M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

8.1. Keuangan Daerah APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENINGKATAN LAPANGAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN (Analysis of Influence of Agricultural Development to Income Distribution and Increasing Work Opportunity in South Sumatra Province) M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan, 2) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time series selama 21 tahun, dimulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study). Hasil penelitian ini adalah:1) pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata. 2) PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan. ABSTRACT The objectives of this research are 1) to analyze influence of Agricultural PDRB (Gross Domestic Product) to income ditribution, and 2) to analyze influence of PDRB to increasing work opportunity. This research was conducted in South Sumatra Province by history study method. Data was collected in time series secondary data from 1985 until 2005 (21 years). The result shows that 1) income distribution was influenced by PDRB in every sub-sector (food crops, plantation, animal husbandry, forestry, and fishery) significantly, and 2) increasing work opportunity was not influenced by PDRB in every sub-sector significantly Key words: Agricultural development, Income distribution, work opportunity.. 60

PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian penduduknya, dengan demikian sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan hampir 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan kebutuhan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau landasan pembangunan ekonomi. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan pemerintah pada sektor pertanian disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Tambunan dalam Setyabudi, 2005). Sejak tahun 1990 perhatian pemerintah mulai diarahkan pada sektor industri, dan jasa seiring dengan terjadinya transformasi ekonomi dari negara agraris menjadi negara industri sehingga peran sektor pertanian mulai menurun dalam menyebabkan struktur perekonomian, Produk Domestik Bruto (PDB), pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mengarah pada sektor industri dan jasa. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif capital. Namun pada tahun 1997/1998 krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap goncangan ekonomi dibandingkan sektor lain sehingga dapat menyelamatkan memerintahan dan negara dari kebangkrutan (Gerard and Ruf, 2001). Dari peristiwa tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian harus tetap mendapatkan perhatian pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang perekonomian nasional (Arifin, 2005; Ellis, 2000). Sumatera Selatan merupakan provinsi yang sekitar 65 persen dari Kabupaten/Kota ekonominya masih berbasis pertanian, disamping itu sektor ini masih terus dituntut untuk dapat berperan penting dalam 61

menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PRDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian di Sumatera Selatan memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan, serta perekonomian regional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hasil pembanguan di sektor pertanian dapat diukur dari nilai PDRB yang dihasilkan oleh sektor tersebut (Dinas Perkebunan, 2005). Peningkatan PDRB terus terjadi akibat peningkatan output dari berbagai lapangan usaha. Salah satu lapangan usaha yang mengalami peningkatan berarti adalah sektor pertanian. Sektor pertanian, pada tahun 2005, memberikan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Selatan sebesar 18 persen, berada di peringkat ketiga setelah sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. PDRB menunjukkan berapa besar output yang dihasilkan, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Tingginya PDRB suatu daerah dapat mengidentikkan besarnya pendapatan pada wilayah tersebut, namun belum tentu terjadi pemerataan pada pendapatan masyarakatnya (Todaro, 2000). Revitalisasi sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan sampai pada basis sumber daya alam lainnya diharapkan dapat meniciptakan pemerataan pendapatan dan penyediakan lapangan pekerjaan. Dengan revitalisasi pertanian, pemerintah mentargetkan akan terjadi penurunan jumlah pengangguran, meningkatkan distribusi pendapatan dan mengurangi angka kemiskinan dari 16,6 persen pada tahun 2003 hingga 7,2 persen pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi pertanian dapat tercapai bila kebutuhan sumber-sumber dana yang merupakan modal pembangunan dapat terpenuhi, baik yang bersumber dari daerah maupun yang 62

bersumber dari pemerintah (Arifin, 2005). Prospek pertumbuhan output di sektor pertanian, dapat berpengaruh kepada proyeksi kesempatan kerja untuk satu periode di masa yang akan datang pada sektor tersebut maupun sektor lain. Kondisi ini menyebabkan perlunya campur tangan dari pemerintah guna menitik beratkan program pembangunan daerah pada sektor pertanian yang berpotensi untuk dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Prioritas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Tambunan, dalam Setyabudi, 2005). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikemukakan suatu permasalahan yaitu apakah PDRB sektor pertanian dapat berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat. 2. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time series selama 21 tahun, dimulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study), yaitu dengan cara melihat kembali catatan-catatan atau laporan-laporan yang berhubungan dengan PDRB sektor pertanian, distribusi pendapatan dan kesempatan kerja selama kurun waktu 21 tahun. 63

