PENGARUH DOSIS PAKAN BUATAN YANG BERBAHAN BAKU LOKAL DALAM PAKAN PEMBESARAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON BIOLOGI LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH

PEMANFAATAN BUNGKIL KOPRA SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI PEMBESARAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KERAMBA JARING APUNG

PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus)

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEPALA UDANG DAL AM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

III. BAHAN DAN METODE

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB III BAHAN DAN METODE

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

PENGARUH PEMBERIAN DAPHNIA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN PERTUMBUHAN LARVA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

IV. METODE PENELITIAN

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Tingkat Kelangsungan Hidup

3 METODE 3.1 Pakan Uji

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB 4. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI (Osprhonemus gouramy)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER

II. BAHAN DAN METODE

ABSTRACT. Keywords : Biofilter, Cherax quadricarinatus, Glochidia

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

SUBSTITUSI TEPUNG ONGGOK SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN PADA BUDIDAYA NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI)

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG DIBERI PAKAN PELET DAN IKAN RUCAH DI KERAMBA JARING APUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GABUS (Channa striata) DAN DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BERBAGAI WADAH PEMELIHARAAN Heriansah 1) dan Dian Nisa Fitri Aspari 2)

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

SIDANG TUGAS AKHIR SB

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

I. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

Growth and Survival Rate of Silais Fish (Ompok hypopthalmus) with Different Stocking Density Combining with Crayfish (Cherax albertisii)

UJI COBA BEBERAPA JENIS PAKAN PADA PEMBESARAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DALAM KERAMBA JARING APUNG

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH DOSIS PAKAN BUATAN YANG BERBAHAN BAKU LOKAL DALAM PAKAN PEMBESARAN LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH (Cherax quadricarinatus) Lukman Daris 1 dan Febri 2 1. Penyuluh Perikanan Madya BPPKP Kab. Maros/ Staf Pengajar STITEK Balik Diwa Makassar E-mail: lukmandaris@yahoo.co.id 2. Penyuluh Perikanan Madya BPPKP Kab. Maros ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pakan buatan yang tepat terhadap pertumbuhan dan sintasan lobster air tawar dan diharapkan pemanfaatan pakan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Maros. Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium kaca yang berukuran 60 x 45 x 45 cm, dilengkapi dengan aerasi dan selter yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter ¾ inci yang berukuran panjang 10 cm sebanyak 10 potong dalam setiap akuarium. Hewan uji yang lobster air tawar jenis capit merah dengan berat rata-rata 4,90 g/ekor. Padat penebaran yang digunakan adalah 10 ekor setiap akuarium. Hasil penelitian ini nenunjukkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh dari perlakuan B (3%) yaitu 86,67%. Hal ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap semua pelakuan. Laju pertumbuhan spesifik lobster selama penelitian yang tertinggi diperoleh dari perlakuan A yaitu sekitar 0,64+0,26% dan yang terendah diperoleh dari perlakuan C yaitu sekitar 0,26+0,04%. Dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) antara perlakuan, perlakuan A dengan perlakuan C, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan B dan perlakuan D (P>0,05). Tingkat konsumsi pakan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan D, yaitu sekitar 82,85% menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan perlakuan yang lain. Kata Kunci: Pakan berbahan baku lokal, dosis pakan dan lobster air tawar PENDAHULUAN Pada kegiatan budidaya secara intensif, pakan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan budidaya perikanan, karena kontribusinya dapat mencapai 70 % dari total biaya produksi (Harris 2006) terutama untuk biaya komponen protein pakan (Bender et al., 2004). Saat ini komponen pakan buatan untuk ikan didominasi oleh penggunaan tepung ikan sebagai sumber protein utama. Hal ini dikarenakan, tepung ikan memiliki kandungan nutrisi yang sangat cocok dengan kebutuhan ikan budidiya, terutama profil asam amino essensialnya. Pada nilai konversi pakan sekitar 1,5 maka diperlukan sebanyak 0,5-0,75 kg tepung ikan atau setara dengan 1,8-3 kg ikan rucah (kadar air 75%) untuk memproduksi 1 kg ikan. Hal ini menyebabkan akuakultur yang berbasis pakan buatan dengan tepung ikan sebagai sumber protein utamanya, tergolong kegiatan yang tidak menguntungkan secara ekologis. Oleh karena itu perlu adanya alternatif sumber protein pakan yang memiliki performansi nilai nutrisi yang relatif setara dengan tepung ikan atau dapat memenuhi kebutuhan ikan budidaya untuk tumbuh sacara optimum. Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam usaha budidaya lobster air tawar, di mana komposisi pakan tersebut harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan sintasan, dalam usaha budidaya lobster pakan buatan sangat penting, mengingat pakan alami 1

