LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA BOX JENKINS PADA PEMBENTUKAN MODEL PRODUKSI PREMI ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

III. METODE PENELITIAN

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Metode Deret Berkala Box Jenkins

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

Penerapan Model ARIMA

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

Penerapan Model ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang salling berkaitan untuk

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA

PEMODELAN ARIMA UNTUK PREDIKSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN ROB DI KOTA AMBON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi telah berkembang dengan relatif pesat. Di era

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Peramalan Permintaan Paving Blok dengan Metode ARIMA

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

AKURANSI ARIMA DALAM PERAMALAN INFLASI KOTA BANDUNG

PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU DENGAN METODE ARIMA (STUDI KASUS PADA PT. MK)

BAB II LANDASAN TEORI

Diagnostik Model. Uji Ljung-Box-Pierce (modified Box-Pierce)

BAB III METODE PENELITIAN

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

BAB II LANDASAN TEORI

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

ESTIMASI DATA YANG HILANG DENGAN MENGGUNAKAN PROSES PENYARINGAN DALAM PEMODELAN DATA TIME SERIES

Langkah-langkah metode ARIMAX menggunakan Eviews dan Minitab

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

Pemodelan ARIMA Jumlah Pencapaian Peserta KB Baru IUD

PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Permintaan Pengujian Sampel Di Laboratorium Kimia Dan Fisika. Baristand Industri Surabaya)

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. LEMBAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PENGESAHAN. iii LEMBAR PERNYATAAN.. iv

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan Laboran No Nama Penilai Tanggal Koreksi Nilai Tanda Tangan 1 Abdurakhman, S.Si, M.Si 2 Dianopa JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) ARIMA disebut juga sebagai metode analisis runtun waktu Box-Jenkins. ARIMA sangat baik ketepatannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang ketepatan peramalannya kurang baik. Biasanya akan cenderung flat (mendatar/konstan) untuk periode yang cukup panjang. Model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) adalah model yang secara penuh mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan. ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat. ARIMA cocok jika observasi dari deret waktu (time series) secara statistik berhubungan satu sama lain (dependent). Tujuan model ini adalah untuk menentukan hubungan statistik yang baik antar variabel yang diramal dengan nilai historis variabel tersebut sehingga peramalan dapat dilakukan dengan model tersebut. ARIMA hanya menggunakan suatu variabel (univariate) deret waktu. Misalnya: variabel IHSG. Program komputer yang dapat digunakan adalah EViews, Minitab, SPSS, dll. Model ARIMA terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu tahap identifikasi, tahap penaksiran dan pengujian, dan pemeriksaan diagnostic check. Selanjutnya model ARIMA dapat digunakan untuk melakukan peramalan jika model yang diperoleh memadai. Stasioneritas dan Nonstasioneritas Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kebanyakan deret berkala bersifat nonstasioner dan bahwa aspek-aspek AR dan MA dari model ARIMA hanya berkenaan dengan deret berkala yang stasioner. Stasioneritas berarti tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Data secara kasarnya harus horizontal sepanjang sumbu waktu. Dengan kata lain, fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai rata-rata yang konstan, tidak tergantung pada waktu dan varians dari fluktuasi tersebut pada pokoknya tetap konstan setiap waktu. Suatu deret waktu yang tidak stasioner harus diubah menjadi data stasioner dengan melakukan differencing. Yang dimaksud dengan differencing adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi. Nilai selisih yang diperoleh dicek lagi apakah