Metode Pengolahan Data dan Analisis Hubungan antara PDRB sektor pertanian dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja dapat dilihat dengan mencari nilai regresi antara sub-sektor pertanian yang diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sektor pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, model persamaan yang digunakan yaitu sebagai berikut : 1. Indikator yang digunakan untuk melihat pemerataan atau distribusi pendapatan adalah dengan menggunakan nilai Gini Ratio sebagai berikut: GN = α + βpdrb sub-sektor i + e i 2. Kesempatan kerja dari sektor pertanian diregresikan terhadap PDRB masing-masing sub-sektor pertanian, dengan model persamaan sebagai berikut : KK sub sektor i pertanian = α + βpdrb subsektor i + e i Dimana : KK = Kesempatan Kerja (orang) PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rp) α = Intersep β = Koefisien regresi penduga e = Kesalahan pengganggu i = Subsektor (tanaman panga, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan) Pengujian statistik dilakukan dengan uji t-student dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel penjelas secara parsial terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi penduga (Supranto, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ekonomi Makro Bidang Pertanian Provinsi Sumatera Selatan 1. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Perkembangan dan kemajuan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dengan indikator ekonomi makro. Indikator ekonomi makro yang sering digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan pemerintah, jumlah uang beredar, inflasi, keadaan ketenagakerjaan dan tingkat pengangguran serta aktivitas perdagangan internasional. PDRB 64

merupakan indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Data dari BPS menunjukkan bahwa perkembangan Selatan dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar 1. PDRB sektoral Provinsi Sumatera 25 20 PDRB (TRILIUN RUPIAH) 15 10 5 0 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 TAHUN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN BANGUNAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA-JASA PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LITRIK, GAS DAN AIR BERSIH PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Gambar 1. Grafik Perkembangan PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005 PDRB Provinsi Sumatera Selatan cenderung meningkat setiap Sumatera Selatan, yaitu sebesar 28 persen. Pendapatan sektor ini tahunnya. PDRB terbentuk dari bersumber dari sub-sektor migas, kontribusi sembilan sektor yang ada di dalamnya. Empat sektor yang selalu memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, sub-sektor non migas dan sub-sektor penggalian. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 22 persen. Pembagian PDRB sektoral untuk sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Data tahun 2005 menunjukan bahwa sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Provinsi tahun 2005 Gambar 2. dapat dilihat pada 65

PERTANIAN 4% 3% 7% 18% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN 11% LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH BANGUNAN 6% 1% 28% PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 22% KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA Gambar 2. Grafik Persentase PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 Sektor industri pengolahan dari tahun 1996 sampai 2006 berkisar terdiri dari sub-sektor penggalian antara 0,25 sampai dengan 0,30. minyak bumi dan gas alam serta subsektor Nilai ini menunjukkan bahwa tidak gas alam cair. Sektor terjadi ketimpangan pendapatan yang pertanian dengan kelima subsektornya mengkhawatirkan pada provinsi ini. memberikan kontribusi Nilai gini ratio yang tinggi ditunjukkan sebesar 18 persen bagi PDRB, pada tahun 1996 dan 2005 (lihat sedangkan sisanya merupakan Lampiran 1). Nilai yang tinggi ini kontribusi dari sektor listrik, gas dan terjadi akibat adanya peningkatan air bersih, sektor bangunan, sektor jumlah penduduk yang perdagangan, hotel dan restoran, berpendapatan tinggi. Nilai indeks sektor pengangkutan dan gini ini masih jauh dari nilai satu, komunikasi, sektor keuangan, dengan kata lain distribusi persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. pendapatan di Provinsi Sumatera Selatan ini relatif baik. 2. Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja Menurut BPS perkembangan nilai indeks gini Sumatera Selatan 66

2.500.000 2.000.000 KESEMPATAN KERJA (ORANG) 1.500.000 1.000.000 500.000 0 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 TAHUN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN BANGUNAN DAN KONSTRUKSI ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA-JASA PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN BANK,LEMB.KEU, SEWA DAN JASA PRSHN Gambar 3. Grafik Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005 Penyerapan tenaga kerja dari berbagai sektor didominasi oleh sektor pertanian dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005 (lihat berasal dari sektor ini. Perubahan kesempatan kerja sektoral di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar 3. Lampiran 2). Peranan sektor dari Perkembangan kesempatan kurun waktu tersebut menyerap tenaga kerja lebih dari 50 persen dari kesempatan kerja yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor pertanian pada tahun 2005 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 63 persen dari total kesempatan kerja kerja sektor pertanian jauh lebih tinggi dari sektor-sektor lainnya. Lima puluh persen lebih kesemptan kerja berada pada sektor pertanian sedangkan empat puluh persen sisanya terbagi ke delapan sektor yang ada. Kesempatan kerja dari 67

