BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II EKOLOGI MIKROBIOLOGI PANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme. Marlia Singgih Wibowo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

Pengawetan bahan pangan

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

V. PENGARUH FAKTOR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK BAHAN PANGAN TERHADAP AKTIVITAS MIKROORGANISME

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makanan. Makanan tradisional seperti yang kita kenal,yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau

DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

TOKSIN MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Baku Kerang. Kerang Anadara sp termasuk Kelas Pelecypoda (Bivalva) yang mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Salami Daging Kelinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

Media Kultur. Pendahuluan

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang tinggi seperti protein, lemak vitamin B (vitamin B 6 /pridoksin, vitamin

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

o Archaebacteria o Eubacteria

BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

MIKROBIOLOGI INDUSTRI Memanfaatkan mo sbg kompnen untuk industri Produk mo dlm industri: zat kimia, antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman

Kultivasi, reproduksi dan pertumbuhan Bakteri

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-3

Transkripsi:

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan karena pengaruh selektif yang terjadi terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan, sehingga satu atau beberapa jenis mikroorganisme menjadi dominan daripada lainnya dan merupakan mikroorganisme yang spesifik pada produk perikanan tertentu. Mikroorganisme yang terdapat pada produk perikanan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanah, air permukaan, debu, saluran pencernaan manusia dan hewan, saluran pernafasan manusia dan hewan, dan lingkungan tempat pemeliharaan/ budidaya, persiapan, penyimpanan atau pengolahan. Beberapa parameter yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada produk perikanan menentukan apakah suatu 185

mikroorganisme dapat tetap dorman, mati, atau hidup subur sehingga menjadi dominan pada produk perikanan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan dapat dibedakan atas empat faktor utama, yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, faktor pengolahan, dan faktor implisit. 7.2. Faktor Intrinsik Sifat-sifat fisik, kimia dan struktur produk perikanan yang mempengaruhi populasi dan pertumbuhan mikroorganisme disebut faktor intrinsik. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: ph, aktifitas air (a w ), potensi oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi, senyawa antimikroba, dan struktur biologi 1. Nilai PH Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada ph sekitar 7.0 (6.6-7.5), dan hanya beberapa yang dapat tumbuh di bawah ph 4.0. Bakteri mempunyai kisaran ph pertumbuhan 186

yang lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada ph di bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang mempunyai kisaran ph pertumbuhan 1.5-2.0 sampai 11.0, dan khamir mempunyai kisaran ph pertumbuhan 1.5 sampai 8.0-8.5. Oleh karena itu produk perikanan yang mempunyai ph lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh. Nilai ph atau keasaman produk perikanan dipengaruhi oleh asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut. Asam di dalam produk perikanan mungkin terbentuk selama fermentasi, misalnya pada kecap ikan, dan sebagainya. Nilai ph minimum untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut. Sebagai contoh, beberapa Laktobasili dapat tumbuh pada ph yang lebih rendah jika asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam sitrat, HCl, asam fosforat atau asam tartarat, dibandingkan jika asam yang 187

terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam asetat atau asam laktat. 2. Aktifitas Air (a w ) Nilai a w kebanyakan produk perikanan segar adalah di atas 0.99. Kebanyakan bakteri, pembusuk tidak dapat tumbuh pada a w di bawah 0.91, sedangkan kebanyakan khamir pembusuk tidak dapat tumbuh pada a w di bawah 0.88, dan kebanyakan kapang pembusuk tidak dapat tumbuh pada a w di bawah 0.80. Bakteri pathogen yang dapat tumbuh pada a w relatif rendah adalah Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh sampai a w 0.86, sedangkan Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh pada a w di bawah 0.95. Bakteri yang dapat tumbuh pada a w paling rendah adalah bakteri halofilik, yaitu sampai a w 0.75, sedangkan kapang xerofilik dapat tumbuh sampai a w 0.65, dan khamir osmofilik dapat tumbuh sampai a w 0.60. 3. Potensi Oksidasi-Reduksi (O/R, Eh) 188