stasioner atau tidak. Jika belum stasioner maka dilakukan differencing lagi. Jika varians tidak stasioner, maka dilakukan transformasi logaritma. Klasifikasi model ARIMA Model Box-Jenkins (ARIMA) dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu: model utoregressive (AR), moving average (MA), dan model campuran ARIMA (autoregressive moving average) yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama. 1) Autoregressive Model (AR) Bentuk umum model autoregressive dengan ordo p (AR(p)) atau model ARIMA (p,0,0) 2) Moving Average Model (MA) Bentuk umum model moving average ordo q(ma(q)) atau ARIMA (0,0,q) 3) Model campuran a. Proses ARMA Model umum untuk campuran proses AR(1) murni dan MA(1) murni, misal ARIMA (1,0,1) dinyatakan sebagai berikut: b. Proses ARIMA Apabila nonstasioneritas ditambahkan pada campuran proses ARMA, maka model umum ARIMA (p,d,q) terpenuhi. Persamaan untuk kasus sederhana ARIMA (1,1,1) adalah sebagai berikut: Musiman dan Model ARIMA Musiman didefinisikan sebagai suatu pola yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Untuk data yang stasioner, faktor musiman dapat ditentukan dengan mengidentifikasi koefisien autokorelasi pada dua atau tiga timelag yang berbeda nyata dari nol. Autokorelasi yang secara signifikan berbeda dari nol menyatakan adanya suatu pola dalam data. Untuk mengenali adanya faktor musiman, seseorang harus melihat pada autokorelasi yang tinggi. Identifikasi Proses identifikasi dari model musiman tergantung pada alat-alat statistik berupa autokorelasi dan parsial autokorelasi, serta pengetahuan terhadap sistem (atau proses) yang dipelajari.

Penaksiran Parameter Ada dua cara yang mendasar untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut: a. Dengan cara mencoba-coba (trial and error), menguji beberapa nilai yang berbeda dan memilih satu nilai tersebut (atau sekumpulan nilai, apabila terdapat lebih dari satu parameter yang akan ditaksir) yang meminimumkan jumlah kuadrat nilai sisa (sum of squared residual). b. Perbaikan secara iteratif, memilih taksiran awal dan kemudian membiarkan program komputer memperhalus penaksiran tersebut secara iteratif. Pengujian Parameter Model 1. Pengujian masing-masing parameter model secara parsial (t-test) 2. Pengujian model secara keseluruhan (Overall F test) Model dikatakan baik jika nilai error bersifat random, artinya sudah tidak mempunyai pola tertentu lagi. Dengan kata lain model yang diperoleh dapat menangkap dengan baik pola data yang ada. Untuk melihat kerandoman nilai error dilakukan pengujian terhadap nilai koefisien autokorelasi dari error, dengan menggunakan salah satu dari dua statistik berikut: 1) Uji Q Box dan Pierce: 2) Uji Ljung-Box KASUS 1. Sebutkan langkah-langkah Analisis data time series dengan metode Box Jenkins secara singkat, padat, dan jelas!! 2. Berdasarkan langkah langkah yang ada pada nomor1, lakukan forecasting 1 periode kedepan untuk data di bawah ini dengan runtut dan tepat berdasarkan model ARIMA yang terpilih!! Data berikut merupakan data IHSG per oktober-desember 2005 (daily) 383.735 425.653 378.362 432.567 384.328 429.847 387.822 445.477 390.435 443.601

385.961 443.806 391.785 448.69 391.76 442.232 387.854 441.163 385.165 432.772 381.369 435.552 378.88 434.318 378.598 437.841 370.589 440.94 368.297 441.307 369.797 441.219 367.073 439.69 381.588 441.978 381.241 437.197 371.488 437.869 377.232 435.319 338.675 436.406 392.479 441.897 395.044 441.181 401.018 435.674 409.087 430.693 410.394 442.526 414.427 432.936 422.346 430.81 422.45 453.15 413.833 436.46 407.25 443.194

BAB II DESKRIPSI KERJA A. Langkah dalam Analisis Time Series dengan Metode BOX Jenkins 1. Plot data awal, guna memastikan data tidak mengandung pola efek musiman MINITAB : Stat > Time Series > Time Series Plot > ok (y=data) 2. Cek Stationeritas stasioner dalam variansi ataukah tidak, jika tidak maka ditransformasi Jika tidak stationer dalam variansi maka ditransformasi dengan melihat nilai estimasi lamda. λ (lamda) transformasi -1 1/xt -0.5 1/sqrt(xt) 0 Ln(xt) 0.5 Sqrt(xt) 1 Tidak ditransformasi Transformasi Box Cox MINITAB : Stat > control Chat > Box Cox Transformation. (single column : data, subgroup:1,store single column :trans-ok); pada option pilih use optimal (lamda) Kemudian data yang telah ditransformasi diplot, apakah sudah stationer ataukah belum, jika belum maka dilakuakan differencing. Jika tidak stationer dalam mean maka dilakukan differencing. MINITAB : Stat > Time Series > differens > data yang telah ditransformasi (leg : diff 1 X) lalu diplot kembali untuk melihat grafik apakah telah stationer atau belum. 3. Jika sudah stationer maka tetapkan data yang dipakai untuk analisis. 4. Lakukan proses identifikasi orde AR dengan melihat plot PACF dan orde MA dengan melihat plot ACF. Lihat Plot ACF - MINITAB : Stat > time series > autocorrelation series = data dan checklist graphical ACF OK. Lihat plot PACF MINITAB : Stat > time series > partial autocorrelation series = data dan checklist graphical PACF OK.