yang susah untuk di kultur dan membutuhkan waktu yang cukup lama serta kandungan nutrisi yang tidak lengkap, jenis pakan buatan atau pellet yang diberikan adalah pellet komersil seperti pellet untuk udang windu atau udang galah. Dosis pemberian pakan buatan untuk lobster air tawar harus sesuai dengan kebutuhan lobster, menurut Patasik (2004) jumlah pakan yang kurang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan lobster, sementara itu pakan yang berlebihan mengakibatkan pemborosan karena tidak termakan oleh lobster, disamping itu pakan akan membusuk dan biasa menjadi sumber penyakit, sehingga diupayakan tepat dosis dan tepat waktu pemberiannya. Salah satu kendala yang dihadapi pada budidaya lobster air tawar saat ini adalah belum diproduksi secara komersial pellet khusus untuk pembesaran cherax. Meskipun sering di temukan pada buku mengenai dosis pemberian pakan untuk lobster air tawar di kalangan petani yaitu 3% dari bobot tubuh lobster. Namun nilai tersebut belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan minimnya kajian ilmiah tentang penentuan dosis pemberian pakan buatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan bahan baku lokal untuk pembesaran cherax melalui penetapan dosis pakan yang tepat. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan (BBI) Bantimurung Kabupaten Maros. Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium kaca yang berukuran 60 x 45 x 45 cm masingmasing dibungkus dengan plastik hitam untuk menghindari lobster stress akibat gangguan dari luar dan ditutupi dengan waring hitam pada bagian atas supaya tidak bisa lolos serta di lengkapi dengan aerasi dan selter yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter ¾ inci yang berukuran panjang 10 cm sebanyak 10 potong dalam setiap akuarium sebagai tempat perlindungan atau persembunyian lobster. Hewan uji yang digunakan adalah lobster air tawar jenis capit merah Cherax quadricarinatus yang diperoleh dari salah seorang petani lobster di Kota makassar, yang berukuran panjang 4-5 cm dan berat rata-rata individu 4,90 g. Padat penebaran yang digunakan adalah 10 ekor setiap akuarium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga didapatkan 12 unit percobaan. Perlakuan yang yang dimaksud adalah perlakuan A dengan dosis 2,5%, perlakuan B dengan dosis 3,0 %, perlakuan C dengan dosis 3,5 % dan perlakuan D dengan dosis 4,0% dari biomassa hewan uji. Pakan uji yang digunakan berasal dari bahan baku lokal, seperti pada (Tabel 1), kemudian diformulasi (Tabel 2). Cara pemberian pakan yaitu menebarkan pakan secara merata pada wadah agar kesempatan memperoleh pakan bagi hewan uji sama. Waktu pemberian pakan yaitu dua kali sehari, pagi (08.00) sebanyak 40 % dan sore (16.00) sebanyak 60 %. Hewan uji dipelihara selama 60 hari. Tabel 1. Komposisi nutrisi masing-masing bahan baku pakan (% berat kering) S. Bahan Air Abu Lemak protein kasar BETN T. Ikan 6,34 16,65 4,9 50 1,5 17,82 B. Kopra 3,5 7,58 6,62 21,97 11,39 52,44 Polar 9,34 3,53 3,53 18,28 13,12 61,54 2

