningkatan taraf pendidikan kaum wanita. Peranan keluarga dalam hal ini memegang peranan sangat penting. Bagi seorang wanita dukungan pasangan dan anak-anak berpengaruh bagi karirnya. 2.2. Gender 2.2.1 Pengertian Gender Gender adalah segala sesuatu yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang, termasuk juga peran, tingkah laku, preferensi, dan atribut lainnya yang menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan di budaya tertentu (Baron et al., 1979 dalam Psychemate, 2007). Dalam bahasa latin gender adalah genus, berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Pada beberapa kepentingan, norma sosial mengacu pada norma tradisional dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya diharapkan oleh masyarakat, dimana 9

laki-laki, lebih diharapkan lebih kuat, dominatif, asertif, sementara wanita seharusnya mempunyai sifat merawat, sensitif, dan ekspresif. Jika situasinya sesuai dan nyaman, maka akan sangat memuaskan untuk mengikuti dan bertingkah laku sesuai norma sosial tersebut, namun jika tidak sesuai, maka tingkah laku dapat disesuaikan dengan kondisi (Wood et al., 1997 dalam Psychemate, 2007). 2.2.2 Perbedaan Gender dengan Seks Seringkali gender disamaartikan dengan seks, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, sehingga peran dan tanggung jawabnya juga dibedakan sesuai jenis kelamin ini. Menurut Parwieningrum (2001) gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial (yaitu kebiasaan yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) dan dapat diubah sesuai perkembangan zaman. Sementara seks adalah perbedaan organ biologis antara laki-laki dan perempuan, terutama pada bagianbagian reproduksi. Sedangkan menurut Subhan (2004) gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di tempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Seks adalah jenis kelamin yang terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah 10

ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya. Secara lebih jelas perbedaan gender dan seks/jenis kelamin dapat dilihat pada skema ini : Jenis kelamin (seks): 1) Tidak dapat diubah 2) Tidak dapat dipertukarkan 3) Berlaku sepanjang zaman 4) Berlaku dimana saja 5) Merupakan kodrat Tuhan 6) Ciptaan Tuhan Gender: 1) Dapat berubah 2) Dapat dipertukarkan 3) Tergantung waktu 4) Tergantung budaya setempat 5) Bukan merupakan kodrat Tuhan 6) Buatan manusia 11

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah terminologi gender bukan jenis kelamin. Hal ini perlu dijelaskan agar tidak terjadi kerancuan maupun kesalahpahaman mengenai definisi jenis kelamin dan gender. 2.2.3 Permasalahan Gender Manusia yang diciptakan berpasang-pasangan memerlukan kehadiran dan kerja sama satu sama lain. Keterpaduan keduanya bukan berarti sama, namun bermitra secara harmonis. Masalah gender pada dasarnya adalah menganut prinsip tersebut, meskipun dalam menyatakannya sering terjadi perlakuan diskriminasi, marjinalisasi, subordinasi, beban ganda dan tindak kekerasan dari satu pihak kepada pihak lainnya, baik di dalam maupun di luar kehidupan keluarga. Perlakuan ini merupakan hasil dari nilai sosial budaya tanpa adanya suatu pembenaran yang rasional. Keempat bentuk diskriminasi ini merupakan suatu bias gender, yaitu suatu pandangan yang membedakan peran, kedudukan dan tujuan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. 2.2.4 Kesetaraan dan Keadilan Gender Kesetaraan gender berarti kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan keamanan masyarakat serta menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan 12

gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki-laki dan perempuan, sehingga dengan adanya keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marjinalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Ketidakadilan gender dirasakan sebagai diskriminasi yang menempatkan perempuan dalam status di belakang kaum laki-laki telah mengacu kaum perempuan untuk berjuang memperbaiki status, peranan dan kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat. Penolakan terhadap masuknya perempuan dalam bidang profesi dan pekerjaan, lebih disebabkan karena dia seorang perempuan, bukan karena kemampuannya yang kurang dari kaum laki-laki. Kondisi semacam ini terjadi karena adanya citra baku (stereotype) mengenai perempuan dan laki-laki, dimana masyarakat menempatkan perempuan lebih banyak kepada peran sektor domestik (rumah tangga) dan laki-laki bekerja di sektor publik yang produktif (bukan reproduktif) untuk menopang ekonomi rumah tangga. Pembakuan peran inilah yang menyebabkan lakilaki lebih diutamakan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan dibandingkan kaum perempuan. 13

2.3. Kerangka Pemikiran Perbedaan gender dalam pekerjaan dan keluarga telah menjadi topik yang konsisten pada penelitian pekerjaan dan keluarga (Lewis, 1999 dalam Cinamon et al., 2002). Variasi individu dalam gender memberikan informasi tentang gender dalam menjelaskan perbedaan antar pribadi mengenai konflik pekerjaan terhadap keluarga. Variasi dalam gender memberikan informasi tentang kepercayaan pria dan perempuan tentang arti penting peran pekerjaan dan keluarga, dibandingkan menyamaratakan semua pria dan semua wanita (Kerpelman et al., 1999 dalam Cinamon et al., 2002). Beberapa peneliti yang menguji variasi jenis kelamin dalam pekerjaan dan keluarga adalah peran penting pada orientasi wanita ke arah pekerjaan dan keluarga (Jensen et al, 1985 dalam Cinamon et al, 2002). Peran ini secara khusus ditentukan dengan pengujian komitmen dan nilai mengenai pekerjaan atau peran keluarga (Nevill et al, 1986 dalam Cinamon et al,2002). Cinamon (2002) meneliti tentang peran pekerjaan dan peran keluarga dalam pemahaman konflik pekerjaan terhadap keluarga. Hal ini menguji tentang persepsi responden mengenai pentingnya pekerjaan, orang tua, dan peran pasangan, yang diukur melalui peran nilai dan komitmen. Di samping peningkatan keterlibatan wanita dalam menuntut penempatan dan kenaikan substansial dari cita-citanya di beberapa tahun terakhir ini (Gerstein et al, 1988 dalam Cinamon et al, 2002), cita-cita dan 14