delapan sektor yang ada ternyata didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor listrik, gas dan air minum. Kesempatan kerja dari tahun 1985 sampai tahun 2005 tidak mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh PDRB Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Pengaruh PDRB terhadap distribusi pendapatan dapat dilihat melalui uji korelasi antara kedua variabel. Pengaruh PDRB dilihat dari sektor pertanian dapat dirumuskan dalam model berikut : GN SUMSEL = 0,247 + 5.64E- 010 PDRB pertanian Se (0,13) (0,0000038) R 2 1,90 persen Hasil pengujian terhadap model yang digunakan menunjukkan bahwa pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan tidak signifikan dengan taraf uji 30 persen. Nilai koefisien determinasinya (R 2 ) menunjukan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu kesempatan kerja total terhadap PDRB memiliki nilai R square hanya sebesar 1,90 persen. Nilai ini berarti bahwa variasi yang terjadi pada pertumbuhan kesempatan kerja total hanya 1,90 persen yang dipengaruhi oleh variasi jumlah PDRB yang tercipta pada sektor pertanian, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang terdapat di luar model. Pada model ini tidak terdapat autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 1,978. Faktor lain di luar model yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah tingkat pendapatan itu sendiri dan banyaknya penduduk yang telah dikelompokan berdasarkan tingkat pendapatan. Pengaruh PDRB sub-sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dilihat dengan melakukan uji korelasi antara kedua variabel ini. Nilai indeks gini sebagai variabel terikat dan PDRB dari setiap sub-sektor sebagai variabel bebas. Hasil uji korelasi tersebut menghasilkan lima model persamaan yang nilainya dapat dilihat pada Tabel berikut ini : 68

Tabel 1. Hasil Uji Statistik PDRB Sub-Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Hasil Uji Statistik Sub-Sektor R Square t hitung Coef. Regresi Keterangan Tanaman Pangan 0,028 0,381 0,719 Perkebunan 0,033 0,412 0,697 Peternakan 0,01 0,229 0,828 Kehutanan 0,041 0,463 0,663 Perikanan 0,006-0,172 0,870 Sumber : data sekunder telah diolah Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tabel hasil uji statistik di atas menunjukan nilai koefisien determinasi yang kecil, yaitu antara 0,6 persen sampai dengan 4,1 persen. Sama halnya dengan sektor pertanian secara keseluruhan, ternyata kelima sub-sektor tidak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan pada taraf uji 30 persen, dan tidak terdapat autokorelasi pada model tersebut. PDRB masingmasing sub-sektor dalam sektor pertanian memiliki nilai yang cukup kecil dari total PDRB. Sedangkan nilai indeks gini yang digunakan adalah distribusi pendapatan seluruh masyarakat Provinsi Sumatera Selatan. Akibatnya variasi distribusi pendpatan tidak dipengaruhi atau tidak dapat dijelaskan secara signifikan oleh PDRB masing-masing sub-sektor dalam sektor pertanian, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yang rendah. 69

Pengaruh PDRB Sektor Pertanian terhadap Kesempatan Kerja Model analisis pengaruh pertumbuhan PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap kesempatan kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2. Hasil regresi pengaruh PDRB terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. No. Sub-sektor Intercept Coef. Regresi Coef. Determinasi DW 1. Tanaman Pangan -0,107 1,047*** 0,956 1,453 (0,040) (0,052) 2. Perkebunan -0,208 1,024)*** 0,939 1,962 (0,047) (0,060) 3. Peternakan -0,149 1,166*** 0,981 1,895 (0,028) (0,030) 4. Kehutanan -0,128 1,089*** 0,931 1,870 (0,051) (0,068) 5. Perikanan -0,158 1,117*** 0,937 2,019 (0,049) (0,066) Sumber : data sekunder telah diolah Persamaan di atas menunjukan bahwa, koefisien determinasi (R 2 ) untuk masing-masing sub-sektor cukup besar, yaitu diatas 0,90. Ini berarti bahwa model pertumbuhan PDRB pada semua sub-sektor dalam sektor pertanian di daerah ini mampu menjelaskan kesempatan kerja sektor pertanian sebesar lebih dari 90 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang terdapat di luar model ini. Permasalahan outokorelasi yang biasa terdapat pada data time series telah diatasi sehingga menghasilkan nilai uji Durbin Watson pada kondisi yang aman. 70

