Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

dokumen-dokumen yang mirip
IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI ROSTOW

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011


PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014


PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI LAMPUNG

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014


PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

BADAN PUSAT STATISTIK

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

BPS KABUPATEN MALINAU

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017


TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

Transkripsi:

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Teori Pertumbuhan Ekonomi ROSTOW NSB menjadikan teori ini sebagai pedoman dalam menilai keberhasilan suatu pembangunan di negaranya, termasuk Indonesia.

Tahap pertumbuhan ekonomi suatu negara digolongkan menjadi lima, yaitu: 1. The traditional socienty (masyarakat tradisional) 2. The precondition for take off (prasyarat untuk lepas landas) 3. The take off (lepas landas) 4. The drive to maturity (gerakan kearah kedewasaan) 5. The age of high mass consumption (masa konsumsi tinggi)

Analisis Rostow ini ditekankan pada : 1. Faktor tertentu yang menimbulkan pertumbuhan ekonomi 2. Analisa ciri-ciri perubahan yang tercipta dalam tiap-tiap tahap pembangunan suatu masyarakat

Pembangunan ekonomi merupakan perubahan dalam berbagai sektor, terutama perubahan dalam: 1. Orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial 2. Pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga 3. Kegiatan dalam penanaman modal 4. Cara masy. menentukan nilai seseorang dalam masy. 5. Cara pandang mengenai sumber alam

Tahap pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan Rostow: 1. Masyarakat Tradisional. Ciri-ciri: a. Masih banyak masy. yang menggunakan cara-cara produksi yg relatif primitif dan terbatas. Ini disebabkan teknologi, ilmu pengetahuan dan sikap masy. yg serba terbatas. b. Cara berpikir masy. Masih kurang rasional lebih banyak berdasarkan pada kebiasaan-kebiasaan yg sudah berlaku turun temurun. Akibatnya produktivitas penduduk menjadi sangat rendah. c. Dlm kehidupan sosial, hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar pengaruhnya dlm organisasi dan dalam menentukan kedudukan seseorang di masy. d. Sistem pemerintahan menggunakan kekuasaan politik yg ada di daerah-daerah, dan ditangan tuan-tuan tanah.

2. Prasyarat Lepas Landas, Ciri-ciri: a. Tahap prasyarat lepas landas dengan cara merombak masy. Tradisional yang sudah lama ada. b. Tahap prasyarat lepas landas tanpa melakukan perombakan dalam masy. Tradisional.

3. Lepas Landas Ditandai dengan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi secara terus menerus. Ciri-ciri: a. Berlakunya perubahan yang sangat drastis dlm masy. seperti adanya revolusi politik, terciptanya kemajuan yg pesat dalam inovasi atau terbukanya pasaran-pasaran baru. b. Akibat dari perubahan menciptakan pembaharuan-pembaharuan dan selanjutnya meningkatkan penanaman modal yang ada. Penanaman modal meningkat maka dapat meningkatkan pendapatan masy. shg pendapatan perkapita makin lama makin tinggi.

Untuk mengetahui suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum ada 3 ciri utama: 1. Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 persen atau kurang dari 10 persen dari Produk National Netto (Net National Product atau NNP) 2. Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi 3. Segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial dan institusional, termasuk potensi ekonomi eksternal, dan kemampuan dalam mengerahkan modal dari sumber-sumber di DN yang didapat dari tabungan DN.

4. Gerakan Ke Arah Kedewasaan Antara tahap lepas landas dan tahap kedewasaan saling berkaitan. Ciri yang menonjol adalah munculnya leading sectors atau sektor pemimpin dalam perekonomian. Ada 4 faktor dalam menciptakan sektor pemimpin: a. Harus terdapat kemungkinan memperluas pasar utk brg yg dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi. b. Dalam sektor ini harus dikembangkan teknik produksi yg lebih modern dan kapasitas produksi yg ditingkatkan. c. Dalam masy. harus tercipta tabungan, dan para pengusaha menanamkan kembali keuntungannya untuk membiayai pengembangan sektor-sektor pemimpin. d. Sektor pemimpin mampu menciptakan permintaan sehingga akan ada perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain.

5. Masa Konsumsi Tinggi Ciri-ciri ekonomi: a. Masy. sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktorfaktor produksi dan kekayaan alamnya. b. Sektor ekonomi berkembang dengan lebih cepat c. Munculnya sektor pemimpin baru yg menggantikan sektor pemimpin yg lama d. Sektor pemimpin yg baru ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, bentuk kebijakan pemerintah.

Ciri-ciri nonekonomis: a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Ditandai sektor industri bertambah penting peranannya, sedangkan sektor pertanian bertambah menurun. Keahlian dan kepandaian tenaga kerja semakin tinggi. b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manager profesional menjadi bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yg merangkap menjadi pemilik. c. Munculnya kritikan-kritikan dari masy. Akibat industrialisasi.