Mikroorganisme berbeda dalam sensitivitasnya terhadap potensi oksidasireduksi dari medium pertumbuhannya. Potensi O/R dari substrat menunjukkan kemampuan substrat untuk melepaskan elektron (teroksidasi) atau menerima elektron (tereduksi). Potensi O/W suatu sistem diberi simbol Eh. Mikroorganisme aerobik memerlukan nilai, Eh positif (teroksidasi), sedangkan mikroorganisme anaerobik memerlukan nilai Eh negatif (tereduksi). Komponen-komponen yang menyebabkan kondisi, tereduksi (keadaan anaerobik) pada produk perikanan terutama adalah grup sulfhidril (-SH) di dalam daging ikan. Selain itu tekanan oksigen di atmosfer yang terdapat di sekitar produk perikanan juga mempengaruhi potensi O/R. Beberapa bakteri aerobik tumbuh lebih baik pada kondisi tereduksi, dan bakteri semacam ini disebut bakteri mikroaerofilik. Beberapa contoh bakteri mikroaerofilik misalnya Laktobasili dan Streptokoki. Beberapa bakteri mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada keadaan aerobik maupun anaerobik dan 189

disebut anaerob fakultatif. Kebanyakan kapang dan khamir yang tumbuh pada produk perikanan bersifat aerobik, dan hanya beberapa yang bersifat anaerobik fakultatif. 4. Kandungan Nutrisi Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut: air, sumber energi, sumber nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan lainnya, serta mineral. Dari kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan, kapang mempunyai kebutuhan nutrien yang paling minimal, diikuti dengan khamir, kemudian bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif mempunyai kebutuhan nutrien yang paling tinggi. Sebagai sumber energi, mikroorganisme yang ada di produk perikanan dapat menggunakan berbagai gula, alkohol, dan asam amino. Beberapa mikroorganisme dapat menggunakan sumber karbohidrat yang lebih kompleks seperti pati dan sellulosa, dengan terlebih 190

dahulu memecahnya menjadi unit-unit gula sederhana. Lemak juga dapat digunakan oleh beberapa mikroorganisme tertentu sebagai sumber energi. Sumber nitrogen utama bagi mikroorganisme heterotrofik adalah asam amino. Sebagai senyawa sumber nitrogen juga dapat digunakan oleh berbagai mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme dapat menggunakan nukleotida dan asam amino bebas, sedangkan mikroorganisme lainnya dapat menggunakan peptida dan protein. Pada umumnya mikroorganisma akan menggunakan senyawa yang paling sederhana terlebih dahulu, yaitu asam amino, sebelum menggunakan senyawa yang lebih kompleks seperti protein. Mikroorganisme mungkin membutuhkan vitamin B dalam jumlah kecil. Pada umumnya bakteri gram positif mempunyai kemampuan paling rendah dalam mensintesa vitamin, sedangkan bakteri gram negatif dan kapang dapat mensintesa hampir semua faktor pertumbuhan yang dibutuhkan, oleh karena itu 191

kedua grup mikroorganisme tersebut sering ditemukan tumbuh pada produk- produk perikanan yang mempunyai kandungan vitamin B rendah. 5. Senyawa Antimikroba Ketahanan produk perikanan terhadap serangan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa antimikroba yang terdapat secara alamiah di dalam produk perikanan tersebut. Secara rinci masih belum terungkap senyawa anti mikroba yang secara alamiah didapat dalam produk perikanan. 6. Struktur Biologi Beberapa produk perikanan mempunyai struktur spesifik yang melindunginya terhadap masuknya organisme pembusuk dan proses pembusukan selanjutnya. Contoh struktur tersebut misalnya kulit pada ikan dan hewan, dan sebagainya. Selain itu tekstur produk 192

perikanan juga mempengaruhi kecepatan pembusukan oleh organisme pembusuk. Sebagai contoh, ikan lebih cepat mengalami kerusakan dan kebusukan dibandingkan dengan daging sapi karena ikan mempunyai struktur yang lebih lembut dan lunak dibandingkan dengan daging sapi. 7.3. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik adalah kondisi lingkungan penyimpanan yang mempengaruhi produk perikanan dan mikroorganisme. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan terutama adalah suhu penyimpanan, kelembaban relatif lingkungan, dan susunan gas di lingkungan tempat penyimpanan. 1. S u h u Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu: 193