5. Kemudian didapat model awalnya. 6. Langkah selanjutnya adalah overfitting 7. Lakukan Uji asumsi model dari output MINITAB : no autokorelasi residual (plot ACF dan PACF), homoskedastisitas residual, normalitas residual (histogram) 8. Forecasting Dari model terbaik yang terpilih yakni yang memuat nilai MSE yang terkecil. Lalu lakukan forecasting MINITAB : stat > time series > ARIMA > series datanya >lead (berapa periode yang ingin diforecast )> origin data (jumlah data asli) > storage forecast (kolom untuk data yang diforecast) (jangan lupa mengembalikannya seperti sebelum ditransformasi)

BAB III PEMBAHASAN A. Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Berikut hasil entri data ke dalam MINITAB. Kemudian data di plot untuk mengetahui apakah data stasioner ataukah tidak. Dari visual grafik, ternyata data tidak stationer. Dan perlu dilakukan transformasi. Kemudian dengan transformasi boxcox (box cox plot for Xt) di bawah ini dapat diketahui nilai lamda = 4,606. Lebih besar dari satu sehingga tidak perlu dilakukan transformasi, namun karena data belum stationer maka perlu dilakukan differencing.

Diff Diff * 18.403-5.373 6.914 5.966-2.72 3.494 15.63 2.613-1.876-4.474 0.205 5.824 4.884-0.025-6.458-3.906-1.069-2.689-8.391-3.796 2.78-2.489-1.234-0.282 3.523-8.009 3.099-2.292 0.367 1.5-0.088-2.724-1.529 14.515 2.288-0.347-4.781-9.753 0.672 5.744-2.55-38.557 1.087 53.804 5.491 2.565-0.716 5.974-5.507 8.069-4.981 1.307 11.833 4.033-9.59 7.919-2.126 0.104 22.34-8.617-16.69-6.583 6.734 Dari plot di atas bahwa data sudah stasioner. Kemudian dilakukan identifikasi orde AR dan MA dengan melihat plot PACF dan ACF. Dari gambar di bawah ini: Diketahui bahwa plot ACF menurun secara eksponensial. Pada PACF terdapat 2 ordo atau 2 lag yang signifikan sehingga ordo AR(2). Pada plot PACF terlihat menurun secara eksponensial, dan pada plot ACF terdapat 5 lag yang signifikan. Ordo MA(5). Didapat model awalnya ARIMA(p,d,q) = ARIMA (2,1,5)

PLOT PACF PLOT ACF Overfitting 1. ARIMA (2,1,5) 2. ARIMA (2,1,4) 3. ARIMA (2,1,3) 4. ARIMA (2,1,2) 5. ARIMA (2,1,1) 6. ARIMA (2,1,0) 7. ARIMA (1,1,5) 8. ARIMA (1,1,4) 9. ARIMA (1,1,3)