Koefisien penduga pada setiap sub-sektor menunjukkan nilai sebesar lebih kurang antara satu sampai dua, artinya adalah setiap kenaikan satu sampai dua juta rupiah PDRB, maka akan membuka kesempatan kerja sejumlah satu sampai dua orang pada sektor pertanian. Setelah dilakukan perhitungan uji t, ternyata t hitung masing-masing sub-sektor lebih besar dari t tabel dengan tingkat kepercayaan 99%. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa subsektor peternakan memiliki respon yang paling besar terhadap penambahan lapangan kerja terhadap kenaikan PDRB sektor pertanian, sedangkan paling kecil adalah subsektor perkebunan. Hal ini dapat dimengerti karena peternakan di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar di usahakan di tingkat rumahtangga dan usaha kecil sehingga menyerap tenaga kerja yang lebih banya. Sedangkan perkebunan banyak diusahakan oleh perusahaan besar, sehingga jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih sedikit. Adapun kesimpulan yang dapat siambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Distribusi pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera selatan relatif baik dengan indeks gini yang jauh lebih rendah dari satu. 2. Pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap ditribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata. 3. PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 71

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi, PT. Grasindo Pustaka Utama. Jakarta. BPS. 1997. Idikator Sosial Sumatera Selatan. BPS Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Perencanaan Bisnis dan Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta. Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi Dunia Ke Tiga, Erlangga. Jakarta. BPS. 2005. Sumatera Selatan dalam Angka 2005/2006. BPS Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Ellis Frank. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press. New York. Garerd F. and Ruf F., 2001. Agriculture in Crisis: People, Commodities and Natural Resources in Indonesia, 1996-2000. Curzon Press. Richmond. UK. Perkebunan. 2005. Laporan Tahunan. Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Setyabudi, Heru. 2005. Pengaruh Pertumbuhan PDRB Terhadap Elastisitas Kesempatan Kerja di Sumatera Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. UNSRI. Palembang. (Tidak dipublikasikan). Supranto, J. 2000. Metode Peramalan Kuantitatif untuk 72

Lampiran 1. Perkembangan Nilai Gini Ratio Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005 (Per 3 Tahun) TAHUN GINI RATIO 1987 0.270 1990 0.260 1993 0.297 1996 0.300 1999 0.260 2002 0.257 2005 0.297 GRAFIK PERKEMBANGAN NILAI GINI RATIO PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 1985-2005 (PER 3 TAHUN) 0.310 0.300 0.290 NILAI GINI RATIO 0.280 0.270 0.260 GINI RATIO 0.250 0.240 0.230 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 TAHUN Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 1985-2005 (data diolah) 73 61

Lampiran 2. Keadaan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 1985 5,458,312 2,096,369 3,361,943 2,104,300 1,257,643 96.02 3.98 1986 5,671,615 2,121,831 3,549,784 2,164,600 1,385,184 95.31 4.69 1987 5,783,751 2,147,603 3,636,148 2,180,185 1,455,963 96.64 3.36 1988 6,017,593 2,173,687 3,843,906 2,287,300 1,556,606 94.08 5.92 1989 5,377,569 2,200,088 3,177,481 2,342,071 835,410 93.86 6.14 1990 5,501,482 2,221,167 3,280,315 2,346,963 933,352 94.43 5.57 1991 5,636,970 2,247,567 3,389,403 2,450,254 939,149 90.58 9.42 1992 5,792,992 2,258,375 3,534,617 2,585,863 948,754 94.01 5.99 1993 5,955,095 2,314,150 3,640,945 2,683,683 957,262 97.53 2.47 1994 6,117,198 2,369,925 3,747,273 2,681,057 1,066,216 94.43 5.57 1995 6,280,190 2,336,353 3,943,837 2,735,310 1,208,527 93.20 6.80 1996 6,394,902 2,396,658 3,998,244 2,765,290 1,232,954 94.23 5.77 1997 6,510,014 2,403,253 4,106,761 2,776,144 1,330,617 94.22 5.78 1998 7,511,400 2,454,733 5,056,667 2,810,529 2,246,138 89.91 10.09 1999 7,633,800 2,334,984 5,298,816 3,044,639 2,254,177 91.96 8.04 2000 7,757,300 2,441,193 5,316,107 3,036,601 2,279,506 94.03 5.97 2001 6,343,100 2,567,267 3,775,833 3,243,356 532,477 91.53 8.47 2002 6,430,188 2,523,348 3,906,840 3,297,958 608,882 94.84 5.16 2003 6,518,791 2,589,454 3,929,337 3,386,998 542,339 95.16 4.84 2004 6,646,800 2,620,527 4,026,273 3,478,447 547,826 88.87 11.13 2005 6,755,900 2,651,974 4,103,926 3,572,365 531,561 84.57 15.43 Keterangan : 1. Penduduk 2. Penduduk bukan usia kerja 3. Penduduk usia kerja 4. Angkatan kerja 5. Bukan angkatan kerja 6. Tingkat penyerapan angkatan kerja 7. Tingkat pengangguran Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 1985-2005 (Data Diolah) 74 62