(1) Psikrofil yang mempunyai suhu optimum 5-15 0 C dengan kisaran suhu pertumbuhan -5 sampai 20 0 C (2) Mesofil yang mempunyai suhu optimum 20-40 0 C dengan kisaran suhu pertumbuhan 10 sampai 45 0 C (3) Termofil yang mempunyai suhu optimum 45-60 0 C dengan kisaran suhu pertumbuhan 25 sampai 80 0 C. 2. Kelembaban Relatif Kelembaban relatif (RH) lingkungan tempat penyimpanan mempengaruhi aw di dalam produk perikanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan produk perikanan. Produk perikanan dengan a w rendah akan menyerap air jika disimpan di dalam lingkungan dengan RH tinggi. Demikian juga sebaliknya, produk perikanan dengan a w tinggi akan kehilangan air jika disimpan di dalam ruangan dengan RH rendah. 194

Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan dengan RH rendah dapat mencegah kebusukan oleh mikroorganisme, akan tetapi pada RH yang rendah produk perikanan juga akan kehilangan sebagian airnya sehingga mengerut dan menurunkan mutu produk perikanan. Dalam memilih RH lingkungan yang tepat, perlu diperhatikan kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dengan tetap mempertahankan mutu produk perikanan yang disimpan. 3. Susunan Gas Atmosfer Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan dengan konsentrasi CO 2 dinaikkan ternyata dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Cara penyimpanan ini disebut "controlled atmosphere storage (CA storage), dimana CO 2 ditambahkan ke dalam ruangan dari sumber mekanis atau menggunakan es kering (CO 2 padat). Selain CO 2, ozon (O 3 ) juga mempunyai efek mengawet terhadap beberapa produk 195

perikanan. Dengan konsentrasi beberapa ppm, ozon terbukti dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Karena ozon merupakan suatu senyawa pengoksidasi kuat, maka ozon tidak dapat digunakan untuk mengawetkan produk perikanan yang mempunvai kandungan lipid tinggi karena akan menyebabkan ketengikan pada produk perikanan tersebut. Jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada produk perikanan sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya oksigen di sekelilingnya. Salah satu contoh pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada produk perikanan dapat dilihat pada Gambar 34 yang menunjukkan kelompok bakteri yang tumbuh pada karkas daging yang disimpan pada suhu rendah dalam kondisi aerobik dan anaerobik. Daging ikan yang disimpan pada suhu rendah biasanya banyak terkontaminasi oleh bakteri gram negatif yang bersifat psikrofil. Pada kondisi penyimpanan aerobik, bakteri predominan pada karkas daging yang disimpan pada suhu rendah (lemari es) adalah bakteri gram negatif 196

berbentuk batang dan pembentuk lendir, sedangkan persentase bakteri gram positif menurun selama beberapa jam penyimpanan. Sebaliknya, pada daging yang dipak secara vakum (kondisi anaerobik) dan disimpan pada suhu penyimpanan yang sama, bakteri yang predominan adalah bakteri gram positif yang bersifat anaerobik fakultatif dan menyebabkan keasaman atau penurunan ph daging ikan. Selama penyimpanan vakum jumlah bakteri gram negatif pada daging ikan menurun. 197

Gambar 34. Komposisi Mikroba pada Daging Ikan yang Disimpan pada Suhu Rendah dalam Keadaan (a) Aerobik, dan (b) Anaerobik 7.4. Faktor Implisit Faktor implisit adalah parameter biotik yang mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan, dan meliputi antagonisme, sinergisme dan sintrofisme. Sinergisme dan antagonisme terjadi terutama melalui pembentukan senyawa perangsang (untuk sinergisme) atau penghambat (untuk antagonisme). Contoh senyawa penghambat yang terbentuk oleh mikroorganisme misalnya bakteriosin. Siretrofisme adalah pertumbuhan antara dua mikroorganisme sehingga membentuk kondisi nutrisi Yang memungkinkan mikroba untuk tumbuh. Meskipun mikroorganisma patogen atau pembusuk terdapat di dalam produk perikanan, tetapi kadang-kadang tidak terjadi keracunan atau kebusukan produk perikanan karena pertumbuhan dan 198