Tabel 2. Formulasi Pakan uji yang digunakan Bahan Jumlah (%) Tepung Ikan 40 Bungkil Kopra 30 Polar 28 Vitamin 1 Mineral 1 Total 100 Total potein 31,29 Total lemak 2,88 Serat kasar 5,63 Kadar abu 16,45 BETN 20,48 Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan, sintasan, tingkat komsumsi pakan, dan rasio konversi pakan (FCR), untuk mengetahui peubah tersebut dilakukan sampling 1 kali setiap 10 hari sampai akhir penelitian menggunakan timbangan elektrik dengan tingkat ketelitian (0,01 g). Sedangkan sintasan, tingkat tingkat konsumsi pakan dan FCR dilakukan pada akhir penelitian. Untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup, maka dilakukan penghitungan jumlah lobster pada awal dan akhir penelitian dengan cara menghitung keseluruhan hewan uji pada setiap akuarium. Penentuan sintasan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus Effendie (1997) : Dimana : S = Sintasan (%) N t = Jumlah hewan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor) N 0 = Jumlah hewan uji yang hidup awal penelitian (ekor) Untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik hewan uji dilakukan penimbangan lobster menggunakan timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,01g setiap 10 hari selama masa pemeliharaan, laju pertumbuhan spesifik hewan uji di hitung berdasarkan rumus Schulz et al., (2005) sebagai berikut Specific Grow Rate ( ) Dimana : SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik (% / hari) Ln W t = Bobot rata-rata hewan uji pada akhir penelitian (g) Ln W 0 = Bobot rata-rata hewan uji pada awal penelitian (g) t = Lama Penelitian (hari) Rasio efisiensi pakan diketahui dengan perhitungan jumlah pakan yang diberikan / dimakan selama pembesaran (bobot kering) dan pertambahan bobot hewan uji (bobot basah) yang dihitung berdasarkan rumus dari Takeuchi (1988) sebagai berikut: Sebagai data penunjang dilakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air meliputi suhu, dan oksigen terlarut. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini diperoleh respon biologi lobster air tawar terhadap perlakuan dosis pakan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 3. Hasil penelitian ini nenunjukkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh dari perlakuan B (3%) yaitu 86,67%. Hal ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap semua pelakuan, sedangkan tingkat kelangsungan hidup yang terendah diperoleh dari 3

Tabel 3. Respon biologi lobster air tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus) Volume 4 Nomor 1 Januari-Juni 2013 Perlakuan Parameter yang diamati A (2,5%) B (3%) C (3,5%) D (4%) Sintasan (%) 76,67 ± 32,15 a 86,67 ± 11,55 b 53,33 ± 15,28 c 73,33 ± 15,28 ad Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) 0,64 ± 0,26 a 0,34 ± 0,21 ab 0,26 ± 0,04 c 0,35 ± 0,06 ab Tingkat konsumsi pakan (%) 61,67 ± 22,75 a 71,53 ± 6,97 b 73,19 ± 12,53 c 82,85 ± 19,20 d Efisiensi pakan (%) 0,52 ± 0,04 a 0,23 ± 0,13 b 0,18 ± 0,06 c 0,22 ± 0,05 bd Keterangan: Huruf yang sama di belakang angka pada masing-masing baris menunjukkan tidak berbeda nyata, (P>0,05) perlakuan D yaitu 53,33%. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh dari penelitian ini, bukan pengaruh rendahnya protein pakan yang digunakan, karena protein pakan yang digunakan yaitu 31,29%, ini sesuai kebutuhan protein lobster air tawar. Seperti yang dilaporkan Kusman, (2006) protein yang umumnya diperlukan oleh lobster air tawar adalah 20 40 % dari seluruh nilai gizi pakan. Tetapi pada awal penelitian banyak lobster lolos keluar dari wadah penelitian, dan banyak yang mati karena gagal molting, kematian gagal molting ini diduga karena kebutuhan energi pada saat proses pelepasan cangkan yang lama kurang mencukupi energi dalam tubuhnya, sehingga energy dalam tubuhnya habis sebelum pelepasan cangkan yang lama. Tingkat kelangsungan hidup lobster selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Bila dibanding dengan hasil penelitian sebelumnya seperti Anonium (2003); Anonim (2007); Sukma dan Suharjo (2003) memperoleh tingkat kelangsungan hidup antara 80-100%, masingmasing menggunakan pakan komersial, dengan perlakuan dosis dan frekwensi pemberian pakan. sementara penelitian ini menggunakan pakan lokal yang diformulasi sendiri (Tabel 1), dimana bahan baku tersebut diperoleh dari daerah Sulawesi selatan yang telah diproksimat masingmasing bahan tersebut (Tabel 2). Gambar 1. Grafik sintasan lobster air tawar selama penelitian 50 hari Laju pertumbuhan spesifik lobster selama penelitian yang tertinggi diperoleh dari perlakuan A yaitu sekitar 0,64+0,26% dan yang terendah diperoleh dari perlakuan C yaitu sekitar 0,26+0,04%. Dari hasil tersebut terlihat adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) antara perlakuan, perlakuan A dengan perlakuan C, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan B dan perlakuan D. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A memberikan respon pertumbuhan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan B dan D, tidak berbeda nyata (P>0,05). Meskipun tingkat konsumsi pakan terlihat paling rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sekitar 61,67+22,75% tetapi tingkat episiensi pakan menunjukkan hasil yang paling tinggi yaitu 4