10. ARIMA (1,1,2) 11. ARIMA (1,1,1) 12. ARIMA (1,1,0) 13. ARIMA (0,1,1) 14. ARIMA (0,1,2) 15. ARIMA (0,1,3) 16. ARIMA (0,1,4) 17. ARIMA (0,1,5) ARIMA (2,1,5) tidak signifikan AR 1 0.0629 0.2646 0.24 0.813 AR 2-0.6465 0.2403-2.69 0.009 MA 1 0.5019 0.2932 1.71 0.093 MA 2-0.8565 0.2827-3.03 0.004 MA 3 0.3267 0.2329 1.40 0.166 MA 4 0.0751 0.2069 0.36 0.718 MA 5-0.1173 0.1905-0.62 0.541 Constant 1.556 1.322 1.18 0.244 AR 1-0.0123 0.3740-0.03 0.974 AR 2-0.5177 0.3298-1.57 0.122 MA 1 0.3964 0.3815 1.04 0.303 MA 2-0.6871 0.3283-2.09 0.041 MA 3 0.2073 0.2253 0.92 0.362 MA 4 0.1343 0.2019 0.67 0.509 MA 5-0.1632 0.1967-0.83 0.410 ARIMA (2,1,4) tidak signifikan AR 1-0.3611 0.1800-2.01 0.050 AR 2-0.7108 0.1588-4.48 0.000 MA 1 0.0693 0.2235 0.31 0.758 MA 2-0.7524 0.2155-3.49 0.001 MA 3 0.2868 0.1779 1.61 0.113 MA 4 0.1296 0.1777 0.73 0.469 Constant 1.991 1.543 1.29 0.202 AR 1-0.3571 0.1825-1.96 0.055 AR 2-0.7143 0.1627-4.39 0.000 MA 1 0.0492 0.2279 0.22 0.830 MA 2-0.7823 0.2194-3.57 0.001 MA 3 0.2614 0.1799 1.45 0.152 MA 4 0.1013 0.1785 0.57 0.573 ARIMA (2,1,3) tidak signifikan

AR 1 0.0254 0.2072 0.12 0.903 AR 2-0.6910 0.1758-3.93 0.000 MA 1 0.4768 0.2239 2.13 0.038 MA 2-0.9212 0.1145-8.05 0.000 MA 3 0.4239 0.1432 2.96 0.004 Constant 1.608 1.253 1.28 0.205 AR 1-0.0210 0.2378-0.09 0.930 AR 2-0.6872 0.1909-3.60 0.001 MA 1 0.4005 0.2529 1.58 0.119 MA 2-0.8989 0.1231-7.30 0.000 MA 3 0.3731 0.1518 2.46 0.017 ARIMA (2,1,2) tidak signifikan AR 1 0.6013 0.1646 3.65 0.001 AR 2 0.2546 0.1934 1.32 0.193 MA 1 1.0627 0.1428 7.44 0.000 MA 2-0.1009 0.1151-0.88 0.384 Constant 0.1581 0.1296 1.22 0.228 AR 1 0.4973 6.0007 0.08 0.934 AR 2 0.1275 1.1209 0.11 0.910 MA 1 0.8882 5.9933 0.15 0.883 MA 2-0.1431 1.3317-0.11 0.915 ARIMA (2,1,1) tanpa konstan signifikan Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 64, after differencing 63 Residuals: SS = 6129.47 (backforecasts excluded) MS = 102.16 DF = 60 AR 1-1.1009 0.4370-2.52 0.014 AR 2-0.3883 0.1694-2.29 0.026 MA 1-0.6591 0.4570-1.44 0.155 Constant 2.390 2.085 1.15 0.256 Tanpa konstan AR 1 0.5392 0.2660 2.03 0.047 AR 2 0.3716 0.1658 2.24 0.029 MA 1 0.9349 0.2313 4.04 0.000 Uji Signifikansi parameter AR1 Ho : Parameter AR1 samadengan nol atau tidak signifikan H1 : Parameter AR1 tidak samadengan nol atau tidak signifikan Daerah kritis : Tolak Ho jika Pval<Alpha(0.05) Dari estimasi parameter di atas didapat nilai p val (0.047) < 0.05 (parameter AR1 signifikan)