metabolisme dari mikroorganisme patogen atau pembusuk tersebut dihambat melalui reaksi antagonistik oleh mikroorganisme lainnya. Tabel 24 menunjukkan mikroorganisme yang umum terdapat pada produk perikanan dan bersifat antagonis terhadap mikroorganisme lainnya. 199

Tabel 24. Beberapa Contoh Interaksi Antagonistik Diantara Mikroorganisme pada Produk Perikanan Mikroorganisme yang Mikroorganisme mempunyai Bacillus cereus Clostridium botulinum Clostridium perfringens Escherichia coli Salmonella Staphylococcus aureus pengaruh antagonistik Streptokoki grup D Bacillus spp Brevibacterium linens Clostridium perfringens C.. sporogenes Koki Enterobacteriaceae Lactobacillaceae Moraxella sp. Pseudononas aeruginosa Streptococcus lactis Flora saprofit (belum diidentifikasi) C. sporogenes Lactobacillaccae Streptokoki grup D Lactobacillaceae (termasuk enteropatogenik) E.coli Lactobacillaceac Pseudomonas spp Flora saprofit (belum diidentifikasi) Aeromonas, Bacillus spp. Enterobacteriaceac, Lactobacillaceae Pseudomonas, 200

Yersinia enterocolitica Brochothrix Pseudomonas Acinetobacter Khamir Acinetobacter Staphylococcus epidermidis Streptokoki, Flora saprofit (belum diidentifikasi) Psikrotrof Betabacteriuw breve Lactobacillus plantarum Lactobacillaccae Aeromonas spp Alcaligenes spp Flavobacterium spp Pseudomonas spp Vibrio spp 7.5 Faktor Pengolahan Setelah seleksi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik, jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan juga dipengaruhi oleh proses pengolahan yang dilakukan terhadap produk perikanan tersebut. Perlakuan panas, irradiasi dan penggunaan senyawa pensteril seperti etilen okside pada umumnya dapat membunuh semua atau sebagian mikroorganisme pembusuk. Disamping itu, beberapa tahap 201

pangan yang paling mudah rusak selama penyimpanan, sedangkan kelas yang tertinggi, yaitu kelompok delapan merupakan kelompok produk perikanan yang paling awet karena telah mengalami pengawetan dengan sterilisasi. Pada bahan pangan segar seperti daging, susu, telur, daging ayam dan ikan segar, mikroorganisme yang dominan terutama adalah bakteri gram negatif berbentuk batang dan bersifat psikrotrof. Pada bahan pangan yang telah mengalami proses pasteurisasi, bakteri gram negatif pada umumnya akan mati dan yang masih tahan pasteurisasi adalah Streptokoki grup D dan Lancefield sera bakteri pembentuk spora. Penurunan a w produk perikanan akan mengubah mikroba pada produk perikanan tersebut. Bahan pangan yang diturunkan a w -nya sampai 0.95 dan dikombinasi dengan penurunan ph, penambahan bahan pengawet serta pengemasan hermetis, mempunyai daya tahan simpan beberapa minggu pada suhu di bawah 10 0 C. Mikroorganisme yang predominan 202

pada produk perikanan semacam ini terutama adalah Laktobasili, Streptokoki, kapang dan khamir. Produk perikanan yang diturunkan a w- nya sampai 0.85 pada umumnya tidak ditumbuhi bakteri, tetapi yang predominan terutama adalah kapang dan khamir. Jika a w produk perikanan diturunkan lagi sampai 0.80, hanya kapang yang dapat tumbuh pada produk perikanan tersebut. Pada produk perikanan yang disterilisasi dengan cara pengalengan, hanya bakteri pembentuk spora yang masih mungkin tumbuh dan menyebabkan kebusukan. 203