sekitar 0,52+0,04%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan tidak mutlak memberikan pertumbuhan, tetapi bagaimana kemampuan lobster memanfaatkan atau mencerna pakan untuk pertumbuhannya. Seperti yang dilaporkan Patasik (2004) bahwa ketersediaan pakan dan kemampuan lobster untuk memanfaatkan atau mencerna pakan akan menentukan pertumbuhan lobster. Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik setiap kali sampling Gambar tersebut di atas terlihat pada hari ke 10 sampai hari ke 20 semua perlakuan mengalami peningkatan yang hampir sama. Tetapi memasuki hari ke 30, terjadi penurunan yang sangat drastis terutama pada perlakuan C, hal ini disebabkan karena pada sampling rata-rata lobster baru saja mengalami molting, pada pase tersebut lobster mengalami penurunan napsu makan, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan lobster tersebut. Meskipun proses moltin ini biasanya merupakan indikator pertumbuhan, dan kadang juga lobster molting karena stress yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan optimumnya. Dari gambar di atas terlihat bahwa pada perlakuan C rata-rata lobster setelah moltin pada hari ke 30 mengalami proses pertumbuhan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan B dan D yaitu sekitar 0,25% meskipun masih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan A, yang mengalami peningkatan mulai dari hari ke 10 sampai hari ke 50. Meskipun pada awal sampling I terlihat laju pertumbuhan spesifiknya paling rendah, tetapi seiring dengan bertambahnya umur juga mengalami peningkatan laju pertumbuhan spesifik yang berbeda dengan perlakuan B dan C. Peningkatan ini disebabkan karena tingkat konsumsi dan efisiensi pakan yang berbeda dengan perlakuan yang lain, sebab meskipun tingkat konsumsi pakan tinggi, tetapi tingkat efisiensi pakan rendah karena pakan tidak bisa dicerna, maka tidak respon pertumbuhan. Tingkat konsumsi pakan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan D, yaitu sekitar 82,85% menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan perlakuan yang lain. Sedangkan tingkat konsumsi pakan yang terendah diperoleh dari perlakuan A yaitu sekitar 61,67%, meskipun pada perlakuan D tidak memberikan respon pertumbuhan yang tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainya, hal diduga bahwa pemanfaatan pakan oleh lobster tidak episien dan efektif, sehingga pakan lebih banyak menjadi feses, hal ini terlihat pada dasar wadah penelitian terdapat banyak feses bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya setiap penyiponan. Seperti yang dilaporkan Wijanto dan Hartono (2006) bahwa jumlah pemberian pakan harus disesuaikan dengan jumlah lobster yang dipelihara dan kemampuan lobster untuk mengkonsumsi pakan. Berdasarkan hal tersebut diduga adanya hubungan antara sisa pakan dan sisa metabolisme dengan tingginya kandungan amoniak. Pada umumnya hewan herbivore itu kemampuan 5