Uji Signifikansi parameter AR2 Ho : Parameter AR2 samadengan nol atau tidak signifikan H1 : Parameter AR2 tidak samadengan nol atau tidak signifikan Daerah kritis : Tolak Ho jika Pval<Alpha(0.05) Dari estimasi parameter di atas didapat nilai p val (0.0429) < 0.05 (parameter AR2 signifikan) Uji Signifikansi parameter MA1 Ho : Parameter samadengan nol atau tidak signifikan H1 : Parameter tidak samadengan nol atau tidak signifikan Daerah kritis : Tolak Ho jika Pval<Alpha(0.05) Dari estimasi parameter di atas didapat nilai p val (0.000) < 0.05 (parameter MA1 signifikan) ARIMA (2,1,0) tidak signifikan AR 1-0.4502 0.1284-3.51 0.001 AR 2-0.1030 0.1313-0.78 0.436 Constant 1.491 1.256 1.19 0.240 AR 1-0.4291 0.1276-3.36 0.001 AR 2-0.0794 0.1301-0.61 0.544 ARIMA (1,1,5) tidak signifikan ARIMA (1,1,4) tidak signifikan ARIMA (1,1,3) tidak signifikan ARIMA (1,1,2) tidak signifikan

ARIMA (1,1,1) tidak signifikan ARIMA (1,1,0) tanpa konstan signifikan Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 64, after differencing 63 Residuals: SS = 6128.72 (backforecasts excluded) MS = 98.85 DF = 62 AR 1-0.4099 0.1171-3.50 0.001 Constant 1.334 1.251 1.07 0.291 AR 1-0.3990 0.1169-3.41 0.001 Uji Signifikansi parameter AR1 Ho : Parameter AR1 samadengan nol atau tidak signifikan H1 : Parameter AR1 tidak samadengan nol atau tidak signifikan Daerah kritis : Tolak Ho jika Pval<Alpha(0.05) Dari estimasi parameter di atas didapat nilai p val (0.001)< 0.05 (parameter AR1 signifikan) ARIMA (0,1,1) tanpa konstan signifikan Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 64, after differencing 63 Residuals: SS = 6183.21 (backforecasts excluded) MS = 99.73 DF = 62

MA 1 0.4107 0.1167 3.52 0.001 Constant 0.9578 0.7394 1.30 0.200 MA 1 0.3810 0.1175 3.24 0.002 Uji Signifikansi parameter MA1 Ho : Parameter samadengan nol atau tidak signifikan H1 : Parameter tidak samadengan nol atau tidak signifikan Daerah kritis : Tolak Ho jika Pval<Alpha(0.05) Dari estimasi parameter di atas didapat nilai p val (0.002) < 0.05 (parameter MA1 signifikan) ARIMA (0,1,1) tidak signifikan ARIMA (0,1,2) tidak signifikan ARIMA (0,1,3) tidak signifikan ARIMA (0,1,4) tidak signifikan ARIMA (0,1,5) tidak signifikan UJI ASUMSI Untuk menentukan apakah asumsi normalitas terpenuhi ataukah tidak atau apakah error berdistribusi normal ataukah tidak, dengan melihat plot normalitas dan histogram dari residualnya jika simetris maka mendekati normal. Untuk melihat apakah terdapat autokorelasi ataukah tidak dengan melihat plot ACF dan PACF

residual data, jika tidak terdapat lag yang melebihi batas signifikansi artinya bahwa tidak terdapat autokorelasi pada residual. ARIMA (2,1,1) tanpa konstan MS = 102.16 ARIMA (1,1,0) tanpa konstan MS = 98.85 ARIMA (0,1,1) tanpa konstan MS = 99.73 Normalitas Mendekati normal Mendekati normal Mendekati normal Autokorelasi Terpenuhi Terpenuhi terpenuhi Model yang terpilih adalah model ARIMA (1,1,0) tanpa konstan karena memiliki MSE yang terkecil diantara model yang lain. FORECASTING Lead (barapa periode data yang ingin di forecast), Origin (jumlah data awal) dan forecast (kolom penempatan forecast) Forecast 1 periode mendatang 440.507

BAB IV PENUTUP Kesimpulan langkah-langkah Analisis data time series dengan metode Box Jenkins dapat dilihat di BAB II Deskripsi Kerja. Langkah yang cukup rumit sehingga membutuhkan ketelitian yang tinggi. Model ARIMA yang terpilih adalah ARIMA (1,1,0) forecast 1 periode mendatang adalah 440.507. tanpa konstan dengan hasil

DAFTAR PUSTAKA Abdurakhman,S.Si,M,Si.Modul Praktikum Analisis Runtun Waktu.UII http://adeita46.blogspot.com/2010/09/belajar-analisis-arima-arima-sering.html