Kesimpulan: Pada tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana perhatian masy. lebih ditekankan pada masalahmasalah yg berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masy. dan bukan lagi pada masalah produksi. 3 macam tujuan masyarakat: 1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke LN. 2. Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yg lebih merata termasuk pembagian pendapatan yg lebih merata, salah satunya melalui sistem pajak yang progresif. (Makin tinggi pendapatan makin tinggi pula tingkat pajak yg dikenakan) 3. Mempertinggi tingkat konsumsi masy. atas konsumsi keperluan utama atas makan, pakaian dan perumahan menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah

Kritikan KUZNETS terhadap ROSTOW: 1. Perbedaan antara tahap yang satu dengan tahap yang lain sangat kabur. 2. Hubungan analitis dengan tahap sebelumnya harus dijelaskan, yaitu bentuk proses yg akan berlaku untuk mengakhiri suatu tahap ttt dan menciptakan tahap selanjutnya harus ditunjukkan.

Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi: 1. Kemiskinan Absolut adalah kondisi dimana seseorang atau keluarga memiliki pendapatan tetapi tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan minimumnya sehari-hari secara efisien. (Ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan pokok minimumnya seperti sandang, pangan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Pendekatan yg digunakan melalui identifikasi jumlah penduduk yg pendapatannya di bawah garis kemiskinan. 2. Kemiskinan relatif yaitu kemampuan pemenuhan kebutuhan seseorang atau sebuah keluarga yang berada dalam posisi relatif terhadap anggota masyarakat lain yang tinggal dalam satu wilayah (pembandingan kondisi obyektif tingkat kesejahteraan seseorang terhadap orang lain dalam suatu wilayah atau kelompok). Atau kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan, Pendekatan melalui pendapatan nasional yg diterima oleh masingmasing golongan pendapatan (distribusi pendapatan).

Kemiskinan berkaitan erat dengan standar hidup yg absolut dari bagian masy. ttt. Yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum Ketimpangan distribusi pendapatan atau ketimpangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masy.

Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). GK= GKM + GKNM Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Ke 52 jenis komoditi ini merupakan komoditikomoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh orang miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70 persen dari total pengeluaran orang miskin.

Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Pertumbuhan eko. Tinggi dibarengi ketimpangan distribusi pendapatan Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai lebih dari 6 persen ternyata hanya dinikmati kalangan menengah ke atas. Ini menyebabkan distribusi pendapatan tidak merata sehingga ketimpangan antar penduduk semakin lebar. Fakta: Indeks gini mengalami peningkatan. Pada 2010 hanya 0,38, pada 2011 mencapai 0,41, dan pada 2012 diperkirakan mendekati 0,5.

Indeks gini adalah merupakan indikator tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yg ditunjukkan dengan koefisien nol hingga satu. Artinya Semakin tinggi koefisien, maka menunjukkan semakin timpang distribusi pendapatan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih banyak digerakkan oleh pemilik modal besar yang berpusat di kota-kota besar. Efeknya yaitu pengangguran dan ketimpangan. Pengangguran ditunjukkan oleh adanya gap pertumbuhan angkatan kerja dengan rendahnya lapangan kerja yang terserap. Kesimpulan: kenaikan pertumbuhan ekonomi di Ind. belum dapat meningkatkan terbukanya lapangan kerja. Ini berpengaruh juga pada angka kemiskinan di Ind. Dan ketimpangan pendapatan di Ind.

Fakta: Kepemilikan kekayaan dibawah 10 ribu dollar AS atau relatif miskin masih mencapai 82 persen dari populasi. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan orang kaya di Ind. terus meningkat. Total kepemilikan 40 orang terkaya sebanyak 800 triliun Rp. Serata dengan 77 juta orang miskin. Akumulasi kekayaan 40 orang terkaya pada tahun 2011 setara dengan 70 persen dari nilai APBN pada tahun yang sama. Ini menunjukkan ketimpangan pendapatan.

Penyebab semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan: 1. Ketimpangan distribusi aset. Salah satunya ketimpangan di sektor pertanian yaitu semakin sempitnya lahan pertanian yang diolah yang tentunya tidak mencukupi untuk memperoleh tingkat pendapatan layak. 2. Makin besarnya pekerja sektor informal dengan tingkat pendapatan yg rendah dan tidak ada jaminan kepastian usaha. Saat ini pekerja sektor informal mencapai 62,7%. Besarnya angka ini disebabkan makin padat modalnya teknologi produksi dan makin kecilnya kesempatan kerja.

3. Akibat kesalahan kebijakan pemerintah Ex: pemberian subsidi BBM dan listrik yang ternyata lebih dinikmati oleh golongan menengah ke atas. Subsidi pupuk kepada para petani. Menunjukkan bahwa petani kaya lebih banyak mendapatkan subsidi pupuk dikarenakan mereka mempuynyai akses lebih besar kepada pemerintah dan distributor pupuk.

Solusi: 1. Adanya kebijakan meredistribusi aset agar golongan tidak mampu dapat memperoleh aset sebagai modal berusaha. Contoh redistribusi lahan yg merupakan aset utama bagi sektor pertanian. 2. Meminimalisasi pertumbuhan pekerja sektor informal, dengan mendorong pertumbuhan sektor produksi (pertanian dan industri) shg dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Ex: pada sektor pertanian, petani beralih kepada tanaman yg bernilai ekonomis yang lebih tinggi, misal hortikultura. Dalam sektor industri yaitu berupa Pembatasan atau penghapusan sistem alih daya (outsourching) shg agar tidak mudah terjadi PHK yg mendorong orang bekerja di sektor informal.

3. Menghapus subsidi BBM dan listrik dan menggantinya dengan program lain yang lebih cepat sasaran bagi rakyat miskin. (Ini bukan langkah yang populer yang diambil pemerintah).