tujuan bersifat jabatan, sering melebihi para pria. Selama sosialisasi dalam pekerjaan dan peran keluarga, pria secara kebiasaan diangkat untuk mengejar "peran penyedia" dan wanita lebih mengarah pada peran keluarga (Major, 1993 dalam Cinamon et al, 2002). Banyak wanita percaya bahwa di masyarakat menjadi isteri dan memperhatikan keluarga adalah prioritas yang pertama dalam hidup dan kemajuan karir dan keuangan adalah yang kedua (Gilbert, 1993 dalam Cinamon et al, 2002). Dari penelitian yang menguji pentingnya pekerjaan, orangtua, dan peran pasangan yang diukur dengan nilai-nilai peran dan komitmen ini maka ada tiga kelompok yang muncul disini. Kelompok tersebut adalah : (a) orang yang menganggap peran keluarga lebih penting daripada peran pekerjaan disebut profil A, (b) orang yang menganggap peran pekerjaan lebih penting daripada peran keluarga disebut profil B, dan (c) orang yang menganggap bahwa peran pekerjaan dan keluarga adalah sama penting disebut profil C. Keberadaan ketiga profil menunjukkan sumber konflik pekerjaankeluarga berada pada persepsi seseorang terhadap arti penting peran pekerjaan dan keluarga. 15

Variabel kontrol: * jenis kelamin * usia * level pekerjaan * status ekonomi * jumlah anak yang tinggal bersama * jumlah jam kerja di kantor Gender : Pria Wanita Profil : A. Peran Keluarga (lebih mengutamakan keluarga) B. Peran Pekerjaan (lebih mengutamakan pekerjaan) C. Peran Ganda (pekerjaan dan keluarga sama penting) H1 H2 Arti Penting Pekerjaan Dan Keluarga Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Penelitian ini memberi kontribusi terhadap literatur arti penting pekerjaan dan keluarga dengan menguji hubungan antara perbedaan peran pekerjaan dan peran keluarga menurut gender dan menurut profil karyawan. Dalam model konseptual pada gambar 1, diharapkan adanya jenis kekuatan yang berbeda, yang satu untuk mengetahui perbedaan gender baik pria dan wanita terhadap arti penting (komitmen dan nilai untuk pekerjaan, orang tua dan pasangan). Selain itu untuk mengetahui perbedaan profil karyawan terhadap arti penting peran pekerjaan dan keluarga. 16

2.4. Hipotesis Penelitian Pleck (1977, dalam Cinamon et al, 2002) menunjukkan wanita mengalami gangguan yang lebih besar dari keluarga terhadap pekerjaan dibanding pria, sedangkan pria mengalami gangguan dari pekerjaan terhadap keluarga. Kecenderungan bekerja dalam jam kerja yang panjang dan ketidakhadiran dalam keluarga dan kombinasi kebijakan tanggung jawab untuk menciptakan konflik antara kerja dan tanggung-jawab keluarga (Aryee, 1999 dalam Foley et al., 2005). Budaya tradisional mengenai peran jenis kelamin menyatakan para suami membatasi keikutsertaan dalam perhatian terhadap anak dan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dan isteri, bahkan ketika mereka bekerja, masih mempunyai tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah tangga (Ngo, 1992 dalam Foley et al., 2005). Perbedaan gender pada nilai dan komitmen orang-orang berhubungan dengan peran keluarga dan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, dihipotesiskan tentang arti penting pekerjaan dan keluarga sebagai berikut : H1 : Ada perbedaan arti penting pekerjaan dan keluarga menurut gender karyawan Profil C atau profil ganda merupakan individu yang menganggap arti penting bagi pekerjaan dan peran keluarga sama tinggi. Profil B atau profil pekerjaan, meliputi tingginya arti penting bagi peran pekerjaan dan 17

relatif rendah bagi peran keluarga. Profil A atau profil keluarga meliputi individu yang melihat arti penting yang tinggi bagi keluarga dan arti penting yang rendah bagi pekerjaan. H2 : Ada perbedaan arti penting pekerjaan dan keluarga menurut profil karyawan. Perubahan sosial dan perkembangan ekonomi menawarkan banyak bidang pendidikan dan peluang ketenagakerjaan untuk wanita. Perubahan ini memberikan pengaruh untuk para wanita, karena pria sebagai rekan kerja mereka maka wanita mempunyai cita-cita karir yang tinggi dan komitmen pekerjaan yang sama kuat dengan pria (Ngo & Lau, 1998 dalam Foley et al., 2005). Wanita akan lebih mewakili profil keluarga dan sedikit mewakili profil pekerjaan. Sebaliknya pria lebih pada profil pekerjaan dan sedikit pada profil keluarga. Profil ganda diharapkan mampu memposisikan di keduanya. 18