mengkonsumsi pakan cukup tinggi, karena biasanya makan sambil mengeluarkan fesesnya, sehingga makanan tersebut tidak sempat tercernak dengan baik. Tingkat episiensi pakan yang tertinggi diperoleh dari perlakuan A yaitu 0,52%, menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan yang lain, dan yang terendah adalah perlakuan C yaitu sekitar 0,18% hasil ini menunjukkan perbedaan yang nyata dari semua perlakuan. Tetapi pada perlakuan B dan D menunjukkan hasil yang tidak beda nyata (P<0,05), dari parameter inilah yang memberikan respon pertumbuhan lobster, sehingga terlihat bahwa perlakuan A memberikan laju pertumbuhan spesifik yang berbeda dengan perlakuan lainnya. Sebagai data penunjang kondisi kualitas air (suhu, ph, dan oksigen terlarut) masih pada batas optimum untuk pertumbuhan lobster selama penelitian, hal ini disebabkan karena wadah penelitian dilengkapi dengan aerasi, sehingga kondisi oksigen bisa dipertahankan, begitu pula dengan suhu air tidak terjadi pelapisan suhu, karena air selalu teraduk. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil kegiatan ini maka dapat disimpulkan bahwa: pemberian berbagai dosis pakan yang lebih tinggi tidak mutlak memberikan respon pertumbuhan yang tinggi pula, tetapi bagaimana pakan tersebut bisa dimanfaatkan lebih efisien dan epektif dan didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal sesuai dengan kebutuhan lobster sehingga berdampak pada pertumbuhan Saran Dari kegiatan ini disarankan untuk melihat kebutuhan energi yang optimal untuk pertumbuhan lobster. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2003. Lobster Akurium 10 Bulan Kembali Modal. Trubus 401-April 2003/XXXIV. Anonim. 2007. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus).http://fpk.unair.ac.id/web o/umum/bab%20i-iv.docx. Diakses Januari 2011. Bender, J., R. Lee, M. Sheppard, K. Brinkley, P. Philips, Y. Yeboah and R.C. Wah. 2004. A waste effluent treament system based on microbial mats for black sea bass Centropristis striata recycled water mariculture. Aquaculture Eng. p. 31, 73--82. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Gazper, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. Untuk ilmu-ilmu Pertanian ilmu Teknik dan Biologi. CV. Armico. Bandung. Harris E. 2 6. Akuakultur berbasis Trophic Level : Revitalisasi untuk ketahanan pangan, daya saing ekspor dan kelestratian lingkungan. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 65 hal. Kusman, 2006. Pembenihan Lobster Air tawar : Meraup Untung dari Lahan Sempit. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Lukito. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Patasik, S. 2004. Pembenihan Lobster Air Tawar Lokal Papua. Penebar Swadaya. Jakarta. Schulz. C, U. Knaus, M. Wirth, and B. Rennert. 2005. Effect of Varying Dietary Fatty Acid Profile on Growth Performance, Fatty Acid, Body an Tissue Composition of Juvenile Pike Perch (Sander lucioperca). Aquaculture nutrition, II: 403-413. 6

Sukmajaya, Y. Suharjo. I. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Prospektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Takeuchi, T. 1988. Laboratory work-chemical evaluation of dietary nutrients. In: Watanabe, T. (ed.) Fish Nutrition and Mariculture. JICA Kanagawa International Fisheries Training Centre, Tokyo, pp. 179-233. Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition of Mariculture. JICA. Texsbook The General Aquaculture Course. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of Fisheries. Wiyanto, R.H dan Hartono R. 2006. Pembenihan dan Pembesaran Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 7